Menyusun Anggaran Hari Lebaran di Tengah Pandemi
Lebaran sebentaaar lagi! *autonyanyi* Apa kabar puasamu sampai dengan hari ini? Semoga lancar, meski harus menjalaninya di tengah pandemi dan ‘the new normal’ ini. Dan, iya, kira-kira satu minggu lagi, kita akan segera merayakan hari Lebaran.
Dan, pastinya, kita juga akan merayakan hari Lebaran dengan kondisi the new normal. Lalu, bagaimana menyusun anggarannya? Pasti juga berbeda dengan anggaran Lebaran tahun lalu. Apa saja yang beda?
Well, semoga sih kamu benar-benar enggak merencanakan mudik di momen Lebaran tahun ini. Coba tunggu saja sampai kondisi aman dan memungkinkan. Kamu juga harus membatalkan niat untuk silaturahmi ke sanak saudara, teman-teman, dan kolega-kolega. Mungkin juga, kalau memang butuh baju baru, kamu harus belanja secara online, bukan lagi beramai-ramai ke mal atau ke Tanah Abang.
Belum lagi, soal THR yang diterima. Bisa jadi enggak sebanyak sebelumnya juga, atau malah enggak bisa terima uang THR tahun ini dengan berbagai alasan yang harus kita maklumi juga.
Dengan berbagai kondisi yang berubah, maka kita pun harus menyiapkan diri. Ada banyak pengeluaran barangkali yang bisa kamu hemat karena kondisi ini, sehingga kamu bisa mengalokasikannya ke pos pengeluaran yang lain.
Tetaplah bersyukur dengan apa yang ada, setidaknya kita masih bertemu dengan bulan Ramadan dan hari Lebaran tahun ini. Jadi, yuk, coba kita menyusun anggaran Lebaranmu tahun ini, supaya enggak mubazir dan tetap terkendali.
5 Pos untuk Anggaran Merayakan Hari Lebaran dengan Kondisi The New Normal
1. Bayar zakat dan sedekah
Alhamdulillah, jika kamu masih mendapatkan uang THR tahun ini ya. Karena hak kamu sudah dipenuhi, maka pemenuhan hak orang lain harus menjadi prioritasmu juga sekarang. Kalau kamu mampu, iringi juga dengan sedekah.
Bayarlah zakat sesuai ketentuan. Jadikanlah ini sebagai prioritas utama, selain karena perintah agama.
Seandainya kamu tidak mendapatkan THR pun, bukan berarti kita bisa “libur” memberi zakat. Jadi, anggarkan ya.
2. Hidangan Lebaran
Of course kamu harus menyiapkan hidangan hari Lebaran di rumah, sebagai wujud dari rasa syukur telah menjalani bulan puasa dengan baik dan lancar.
Untuk tahun ini, coba buat sendiri hidangan hari Lebaran di rumah dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah. Toh, kamu hanya akan menikmatinya bersama keluarga inti (atau bahkan kamu nikmati sendiri karena enggak bisa mudik). Enggak apa, yang penting ada dan halal semuanya.
Begitu juga dengan kue Lebaran. Nggak perlu pesan atau beli berlebihan. Cukuplah sediakan untuk dicemal-cemil sendiri di rumah bersama keluarga. Bagaimanapun, momen Lebaran adalah momen penting yang harus dirayakan. Tetapi, merayakan enggak selalu berarti dengan yang mewah-mewah kan. Kali ini, kita buat suasana yang berbeda, sembari berprihatin agar kondisi lekas membaik.
3. Kirim parsel
Karena enggak mungkin bersilaturahmi atau mudik, maka kirim parsel Lebaran bisa jadi pengganti.
Coba cari informasi layanan-layanan penyedia parsel Lebaran yang bisa mengantar parselmu sampai tujuan dan bisa dipesan melalui online. Dengan begini, meski raga di rumah aja di hari Lebaran, tetapi kamu tetap bisa menjalin komunikasi dan menyampaikan perhatian pada mereka yang kamu kirimi parsel.
Atau, kamu juga bisa membuat parsel sendiri di rumah, lalu kirim dengan memanfaatkan ojol atau kurir yang lain.
4. Beli kuota
Karena enggak bisa bersilaturahmi secara langsung juga, maka siapin deh kuota biar bisa video call-an sama teman-teman, saudara, bahkan keluarga di kampung.
Karena lagi-lagi deh, kita mesti melakukan physical distancing selama hari Lebaran besok, tapi bukan berarti kita enggak bisa menghubungi dan mengobrol asyik dengan orang-orang tercinta itu kan?
5. Perkuat dana darurat
Jika masih ada anggaran, maka alokasikan ke dana darurat yang akan berguna banget untuk bertahan hidup sampai kondisi stabil lagi. Karena, entah sampai kapan kondisi ini harus kita jalani.
Ketidakpastian ini membuat kita harus benar-benar bijak dalam mengatur anggaran dan juga pengeluaran setiap harinya. Kalau di hari Lebaran ini kamu masih mendapatkan THR, maka sebaiknya kamu juga atur dengan amat hati-hati, agar tak mubazir. Simpan bersama dana daruratmu yang lain akan lebih baik untuk sekarang ini.
Nah, selamat menyambut hari Lebaran yang tinggal menghitung hari ini ya. Semoga kita semua selalu diberkahi kesehatan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Penghasilan Freelancer Selama Krisis Pandemi COVID-19
Sejumlah proyek batal mengakibatkan penghasilan freelancer terkena imbas selama pandemi COVID-19. Para pekerja lepas rugi puluhan hingga ratusan juta karenanya.
Survei yang pernah dilakukan di Inggris juga memberikan fakta, sebanyak 46% pekerja lepas di negaranya Prince William itu sudah kehilangan pekerjaan selama krisis ini berlangsung sejak awal tahun. Dalam survei ini, 83% responden adalah pekerja film, televisi, live tour, teater, dan galeri seni.
Dengan diprediksinya pelarangan untuk berkumpul dalam event pertunjukan dan seni sampai batas waktu yang belum pasti ini, tak bisa dibayangkan juga seberapa panjang harus bertahan hidup tanpa penghasilan freelancer mereka.
Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tak jauh berbeda. Pemerintah memang sudah menyiapkan beberapa jaring pengaman sosial agar masyarakat bisa terbantu. Tetapi, sejauh ini, bantuan baru menyasar pada mereka yang bekerja di sektor informal dan para buruh yang terkena PHK. Para pekerja lepas, yang bahkan sering harus bekerja tanpa kontrak, masih belum termasuk dalam daftar penerima bantuan sosial.
Jadi, harus bagaimana?
Ya, tak bisa tidak, harus bertahan, bantu diri sendiri dengan penghasilan freelancer yang ada sekarang. Setidaknya, kita harus bertahan sampai kondisi dinyatakan aman bagi kita untuk kembali berkarya–meski belum jelas juga kapan.
5 Hal Mengatur Keuangan dan Penghasilan Freelancer Selama Pandemi COVID-19
1. Tetap tenang
Mari kita join no panic panic club. Susah memang, tapi mulailah dengan tenang. Kalau kita tenang menghadapi situasi, maka kita bisa mencari solusi yang paling tepat.
Tidak panik juga akan menghindarkan kita dari hal-hal impulsif, yang bisa jadi akan kita sesali kemudian.
So, penghasilan freelancer memang menurun, tetapi jangan panik dulu. Mari kita hadapi, dan cari solusinya.
2. Evaluasi pemasukan
Pada dasarnya, penghasilan freelancer memang merupakan pendapatan tidak tetap. Setiap bulannya bisa berbeda nominalnya, tergantung proyek yang dikerjakan. Kadang, bahkan bisa jadi enggak ada pemasukan sama sekali dalam sebulan, sedangkan di waktu lain, pemasukan bak air bah membanjiri rekening.
Kamu pasti sudah paham, bahwa kalau penghasilannya tidak tetap, maka yang harus dibikin tetap adalah pengeluarannya.
Jadi, mari evaluasi penghasilan freelancer selama pandemi yang masuk ke rekeningmu. Apakah benar-benar sudah hilang alias zero income? Ataukah, ada sih pemasukan, meski sedikit? Cek, jika masih ada pemasukan, bagaimana posisinya terhadap pengeluaran bulanan rutinmu. Apakah masih bisa meng-cover? Jika tidak, seberapa besar yang tidak ter-cover?
Setelah itu, mari kita buat budgeting baru dengan menyesuaikan kondisi yang berubah ini. Apa saja yang perlu diperhatikan? Yuk, lihat poin berikutnya.
3. Menyesuaikan diri the ‘the new normal’
Kebiasaan hidup sudah berubah. So, kita harus segera bisa menyesuaikan diri. Karena penghasilan freelancer kamu berubah, maka ayo segera sesuaikan pengeluarannya juga.
Mulai dari menurunkan standar hidup. Carilah barang-barang substitusi. Yang biasanya pakai produk impor, coba cari merek lokal. Biasa pakai produk-produk merek super, sekarang gantilah dengan merek second grade.
FYI yah, kalau kamu belanja di minimarket, supermarket, atau hipermarket, kadang mereka punya beberapa produk private label. Produk-produk ini harganya bisa sampai 30% lebih rendah ketimbang produk-produk store brand lo.
Beberapa pos pengeluaran lain juga mungkin akan terhapus atau dikurangi, bisa juga ditunda. Cek lagi catatan pengeluaranmu bulan-bulan sebelumnya, dan lakukan penghematan di sana-sini. Prinsipnya: sebanyak mungkin uang bisa dialokasikan ke kebutuhan utama atau pokok, yaitu makanan dan kesehatan.
4. Kelola klien dan cari klien baru
Tetaplah menjalin kontak dengan klien kamu yang sekarang masih ada. Bisa jadi mereka memotong fee atau menunda pencairan invoice, sehingga penghasilan freelancer juga menurun. Tetapi, kita harus maklum juga dengan kondisi mereka. Prinsipnya: Pertahankan sebisa mungkin klien yang ada.
Alih-alih, berikanlah penyesuaian harga atau diskon pada klien. Beri mereka ide-ide segar, agar bisnis mereka bisa bertahan. Ingat, bisnis mereka survive, kamu pun akan survive juga lo. Jadi, sejenak lupakan orientasi cuan semata, tapi mari saling bantu untuk bisa bertahan.
Cobalah untuk mencari klien baru, karena meski semua sektor dan bisnis terpengaruh, tapi ada juga yang malah moncer perkembangan bisnisnya. Kamu bisa menyesuaikan jenis servis jasa atau produk yang kamu jual dengan kebutuhan (calon) klien. Misalnya, kamu terbiasa bekerja untuk urusan branding produk, sekarang coba tawarkan jasa untuk mengelola akun media sosial mereka juga.
Uliklah apa yang kamu bisa berikan, meski mungkin itu di luar area jasamu sekarang.
5. Cari alternatif sumber pemasukan lain
Sebenarnya kondisi paceklik seperti ini adalah kondisi yang harus siap dihadapi oleh freelancer mana pun, bahkan sejak sebelum pandemi terjadi. So, meski skalanya berbeda, tetapi mereka biasanya lebih siap mental untuk menghadapi kondisi dengan penghasilan freelancer menurun (bahkan hilang) seperti ini.
Yuk, coba cari alternatif sumber pemasukan lain selama masa krisis ini berlangsung. Siapa tahu, kalau berhasil, malah bisa jadi penghasilan sampingan dari profesi pekerja lepasmu kan?
Yang pasti, persiapkan dana daruratmu! Dana darurat seorang freelancer idealnya adalah sebesar 12 kali pengeluaran bulanan. Dan sekaranglah saatnya kamu bisa memanfaatkan dana darurat yang besar itu. Setidaknya kamu bisa bertahan hidup sampai 12 bulan ke depan, sembari kamu bisa mencari alternatif lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan Keuangan yang Justru Kita Lakukan Karena Terlalu Panik
Seluruh dunia dilanda kepanikan gara-gara virus corona. Dari mulai para pekerja yang gajinya dipotong, dirumahkan hingga terkena PHK, sampai para pemilik bisnis yang menjerit. Kita semua memang harus bersiap untuk kondisi yang terburuk sekarang. Tapi, kerasa enggak, justru karena terlalu panik, banyak dari kita yang malah melakukan beberapa kesalahan keuangan, yang akhirnya mengakibatkan munculnya masalah baru?
Ya, begitulah. Sudahlah susah, jadi lebih susah jadinya. Padahal masalah keuangan ini biasanya yang paling besar menjadi penyebab stres dan depresinya manusia.
Apa saja kesalahan keuangan yang justru kita lakukan di tengah kepanikan ini? Coba lihat yuk, jangan-jangan kamu juga melakukannya di tengah krisis akibat penyakit COVID-19 ini.
5 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Karena Panik
1. Belanja berlebihan
Pernah membaca di suatu artikel berbahasa Inggris, bahwa manusia itu pada dasarnya akan sangat reaktif terhadap ‘kelangkaan’–atau scarcity, dalam bahasa Inggris.
Ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk respons otak reptil manusia yang merupakan penerima pertama dari segala jenis rangsangan/stimulus. Bisa dibilang, hal ini merupakan respons dalam upayanya untuk mempertahankan diri. Untuk survive.
Nah, di saat-saat krisis, respons pertama yang selalu muncul adalah pertanyaan, “Kondisi ini mengancam hidup saya. Bagaimana saya bisa bertahan?” Secara otomatis, otak kemudian akan memberikan respons, “Penuhi kebutuhanmu dulu segera, baru mikir mesti gimana.” Lalu, keluarlah reaksi berupa panic buying. Kesalahan keuangan yang pertama.
Belanja berlebihan, nyetok kebutuhan sebanyak mungkin agar bisa bertahan hidup selama mungkin. Belanja berlebihan ini akhirnya menjadi sebab dari kelangkaan, yang akhirnya semakin memicu kita untuk panik dan belanja lagi dengan berlebihan.
#rauwis-uwis, ya?
2. Jual saham begitu nilainya anjlok
Kesalahan keuangan kedua ini dipicu oleh kepanikan karena grafik harga saham yang terjun bebas di pasar modal. Karena panik, lupa pada tujuan keuangan yang sudah disusun sendiri.
Ya, memang sih. Ini juga merupakan respons refleks. Siapa yang enggak ambyar hatinya melihat kerugian investasi yang sudah dilakukan begitu lama dan konsisten? Tak cuma bayangan kehilangan masa pensiun sejahtera, tapi berasa sia-sia semua usaha keras kita. Betul?
Begitu ambyarnya, kita jadi lupa untuk mengecek, masa pensiun–jika investasinya dipakai untuk dana pensiun, misalnya–masih berapa lama lagi sih? 10 tahun lagi? Well, kalau masih 10 tahun lagi, sejarah mengatakan bahwa pasar modal akan selalu kembali naik seiring ekonomi yang juga membaik, eventually.
Jadi, mari kembali ke tujuan keuangan dan tujuan investasimu. Dan, kamu pun akan bisa memutuskan, mau diapain itu investasi yang sedang anjlok. Jangan buru-buru dijual, tapi coba evaluasi lagi.
3. Nggak segera membuat budgeting baru
Padahal sudah jelas, kondisi berubah. Pemasukan berubah, demikian pula dengan pengeluaran. Prioritas dalam hidup pun berubah, harus disesuaikan dengan kondisi.
Jika kamu tak segera menyesuaikan pengeluaranmu dengan pemasukan ‘yang baru’, maka kesalahan keuangan ini bisa berakibat fatal di akhir bulan.
Hayok, cek lagi alokasi arus kas kamu sekarang. Mungkin kamu sudah enggak butuh anggaran buat kongko di kafe lagi, ngabuburit di mal lagi, atau membership gym. Uang yang dialihlokasikan bisa dipakai untuk memperkuat dana darurat.
Jangan dianggap uang nganggur atau uang sisa yang bisa kamu belanjain barang-barang aneh dari marketplace.
4. Pakai dana darurat tanpa perhitungan
Masa krisis berarti ini masa saat kita “dibolehin” memakai dana darurat. Dana ‘nganggur’ sebanyak 3 – 12 bulan kali pengeluaran itu ternyata banyak juga ya? Biar merasa aman dan nggak insecure lagi di masa pandemi, mendingan cairkan saja semua.
Jadi, berasa kayak dapat uang kaget enggak sih? Ngerasa kaya di tengah kepanikan itu bisa jadi senjata makan tuan. Kalau enggak percaya, lihat di poin pertama deh.
Dana darurat bukan uang kaget. Bukan uang nganggur. Dana darurat adalah dana yang dipakai di masa darurat, dan pemakaiannya harus diperhitungkan dengan teliti dan cermat. Kita enggak pernah bisa memprediksi kapan krisis ini akan benar-benar berakhir. Bisa tiga bulan lagi, bisa saja tahun depan.
Perpanjang napasmu. Hemat di awal, kalau sisa, kembalikan lagi ke tempat penyimpanan.
5. Menunggak cicilan utang
Yang punya cicilan utang, apa kabar? Apakah hari-hari belakangan terasa berat untuk mencicil? Kalau iya, kamu bisa mengajukan keringanan kredit sesuai aturan pemerintah.
Masa krisis seperti ini bukan waktunya untuk menambah masalah hidup dengan cicilan utang yang tertunggak. Ingat akan bunga dan dendanya, ini bisa menjadi kesalahan keuangan yang tidak perlu.
Seharusnya, cicilan utang ini akan aman jika kamu memang punya alokasi 30% dari penghasilanmu. Jadi, cek lagi. Apakah benar-benar berada dalam batas aman? Ataukah, kamu harus menyesuaikannya lagi lantaran penghasilanmu juga berubah sekarang (see point 2)? Yuk, cek lagi, jangan sampai cicilan utang tertunggak ini menjadi kesalahan keuangan berikutnya.
Krisis memang membuat kita jadi waswas. Tapi hal ini justru seharusnya membuat kita jadi lebih waspada dan hati-hati dalam bertindak, khususnya terkait keuangan.
Jangan sampai ada masalah baru akibat kesalahan keuangan yang kita lakukan gara-gara panik. Rasanya, nggak worth it banget deh.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Nggak Dapat Uang THR, Ini 7 Siasat Merayakan Lebaran
Apa sih yang diharapkan oleh para pekerja menjelang hari raya, selain uang THR? Nggak ada, kayaknya. Tetapi, untuk tahun ini, kita sepertinya harus bersabar jika memang tidak mendapat jatah.
Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya perusahaan-perusahaan yang tidak dapat membayarkan THR bagi karyawannya di tengah pandemi seperti ini. Mereka bisa survive, memperpanjang napas untuk tetap menggaji pun sudah cukup bagus. Ada banyak pekerja yang kehilangan uang THR sekaligus upah atau gaji, lantaran kena PHK atau dirumahkan.
Tahun 2020 sepertinya memang harus dicanangkan sebagai tahun berhemat nasional.
Tapi, tak mengapa. Ayo, kita siasati, agar tetap bisa berlebaran meski tanpa uang THR. Pakai uang seadanya saja, yang penting ibadah kita sahih.
7 Siasat Merayakan Lebaran Tanpa Uang THR
1. Cek uang tabungan, sisihkan
Semoga kamu masih punya tabungan! Dana darurat sungguh sangat penting kan ya, di masa-masa sulit seperti ini? Enggak masalah sih kalau kamu mau menggunakan dana daruratmu untuk merayakan Lebaran tahun ini, karena uang THR tidak bisa kamu terima.
Yang penting: spend wisely! Jangan dihambur-hamburkan, tetap berhemat, dan belanjalah dengan bijak.
Susun anggaranmu, dan sisihkan uang tabungan sesuai bujet yang sudah kamu tentukan. Kalau uang yang disisihkan sudah habis, maka berhentilah belanja. Setop, dan manfaatkan apa yang ada. Sebisa mungkin, jangan ambil uang tabungan lagi.
2. Coret pengeluaran yang enggak perlu
Mungkin tahun ini, kamu enggak butuh baju baru. Toh enggak akan bisa ke mana-mana juga kan, karena ada physical distancing. Silaturahmi bisa kamu lakukan secara online. Dan untuk video call, rasanya enggak perlu pakai baju baru. Coba lihat ke lemari. Jangan-jangan malah masih ada baju yang belum pernah kamu pakai.
Mungkin tahun ini, kamu juga enggak perlu belanja kue Lebaran yang berlebihan. Toh, tamu-tamu akan berkurang. Atau, malah enggak ada yang bisa datang sama sekali. So, sediakan saja seperlunya, misalnya untuk teman camilanmu ber-video call.
Cermati lagi pengeluaran-pengeluaran lain, yang enggak penting dan enggak perlu segera coret saja.
3. Susun menu Lebaran yang lebih sederhana
Mungkin kamu merasa, hidangan ketupat dan opor ayam wajib ada untuk hari Lebaran nanti. Ya, enggak masalah sih. Susun saja menunya.
Tapi, teteup, mantranya: tidak berlebihan.
Kalau anggota keluarga di rumah hanya sedikit, masaklah sesuai porsi saja. Untuk sehari dua hari makan, enggak masalah.
Tanpa uang THR, belanjalah dengan tidak berlebihan. Susun daftar belanja barang-barang yang dibutuhkan, dan hanya membeli barang yang ada di daftar belanjaan.
4. Belanja dengan kartu kredit? Think again!
Kalau biasanya, mungkin kamu bisa tertolong dengan kartu kredit untuk belanja Lebaran. Tapi, tahun ini–apalagi tanpa uang THR–sepertinya kamu harus berpikir ulang dengan lebih bijak.
Memiliki utang tambahan di kondisi sulit adalah pilihan yang paling terakhir yang bisa kamu buat. Jika kamu masih ada tabungan ataupun dana darurat, akan lebih baik kamu menyisihkannya saja dan belanja sesuai bujet ketimbang membuat utang baru.
5. Prioritaskan pada zakat dan sedekah
Membantu sesama adalah kewajiban kita bersama. So, meski tanpa uang THR, zakat dan sedekah harus tetap kita laksanakan.
Jangan lupa memasukkannya ke dalam anggaran hari Lebaran yang kamu susun ya, dan segera bayarkan kewajibanmu tanpa menunda.
Ingat, di saat sulit seperti ini adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap empati dan solidaritas. Banyak orang yang enggak seberuntung kita di luar sana. Seharusnya kita masih bersyukur dengan kondisi kita sekarang, bukan?
6. Fokus pada kebutuhan bulan berikutnya
Yes, kamu masih punya sepanjang tahun, serta tahun-tahun setelahnya, untuk dijalani. Kamu harus bisa survive sampai pandemi ini berakhir.
Jadi, alih-alih bermevvah-mevvah sekarang, ada baiknya kamu fokus untuk memenuhi kebutuhan beberapa waktu ke depan.
Tanpa uang THR? Iya, bisa pasti. Asalkan kamu melakukan tip-tip ini.
7. Manfaatkan peluang untuk bisnis
Biasanya sih, momen Lebaran begini juga memacu munculnya ide-ide kreatif untuk berbisnis. Mengapa tak kamu manfaatkan juga? Siapa tahu, hasilnya bisa kamu pakai untuk memperkuat dana darurat, ya kan? Setidaknya, mungkin bisa dipakai untuk kita berlebaran, tanpa uang THR.
Coba cermati sekitarmu, apa yang dibutuhkan dan apakah mungkin untukmu menyediakan kebutuhan mereka?
Nah, bisa kan, kita berlebaran tanpa uang THR? Pasti bisa, dan percayalah, kualitas ibadah kita enggak akan berkurang, meski tanpa menu-menu makanan mewah dan baju baru.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Mendapatkan Penghasilan Tambahan Selama Pandemi
Yes, jelas segala macam PSBB, #dirumahaja, work from home, dan pelarangan mudik selama masa pandemi virus corona ini hidup kita jadi kena dampak. Gelombang ancaman PHK, kehilangan pekerjaan, tertundanya proyek, dan seterusnya menjadi masalah hidup kebanyakan orang dewasa ini. Tidak bisa tidak, kita harus segera mencari penghasilan tambahan.
Karena, siapa yang tahu kondisi krisis ini akan berakhir? Siapa yang bisa memastikan, kapan kondisi ini bisa kembali normal lagi seperti sebelumnya?
Nggak ada.
Karena itu, ayo, segera berpikir demi napas yang lebih panjang. Pemerintah memang akan memberikan bantuan–tapi kita harus sadar, bahwa bantuan pemerintah itu juga terbatas. Jadi, buat yang masih bisa usaha sendiri, berikut beberapa ide untuk mencari penghasilan tambahan selama masa pandemi virus corona.
5 Cara Mencari Penghasilan Tambahan Selama Pandemi Virus Corona
1. Dropshipper dan agen distributor
Beberapa hari belakangan, saya banyak melihat iklan-iklan berseliweran di linimasa Instagram, yang menawarkan untuk menjadi agen distributor, reseller, ataupun dropshipper produk tertentu.
Berkurangnya pendapatan ini juga terjadi pada beberapa bisnis besar, sehingga mereka pun sepertinya juga harus menambah squad penjualannya dengan membuka rekrutmen.
Beberapa produk yang saya lihat iklannya adalah frozen food, bahan dan olahan kopi, T-Shirt, buku, dan lain sebagainya.
Menjadi reseller dan dropshipper ini bisa menjadi alternatif untuk mencari penghasilan tambahan yang pas untuk sekarang. Kita enggak perlu modal terlalu banyak, apalagi untuk dropshipper. Tinggal mencarikan pelanggan saja, dan ketika dapat, kita menginfokan pada penjual besarnya untuk mengirimkan barang kepada pembeli. Kita pun menerima keuntungan dari komisi atau selisih harga jual.
2. Freelancer jasa
Mulai dari menjadi virtual assistant, graphic designer, videografer, admin media sosial, olah data, sampai penulis konten, bisa juga menjadi pilihanmu untuk mencari penghasilan tambahan.
Kamu bisa memulainya dengan bergabung di beberapa marketplace freelancer, baik lokal maupun yang internasional. Pastinya, kalau bergabung dengan marketplace freelancer internasional kamu harus siap dengan perbedaan bahasa dan juga persaingan yang lebih besar ya.
Tapi, enggak masalah sih, jika kamu memang memiliki keahlian yang memang banyak dibutuhkan.
Atau, kamu juga bisa mencoba untuk menjadi tutor pelajaran secara online demi mendapatkan penghasilan tambahan. Menurut pengamatan, banyak kelas online ditawarkan dan laris diikuti lo, selama masa #dirumah aja ini. Mulai dari kelas soft skill, misalnya seperti kelas keuangan, kelas desain, kelas bahasa, sampai kelas-kelas yang melibatkan fisik, seperti kelas yoga. Tawarkan jasamu pada mereka yang butuh.
3. Jual kebutuhan pokok
Orang butuh kebutuhan pokok, dan selama masa pandemi virus corona ini, banyak orang memilih untuk berbelanja kebutuhan pokok secara online. Ini juga bisa menjadi peluang bagi kamu untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Carilah supplier kebutuhan pokok yang menyediakan harga grosir, dan kemudian bisa kamu jual kembali secara eceran. Buka saluran pemesanan, misalnya melalui WhatsApp atau Line. Tawarkan daganganmu melalui grup-grup WhatsApp, minta teman-temanmu untuk share ke teman-teman mereka.
Jangan lupa untuk menyediakan layanan antar juga ya. Ini justru yang paling penting.
4. Katering atau jasa meal prep
Meski sedang musim pandemi, tapi kita tetap butuh makan, dan enggak semua orang punya waktu (atau kemauan) untuk memasak sendiri makanan mereka. Hal ini memberi kamu peluang untuk membuka bisnis katering perorangan, apalagi jika kamu memang jago memasak.
Susun menu yang terjangkau, yang berbeda setiap harinya. Pastikan menunya menu sehat, karena orang-orang semakin sadar akan pentingnya kesehatan belakangan ini.
Atau, kamu juga bisa mencoba berbisnis jasa meal prep. Saya sendiri akhirnya punya langganan jasa meal prep ini lo. Langganan saya itu menyediakan beberapa paket meal prep yang isinya bahan-bahan masakan yang tinggal masak saja. Mulai dari pecel, sayur sup, sayur asem, berbagai oseng dan tumisan, sampai ayam dan ikan lele yang siap goreng, lengkap dengan bahan untuk sambalnya.
Bahan dan bumbu dikemas menjadi satu, dalam wadah kotak plastik cantik yang bisa dipakai lagi. Simpan di lemari es, lalu masak satu per satu sesuai keinginan. Praktis banget lo, buat yang nggak terlalu suka ribet masak. Satu paketnya bisa untuk 3-4 porsi.
Kalau jasa meal prep ini sih sepertinya enggak butuh skill memasak yang terlalu advanced. Kamu tinggal ikuti saja resep-resep yang ada.
Tertarik? Jangan lupa untuk menyediakan jasa layanan antar juga ya.
5. Ubah hobi menjadi bisnis
Coba cari, apa hobimu ada yang bisa diubah menjadi bisnis yang menguntungkan di masa pandemi virus corona ini?
Misalnya saja, kamu hobi fotografi. Coba deh, jual stok fotomu melalui situs-situs penyedia stok foto. Misalnya seperti iStockPhoto, Getty Images, dan lain sebagainya.
Kamu jago bikin aplikasi mobile? Kamu bisa ngedesain games-games ringan yang bisa bikin orang asyik dan terhibur.
Yep! Meski kondisi sulit, tetapi bukan waktunya untuk menyerah begitu saja. Yuk, segera cari cara agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Kamu pasti bisa, karena kamu kan makhluk yang kreatif.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Harga Emas Naik Nggak Kira-Kira: 5 Fakta Emas sebagai Instrumen Investasi
Sudah mengamati pergerakan harga emas akhir-akhir ini? Beberapa waktu yang lalu, harga emas naik nggak kira-kira sampai menyentuh angka Rp963.000/gram. Ini merupakan rekor harga emas tertinggi sepanjang masa!
Ada yang sempat “mengubahnya” menjadi fresh cash demi mendapatkan tambahan dana darurat dalam bentuk uang tunai? Kalau dulu belinya pas masih di harga Rp500.000-an, wahhh … selamat! Tambahan dana daruratnya lumayan juga dong ya.
Sering banget mendengar saran–terutama dari orang-orang tua–bahwa investasi emas itu adalah cara paling pintar untuk menabung. Kalau lagi kondisi harga emas naik seperti sekarang ini sih, saran ini harus diamini. Tapi, bener enggak sih, harga emas naik terus setiap tahunnya–atau stabil terus–sehingga dengan demikian emas adalah investasi yang paling aman dan menguntungkan?
Nah, mari kita lihat fakta-faktanya.
Harga Emas Naik: Benarkah Emas Merupakan Investasi Paling Menguntungkan?
1. Harga emas tidak selalu naik
Coba lihat grafik yang bisa ditemukan di situs goldsilverworlds berikut ini, yang menunjukkan pergerakan harga emas dalam 100 tahun terakhir.
Kalau dicermati, apakah harga emas naik terus? Faktanya, harga emas dulu flat banget. Kemudian melonjak tajam, dan ada pula saat-saat ketika harga emas turun secara drastis.
Lalu amati grafik berikut, yang memperlihatkan harga emas dimulai tahun 2014 hingga 2019 kemarin.
Ada bagian di mana emas turunnya enggak kira-kira.
Jadi, apakah harga emas selalu naik? Jawabannya, enggak. Emas di Indonesia harganya mengikuti harga emas dunia yang diperdagangkan dalam dolar. Konversi Rupiah dan Dolar AS yang berfluktuasi sesuai kondisi membuat harga emas di Indonesia juga unpredictable, selain juga karena faktor-faktor lain yang juga akan kita bahas beberapa di poin berikutnya.
2. Harga emas juga sensitif
Selain karena terpengaruh akan konversi antara Rupiah dan Dolar AS, ada berbagai hal yang juga bisa membuat harga emas naik maupun turun. Di antaranya:
- Hukum supply vs demand, yang merupakan hukum alam dalam perdagangan komoditi apa pun.
- Penyesuaian suku bunga juga bisa membuat harga emas naik atau turun. Ketika suku bunga simpanan naik, maka akan banyak investor melepas emas dan lebih memilih menyimpan uang dengan harapan memperoleh keuntungan lebih dari bunga yang lebih tinggi. Hal ini membuat harga emas turun. Demikian pula sebaliknya, sesuai hukum perdagangan yang berlaku.
- Isu global, seperti sekarang, saat terjadi wabah penyakit yang mendunia, harga emas pun terpengaruh. Ancaman resesi akibat COVID-19 membuat investor akan terus mencari perlindungan dari emas, setidaknya sampai akhir tahun 2020 ini.
Sehingga, dengan demikian bisa disimpulkan nih, bahwa harga emas juga sensitif mengikuti kondisi. Memang tidak serapuh harga saham, yang kena senggol sedikit saja bisa terguncang, tetapi harga emas juga tak sestabil itu.
3. Emas adalah komoditi
Yes, ini sudah disinggung di poin kedua di atas.
Selain menjadi instrumen investasi–yang memungkinkan emas dibeli dalam bentuk batangan–emas juga dibutuhkan untuk industri, seperti untuk industri perhiasan (India dan Tiongkok adalah dua negara pengonsumsi emas utama sebagai negara penghasil perhiasan terbesar di dunia), alat medis, dan sebagainya.
Saat permintaan pasar tidak bisa dipenuhi oleh supply, maka saat itulah harga emas naik. Demikian pula sebaliknya, ketika emas banyak dijual ke pasar oleh para investor, harganya pun turun.
As simple as that.
4. Harga buyback selisihnya lumayan juga
Saat artikel ini ditulis (6 Mei 2020), posisi harga emas ada di Rp913.000 per gramnya. Saat kamu membelinya, lalu misalnya karena satu lain hal, kamu harus menjualnya kembali dalam beberapa jam atau hari, maka emasmu “hanya” akan dibeli di kisaran Rp812.000.
Yes, kamu “kehilangan” Rp101.000–jumlah yang cukup lumayan, ya kan?
Harga buyback emas memang cenderung akan jauh lebih rendah ketimbang harga beli di hari yang sama. Kamu baru bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga ini ketika emas yang kamu beli di posisi Rp547.000 di tahun 2017, dan hendak kamu jual hari ini dengan harga beli Rp812.000.
Wow! Dengan 5 gram emas yang dijual saja, kamu sudah punya tambahan dana darurat yang lumayan dan bisa dipakai untuk menyambung hidup.
5. Bukannya tanpa risiko
So, apakah emas merupakan investasi yang aman, tanpa risiko? Enggak juga.
Dengan harga emas naik turun sesuai kondisi pasar dan faktor lainnya seperti yang sudah dijelaskan di atas, emas tidak terbebas sama sekali dari risiko, dan hal ini harus 100% kamu sadari dan pahami jika ingin berinvestasi pada emas.
Karena itu, adalah penting untuk menyesuaikannya dengan tujuan keuangan kita sendiri.
Nah, sudah ada gambaran yang lebih jelas kan sekarang, mengapa harga emas naik turun dan bagaimana pula harus menyikapinya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menjadi Korban PHK Akibat Pandemi COVID-19, Harus Bagaimana?
Pemerintah mencatat sebanyak 2,8 juta orang pekerja kini sudah menjadi korban PHK lantaran tempat mereka bekerja terdampak oleh pandemi COVID-19.
Bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan angka yang lebih mengejutkan lagi; 15 juta! Kadin memperkirakan, jumlah 2 juta yang dirilis oleh pemerintah adalah jumlah korban PHK dari perusahaan-perusahaan besar, tetapi belum termasuk mereka yang bekerja di usaha mikro, usaha kecil, hingga usaha menengah yang juga telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini.
Kalau baca beritanya, jadi speechless enggak sih? Sepertinya memang benar apa yang diprediksi oleh para ahli, bahwa dunia sedang berada di ambang resesi terburuk.
Apa kabarmu? Apakah kamu juga merupakan salah satu korban PHK, dampak dari pandemi virus corona ini? Jika iya, QM Financial turut prihatin yang sedalam-dalamnya ya. Hanya bisa membantu dengan doa dan harapan, semoga kesulitan ini akan segera berlalu.
Tapi sementara itu, kita pastinya enggak bisa cuma menunggu kondisi membaik dengan sendirinya, bukan? Kita harus segera melakukan sesuatu, setidaknya berusaha agar napas kita lebih panjang sampai badai ini benar-benar tuntas teratasi dan kondisi menjadi baik lagi.
Apa yang harus dilakukan jika kamu sekarang menjadi korban PHK akibat pandemi COVID-19?
1. Financial check up
Yang pertama harus dilakukan pastinya adalah memastikan kondisi keuangan kita seriil-riilnya. Karena itu, yuk, lakukan financial check up; periksa kesehatan keuangan kita sendiri agar tahu letak “penyakitnya” di mana, dan bisa diperbaiki segera.
Apa yang perlu diperiksa? Di antaranya:
- Pemasukan. Tentunya dengan “status” sebagai korban PHK, pemasukan akan berkurang. Seberapa banyak berkurangnya? Apakah benar-benar zero income? Ataukah, sebenarnya kamu masih punya pemasukan yang lain? Juga, apakah kamu menerima pesangon? Seberapa banyak, dan kira-kira bisa digunakan sampai kapan? Perhitungkan dengan pengeluaran bulananmu ya.
- Status utang. Bagaimana posisi utangmu saat ini? Masih ada utang apa saja? Masih kurang berapa banyak cicilannya? Masih berapa lama?
- Aset lancar. Apakah kamu punya tabungan? Dana darurat? Punya investasi yang bisa segera dicairkan? Punya simpanan emas? Ada piutang?
- Pengeluaran. Cermati pengeluaran-pengeluaran yang ada, mulai dari kebutuhan pokok, tagihan rutin, dan pengeluaran lainnya yang mungkin ada.
Selain keempat hal di atas, periksa juga hal-hal lain yang berkaitan dengan keuanganmu. Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
2. Amankan utang
Utang adalah salah satu pos pengeluaran terbesar, yang bisa dibilang–meski kondisi sesulit apa pun, ya mesti tetap dibayar. Meskipun kamu berstatus sebagai korban PHK, tetapi utang tetap menjadi kewajiban.
So, kalau kamu menerima uang pesangon, maka utang adalah pos pertama yang harus segera diamankan dengan uang pesangon. Kamu bisa menyisihkan dulu di awal.
Jika memang kamu mengalami kesulitan untuk membayar cicilan, enggak ada salahnya jika kamu meminta keringanan kredit pada pihak pemberi pinjaman.
OJK sendiri sudah mengeluarkan ketetapan mengenai relaksasi kredit sesuai instruksi pemerintah bagi kita yang terdampak COVID-19, mulai dari pekerja informal, pekerja berpenghasilan harian, termasuk juga para korban PHK. Stimulus ini tidak secara otomatis datang sendiri ya, jadi kamu yang harus mengajukan permohonan untuk kemudian baru diproses. Keringanan kredit ini juga bukan berarti bebas enggak bayar sama sekali, tetapi bisa berupa keringanan suku bunga, perpanjangan waktu, keringanan angsuran pokok, dan berbagai kebijakan lain.
Manfaatkanlah jika memang memungkinkan. Sedikit keringanan dalam bentuk apa pun akan membantu.
3. Hemat pengeluaran
Ubah gaya hidup! Ini sudah harus segera dilakukan begitu pemasukanmu berkurang sebagai korban PHK.
Cermati catatan pengeluaranmu yang terbagi dalam 5 pos–pos pengeluaran kebutuhan hidup rutin, cicilan utang (yang sudah dibahas di poin kedua), investasi, sosial, dan lifestyle–apakah ada yang bisa dihemat, dikurangi, disesuaikan, ditunda, atau bahkan dihapus.
Untuk investasi, boleh saja jika sekarang kamu memutuskan untuk setop investasi dulu, karena kamu akan butuh fresh cash untuk bertahan hidup. Nanti setelah kondisi membaik, kamu bisa mulai lagi. Begitu juga pos pengeluaran sosial, jika memang dirimu sendiri lebih membutuhkannya.
Lifestyle? Jelas harus dihemat. Coret dulu jajan-jajan bobanya. Masak sendiri dulu di rumah, dengan bahan-bahan makanan yang terjangkau. Pastikan belanja hanya barang-barang yang penting, kurangi yang tidak urgent, tunda yang bisa ditunda.
4. Pakai dana darurat
Ya, semoga kamu sudah memiliki dana darurat. Meskipun jumlahnya mungkin belum ideal, tapi setidaknya ada, dan bisa kamu gunakan untuk menyambung hidup sampai kamu bisa memiliki pemasukan lagi.
Jangan lupa, berkomitmen untuk menggantinya nanti ketika kondisi membaik ya.
5. Segera cari alternatif pemasukan lain
Boleh saja berstatus korban PHK, tapi sebaiknya, kamu jangan menyerah sampai di situ saja. Yuk, usaha, cari peluang untuk mempunyai pemasukan lagi.
Coba amati, apa yang lingkungan sekitarmu butuhkan? Mungkin tetangga-tetangga butuh pasokan lauk-pauk atau camilan, dan kebetulan kamu jago memasak, kamu bisa menawarkan jasa memasak untuk mereka. Atau, coba cari peluang untuk menjadi agen distributor frozen food atau kebutuhan lainnya, dan juallah melalui WhatsApp groups. Jangan lupa untuk menawarkan layanan antar ya.
Sudah mulai terdengar klise, tapi hanya harapan, “Semoga badai ini segera berlalu!” yang bisa kita miliki. Bertahan ya, teman-teman QM Financial! Kita pasti bisa melakukannya bersama-sama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Menyusun Menu Buka Puasa Hemat dan Sehat untuk Sekeluarga
Apakah masih ada yang dalam proses penyesuaian diri terhadap “the new normal” bulan Ramadan ini? Sudah enggak ada acara buka bersama, sahur on the road, bahkan salat tarawih pun dilakukan di rumah masing-masing? Bagaimana dengan penyusunan menu buka puasa hemat yang sekarang juga mesti kita lakukan?
Secara, banyak yang terdampak oleh masa tanggap darurat pandemi COVID-19 yang terus diperpanjang dan #rauwisuwis, hingga membuat sebagian dari kita harus ekstra hemat demi memperpanjang napas, gitu.
Kalau buat yang lajang dan hidup sendirian, mungkin penyusunan menu buka puasa ini enggak akan terlalu riweuh sih. Dibikin praktis dan gampang saja, ya kan? Seenggaknya, beli pun juga lebih praktis dan bisa hemat, kalau kita bisa memilih menu dan tempat beli yang pas.
Tapi, buat yang punya tanggung jawab mengolah makanan untuk seluruh keluarga, menyusun menu buka puasa hemat tentunya jadi sesuatu.
Yuk, ikuti beberapa tip berikut agar bisa menyusun menu buka puasa hemat untuk keluarga.
1. Susun seminggu sekali
Demi kepraktisan, susunlah menu buka puasa seminggu sekali. Dengan demikian, kita bisa membuat waktu belanja, persiapan masak, dan juga masaknya lebih efektif dan efisien.
Apalagi sekarang, ketika semua pergerakan dibatasi. Rasanya akan lebih baik kalau kita mengurangi intensitas keluar rumah, ya kan? Karenanya, susun menu seminggu sekali, sehingga belanja juga seminggu sekali saja.
2. Pilih makanan dengan bahan yang bisa diolah beberapa kali
Susunlah menu buka puasa hemat dengan bahan yang bisa diolah beberapa kali, misalnya sekali masak untuk menu buka, dan diolah kembali tanpa perlu waktu lama untuk sahur. Nah, tanpa menu yang sudah disusun terlebih dahulu, rasanya bakalan sulit nih memilihnya.
Misalnya begini, menu buka puasa opor ayam. Nah, sekalian deh, dibuat untuk menu sahur. Tinggal diolah lagi, misalnya menjadi opor ayam bakar. Atau, menu berbuka sup ayam dengan sayuran, dan menu sahurnya capcay ayam.
Sediakan pula beberapa lauk yang sifatnya kering dan awet, misalnya seperti kering tempe, abon, sarundeng, dan sejenisnya, yang tinggal tuang dan makan.
3. Belanja bijak
Buatlah daftar belanjaan berdasarkan menu buka puasa hemat yang sudah ditentukan. Karena kita tengah berada di masa pergerakan terbatas, hal ini juga akan membantu kita untuk belanja bijak, cepat, dan praktis.
Pergi belanja ke supermarket atau pasar tradisional, atau ke mana pun, belanja dengan cepat–hanya berdasarkan catatan saja–dan kalau sudah lengkap, segeralah pulang.
Jangan lupa untuk melakukan semua protokol keamanan kesehatan seperti yang sudah dianjurkan pemerintah ya.
4. Meal prepping
Sudah kenal dengan metode meal preparation kan? Meal prepping adalah metode penyiapan makanan matang untuk dikonsumsi beberapa hari mendatang.
Bahan-bahan makanan yang kita beli, sesampainya di rumah, diolah dan dipersiapkan sesuai menu buka puasa hemat yang sudah disusun.
Ada 2 metode meal prepping. Yang pertama, menyiapkan makanan dan dimasak sampai matang sepenuhnya, kemudian disimpan dan dihangatkan dengan microwave jika hendak disantap. Biasanya, ini bisa dilakukan untuk menu-menu yang lebih awet, misalnya seperti olahan ayam, rendang, atau sejenisnya.
Metode meal prepping kedua adalah bahan-bahan makanan diolah tapi tidak sampai matang, lalu disimpan, dan baru dimasak menjelang dikonsumsi. Misalnya saja, mau bikin capcay. Sayurannya sudah dipotong-potong, ayamnya sudah disuwir-suwir, bumbunya juga sudah dibuat. Semua dimasukkan ke dalam kotak penyimpanan, dan dimasukkan ke freezer. Ketika hendak dimakan, baru dikeluarkan semua dan dimasak.
Metode kedua biasanya dilakukan untuk bahan-bahan masakan yang berumur pendek, misalnya seperti sayuran.
Jangan lupa untuk menerapkan food safety ketika meal prepping menu buka puasa hemat kamu. Pastikan wadah yang dipakai kering dan enggak lembap, sehingga mikroba tidak berkembang dan membuat makanan yang sudah disiapkan jadi rusak.
5. Beli jadi?
Kenapa enggak? Boleh juga kok, sesekali beli jadi, as long as masih dalam pantauan dan enggak berlebihan.
Apalagi jika kamu membeli makanan untuk menu buka puasa dari teman-teman kamu sendiri yang memiliki bisnis kuliner. Selain praktis buat kita sendiri, kita juga bisa sekaligus membantu agar bisnis mereka tetap jalan di masa sulit seperti ini.
Mutualisme kan?
Nah, demikianlah beberapa tip untuk menyusun menu buka puasa hemat di bulan Ramadan kali ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Jenis Aset Lancar untuk Dicek Selama Masa Pandemi
Banyak ahli memprediksi bahwa krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini akan berlangsung setidaknya sampai Desember 2020. Apa kabar kamu yang harus bertahan hidup sampai Desember dengan penghasilan yang minim? Apakah kamu sudah mengecek aset lancar yang kamu miliki?
Apa sih aset lancar itu? Mengapa penting, hingga harus menjadi hal pertama yang harus kamu ketahui kondisinya dengan pasti, terkhusus di masa-masa sulit seperti ini?
Aset lancar–atau yang disebut dengan current asset–adalah jenis aset atau harta yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya dalam 1 tahun (Wikipedia). Dengan kata lain, aset lancar merupakan dana yang siap dicairkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Berhubung kita harus memperpanjang napas sampai beberapa bulan ke depan, maka penting untuk melakukan pengecekan terhadap aset lancar yang kamu miliki sebagai langkah awal.
Yuk, Cek Aset Lancarmu Berikut Ini!
1. Fresh cash
Uang yang sekarang ada di dompetmu, di bawah kasur, di dalam celengan babi, di bawah tumpukan pakaian di lemari, adalah aset lancar yang paling lancar.
Cobalah untuk membuat catatan, sampai sekarang berapa besarnya secara total? Aset ini adalah yang pertama kali bisa digunakan untuk membeli segala kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Tabungan
Tabungan yang ada di bank biasanya disebut dengan aset setara kas. Termasuk juga dana-dana yang tersebar di berbagai dompet digital yang kamu miliki.
Yah, kan sekarang zamannya e-wallet dan e-money kan? Makanya, mesti juga dicek kondisinya untuk saat ini.
Bagaimana dengan tabungan berjangka dan deposito?
Well, sebenarnya tabungan berjangka juga cukup mudah dicairkan ya, hanya saja kamu harus siap dengan penalti yang menyertainya jika harus dicairkan sebelum waktunya.
Sedangkan, deposito ada yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan satu tahun. Jadi, bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar kamu juga, setidaknya dananya akan bisa kamu manfaatkan dalam waktu 1 tahun ke depan.
3. Cek, wesel, dan lainnya yang belum diuangkan
Apakah kamu punya cek, wesel, ataupun dokumen yang bisa diuangkan dalam waktu dekat? Masukkan juga ke dalam catatan keuanganmu ya.
Misalnya saja, kamu mendapatkan hibah dalam bentuk cek, tapi karena satu dua alasan belum dicairkan sampai sekarang. Ini juga termasuk dana yang siap pakai, hanya saja masih tersimpan di lembaga penyimpanan dana.
4. Logam mulia
Jika kamu memiliki simpanan logam mulia atau emas–terutama yang berbentuk batangan dan bersertifikat–ini juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar.
Logam mulia termasuk mudah dijual–atau digadaikan–dan dijadikan fresh cash, yang bisa kita pakai untuk menutup kebutuhan hidup.
5. Investasi jangka pendek
Berbagai investasi jangka pendek dengan tenor waktu kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar. Misalnya seperti reksa dana pasar uang, yang nilai investasinya tidak terpengaruh oleh suku bunga.
Surat utang yang memiliki jatuh tempo beberapa bulan ke depan hingga kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar yang kamu miliki. Begitu juga jika ada bunga yang dapat kamu terima hingga beberapa bulan mendatang, juga bisa menjadi salah satu sumber aset lancar.
6. Gaji yang masih akan diterima
Buat kamu yang sampai saat ini masih menerima gaji, penghasilanmu ini dalam beberapa bulan ke depan juga termasuk dalam current asset ini.
Termasuk juga di dalamnya jika kamu akan menerima Tunjangan Hari Raya, ataupun bonus-bonus yang memang sudah dijadwalkan ada.
7. Penghasilan tambahan lain
Jika kamu mempunyai sumber penghasilan lainnya selain gaji, dan akan kamu terima dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, maka ini juga termasuk aset lancar.
Misalnya saja, kamu punya indekos, dan akan segera menerima setoran uang sewa kamar bulan depan (abaikan kemungkinan penunggakan anak kos yang nakal), maka ini juga termasuk dalam aset lancar yang kamu miliki.
Nah, sudah jelas ya apa yang dimaksud dengan aset lancar? Pada prinsipnya adalah semua dana (atau calon dana) yang kamu miliki saat ini hingga setidaknya dalam waktu satu tahun ke depan, yang dengan mudah kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Siap untuk melakukan pengecekan aset lancar sekarang? Semoga kamu bisa bertahan sampai masa pandemi ini berakhir ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.