Survei: 52% Orang Tua Mengalami Stres Selama Pandemi Karena Alasan Finansial – Apa yang Harus Dilakukan?
Survei Universitas Michigan yang melibatkan 500 lebih orang responden (dengan 51% di antaranya memiliki anak di bawah usia 12 tahun) ternyata membuktikan, bahwa tak sedikit orang tua mengaku mengalami stres hingga terjadi peningkatan intensitas hukuman fisik dan psikologis yang diberikan pada anak di masa-masa karantina mandiri ini.
Lebih menarik lagi, peningkatan ini ternyata dipicu oleh alasan keuangan. 50% di antaranya mengaku, stres datang lantaran mereka khawatir tidak bisa membayar berbagai tagihan, sedangkan 55% cemas akan kehabisan uang selama masa #dirumahaja.
52% orang tua mengaku, bahwa masalah finansial memengaruhi hubungan mereka dengan anak selama masa pandemi, dan 50% lainnya mengaku, semakin berkonfliknya hubungan mereka dengan anak disebabkan oleh isolasi sosial.
Hmmm, ini menarik.
Memang setelah dua minggu masa karantina berlangsung, mulai ada keluhan dari para orang tua yang “ditugasi” oleh guru dan sekolah (serta pemerintah) untuk mendampingi dan mendidik anak selama belajar di rumah.
Well yes, the thing is enggak semua orang tua punya kompetensi untuk mendidik anak secara akademis sendiri. Ditambah lagi, banyak orang tua yang masih sibuk bekerja meski mereka tinggal di rumah.
Di samping itu, muncul pula kekhawatiran finansial karena mungkin ada pengurangan tunjangan dan fasilitas ketika orang tua bekerja di rumah. Ini belum termasuk mereka yang secara resmi dirumahkan tanpa gaji ataupun upah.
So, bagaimana caranya mengelola diri agar tak mengalami stres selama mendampingi dan mendidik anak belajar di rumah? Yah, setidaknya meminimalkan efek dari stres yang bisa berdampak kurang baik untuk anak.
7 Hal yang Bisa Dilakukan Orang Tua Agar Tak Mengalami Stres Karena Kekhawatiran Finansial Saat Mendampingi Anak Belajar di Rumah
1. Beri pengertian
Adalah penting bagi anak untuk mengetahui bahwa kondisi sekarang agak berbeda dari biasanya. Memang sebagai orang tua, kita tidak boleh menambahkan beban–apalagi ketakutan–kepada mereka. Cukup kita saja yang mengalami stres, bukan anak-anak.
Namun, ada baiknya memberi mereka pengertian, bahwa sekarang waktunya untuk lebih wawas diri dan prihatin dengan kondisi. Inilah waktunya untuk memperkenalkan rasa empati pada anak.
So, coba cari waktu untuk bisa mengobrol. Biasanya anak-anak yang sudah lebih besar (minimal sudah duduk di bangku SD) akan lebih mudah diberi pengertian. Sedangkan, jika masih sangat kecil, ini waktunya untuk memperkenalkan pola hidup yang lebih sehat dan hemat pada mereka.
2. Pos kesehatan dan gizi pastikan aman
Pos kesehatan dan makanan merupakan kebutuhan yang paling urgent di masa-masa pandemik ini. Jadi, pastikan anak-anak dan keluarga tetap mendapatkan nutrisi baik yang mereka perlukan untuk tumbuh dan berkembang.
Pastikan juga jaminan kesehatan terhadap mereka tetap dipenuhi. Mulai dari pencegahan, obat-obatan, hingga asuransi kesehatan.
3. Atur prioritas keuangan
Yes, gerak ekonomi kita sekarang sedang melambat di semua sektor. Banyak pekerja dirumahkan, baik dengan gaji yang dikurangi atau bahkan tanpa gaji. Banyak orang kehilangan mata pencaharian, sehingga banyak pula yang hidup dengan uang tabungan.
Wajar jika kemudian kita mengalami stres karenanya. Penghasilan berkurang, sedangkan pengeluaran bertambah.
Jadi, mari atur prioritas keuangan lagi. Alokasi arus kas harus dicek lagi. Lihat di bagian mana, pos pengeluaran bisa dikurangi.
4. Buat jadwal
Yes, it’s all about time management lagi. Kalau perlu, buat jadwal harian yang berlaku untuk seisi rumah, agar kita bisa menjamin setiap kegiatan bisa on time.
Kalau perlu tulis jadwal di whiteboard atau apa pun, dan letakkan di tempat yang mudah dilihat.
Karena, berada di rumah bukan berarti kita liburan nih kali ini, tetapi tetap belajar dan bekerja. Jadi rutinitas pun harus tetap jalan: tetap bangun pagi, tetap harus sarapan, dan mandi.
Justru sebagai orang tua, ini kesempatan kita untuk mengajarkan kedisiplinan dan kemandirian pada anak dengan lebih baik.
5. Ajak anak berkreasi dengan barang bekas/yang sudah ada di rumah
Di rumah pasti ada barang bekas kan? Jika tugas sekolah sudah selesai, dan masih ada waktu luang, ajak anak-anak berkreasi membuat mainan sendiri atau kreasi lain dari barang-barang tak terpakai ini.
Lakukanlah ini juga di sela-sela kesibukan kita bekerja dari rumah. Lumayan jadi selingan buat orang tua yang mengalami stres lo.
Carilah video tutorial yang banyak ditemukan di Youtube (ketimbang hanya membiarkan anak-anak menonton video yang tanpa muatan pendidikan), lalu coba praktik sendiri. Modifikasi jika perlu, sediakan bahan-bahan yang bisa mereka pakai.
6. Ajak anak untuk bersolidaritas
Sekarang juga waktunya untuk memperkenalkan rasa empati pada anak-anak. Ajak mereka untuk ikut bersolidaritas pada mereka yang berada di garda depan memerangi virus korona.
Ajak anak-anak berdonasi dari uang jajan sekolah atau uang saku yang biasanya mereka dapatkan. Nominal kecil pun tak masalah kan?
Atau biarkan mereka memesan makanan secara online via aplikasi ojol, dan pesankan makanan untuk driver sekalian, seperti ajakan Mbak Ligwina Hananto tempo hari yang sempat viral di media sosial.
Dengan begini, kita yang mengalami stres ini semoga lantas tersadarkan, bahwa kondisi kita masih lebih baik ketimbang mereka yang harus tetap berada di luar itu. Pun dapat menanamkan nilai-nilai solidaritas pada anak-anak.
7. Berikan sugesti bahwa semua akan ada akhirnya
Ini sugesti penting buat kita yang mengalami stres di masa pandemik ini, bahwa semua ini pasti juga akan ada akhirnya.
Sampaikan juga hal ini pada anak-anak. Suatu hari nanti, mereka juga akan kembali ke sekolah, berkegiatan seperti semula. Orang tua juga demikian, akan kembali ke kantor dan bisa bekerja seperti biasa. Saat weekend atau liburan panjang nanti, kita juga bisa berlibur seperti sebelumnya, pun bisa jalan-jalan ke mana saja dengan leluasa.
Sampaikan sugesti ini sesering yang diperlukan, untuk menumbuhkan harapan dan motivasi untuk bertahan. Baik bagi kita, ataupun anak-anak.
Nah, stay safe, everyone! This too shall pass! Stay sane, stay healthy, and stay at home!
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kebiasaan Keuangan Baru di Masa-Masa Pandemi Covid-19
Kalau diamat-amati lagi, tak hanya rutinitas kita yang berubah selama masa kerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah ini. Tapi kita juga punya kebiasaan keuangan baru.
Iya nggak?
Rutinitas yang berubah, cara memenuhi kebutuhan berubah, kebiasaan keuangan pun berubah. Ada yang sudah merasakan perubahan ini? Ada yang sudah mengubah alokasi arus kas juga demi menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah ini? Bagus!
Berikut ada beberapa kebiasaan keuangan yang berubah selama masa pandemi Covid-19 berlangsung. Barangkali perubahan-perubahan ini juga terjadi padamu.
5 Kebiasaan Keuangan Baru yang Kita Lakukan di Masa Pandemi Covid-19
1. Belanja cashless
Demi meminimalkan diri memegang barang-barang yang dianggap bisa menjadi tempat “hinggap” virus korona–salah satunya uang kertas dan koin–kita pun jadi lebih sering belanja cashless. Baik itu gesek kartu atau dengan dompet digital.
Padahal kayak saya sendiri sebenarnya lebih nyaman belanja langsung dengan cash, karena ketika dompet menipis di situ udah langsung alerted aja kalau mesti ngerem. Ah, konvensional sekali memang.
Tapi di aplikasi-aplikasi fintech sih ada history untuk mencatat transaksi kan ya? Ini bisa jadi patokan untukmu mencatat pengeluaran dan membuat anggaran.
Hmmm. Jadi ingat. Sekarang siapa yang juga punya kebiasaan baru: suka ngelap tombol-tombol di ATM sebelum dipakai? *ngacung*
2. Belanja online
Ada juga nih kebiasaan keuangan baru; semakin sering belanja online. Tapi bukan belanja skincare, baju, atau buku (meski yang ini tetep sih, kalau ada sisa dan butuh).
Kemarin baru saja bikin list, daftar penjual atau pedagang sembako, sayur, buah, dan berbagai keperluan yang mau antar pesanan sampai di depan pintu. Cari yang dekat dengan rumah, supaya memudahkan. Sekalian ditandain juga, siapa yang terima cash, transfer, atau bisa via dompet digital.
Selain memudahkan kita belanja, cara ini juga bisa jadi salah satu cara kita untuk mendukung para pengusaha lokal supaya tetap survive di tengah masa pandemi. Saling menguntungkan, bukan?
3. Jadi lebih penuh perhitungan
Ada satu kebiasaan keuangan baru lagi nih, lantaran kondisi yang sulit dan apa-apa serba dibatasi. Yaitu penuh perhitungan.
Misalnya saja, mau keluar untuk belanja atau keperluan lain. Sekalian deh, dicari butuh apa lagi. Biar sekalinya keluar itu banyak urusan juga selesai. Contoh, mau keluar untuk belanja grocery, sekalian cari stok obat dan vitamin. Sekalian deh cek angin ban mobil dan aki kalau pas jadwalnya, lalu mampir ke toko stationery untuk menambah stok alat tulis anak-anak yang belajar di rumah.
Males ribet soalnya. Kan, kalau pulang ke rumah harus mandi sebagai salah satu SOP keamanan terhadap persebaran virus korona. Nggak boleh pegang anak dulu, atau taruh belanjaan di lemari pendingin dulu. Nggak ada praktis-praktisnya deh. Tambah ribet.
Jadi, kalau bisa, sekali keluar jalan, ya banyak hal diselesaikan. Habis itu tinggal di rumah aja.
4. Pos kesehatan jadi lebih prioritas
Siapa nih yang pos kesehatannya menjadi naik skala prioritasnya? Kayaknya berlaku buat semua orang sih.
Di rumah jadi punya persediaan vitamin, juga punya persediaan cairan disinfektan dan hand soap yang lebih banyak daripada biasanya. Hand soap yang biasanya dipakai sebulan enggak habis, sekarang jadi diisi ulang setiap 3 hari sekali.
Enggak salah kok. Kan pada dasarnya kita selalu harus beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Asal enggak usah lebay juga.
Wajar, jika pos kesehatan menjadi prioritas utama sekarang. Malah bagus, kita diingatkan lagi kan untuk selalu menjaga kesehatan.
Enggak cuma vitamin, makanan bergizi, dan persediaan disinfektan yang harus aman, pastikan asuransi kesehatanmu juga aman ya.
5. Kebutuhan vs urgensi
Kebiasaan keuangan baru yang lain adalah bergesernya mindset akibat keterbatasan ruang gerak yang sekarang harus kita jalani. Sudah bukan lagi keinginan versus kebutuhan, tetapi bergeser menjadi kebutuhan versus urgensi.
Kalau dipikir, semua jadi hal penting soalnya. Ketika kita enggak bisa leluasa bepergian, belanja, atau bekerja–keuangan pun akhirnya terbatas bagi sebagian besar orang–maka di situ kita harus memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Tingkat urgensi menjadi salah satu penentu pertimbangan.
Dari kelima kebiasaan keuangan baru di atas, mana yang sudah kamu lakukan? Atau ada kebiasaan keuangan baru lain yang belum disebutkan? Boleh lengkapi di kolom komen ya!
Tetap semangat menjalani masa pandemi ini ya! This too shall pass. Mari kita tetap berharap yang baik-baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.