Mau Pakai Dana Darurat? Lakukan 5 Hal Ini!
Dana darurat memang ada sebagai cadangan dana di saat-saat sulit, seperti di masa pandemi COVID-19 ini. So, kalau sekarang kamu mengalami kesulitan arus kas, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk pakai dana darurat untuk menyambung hidup.
Banyak orang yang kehilangan pekerjaan–yang berarti pengurangan penghasilan–selama kegiatan perekonomian terhenti. Di saat ini, yang harus kita utamakan memang kesehatan, sehingga semaksimal mungkin kita bekerja dari rumah. Tetapi, enggak semua orang punya privilege untuk membawa pulang pekerjaannya. Mereka yang mendapatkan imbalan harian agaknya akan harus mengalami masa sulit.
Sekarang, baru kerasa kan betapa pentingnya memiliki dana darurat? Dana darurat akan bisa memperpanjang napas, setidaknya beberapa bulan ke depan.
So, kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup? Boleh saja mulai kamu pertimbangkan. Karena dana darurat adalah dana cadangan, maka enggak boleh sembarangan juga dipakai; harus lebih berhati-hati. Karena, ingat, untuk sementara waktu, penghasilan kamu berhenti loh! Sungguh ketidakpastian yang membuat waswas kan? Makanya, harus diperhitungkan dengan baik.
Berikut beberapa pertimbangan yang harus kamu pikirkan jika kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup
1. Berapa kebutuhannya?
Berapa sih kekurangan biaya hidup yang harus kamu tanggung selama masa pandemi virus korona ini? Sudah kamu hitungkah?
Ayo, dihitung secara realistis. Berapa pengeluaranmu untuk kebutuhan hidup? Cobalah untuk membuat catatan pengeluaran lagi, karena pola arus kas sebelumnya sudah enggak relevan lagi. Banyak pos yang berubah kan? Pun banyak kebiasaan keuangan baru yang kita lakukan. Jangan sampai nih, kamu memutuskan untuk pakai dana darurat, tetapi sebenarnya masih ada pos pengeluaran lain yang belum dihemat.
Jadi, coba hitung lagi pengeluaran kamu, dan bandingkan dengan penghasilan yang mungkin masih ada. Dari situ akan terlihat, berapa banyak kebutuhanmu.
2. Cairkan sesuai kebutuhan
Biasanya, kita menaruh dana darurat di beberapa instrumen sekaligus, mulai dari tabungan biasa, tabungan berjangka, Reksa Dana Pasar Uang, logam mulia, dan lain sebagainya. Enggak perlu semua langsung dicairkan dong ya?
Kalau kamu sudah melakukan perhitungan kekurangan biaya hidup seperti di poin 1, mestinya kamu pun sudah bisa membayangkan seberapa banyak kamu harus pakai dana darurat itu. Lalu, cek besaran dana darurat yang ada di instrumennya, mana nih yang jumlah nominalnya mendekati?
Kamu juga perlu memperhitungkan kecepatan pencairannya ya. Untuk Reksa Dana Pasar Uang, mungkin bisa butuh beberapa hari. Begitu juga dengan logam mulia–emas misalnya, kamu akan butuh waktu untuk menjualnya. Kalau tabungan biasa dan tabungan berjangka mungkin enggak perlu waktu terlalu lama.
Namun, untuk tabungan berjangka dan deposito, kamu kan harus menanggung penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo. Nah, ini juga harus kamu perhitungkan ya, ketika hendak pakai dana darurat.
3. Gunakan dengan bijak
Keep in mind ya, bahwa kalau kamu pakai dana darurat, ini berarti kamu sedang menggunakan dana cadangan hidup kamu. Bukan uang kaget, uang yang tiba-tiba jatuh dari langit. Bukan uang yang bisa dihambur-hamburkan begitu saja.
Jadi, pergunakanlah dengan bijak. Kalau perlu buatlah anggaran pemakaian dana darurat ini, supaya tepat sasaran.
4. Catat pemakaiannya
Begitu pakai dana darurat, buatlah juga catatannya. Berapa banyak yang kamu pakai, dan berapa yang sudah dikeluarkan.
Dengan cara ini, kamu akan bisa mengevaluasi kembali nantinya saat kondisi sudah lebih baik. Untuk apa dievaluasi kembali? Nah, ini penjelasannya ada di poin selanjutnya.
5. Buat komitmen untuk mengganti
Ya, untuk menggantinya. Dana darurat ini memang bisa menjadi penolong di masa sulit, tetapi setelah pakai dana darurat ya harus diganti. Ke depannya kan hidup kita juga masih panjang. Siapa yang akan jamin semua akan lurus-lurus saja? Bisa saja masa sulit akan datang lagi kan, meski bentuknya lain.
Jadi, memang, untuk pakai dana darurat, kamu harus bijak dan setelah itu, buatlah komitmen untuk menggantinya ketika kondisinya sudah membaik nanti.
Bagaimana caranya? Kita akan bahas di artikel terpisah, supaya enggak terlalu panjang ya.
Nah, semoga dengan sedikit tip di atas, kamu bisa bijak ketika harus pakai dana darurat untuk bertahan hidup di masa sulit ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Survei: 52% Orang Tua Mengalami Stres Selama Pandemi Karena Alasan Finansial – Apa yang Harus Dilakukan?
Survei Universitas Michigan yang melibatkan 500 lebih orang responden (dengan 51% di antaranya memiliki anak di bawah usia 12 tahun) ternyata membuktikan, bahwa tak sedikit orang tua mengaku mengalami stres hingga terjadi peningkatan intensitas hukuman fisik dan psikologis yang diberikan pada anak di masa-masa karantina mandiri ini.
Lebih menarik lagi, peningkatan ini ternyata dipicu oleh alasan keuangan. 50% di antaranya mengaku, stres datang lantaran mereka khawatir tidak bisa membayar berbagai tagihan, sedangkan 55% cemas akan kehabisan uang selama masa #dirumahaja.
52% orang tua mengaku, bahwa masalah finansial memengaruhi hubungan mereka dengan anak selama masa pandemi, dan 50% lainnya mengaku, semakin berkonfliknya hubungan mereka dengan anak disebabkan oleh isolasi sosial.
Hmmm, ini menarik.
Memang setelah dua minggu masa karantina berlangsung, mulai ada keluhan dari para orang tua yang “ditugasi” oleh guru dan sekolah (serta pemerintah) untuk mendampingi dan mendidik anak selama belajar di rumah.
Well yes, the thing is enggak semua orang tua punya kompetensi untuk mendidik anak secara akademis sendiri. Ditambah lagi, banyak orang tua yang masih sibuk bekerja meski mereka tinggal di rumah.
Di samping itu, muncul pula kekhawatiran finansial karena mungkin ada pengurangan tunjangan dan fasilitas ketika orang tua bekerja di rumah. Ini belum termasuk mereka yang secara resmi dirumahkan tanpa gaji ataupun upah.
So, bagaimana caranya mengelola diri agar tak mengalami stres selama mendampingi dan mendidik anak belajar di rumah? Yah, setidaknya meminimalkan efek dari stres yang bisa berdampak kurang baik untuk anak.
7 Hal yang Bisa Dilakukan Orang Tua Agar Tak Mengalami Stres Karena Kekhawatiran Finansial Saat Mendampingi Anak Belajar di Rumah
1. Beri pengertian
Adalah penting bagi anak untuk mengetahui bahwa kondisi sekarang agak berbeda dari biasanya. Memang sebagai orang tua, kita tidak boleh menambahkan beban–apalagi ketakutan–kepada mereka. Cukup kita saja yang mengalami stres, bukan anak-anak.
Namun, ada baiknya memberi mereka pengertian, bahwa sekarang waktunya untuk lebih wawas diri dan prihatin dengan kondisi. Inilah waktunya untuk memperkenalkan rasa empati pada anak.
So, coba cari waktu untuk bisa mengobrol. Biasanya anak-anak yang sudah lebih besar (minimal sudah duduk di bangku SD) akan lebih mudah diberi pengertian. Sedangkan, jika masih sangat kecil, ini waktunya untuk memperkenalkan pola hidup yang lebih sehat dan hemat pada mereka.
2. Pos kesehatan dan gizi pastikan aman
Pos kesehatan dan makanan merupakan kebutuhan yang paling urgent di masa-masa pandemik ini. Jadi, pastikan anak-anak dan keluarga tetap mendapatkan nutrisi baik yang mereka perlukan untuk tumbuh dan berkembang.
Pastikan juga jaminan kesehatan terhadap mereka tetap dipenuhi. Mulai dari pencegahan, obat-obatan, hingga asuransi kesehatan.
3. Atur prioritas keuangan
Yes, gerak ekonomi kita sekarang sedang melambat di semua sektor. Banyak pekerja dirumahkan, baik dengan gaji yang dikurangi atau bahkan tanpa gaji. Banyak orang kehilangan mata pencaharian, sehingga banyak pula yang hidup dengan uang tabungan.
Wajar jika kemudian kita mengalami stres karenanya. Penghasilan berkurang, sedangkan pengeluaran bertambah.
Jadi, mari atur prioritas keuangan lagi. Alokasi arus kas harus dicek lagi. Lihat di bagian mana, pos pengeluaran bisa dikurangi.
4. Buat jadwal
Yes, it’s all about time management lagi. Kalau perlu, buat jadwal harian yang berlaku untuk seisi rumah, agar kita bisa menjamin setiap kegiatan bisa on time.
Kalau perlu tulis jadwal di whiteboard atau apa pun, dan letakkan di tempat yang mudah dilihat.
Karena, berada di rumah bukan berarti kita liburan nih kali ini, tetapi tetap belajar dan bekerja. Jadi rutinitas pun harus tetap jalan: tetap bangun pagi, tetap harus sarapan, dan mandi.
Justru sebagai orang tua, ini kesempatan kita untuk mengajarkan kedisiplinan dan kemandirian pada anak dengan lebih baik.
5. Ajak anak berkreasi dengan barang bekas/yang sudah ada di rumah
Di rumah pasti ada barang bekas kan? Jika tugas sekolah sudah selesai, dan masih ada waktu luang, ajak anak-anak berkreasi membuat mainan sendiri atau kreasi lain dari barang-barang tak terpakai ini.
Lakukanlah ini juga di sela-sela kesibukan kita bekerja dari rumah. Lumayan jadi selingan buat orang tua yang mengalami stres lo.
Carilah video tutorial yang banyak ditemukan di Youtube (ketimbang hanya membiarkan anak-anak menonton video yang tanpa muatan pendidikan), lalu coba praktik sendiri. Modifikasi jika perlu, sediakan bahan-bahan yang bisa mereka pakai.
6. Ajak anak untuk bersolidaritas
Sekarang juga waktunya untuk memperkenalkan rasa empati pada anak-anak. Ajak mereka untuk ikut bersolidaritas pada mereka yang berada di garda depan memerangi virus korona.
Ajak anak-anak berdonasi dari uang jajan sekolah atau uang saku yang biasanya mereka dapatkan. Nominal kecil pun tak masalah kan?
Atau biarkan mereka memesan makanan secara online via aplikasi ojol, dan pesankan makanan untuk driver sekalian, seperti ajakan Mbak Ligwina Hananto tempo hari yang sempat viral di media sosial.
Dengan begini, kita yang mengalami stres ini semoga lantas tersadarkan, bahwa kondisi kita masih lebih baik ketimbang mereka yang harus tetap berada di luar itu. Pun dapat menanamkan nilai-nilai solidaritas pada anak-anak.
7. Berikan sugesti bahwa semua akan ada akhirnya
Ini sugesti penting buat kita yang mengalami stres di masa pandemik ini, bahwa semua ini pasti juga akan ada akhirnya.
Sampaikan juga hal ini pada anak-anak. Suatu hari nanti, mereka juga akan kembali ke sekolah, berkegiatan seperti semula. Orang tua juga demikian, akan kembali ke kantor dan bisa bekerja seperti biasa. Saat weekend atau liburan panjang nanti, kita juga bisa berlibur seperti sebelumnya, pun bisa jalan-jalan ke mana saja dengan leluasa.
Sampaikan sugesti ini sesering yang diperlukan, untuk menumbuhkan harapan dan motivasi untuk bertahan. Baik bagi kita, ataupun anak-anak.
Nah, stay safe, everyone! This too shall pass! Stay sane, stay healthy, and stay at home!
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.