Kiat Karyawan Atur Gaji di Bulan Puasa dalam 3 Langkah
Akhirnya bulan puasa sudah kembali hadir di tahun ini. Tentunya, bagi kamu yang muslim, hal ini patut sangat disyukuri ya? Apalagi kita menyambut bulan suci masih dalam kondisi pandemi yang belum juga usai.
Di satu sisi, tentu kita harus menyiapkan diri secara spiritual, agar ibadah kita bisa lancar dan akhirnya diterima oleh-Nya. Di sisi lain, kita juga harus bersiap dengan beberapa hal secara fisik, terutama dari sisi kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. So, sudah pasti juga, kita harus menyiapkan diri secara finansial.
Pasalnya, sudah umum terjadi, saat bulan puasa tiba, justru pengeluaran kita membengkak. Ada beberapa penyebab mengapa hal ini bisa terjadi.
Yang pertama, harga kebutuhan biasanya memang naik di masa-masa seperti ini. Hal ini wajar, dan selalu terjadi setiap tahunnya. Yang kedua, kadang kita memang cenderung untuk lebih “memanjakan diri” setelah seharian berpuasa. Hayo, siapa ngaku nih?
Enggak apa kok, asal enggak berlebihan dan juga diatur bujetnya. Apalagi barangkali masih ada di antara kamu yang gajinya masih belum senormal sebelum pandemi, ya kan? Biasanya sih ya, kerasa banget kalau lagi bulan puasa seperti ini.
So, buat kamu yang karyawan, agar tetap seimbang antara gaji dan pengeluaran, berikut beberapa kiat atur bujet di bulan puasa sementara pandemi belum selesai.
Kiat Karyawan Atur Gaji di Bulan Puasa
1. Buat bujet dan rencana menu
Kiat atur bujet di bulan puasa tentu harus diawali dari membuat bujetnya.
Biasanya, kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik beberapa hari sebelum dimulainya bulan puasa. Bisa jadi seminggu atau dua minggu sebelumnya. So, buatlah bujet khusus di bulan puasa berdasarkan harga barang yang baru. Pastinya, kita sudah bisa mendapatkan gambaran lebih dulu kan, harga-harga kebutuhan kita akan seperti apa.
Gambaran akan harga kebutuhan pokok ini bisa kita ulik untuk kemudian dibuat menjadi rencana menu sahur dan berbuka yang memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak berlebihan.
Beberapa bahan kebutuhan pokok bahkan bisa dibeli lebih dulu jauh-jauh hari. Misalnya saja seperti beras, minyak goreng, telur, tepung-tepungan, dan beberapa jenis sayuran serta bahan makanan kemasan cukup awet disimpan, apalagi jika kamu punya kulkas dan tahu cara penyimpanan yang benar. Lumayan ngirit juga lo, kalau kamu bisa nyetok sebelum mulai bulan puasa, apalagi kalau masih harga lama.
Tapi, jangan terlalu banyak juga ya, takutnya sih malah jadi kurang baik saat waktunya dikonsumsi. Intinya, kembali ke bujetmu.
2. Lebih banyak masak dan makan di rumah
Yang paling khas dari bulan puasa adalah adanya badai bukber, alias ajakan untuk buka bersama. Untungnya sih, selama masa pandemi, kebiasaan ini sudah agak berkurang. Kalaupun masih dilakukan, paling-paling secara virtual saja.
Meski sekarang sudah ada beberapa resto dan warung yang buka dan bisa dine-in, tapi tetap saja akan lebih baik jika kita tidak terlalu banyak makan di luar. Selain masih belum benar-benar aman karena virus masih mengancam, masak dan makan di rumah bisa jadi lebih hemat.
Misalnya, katakanlah makanan untuk bukber Rp50.000 seporsinya per orang. Kalau 10 kali ajakan bukber berkurang, maka kamu bisa menghemat Rp500.000. Mungkin kalau uang ini dialokasikan untuk membeli bahan-bahan yang dimasak sendiri, makanannya bisa buat dimakan orang serumah, bisa sampai beberapa hari kan?
Hanya saja, kadang makan di luar memang tak bisa dihindari. Atau mungkin takeaway, karena enggak bisa masak sendiri di rumah. Misalnya, kamu harus lembur, atau memang ada kondisi tertentu. Ya, enggak apa. Hanya saja, tetap diatur agar anggaran tidak terlalu membengkak.
3. Belanja sesuai anggaran dan kebutuhan
Nah, kalau sudah ada anggaran, maka selanjutnya ya kalau belanja mesti sesuai anggaran dong. Percuma saja sudah dibuat, kalau enggak diterapkan, ya kan?
Kadang gitu juga sih, sudah bikin anggaran, pas waktunya belanja di supermarket eh … lapar mata. Banyak diskon dan promo soalnya!
Iya, memang. Di bulan puasa seperti ini, biasanya memang ramai banget promo ya? Tapi, kalau memang mau pakai alasan ‘mumpung promo’, mending sekalian disesuaikan dengan anggaran. Di list belanja kita, butuh barang apa saja? Ada nggak itu barang-barangnya di daftar promo supermarket. Kalau ada, sikat!
Manfaatkan promo dengan bijak, supaya bisa benar-benar membuat kita hemat.
Demikian kiat atur gaji di bulan puasa untuk karyawan saat pandemi belum juga usai seperti sekarang. Jangan lupa untuk tetap jaga alokasi keuangan yang penting ya, seperti dana darurat, proteksi, dan investasimu.
Selamat menunaikan ibadah di bulan puasa yang suci ini! Semoga amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
Selamat Hari Guru! Inilah saat dan kesempatan spesial untuk dapat mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang sudah berjasa untuk kita, gaes! Dan, mari berharap agar di Indonesia semakin banyak guru sejahtera!
Saya sendiri masih sempat bertemu cukup sering dengan salah seorang guru saya kala duduk di bangku SMA. Beliau dulu mengajar saya di mata pelajaran Seni Suara, di kelas 2–atau kelas 11 kalau sekarang. Yah, ketahuan deh, angkatannya :)
Saat ini, beliau sudah pensiun. Kegiatannya? Di rumah, kebetulan beliau “dititipi” cucu yang bersekolah di kota domisili saya, sedangkan anaknya–yang merupakan orang tua si cucu–tinggal di ibukota. Jadi, kesehariannya ya, menemani cucunya bersekolah. Sesekali waktu, arisan. Kebetulan beliau juga teman ibu saya, mereka satu arisan.
Kalau saya lihat, pensiunnya cukup untuk keseharian yang sederhana. Beliau masih dikirimi uang oleh anaknya, tapi tentunya untuk keperluan sang cucu. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“Hidupku sekarang ya buat cucu itu,” kata beliau saat sempat mengobrol dengan saya.
“Cukup, Bu?”
“Ya, dicukup-cukupkan.”
Hahaha. Khas orang Jawa yang nerimo.
Banyak pensiunan guru yang memang lantas hidupnya pas-pasan begini pada akhirnya. Sudah begitu, masih dititipi cucu. Karena rasa cintanya yang besar, tentulah enggak bisa menolak. Tapi, pastilah sedikit banyak juga menambah beban, meski orang tua si cucu mengirimi uang dan keperluan lainnya.
Saya yakin banyak pensiunan guru–terutama guru-guru angkatan guru saya itu–yang belum mengenal investasi. Kalau kebetulan berstatus PNS, ya dapat pensiun dari negara. Enggak punya investasi lainnya. Paling banter, mereka punya perhiasan emas saja. Itu pun hanya beberapa. Pernah saya hadir di satu reunian sekolah, dan memang begitulah cerita sebagian besar guru-guru saya yang sudah pensiun.
Padahal, guru juga berhak hidup sejahtera. Apalagi setelah mereka berjasa untuk mendidik anak-anak Indonesia supaya bermasa depan cerah. Tapi, mengapa seperti sulit sekali mewujudkan hidup guru sejahtera? Terutama saat mereka sudah pensiun?
Adakah di antara kamu yang sekarang berprofesi sebagai guru? Kalau iya, berikut 5 tip untuk mengatur keuanganmu untuk mewujudkan impian hidup guru sejahtera.
Iya, kamu berhak untuk sejahtera, apa pun status gurumu–guru sekolah negeri, sekolah swasta, bahkan pengajar di pendidikan informal.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
1. Punyai tujuan finansial
Saya yakin–sebagai angkatan baby boomer–guru saya yang saya ceritakan di awal tadi, tidak pernah mengenal tujuan finansial.
Tapi, hey, zaman sudah maju. Literasi keuangan sudah demikian berkembang. Teknologi bisa membantu. Maka, kamu sekarang–sebagai seorang guru milenial–seharusnya sudah tahu, bahwa kamu seharusnya mempunyai tujuan finansial dalam hidupmu.
Untuk menentukan tujuan finansialmu sebagai guru sejahtera, jawablah pertanyaan ini.
Di masa depan nanti, kamu pengin hidup seperti apa sih?
Apakah kamu pengin punya rumah? Pengin menjalani hidup dengan selalu terjamin kesehatanmu, juga kesehatan keluargamu? Pengin punya bisnis kecil-kecilan, sebagai aset aktif bekal pensiun?
2. Atur gaji
Gaji guru bisa sangat bervariasi. Sudahlah tergantung tempat kerja, masih juga tergantung status. Sama-sama PNS saja bisa berbeda satu sama lain.
Ada guru honorer di pelosok sana yang hanya mendapatkan gaji sekian puluh ribu rupiah saja per bulan. Sedangkan, guru di ibukota–misalnya–yang mengajar di sebuah sekolah swasta berbasis internasional, bisa berkali-kali lipat gajinya.
Berapa pun gaji kamu, yang paling penting adalah bagaimana mengaturnya supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, mencatat pengeluaran dan kemudian membuat anggaran per bulan itu sangat penting.
Kebutuhan orang bisa berbeda, sehingga mendapatkan rezeki yang berbeda pula. Enggak perlu membandingkan diri dengan yang lain, yang penting, bagaimana kita mengelolanya dengan baik sehingga semua tujuan finansialmu bisa dipenuhi.
3. Menabung dan investasi
Mulailah menabung dan berinvestasi sedini mungkin, bahkan sejak kamu menerima gaji pertamamu, demi mewujudkan hidup guru sejahtera di masa pensiun.
Hitunglah kebutuhanmu di masa pensiun nanti. QM Financial sih punya rumus untuk menghitungnya. Semoga kamu sudah pernah bergabung di salah satu kelas finansial online yang membahas khusus tentang dana pensiun di QM Financial ya. Sehingga kamu sudah bisa mendapatkan gambaran mengenai dana pensiun yang akan kamu butuhkan.
4. Tambah penghasilan
Wali kelas saya di kelas 5 SD dulu juga bekerja sebagai instruktur tari di sebuah sanggar tari modern yang cukup terkenal. Beberapa guru juga bersedia memberikan les privat tambahan di luar jam pelajaran. Mereka datang ke beberapa rumah siswa untuk membantu belajar. Tentunya, ada biaya tambahan untuk hal ini.
Pernah juga ada cerita viral di media sosial. Seseorang berprofesi sebagai guru di siang hari, dan sebagai drivel ojol di sore hingga malam hari.
Boleh saja kok, menambah penghasilan. Apalagi jika tujuannya untuk mewujudkan tujuan finansialmu secepat mungkin. Yang penting diatur waktunya ya, jangan sampai mengganggu pekerjaan utama.
Dan, tentu saja, harus memperhatikan kesehatan.
5. Hindari utang
Utang konsumtif sih terutama. Jangan lupa bahwa kita hanya punya porsi utang maksimal sebanyak 30% saja dari penghasilan.
Jangan pernah mencoba untuk melampaui batas ini, kecuali ada alasan tertentu yang sudah dipertimbangkan masak-masak.
Semoga dengan 5 tip keuangan untuk guru sejahtera di atas, setiap guru di Indonesia bisa hidup layak di masa pensiun nanti ya.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti bagaimana cara merumuskan tujuan finansialmu. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Terima kasih, Bapak dan Ibu Guru!