Belajar Mengatur Keuangan Rumah Tangga di Era Digital: 3 Tantangan dan 4 Peluang
Belajar mengatur keuangan rumah tangga itu lebih susah atau lebih mudah sih di era digital, menurut kamu?
Ya, seharusnya sih lebih mudah ya. Karena teknologi ada itu kan untuk membantu hidup kita biar lebih praktis. Seharusnya, bukan malah jadi lebih rumit dong. Bener nggak?
Dengan berkembangnya teknologi, dari aplikasi pengelolaan keuangan hingga edukasi keuangan online, terbuka banyak kemungkinan untuk mengelola keuangan dengan lebih efisien. Namun, di tengah kemudahan ini, kita juga dihadapkan pada tantangan seperti keamanan siber dan godaan belanja online loh!
Table of Contents
Peluang yang Ditawarkan Era Digital untuk Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Seiring dengan akses yang lebih luas dan mudah terhadap informasi keuangan, banyak keluarga kini dapat mengambil keputusan keuangan dengan lebih terinformasi dan efisien. Ada banyak hal dipermudah dengan adanya teknologi ini.
1. Aplikasi Online
Belajar mengatur keuangan rumah tangga lebih mudah dilakukan dengan aplikasi buat sebagian orang.
Aplikasi keuangan ini menawarkan solusi yang efisien dan mudah diakses untuk mengatur anggaran, memantau pengeluaran, dan merencanakan tabungan serta investasi. Dengan interface user friendly dan fitur otomatisasi, aplikasi-aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan gambaran real-time tentang keadaan keuangan mereka, membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan berbasis data.
Pastinya hal ini akan sangat mempermudah dalam proses belajar mengatur keuangan rumah tangga, mengurangi beban administrasi, dan meningkatkan akurasi dalam pencatatan keuangan. Betul?
Bagi banyak keluarga, aplikasi seperti ini enggak hanya menghemat waktu tetapi juga membantu dalam membangun kebiasaan keuangan yang lebih baik, menjadikan pengelolaan keuangan sesuatu yang lebih terjangkau, terkontrol, dan transparan.
2. Edukasi Online
Kini, akses ke pengetahuan dan sumber informasi keuangan juga lebih mudah dan luas daripada sebelumnya. Dari kursus online, webinar, blog keuangan, hingga forum diskusi, internet menyediakan sumber daya edukasi yang dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja.
Hal ini pastinya menguntungkan dalam proses belajar mengatur keuangan rumah tangga, karena dapat meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip keuangan dasar, strategi investasi, dan pengelolaan anggaran.
Kelas-kelas FCOS QM Financial juga berbasis digital kan? Begitu juga kanal-kanal yang lain, mulai dari website ini, media sosial, hingga podcast. Semua dengan mudah diakses, kamu bisa belajar dari mana saja, kapan saja—bahkan sambil nungguin macet di jalan.
Melalui edukasi keuangan online, era digital telah memberikan kesempatan bagi setiap keluarga untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan keuangan yang lebih baik dan membangun masa depan keuangan yang lebih kuat.
3. Memantau dan Mengontrol dengan Mudah
Dengan adanya aplikasi pengelolaan keuangan yang terintegrasi dengan rekening bank dan kartu kredit, sekarang setiap transaksi dapat dilacak secara real-time.
Hal ini membuat proses belajar mengatur keuangan rumah tangga lebih mudah, karena dapat melihat dengan jelas pola cash flow, sehingga membantu mengidentifikasi pola pengeluaran yang tidak perlu dan memungkinkan penyesuaian anggaran secara cepat dan efektif.
Fungsi peringatan dan notifikasi pada aplikasi tersebut juga berperan penting dalam menjaga anggaran tetap terkendali, bisa langsung “memperingatkan” kalau ada pengeluaran yang enggak terencana atau melebihi batas yang ditetapkan.
Kejelasan dan kontrol ini sangat berguna dalam merencanakan keuangan jangka panjang dan membantu rencana keuangan tetap berada pada jalurnya.
4. Integrasi dengan Bank dan/atau Akun Investasi
Kemajuan teknologi sekarang juga memungkinkan transaksi perbankan dan kegiatan investasi dilakukan dengan mudah dan cepat, langsung dari perangkat digital pengguna.
Dengan adanya aplikasi perbankan online dan platform investasi digital, belajar mengatur keuangan rumah tangga akan lebih mudah.. Siapa pun dapat melakukan berbagai transaksi keuangan, seperti transfer dana, pembayaran tagihan, hingga pembelian saham dan reksa dana, hanya dengan beberapa sentuhan di layar smartphone masing-masing.
Selain itu, integrasi ini juga mempermudah proses pemantauan portofolio investasi secara real-time. So, kalau ada apa-apa, kamu jadi bisa dengan cepat merespons. Jadi, enggak cuma menghemat waktu, tetapi juga memberikan akses ke sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang lebih strategis, meningkatkan potensi pertumbuhan keuangan rumah tangga di era digital.
Tantangan dalam Mengatur Keuangan Rumah Tangga di Era Digital
Meski banyak hal yang dimudahkan, era digital juga membawa tantangannya sendiri dalam proses belajar mengatur keuangan rumah tangga. Apa saja?
1. Overload Informasi
Belajar mengatur keuangan rumah tangga di era digital ini membawa tantangan unik, khususnya overload informasi.
Di dunia yang terhubung secara digital, kita dihadapkan dengan arus informasi yang enggak ada henti-hentinya. Dari blog keuangan, podcast, hingga video tutorial, internet dipenuhi dengan saran dan strategi mengelola keuangan.
Namun, melimpahnya informasi ini sering kali justru menimbulkan kebingungan daripada memberikan kejelasan.
Banyak keluarga kesulitan untuk menyaring informasi yang relevan dan kredibel. Enggak mudah memilih sumber yang tepat untuk belajar. Salah-salah, kita malah jadi salah arah. Bukannya mencapai tujuan keuangan, malah melenceng jauh dan muter-muter enggak keruan.
2. Risiko Keamanan Online
Juga ada risiko keamanan online dan penipuan yang semakin meningkat dalam proses belajar mengatur keuangan rumah tangga ini. Ibaratnya, sekarang itu pintu terbuka lebar bagi penipu untuk mengeksploitasi kelemahan keamanan dari kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi.
Mulai dari phishing, penipuan identitas, dan berbagai skema penipuan lainnya dapat dengan mudah menargetkan mereka yang kurang waspada. So, butuh kesadaran akan keamanan yang lebih tinggi dari pengguna.
Dengan demikian, mengelola keuangan rumah tangga sekarang itu harus terus-menerus mengupdate pengetahuan tentang praktik keamanan terbaik dan memastikan bahwa semua transaksi dilakukan melalui saluran yang aman. Pusing juga, apalagi kalau kita sendiri gaptek.
3. Godaan Belanja Online
Salah satu tantangan signifikan dalam belajar mengatur keuangan rumah tangga di era digital adalah menghadapi godaan belanja online. Siapa nih yang selalu mantengin tanggal kembar?
Dengan kemudahan akses, promosi tanpa henti, dan beragam pilihan yang tersedia hanya dengan sekali klik, belanja online itu menggoda sekali, bukan? Bahkan bagi yang paling disiplin sekalipun.
Fenomena ini dapat berdampak signifikan pada anggaran rumah tangga, lantaran pembelian impulsif dan tidak terencana seperti ini akan mengganggu alokasi anggaran yang sudah ditetapkan.
Meningkatnya kemudahan dalam bertransaksi digital ini menuntut tingkat disiplin dan pengendalian diri yang lebih tinggi. Mengelola keuangan rumah tangga di era digital bukan hanya tentang memantau pengeluaran dan pendapatan, tetapi juga tentang memperkuat ketahanan terhadap godaan belanja online yang dapat menggerus anggaran dengan cepat dan tidak terduga.
Yuk, Belajar Mengatur Keuangan Rumah Tangga yang Lebih Baik Lagi!
Belajar mengatur keuangan rumah tangga di era digital memang sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Enggak menutup kemungkinan, ke depannya masih akan penuh dengan tantangan unik serta peluang yang beragam.
Semuanya kembali ke pengguna. Apakah dapat memanfaatkannya dengan bijak, atau terseret arus hingga malah merugikan.
Untuk membantu dalam perjalanan ini, mengikuti kelas online yang ditawarkan oleh QM Financial dapat menjadi langkah berikutnya yang bijak. Kelas-kelas ini dirancang untuk memberikan panduan, strategi, dan wawasan praktis dalam menghadapi tantangan keuangan era digital dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan bergabung dalam kelas keuangan tersebut, dapat diperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola keuangan rumah tangga di era modern ini dengan lebih bijak dan efisien.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Langkah Belanja Lebaran Tanpa Boncos
Lebaran 2021 semakin dekat! Sudah terima THR, sekaranglah saatnya belanja Lebaran!
Lah, boleh emang, belanja? Ya boleh dong, masa enggak? Bahkan, seperti imbauan pemerintah, yuk, kita habiskan THR kita!
Tapi, eits, sudah baca belum artikel tentang memanfaatkan THR biar Lebaran kali ini tetap bermakna meskipun enggak mudik? Kalau belum, boleh lo dibaca.
Kalau semua kewajiban dan kebutuhan sudah dipenuhi, belanja Lebaran adalah acara wajib menjelang hari raya. Tetapi, alih-alih berdesak-desakan di mal atau di Tanah Abang seperti biasanya, akan lebih baik kalau tahun ini kita belanja dari rumah saja.
Selain menghemat waktu dan tenaga, belanja secara online dari rumah ini bisa jadi lebih hemat lo, kalau kita bisa memanfaatkan semua promo dan diskon yang ada.
Berikut beberapa tip belanja Lebaran, tanpa boncos dan bikin tekor, yang bisa kamu coba praktikkan untuk Lebaran 2021 ini.
Tip Belanja Lebaran Tanpa Boncos
1. Kenali kebutuhan
Sebelum mulai belanja Lebaran, sebaiknya kamu kenali dulu kebutuhanmu. Lalu buat daftar prioritas. Jangan sampai kamu membeli barang-barang yang malah sebenarnya nggak dibutuhkan.
Misalnya, kamu niat untuk beli gamis atau kaftan buat berlebaran besok di salah satu marketplace. Seneng dong, karena dapat free ongkir. Lalu, secara otomatis si marketplacce akan merekomendasikan berbagai barang atau pilihan menarik lainnya juga. Mulai dari pashmina, pernak-pernik sematan kaftan lainnya, sampai selop atau sepatu yang kayaknya matching banget buat dipakai sama kaftannya.
Tergoda? Oh, tentu saja. Dan, hal itu normal. Karena marketplace memang tahu banget gimana caranya membuatmu belanja hal-hal lain yang sekiranya bikin penampilan makin lengkap. Apalagi dengan free ongkir, jadi ya, kenapa enggak dibeli semuanya?
Nah, habis checkout, baru deh terasa kok pengeluaran jadi bengkak?
Jadi, kenali kebutuhanmu, dan stick to it ya. Biar saja marketplace menawarkan barang-barang lainnya, tetapi beli atau tidak, tetap kamu sendiri yang menentukan. Andaipun kamu hendak membelinya, pastikan karena memang dibutuhkan.
2. Cermati syarat dan ketentuan promo
Biasanya sih, meski promo atau diskon, pasti ada aturan atau syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan potongan harga, bonus, cash back, dan sebagainya.
Nah, kadang, syaratnya itu harus belanja dulu dengan minimal nominal tertentu, dan kemudian baru dipotong deh.
Cermati setiap syarat dan ketentuan promo yang berlaku, dan kembali lagi, pertimbangkan dengan kebutuhan atau kondisi serta kemampuan kita. Bisa saja, diskon maksimal Rp15.000 tetapi kamu harus belanja dulu Rp2 juta. Ya enggak masalah sih, kalau memang kamu butuh barang banyak atau memang harganya segitu, dan dapat cash back. Tetapi, kalau sebenarnya cuma butuh barang-barang seharga Rp200.000 terus dipaksain belanja Rp2 juta untuk cash back maksimal Rp15.000, duh, rasanya kok worthless banget ya?
Ya pastinya worthless atau worth it-nya semua tergantung pada individu masing-masing sih, karena bisa saja berbeda untuk satu orang dengan yang lainnya. Karenanya, pertimbangkan lagi dengan saksama.
3. Alokasikan!
Supaya arus kas enggak terganggu, maka alokasikanlah anggaran khusus untuk belanja Lebaran. Ya, paling pas sih kalau kamu memanfaatkan THR yang sudah kamu terima, tentunya setelah kamu penuhi hal-hal lain yang lebih esensial dan wajib.
Oh iya, jangan lupa untuk anggarkan juga ongkos kirim ya, kalau misalnya kamu mau mengirimkan belanjaan ke keluarga di luar kota. So, sekali lagi cermati syarat dan ketentuan belanjanya, karena ongkos kirim ini kadang ya lumayan juga nominalnya. Apalagi kalau antarpulau. Kadang, malahan ongkos kirim lebih mahal daripada harga barangnya. Hal ini enggak akan jadi masalah kalau kamu sudah membuat bujet yang sesuai. Yah, buat bisa berbagi sama keluarga, kenapa enggak kan?
So, ada baiknya memang jangan sampai mengganggu jatah uang bulanan, agar nantinya setelah Lebaran, hidup tetap normal, jalan seperti biasa. Nggak lantas terkuras habis karena berlebihan saat belanja Lebaran. Dan yes, mengalokasikan dalam bujet ini juga bisa menjadi kontrol buat kita memang, agar tak kalap belanja.
Ingat, hanya belanja sesuai kebutuhan dan kemampuan ya! Ingat, bahwa setelah Lebaran, kita masih akan hidup rutin lagi seperti biasa, jadi jangan habiskan semua uang yang ada.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Aman Transaksi Online demi Mencegah Kebocoran Data dan Kejahatan Lain
Sudah baca berita kan, bahwa terjadi kebocoran data pribadi pengguna yang melakukan transaksi online di beberapa situs ecommerce? Padahal belum lama juga ada masalah Cambridge Analytica yang melibatkan jaringan pertemanan terbesar, Facebook.
Mungkin kamu ada yang masih cukup awam akan keamanan berinternet ini, sehingga bingung, apa pentingnya hal ini hingga semua orang meributkannya? Well, kalau dijelaskan sih bakalan panjang artikelnya. Tapi pada intinya, data pribadimu sebagai pengguna internet memang merupakan komoditi yang tak murah dan paling dicari oleh mereka-mereka–terutama yang memiliki kepentingan bisnis–di internet.
Dengan data pribadimu yang tersedia itu, orang akan dapat menjual barang-barang padamu, memengaruhi pendapatmu hingga membuatmu melakukan sesuatu, bahkan membuatmu berubah pandangan ideologi.
Karena itu kebocoran data pribadi selalu menjadi isu yang panas. Dan, biasanya, hal ini paling banyak terjadi di situs jejaring ataupun ecommerce, karena di situs-situs tersebutlah kamu harus “menyerahkan” data–meliputi nama, email, alamat, sampai nomor handphone–untuk keperluan personalisasi akun. Di ecommerce, bahkan kamu harus memasukkan nomor kartu kredit untuk keperluan pembayaran transaksi online.
Tak semata-mata menjadi kesalahan pemilik situs, hal ini juga menjadi tanggung jawab kita sendiri sebagai pribadi yang “menyerahkan” data tersebut pada mereka. So, kitalah yang harus cerdas dan bijak jika dimintai data pribadi. Kita harus tahu, kapan kita bisa memberikan data dan kapankah kita harus menolaknya.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, terutama untuk mengamankan dirimu saat melakukan transaksi online, demi mencegah (atau setidaknya meminimalkan) terjadinya kebocoran data pribadi dan juga kejahatan siber lainnya.
7 Hal Waspada Saat Melakukan Transaksi Online demi Meminimalkan Peluang Terjadinya Kebocoran Data Pribadi dan Kejahatan Siber Lainnya
1. Pastikan situs online shop aman dan asli
Salah satu trik yang biasa dipakai oleh penjahat siber adalah membuat situs palsu. Karena itu, kamu sebagai pembeli harus mewaspadai hal ini. Biasanya situsnya akan memiliki alamat yang ganjil. Misalnya, taruhlah QM Financial adalah situs belanja online, maka alih-alih beralamat qmfinancial.com–yang merupakan alamat situs aslinya–situs palsu akan beralamat di qm-financial.com.
So, kamu memang harus jeli. Pastikan kamu hanya melakukan transaksi online di situs asli ecommerce, online shop, atau situs jejaringnya ya. Ini adalah langkah pertama yang paling penting untuk mencegah kebocoran data.
Di samping itu, kamu perlu pula memperhatikan, apakah alamat situs tersebut berawalan “https” alih-alih hanya “http” saja. Huruf “s” pada https berarti “security”, yang berarti situs tersebut lolos sertifikasi keamanan. Hal ini sangat penting, terutama jika kamu nantinya dituntut untuk menyerahkan berbagai data diri untuk keperluan transaksi online.
Jika kamu tidak harus melakukan transaksi online, maka membuka situs beralamat http pun tidak masalah. Hanya saja, kamu harus tetap waspada, terutama jika browser kamu memberikan sinyal tanda bahaya.
2. Pastikan koneksi aman
Biasanya kita memang akan girang banget kalau bisa mendapatkan koneksi wifi gratisan di tempat publik, ya kan? Namun, hal ini justru harus membuatmu lebih waspada.
Para penjahat siber biasanya membobol akun pengguna internet dari wifi publik, sehingga di sinilah paling rentan terjadi kebocoran data pribadi.
Jadi gimana dong? Yah, boleh saja kamu menggunakan wifi gratisan ini, tapi pastikan, ketika kamu melakukan login ke mana pun–baik itu ke email, ke akun ecommerce, ke jejaring pertemanan–kamu memakai kuota internetmu pribadi.
Kalau hanya untuk scrolling, window shopping, atau baca-baca saja–setelah kamu login–enggak masalah pakai wifi gratisan.
3. Update browser, antivirus, aplikasi, dan operating system
Browser, antivirus, aplikasi, dan OS yang ketinggalan versi bisa menjadi celah bagi para penjahat siber untuk membobol dinding keamanan dan memperbesar peluang terjadinya kebocoran data.
Jadi, jangan abaikan permintaan update di smartphone kamu ya. Segera update jika ada request untuk memperbarui versinya.
4. Amankan nomor kartu
Mau pamer apa pun di media sosial, jangan sampai kamu mengambil foto kartu kredit, kartu debit, buku tabungan, atau sejenisnya, dan mengunggahnya ke platform yang bisa diakses oleh orang banyak untuk mencegah terjadi kebocoran data ini.
Jika memang harus mengirimkan foto kartu kredit dan semacamnya, untuk keperluan pribadi, lebih baik kamu kirimkan via email atau WhatsApp yang memiliki fitur encrypting, sehingga pesanmu akan lebih aman.
5. Pastikan password aman
Jangan gunakan password yang sama untuk semua akun yang kamu miliki, baik itu untuk keperluan transaksi online. Karena begitu satu akunmu dibobol, maka selanjutnya gampang saja buat si penjahat siber untuk membobol akunmu yang lain.
Jadi, pastikan password yang berbeda untuk setiap akun. Gantilah password setiap 6 bulan sekali demi mencegah kebocoran data.
6. Awas phising!
Kadang kita mendapatkan email yang berisi semacam penawaran atau bahkan peringatan, bahwa terjadi sesuatu di salah satu akun pribadi kita, dan kita diminta untuk klik satu tautan.
Di sini, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Pastikan email benar-benar datang dari akun resminya. Jika si pengirim menggunakan alamat yang “aneh”–biasanya sih pakai akun gratisan di Gmail atau Yahoo–maka kamu patut untuk waspada.
Jangan langsung klik pada tautannya ya. Selidiki dulu, apakah semuanya memang asli.
7. Simpan bukti transaksi online
Setiap kali kita melakukan transaksi online, maka saat itu pula kita akan mendapatkan bukti transaksi, baik yang bisa dilihat di akun pribadi kita di ecommerce, aplikasinya, maupun yang dikirim melalui email. Simpanlah bukti transaksi online ini sampai transaksi benar-benar selesai; barang sudah sampai dengan aman, tak ada komplain, dan kita juga sudah membayar kewajiban.
Setelah itu, langsung hapus.
Masalah kebocoran data dan keamanan transaksi online ke depannya masih akan terjadi, apalagi dengan kondisi kita sekarang yang akan lebih banyak berbelanja secara daring. Karena itu, kitalah yang harus waspada dan cerdas saat hendak beraktivitas di dunia maya, apa pun aktivitas itu.
Tetap waspada ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kebiasaan Keuangan Baru di Masa-Masa Pandemi Covid-19
Kalau diamat-amati lagi, tak hanya rutinitas kita yang berubah selama masa kerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah ini. Tapi kita juga punya kebiasaan keuangan baru.
Iya nggak?
Rutinitas yang berubah, cara memenuhi kebutuhan berubah, kebiasaan keuangan pun berubah. Ada yang sudah merasakan perubahan ini? Ada yang sudah mengubah alokasi arus kas juga demi menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah ini? Bagus!
Berikut ada beberapa kebiasaan keuangan yang berubah selama masa pandemi Covid-19 berlangsung. Barangkali perubahan-perubahan ini juga terjadi padamu.
5 Kebiasaan Keuangan Baru yang Kita Lakukan di Masa Pandemi Covid-19
1. Belanja cashless
Demi meminimalkan diri memegang barang-barang yang dianggap bisa menjadi tempat “hinggap” virus korona–salah satunya uang kertas dan koin–kita pun jadi lebih sering belanja cashless. Baik itu gesek kartu atau dengan dompet digital.
Padahal kayak saya sendiri sebenarnya lebih nyaman belanja langsung dengan cash, karena ketika dompet menipis di situ udah langsung alerted aja kalau mesti ngerem. Ah, konvensional sekali memang.
Tapi di aplikasi-aplikasi fintech sih ada history untuk mencatat transaksi kan ya? Ini bisa jadi patokan untukmu mencatat pengeluaran dan membuat anggaran.
Hmmm. Jadi ingat. Sekarang siapa yang juga punya kebiasaan baru: suka ngelap tombol-tombol di ATM sebelum dipakai? *ngacung*
2. Belanja online
Ada juga nih kebiasaan keuangan baru; semakin sering belanja online. Tapi bukan belanja skincare, baju, atau buku (meski yang ini tetep sih, kalau ada sisa dan butuh).
Kemarin baru saja bikin list, daftar penjual atau pedagang sembako, sayur, buah, dan berbagai keperluan yang mau antar pesanan sampai di depan pintu. Cari yang dekat dengan rumah, supaya memudahkan. Sekalian ditandain juga, siapa yang terima cash, transfer, atau bisa via dompet digital.
Selain memudahkan kita belanja, cara ini juga bisa jadi salah satu cara kita untuk mendukung para pengusaha lokal supaya tetap survive di tengah masa pandemi. Saling menguntungkan, bukan?
3. Jadi lebih penuh perhitungan
Ada satu kebiasaan keuangan baru lagi nih, lantaran kondisi yang sulit dan apa-apa serba dibatasi. Yaitu penuh perhitungan.
Misalnya saja, mau keluar untuk belanja atau keperluan lain. Sekalian deh, dicari butuh apa lagi. Biar sekalinya keluar itu banyak urusan juga selesai. Contoh, mau keluar untuk belanja grocery, sekalian cari stok obat dan vitamin. Sekalian deh cek angin ban mobil dan aki kalau pas jadwalnya, lalu mampir ke toko stationery untuk menambah stok alat tulis anak-anak yang belajar di rumah.
Males ribet soalnya. Kan, kalau pulang ke rumah harus mandi sebagai salah satu SOP keamanan terhadap persebaran virus korona. Nggak boleh pegang anak dulu, atau taruh belanjaan di lemari pendingin dulu. Nggak ada praktis-praktisnya deh. Tambah ribet.
Jadi, kalau bisa, sekali keluar jalan, ya banyak hal diselesaikan. Habis itu tinggal di rumah aja.
4. Pos kesehatan jadi lebih prioritas
Siapa nih yang pos kesehatannya menjadi naik skala prioritasnya? Kayaknya berlaku buat semua orang sih.
Di rumah jadi punya persediaan vitamin, juga punya persediaan cairan disinfektan dan hand soap yang lebih banyak daripada biasanya. Hand soap yang biasanya dipakai sebulan enggak habis, sekarang jadi diisi ulang setiap 3 hari sekali.
Enggak salah kok. Kan pada dasarnya kita selalu harus beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Asal enggak usah lebay juga.
Wajar, jika pos kesehatan menjadi prioritas utama sekarang. Malah bagus, kita diingatkan lagi kan untuk selalu menjaga kesehatan.
Enggak cuma vitamin, makanan bergizi, dan persediaan disinfektan yang harus aman, pastikan asuransi kesehatanmu juga aman ya.
5. Kebutuhan vs urgensi
Kebiasaan keuangan baru yang lain adalah bergesernya mindset akibat keterbatasan ruang gerak yang sekarang harus kita jalani. Sudah bukan lagi keinginan versus kebutuhan, tetapi bergeser menjadi kebutuhan versus urgensi.
Kalau dipikir, semua jadi hal penting soalnya. Ketika kita enggak bisa leluasa bepergian, belanja, atau bekerja–keuangan pun akhirnya terbatas bagi sebagian besar orang–maka di situ kita harus memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Tingkat urgensi menjadi salah satu penentu pertimbangan.
Dari kelima kebiasaan keuangan baru di atas, mana yang sudah kamu lakukan? Atau ada kebiasaan keuangan baru lain yang belum disebutkan? Boleh lengkapi di kolom komen ya!
Tetap semangat menjalani masa pandemi ini ya! This too shall pass. Mari kita tetap berharap yang baik-baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pasangan Suami Istri Sering Saling Merahasiakan 5 Hal Keuangan Ini
Bagaimana jika pasangan suami istri saling mempunyai rahasia? Well, mungkin untuk beberapa hal–demi kebaikan bersama–masih bisa ditoleransi. Namun, kalau rahasia itu menyangkut keuangan, nah … itu bisa jadi runyam.
Pada kenyataannya, hal ini memang bisa terjadi. Alasannya bisa bermacam-macam, dan hanya pasangan suami istri tersebutlah yang tahu. Ya, pasti ada alasan yang cukup kuat hingga membuat masing-masing pihak saling merahasiakan, tetapi harus waspada, karena rahasia keuangan seperti ini berpeluang untuk menciptakan konflik di kemudian hari. Bisa jadi masalah besar.
Rahasia keuangan apa saja yang berpeluang menjadi konflik rumah tangga antara pasangan suami istri itu? Mari kita lihat satu per satu.
5 Hal Keuangan yang Sering Menjadi Rahasia Pasangan Suami Istri
1. Utang
Ini kisah yang benar-benar terjadi. Seorang teman menikah dengan teman masa kecilnya. Setelah pulang dari honeymoon, barulah terungkap bahwa sang istri memiliki utang pinjaman online puluhan juta rupiah. Alasan utangnya sebenarnya cukup miris, untuk membiayai ongkos rumah sakit ayahnya yang terkena stroke.
Si suami tentu saja shock. Sekian lama berpacaran, pasangannya ternyata bisa rapi menyembunyikan rahasia ini. Iya, dia tahu sih, kalau ayah (mantan) pacarnya itu sempat dirawat di rumah sakit, tapi enggak membayangkan kalau ongkosnya dibayar dengan pinjaman online.
Tak hanya bawaan masa lajang, utang yang dirahasiakan juga bisa terjadi ketika pasangan suami istri sudah berada dalam ikatan rumah tangga. Sudah sering dengar celetukan, “Lakinya kan enggak tahu, kalau bininya ngutang panci!”
Aduh, mirisnya. Dan, tak hanya pihak istri yang sering menyembunyikan utang seperti ini, pihak suami pun tak jarang juga melakukannya.
2. Belanja online
Sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Sebuah toko online mem-publish capture-capture bagaimana para suami minta dibuatkan nota palsu ketika berbelanja di online shop tersebut. Kebetulan online shop tersebut berjualan barang-barang hobi yang biasa dilakukan oleh pria aka suami-suami.
Yang harganya Rp15 juta, diminta ditulis Rp2 juta saja. Yang harganya Rp5 juta, minta ditulis Rp500 ribu. Dan seterusnya. Memang sih, para suami ini membelanjakan uangnya sendiri–bukan uang istri, tapi mereka beralasan, supaya enggak dibawelin atau diomelin istri karena belanja segitu banyaknya hanya untuk hobi mereka.
Ya, kalau liat capture-capture yang dipublish ya lucu sih. Bikin ngakak. Tapi di balik itu, ya sedih. Sampai segitunya ya?
3. Tabungan
Punya tabungan rahasia? Bisa saja terjadi. Seorang teman mengaku merahasiakan tabungannya dari suaminya sendiri. Apa pasal? Demi menyelamatkan keuangan keluarga, lantaran si suami ini terkenal boros banget.
Well, untuk alasan itu, mungkin masih bisa diterima akal sehat sih. Tetapi, kalau untuk tujuan, misalnya seperti, “Tabunganku ya tabunganku. Tapi biar suami aja yang biayain kebutuhan hidup. Keenakan dia dong!” … nah, itu salah.
Bagaimanapun, peran pasangan suami istri yang seimbang sangat diperlukan di sini. Jika kelak pasangan tahu, bahwa salah satu pihak merahasiakan tabungannya, hal ini bisa memicu konflik dalam rumah tangga juga lo. Jadi, harus waspada ya.
4. Kartu kredit
Lah, punya kartu kredit dirahasiakan? Iya, memang. Dan, ada. Alasannya, ya supaya enggak dipakai belanja sama pasangannya.
Yah, mungkin memang ada alasan yang kuat, tetapi harus waspada. Karena seperti halnya rahasia-rahasia lain sebelumnya, hal ini juga berpeluang untuk menimbulkan konflik pada pasangan suami istri.
Ada baiknya untuk dibicarakan saja. Jika memang hanya untuk keperluan kantor (karena juga merupakan fasilitas kantor untuk mendukung kerjaan), misalnya, jelaskan pada pasangan. Buat dia mengerti, bahwa kartu kredit tersebut tidak untuk dipakai sendiri.
5. Penghasilan
Masih zaman ya, menyembunyikan jumlah penghasilan kalau sudah resmi jadi pasangan suami istri begini?
Ya, seharusnya enggak sih. Kalau masih masa pacaran sih, ya wajar. Kan, belum tentu jadi pasangan sehidup semati. Tapi, kalau sudah menikah dan berkomitmen membentuk keluarga–ditambah lagi, dengan punya cita-cita dan tujuan hidup jangka panjang–masa masih merahasiakan penghasilan masing-masing?
Kelima rahasia keuangan di atas memang menjadi hak masing-masing pihak. Percaya banget deh, bahwa pasti ada alasan mengapa harus dirahasiakan satu sama lain. Namun kelimanya juga bisa berpeluang untuk menimbulkan konflik di kemudian hari.
Jadi, gimana dong? Ya, duduk berdua, lalu bicara. Ajak ngobrol, yang santai, tanpa emosi yang meledak-ledak. Jika ada kesulitan, segera cari solusi berdua. Ingat, it takes two to tango. Sebuah keluarga enggak akan bisa harmonis bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama, kalau masing-masing pihak hanya mementingkan egonya sendiri.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
Namanya juga generasi kekinian, manusia modern. Kalau enggak punya gaya hidup yang sesuai dengan zamannya ya jadinya enggak edgy, kurang gaul, dan kudet.
Betul enggak?
Tapi, ternyata gaya hidup nan edgy dan kekinian itu butuh modal. Kadang ya enggak sedikit. Ya, bisa saja sih cuma Rp20.000 – Rp50.000, tapi kalau tiap hari…? Waduw banget kan? Sebulan berapa dong? Hitung sendiri saja deh.
Memangnya apa saja sih pengeluaran gaya hidup yang mesti diwaspadai ini? Mari kita lihat.
7 Pengeluaran gaya hidup kekinian nan edgy yang bisa bikin dompet jebol
1. Pesan makanan online
Halo, makan siang kekinian yang tinggal tunggu aja di rumah/di kantor! Orang sibuk ini, malas banget masak sendiri. Enggak ada waktu buat masak, ketimbang akhirnya enggak makan ya sudahlah, pesan layan antar saja.
Alasan aja sih itu.
Ya enggak apa sih. Tapi kalau ini terjadi setiap hari …. hmmmm. Tabungan apa kabar, topup terus?
Minimal kalau pesan online itu kan ada ongkos kirim ya? Rp4.000 sampai Rp10.000-lah, paling enggak, kalau kita bisa milih makanan yang deket-deket aja. Ya, bisa sih, milih yang bebas ongkos kirim. Tapi enggak semua makanan yang kita doyan atau pengin lagi ada promo free ongkir kan?
Seminggu aja, sudah Rp70.000 dong habis buat ongkir doang. Itu kan bisa dipakai buat beli beras 5 kg lo!
Pernah bandingin juga, beli roti bakar di aplikasi Rp15.000. Setelah disamperin sendiri, ternyata harga aslinya cuma Rp11.000. Yha! Selisih Rp4.000 ternyata, antara pesan via ojol sama kalau kita langsung datang ke kiosnya. Ha! Kalau sehari 3 kali dapat selisih Rp4.000 berarti dapat Rp12.000 dong ya. Dikali 30? Jadi berapa?
2. Belanja skincare
Enggak ada yang bilang kalau skincare itu enggak penting. Mungkin semua perempuan juga setuju kalau kita butuh banget skincare. Ya, siapa yang mau punya kulit kusam, kering, keriput, dan beruam-ruam?
Tapi ya, ya masa setiap kali beauty vlogger junjungan ngepost review skincare terbaru lantas kamu pun harus ikutan pake juga sih? Tanpa pertimbangan, apa memang butuh atau hanya pengin beli? Atau, seenggaknya coba perhatikan stok skincare kamu. Jangan-jangan malah masih banyak kemasan yang belum sempat dibuka juga.
3. Belanja online
Semakin ke sini, makin gampang juga buat belanja, yes? Apalagi kalau lagi ada momen-momen tertentu, kayak Harbolnas, atau Black Friday. Duh, diskon-diskon gede berceceran sana-sini!
Belum lagi program-program khusus masing-masing online shop–gratis ongkir dengan minimum pembelianlah, cashback untuk pembelian kedualah, buy 1 get 2-lah ….
Akhirnya, demi “memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku”, yang tadinya cuma butuh satu, jadi beli dua. Demi bisa dapat diskon, atau untuk dapetin cashback.
Yang tadinya belum terlalu butuh, jadi butuh banget!
4. Ngopi di kafe
Gaya hidup kekinian yang sudah bisa bekerja secara remote, akhirnya juga butuh modal gede lo.
Kerja di rumah, rentan ngantuk. Penginnya rebahan aja terus. Supaya semangat, berangkat deh ke kedai kopi langganan. Kalau cuma numpang wifi doang, ya kayaknya enggak enak sama mas baristanya. Ya, udah deh, pesan kopi secangkir. Rp30.000 – Rp50.000 pun keluar dari dompet.
Sejam dua jam, kayaknya sekalian pesan makan siang deh. Coba cari menu yang paling murah, Rp60.000 – Rp100.000.
Enggak kerasa, begitu kerjaan selesai, close bill dengan tertera angka Rp300.000.
Kalau tiap hari, sebulan berarti keluarin uang Rp7.500.000, minimal, buat suntikan semangat kerja ini ya? Hmmm …. Padahal fee dari kerjaan berapa sih?
5. Nonton film di bioskop
Jadi moviegoers sekarang lagi ngetren ya. Kayaknya seru aja gitu ikut nimbrung di thread-thread review milik akun-akun khusus film itu. Dilihat teman-teman kayaknya juga kekinian banget, kalau bisa update film bioskop terbaru.
Pun kayaknya seru abis kalau bisa kasih spoiler duluan dibanding yang lain. Ha!
Maka, kalau ada film terbaru harus nonton di hari pertama!
Padahal film baru biasanya datang di setiap minggu. Sekali ganti, bisa 5 – 7 film. Kalau lantas setiap minggu maraton film, 3 – 5 film demi label moviegoers ya mesti waspada juga dompet terkuras.
6. Membership pusat kebugaran
Ini sih bagus, kan demi tubuh yang sehat! Apalagi kesadaran untuk punya gaya hidup sehat sekarang juga makin baik.
Sayangnya, kadang kita cuma rajin ke gym ini selama beberapa bulan pertama aja, tapi bayar membership tahunan. Pasalnya, kalau bayar setahun sekalian bisa dapat gratis keanggotaan sebulan.
Nah lo. Kalau gini, bisa dibilang hemat sebulan enggak sih?
7. Langganan streaming musik/film
Yah, ini juga enggak masalah juga sebenarnya, kalau memang kita butuhkan. Tapi, perlu dipertimbangkan juga dengan masak-masak.
Streaming musik, misalnya. Kalau enggak berlangganan, paling kan hanya dilewati iklan kan ya? Atau, enggak bsa didownload lagunya. Kira-kira mengganggu enggak sih? Kalau misalnya ini enggak mengganggu atau bikin masalah, baiknya ya pertimbangkan saja langganan streaming ini.
Rp50.000 – Rp100.000 per bulan lumayan juga kan?
Nah, jadi, gaya hidup mana yang masih jadi “masalah keuangan” buatmu sampai sekarang?
Ada baiknya, mulai menata gaya hidup kamu lagi, supaya tahun 2020 ini kondisi keuanganmu lebih baik. Bisa kok, bisa! Pasti bisa. Bijaklah dalam mengelola uangmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.