3 Tujuan Keuangan Terbesar yang Harus Segera Dimiliki oleh First Jobbers
Sebagai karyawan di entry level, barangkali para first jobber saat ini belum memiliki gaji yang sebesar mereka yang sudah lama menjalani karier. Namun, bisa dibilang di sinilah saat-saat krusial untuk segera mendapatkan keterampilan mengelola keuangan pribadi, dan segera merumuskan tujuan keuangan.
Karenanya, financial training pada level ini sangat diperlukan.
Entry level akan membentuk budaya dan etos kerja seseorang yang baru saja bekerja–yang disebut dengan first jobber ini–hingga ke masa yang akan datang.
Lalu, harus mulai dari mana? Dorong para first jobbers untuk membangun financial habit yang baik, dan membuat tujuan keuangan.
3 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki oleh Para First Jobber
1. Dana Darurat
Yes, inilah tujuan keuangan pertama yang seharusnya menjadi prioritas first jobbers.
Dana darurat adalah jaring pengaman saat sedang dalam kondisi darurat. Misalnya, seperti ketika kita mulai masuk ke masa pandemi. Tanpa dana darurat yang kuat, rasanya cukup susah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara gaji dikurangi karena WFH, proyek-proyek berhenti, bonus juga tertunda.
Tak ada yang pernah mengira kalau tahun 2020 akan seperti ini, bukan? Ini tak terencana, dan akibatnya bisa menimbulkan risiko kerugian finansial untuk hidup kita.
Di saat-saat seperti inilah dana darurat akan berperan. Tidak ada yang bisa menjamin hidup juga akan baik-baik saja ke depannya. So, persiapkan jika hari hujan dengan sedia payung yang cukup–berupa dana darurat.
2.Dana pensiun
Yes, walaupun karyawan baru mulai bekerja, saat ini mereka pun seharusnya sudah memiliki rencana untuk membangun dana pensiun. Inilah tujuan keuangan kedua yang harus diprioritaskan.
Karena, pensiun itu sudah pasti akan datang, akan membawa dampak finansial (karena kita sudah tak bisa bekerja lagi saat itu), dan butuh persiapan yang sangat panjang.
Dana pensiun akan menjadi bekal biaya hidup menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera. Ya, masa mau menggantungkan hidup pada anak cucu? Enggak dong ya, mereka sudah punya hidup mereka masing-masing. Kita harus tetap survive sebagai pensiunan mandiri.
Nah, mulailah membuat rencana untuk menyiapkan pensiun sejak dini, karena waktu adalah teman terbaik untuk rencana jangka panjang seperti ini.
3.Rumah pertama
Apalah artinya sudah punya penghasilan sendiri, jika kamu nggak juga punya aset properti atas nama sendiri. Tsah. Karena rumah adalah simbol kemandirian.
Ya, rumah pertama di sini berarti properti. Tentu saja, bentuknya enggak harus berupa rumah petak. Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk membeli apartemen. Setiap orang punya kebutuhan masing-masing, yang harus diakomodasi sebaik-baiknya, bukan?
Dana untuk properti pertama ini juga butuh nominal yang besar.
Kebanyakan angkatan pekerja zaman sekarang (millenials dan generasi Z) merasa ciut nyali kalau menyangkut pembelian properti. Mengapa? Karena dengan harga yang melangit setiap tahunnya, dengan gaji yang “hanya” naik sesuai inflasi, cita-cita punya rumah itu seperti terlalu tinggi untuk dijangkau.
Tanpa perencanaan yang komprehensif, memang akan mustahil. Tapi, dengan keterampilan mengelola keuangan yang cukup, dengan gaji berapa pun, tujuan keuangan paling besar juga bisa dicapai.
Caranya gimana? Nah, ya butuh financial training.
Nah, selain 3 tujuan keuangan terbesar di atas, tentu karyawan harus punya planning untuk menikmati hasil jerih payahnya. Mengapa harus ada perencanaan? Karena kebutuhan karyawan ke depannya akan semakin banyak dan berkembang seiring waktu mereka bekerja. Tanpa perencanaan, rasanya sulit banget bisa memenuhi segala kebutuhan mendesak, yang semuanya butuh uang itu.
Mau liburan ke Korea atau ke Eropa? Mau gadget tercanggih? Pengin berangkatkan umrah orang tua, jika sudah memungkinkan? Semua itu adalah pemanfaatan gaji yang memang sudah seharusnya. Memangnya bisa, merencanakan liburan ke Eropa sekaligus pengin punya rumah sendiri? Bisa dong, asalkan ada perencanaan keuangan pribadi yang komprehensif.
Lalu yang terakhir, jangan lupa lengkapi dengan proteksi, yaitu berupa asuransi.
Bisa? Bisa!
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Mengapa Rencana Harta Waris Harus Dimulai Sekarang?
Warisan, atau harta waris, adalah istilah untuk menyebutkan barang atau hal-hal yang ditinggalkan oleh seseorang di masa hidup kepada keturunannya. Warisan ini–ketika si pemilik meninggal dunia–secara hukum, akan dibagikan kepada ahli waris yang berhak.
Namun, sering kita temui, kasus-kasus perebutan harta waris di antara para ahli waris hingga menimbulkan perselisihan, bahkan putusnya hubungan saudara ataupun keluarga. Sungguh rumit dan membuat miris.
Padahal, yang berlaku di Indonesia, kurang elok jika kita merencanakan harta waris ketika orang yang bersangkutan masih hidup dan sehat walafiat. Tabu! Pamali! Belum lagi urusan kerumitan hukumnya. Tetapi, kadang, demi kemaslahatan bersama, rencana harta waris ini sebaiknya dilakukan sejak dini.
Mengapa Rencana Harta Waris Perlu Dilakukan Sekarang?
1.Menghindari hilangnya atau tidak produktifnya aset
Kadang ada kondisi, ketika ahli waris belum cukup usia untuk dapat mengelola aset yang diwariskan oleh keluarga kepadanya. Misalnya saja, harta waris berupa bisnis dan kendaraan, sedangkan ahli waris adalah anak berusia 2 tahun.
Tanpa adanya rencana harta waris yang sudah dibuat, anak usia 2 tahun tersebutlah yang seharusnya mengelola bisnis dan kendaraan. Apakah mampu? Tidak. Ketika si anak sudah cukup usianya, aset sudah terlanjur rusak atau terbengkalai.
2.Memastikan aset terbagi dengan baik, dan bermanfaat
Aset seseorang bisa bermacam-macam bentuknya. Tapi tentu, tak semua orang bisa merasakan manfaatnya secara optimal, jika kita tidak membaginya sesuai apa yang terjadi sebenarnya.
Baik menurut hukum perdata maupun hukum Islam, setiap anggota keluarga punya proporsinya masing-masing dalam hal hak waris. Tapi kadang, ketentuan hukum ini tidak sesuai dengan kondisi kita yang sebenarnya. Dengan membuat rencana harta waris, kita dapat mengatur dengan lebih baik, sesuai dengan keinginan kita.
Pastikan setiap aset yang akan diwariskan bermanfaat untuk penerimanya.
Jangan lupa sertakan surat kuasa pencairan yang disahkan notaris untuk aset-aset yang melibatkan pihak ketiga, seperti perusahaan sekuritas, bank, atau manajer investasi, agar ahli waris lebih gampang dalam pengurusannya.
3.Meminimalkan konflik yang bisa terjadi
Sudah banyak kasus, ketika antara ahli waris saling bertikai memperebutkan harta waris. Bahkan ketika si pemilik aset sudah membuat surat waris pun, bisa saja masih ada perselisihan. Memang rumit urusan warisan ini.
Tetapi, bayangkan jika tidak ada rencana waris. Sepertinya bakalan makin ruwet, seperti hubungan sama mantan. #ehgimana
Dengan adanya rencana, setidaknya konflik yang terjadi bisa agak diminimalkan dan pengaruh negatifnya bisa ditekan. Setidaknya, perselisihan mungkin tidak begitu frontal lagi.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mulai membuat rencana harta waris ini?
Pertama, lakukan inventarisasi aset, meliputi aset lancar (uang tunai, piutang, dan sebagainya), aset guna (rumah, mobil, dan sebagainya), serta aset investasi (surat-surat berharga, properti, bisnis, dan sebagainya).
Kedua, cek ke bank, sekuritas, dan lembaga pihak ketiga lainnya, apakah kita bisa mulai mengatur siapa yang berhak menerima aset kita yang ada pada mereka saat ini. Buatlah surat kuasa sekarang juga, dan urus pengesahannya ke notaris. Pastikan akses ke pihak ketiga ini sudah di-share ke orang-orang terdekat.
Ketiga, belajar tentang pembuatan rencana harta waris. Banyak kelas-kelas dan sumber-sumber belajar lain yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya kelas online di QM Financial. Coba cek jadwalnya, apakah di bulan ini ada kelas waris seperti yang kamu butuhkan. Manfaatkan sebaik mungkin jika memang ada peluang, agar tak bingung ketika harus menyusun rencana harta waris.
Yes, membuat rencana harta waris bukan berarti mengharapkan meninggalnya seseorang lebih cepat. Tetapi, lagi-lagi, ini soal perlindungan dan pengamanan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi. Ingat, kita harus berharap yang terbaik, tetapi juga bersiap untuk yang terburuk. Itulah prinsip pengelolaan keuangan yang baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Alasan Orang Membuat Perjanjian Pranikah
Di Indonesia, perjanjian pranikah–atau yang sering disebut dengan prenup–memang hanya dibuat oleh kalangan tertentu. Bahkan ada kesan, bahwa perjanjian ini dibuat oleh orang kaya saja. Atau, ada pula kesan bahwa dengan membuat perjanjian pranikah, maka kita pun menyiapkan diri untuk bercerai. Padahal seharusnya bukan itu yang menjadi tujuan dalam pernikahan, bukan?
Karena itu, perjanjian pranikah jadi hal yang aneh di sini, bahkan tabu. Pamali, baru menikah kok sudah mikirin cerai. Begitu kira-kira.
Namun, ada sisi lain dari perjanjian pranikah yang tak banyak diketahui. Perjanjian ini dibuat justru untuk melindungi pasangan maupun anak-anak jika ada hal buruk yang terjadi dalam pernikahan. Tentu saja, di sini bukan berarti kita mengharapkan hal terburuk terjadi. Tetapi, balik lagi ke mazhab: mempersiapkan yang terbaik dan bersiap untuk yang terburuk.
Prinsip ini sudah kita pahami ketika kita hendak membeli asuransi. Nah, di perjanjian pranikah ini juga pada prinsipnya sama: perlindungan.
Apa Perlunya atau Pentingnya Perjanjian Pranikah?
Pada umumnya, orang-orang yang membuat perjanjian sebelum pernikahan punya alasan sebagai berikut:
1.Memisahkan harta
Ada Undang-Undang yang mengatur bahwa harta yang didapatkan oleh pasangan suami istri setelah menikah akan menjadi milik berdua, yang kemudian disebut dengan harta gana-gini.
Mau nggak mau, kita lantas melihat fakta, bahwa hal inilah yang sering menjadi pertikaian antara pasangan ketika mereka hendak berpisah. Karena panjangnya pertikaian dalam hal ini, malah bisa menimbulkan dampak yang semakin buruk pada perpisahan itu sendiri.
Dengan adanya prenup ini, masing-masing pasangan dapat memisahkan harta mereka sehingga tidak akan menjadi beban ketika memang pernikahan tak dapat dipertahankan lagi.
2.Menjamin harta waris
Perjanjian pranikah juga bisa menjadi acuan untuk memisahkan harga peninggalan alias warisan. Jika misalnya ke depannya ada beberapa kali pernikahan, maka akan jelas pemisahan harta untuk masing-masing ahli waris.
Hal ini sesuai dengan yang sudah diatur dalam UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, yang menyebutkan bahwa harta bawaan masing-masing pasangan–yang diperoleh dengan cara apa pun–akan tetap menjadi milik masing-masing jika tidak ditentukan lain. Dengan adanya perjanjian ini, maka kita juga akan bisa menjamin bahwa tidak ada pemindahan kepemilikan pada harta bawaan tersebut, sehingga tetap menjadi milik keluarga masing-masing.
3.Membebaskan dari kewajiban ikut membayar utang pasangan
Perlu dipahami, bahwa harta bersama tak hanya meliputi harta bergerak ataupun yang tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan ada. Harta bersama juga mencakup seluruh utang yang dibuat oleh masing-masing pasangan.
Hal ini juga sudah diatur dalam UU Perkawinan pasal 35 jo, KUHPerdata pasal 121. Di dalamnya termasuk adalah utang yang dibuat setelah maupun sebelum terjadi pernikahan. Kalau kita menikah dengan seseorang yang ternyata punya utang banyak, maka hal tersebut akan menjadi beban tanggung jawab kita juga untuk melunasinya.
Dengan adanya perjanjian ini, utang pasangan tidak harus menjadi beban kita juga, karena selain harta yang dipisah, utang juga dapat dipisahkan.
4.Melindungi dari kepentingan bisnis
Sebagian orang membuat perjanjian pranikah demi kepentingan bisnis. Bisnis juga bisa dianggap sebagai bentuk “harta”, apalagi jika bisnis dibangun ketika sudah dalam ikatan pernikahan.
Misalnya, salah satu pasangan berutang pada pihak lain untuk keperluan bisnis, maka pasangannya tidak boleh “diganggu” selama penagihan pengembalian dana terjadi. Jika suatu kali knocks on wood bisnis tak bisa diteruskan, dan masih menyisakan utang, maka pasangan juga bisa terlindungi kepentingannya karena memiliki harta terpisah dari pemilik bisnis–yang notabene adalah pasangannya sendiri.
Dalam hal ini, juga termasuk soal adanya laba, atau bertambahnya harta kekayaan dari bisnis, maka pasangan pun dapat ikut menikmati. Tetapi, dengan perjanjian pranikah, masing-masing dapat mengatur kondisinya sesuai kebutuhan. Dengan begini, manajemen bisnis akan lebih fleksibel. Ketika pernikahan tidak dapat dilanjutkan, maka siapa pun yang berstatus sebagai pemilik bisnis dapat melanjutkan usahanya atau mengganti mitra ataupun sebaliknya, sesuai kesepakatan.
5.Menjaga kondisi finansial jika terjadi perpisahan
Perjanjian pranikah ini akan dapat menjadi pegangan bagi pihak istri, jika suatu kali terjadi perpisahan. Dalam perjanjian ini, seorang istri dapat meminta suami untuk tetap menafkahi keluarga–terutama anak-anaknya–meskipun secara agama maupun hukum, mereka sudah berpisah.
Masa depan anak akan tetap terjamin, seperti rencana semula dan tidak perlu pula dikorbankan. Apalagi jika selama berumah tangga, istri tidak bekerja. Akan butuh waktu bagi istri untuk bisa mandiri lagi. Jika ia mendapatkan hak asuh anak, maka hal ini akan menjadi beban keuangan tersendiri yang cukup berat untuknya.
Jika semua sudah diatur dalam prenup, maka istri akan lebih mudah dan fokus untuk berusaha mandiri, misalnya dengan bekerja lagi ataupun berbisnis.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga membuat perjanjian pranikah?
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Berbagai Risiko Keuangan dan Bagaimana Cara Kita Menghadapinya
Pandemi COVID-19 masih belum menampakkan hilal kapan akan berakhir. Bisa dibilang, ini adalah salah satu kondisi di mana risiko keuangan muncul dalam hidup.
Risiko, kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan”. So, kalau risiko keuangan berarti adalah segala hal yang dapat menimbulkan kerugian secara keuangan.
Pada dasarnya, kita hidup selalu dibayangi risiko, dalam bentuk apa pun. Maka, sebagai makhluk yang adaptif, kita pun berusaha menyiapkan diri dengan segala cara agar meminimalkan munculnya risiko. Salah satu bentuk risiko yang bisa dan harus kita antisipasi adalah risiko keuangan ini.
Manajemen risiko keuangan yang baik merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan keuangan yang komprehensif. Risiko adalah salah satu hal atau elemen yang wajib ada dan dipertimbangkan dengan saksama saat kita membuat perencanaan keuangan.
Istilahnya, kita berharap yang terbaik (yaitu tujuan keuangan tercapai) tetapi juga siap untuk hal terburuk yang terjadi (dalam bentuk risiko keuangan).
Risiko tidak bisa dihindari atau dihilangkan, tetapi kita bisa meminimalkan efeknya dengan beberapa langkah antisipatif. Ibaratnya, kalau kena pukulan, ya nggak lebam-lebam amat karena ada samsak di depan kita. Samsak inilah yang berfungsi sebagai jaring penyelamat. Tinggal seberapa bagus samsak yang bisa kita siapkan. Betul? Semakin bagus, pastinya efek pukulan ya semakin tak terasa.
Apa Saja Risiko Keuangan yang Biasa Terjadi dalam Hidup?
Banyak hal yang bisa terjadi dalam hidup, ada yang berefek baik ada yang tidak baik. Ada yang menimbulkan risiko terhadap fisik, mental, dan sebagainya, ada juga yang berefek secara keuangan.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan efek kerugian secara keuangan antara lain:
- Bencana alam, misalnya saja banjir. Kita mendapatkan risiko finansial ketika rumah kita kebanjiran. Banyak barang rusak sehingga harus diperbaiki atau diganti, dan sebagainya.
- Penyakit. Risiko finansialnya adalah ongkos untuk membayar rumah sakit, obat, dan seterusnya.
- Tindakan kriminal, misalnya pencurian atau perampokan yang mengakibatkan hilangnya aset, dalam bentuk apa pun.
- Hilangnya mata pencaharian, misalnya PHK, atau kematian orang yang menjadi tempat kita menggantungkan hidup
Ada orang yang risiko keuangannya lebih tinggi daripada yang lain, ada pula yang relatif lebih kecil. Nggak akan ada yang sama, karena memang sangat tergantung pada hidup yang dijalani masing-masing. Buat A, ada hal yang tidak dipandang sebagai risiko, padahal bagi B, hal yang sama bisa dianggap risiko yang paling berat.
Misalnya saja, soal keluarga. Buat keluarga A dengan suami istri yang bekerja, maka risiko keuangan akibat hilangnya mata pencaharian akan relatif lebih ringan ketimbang keluarga B yang hanya suami saja yang bekerja. Tapi bukan berarti juga keluarga B salah dalam pengelolaan manajemen risiko, karena mungkin ada satu dua hal lain yang menjadi pertimbangan penting.
Yes, karena memang tidak pernah ada pengelolaan keuangan yang selalu salah dan selalu benar, because personal finance is very personal.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan dalam hidup kita ini?
Banyak, di antaranya–yang paling penting–adalah sebagai berikut:
1.Dana darurat
Dana darurat adalah jaring penyelamat pertama dan paling penting dalam manajemen risiko keuangan pribadi kita.
Untuk pengelolaan dana darurat, kamu bisa membaca artikel-artikel yang membahas detail mengenai dana darurat di web ini. Ada mulai dari peran dana darurat di saat darurat, bagaimana pertimbangan mempergunakannya, hingga strategi untuk mengembalikan dana darurat.
2.Diversifikasi instrumen investasi
Berbicara soal risiko keuangan tentu tak lepas dari membahas risiko investasi.
Mengapa? Karena investasi memang seharusnya ada dalam rencana keuangan kita, sebagai cara untuk mewujudkan tujuan keuangan. Dan, investasi selalu tentang manajemen risiko dan imbal hasil. Di mana kita mengharapkan imbal hasil, di situ pula kita harus menghadapi risiko.
Salah satu cara untuk meminimalkan risiko investasi adalah dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi. Langkah awalnya adalah dengan mengenali produk-produk investasi itu dulu, baru kemudian merencanakan dan merealisasikan sesuai rencana dan manajemen risiko yang sudah dibuat.
3.Asuransi
Hal ketika yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan efek risiko keuangan adalah dengan memiliki perlindungan terhadap aset, baik itu aset bergerak maupun tidak bergerak. Bahkan, diri sendiri pun merupakan aset yang harus dilindungi, ketika kita membicarakan risiko keuangan ini. Sudah dijelaskan kan, bahwa hilangnya mata pencaharian merupakan salah satu risiko keuangan terbesar yang mesti siap dihadapi.
Jadi, berikanlah perlindungan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi pada diri sendiri dengan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Merencanakan Pensiun Dini Seperti Raditya Dika
Raditya Dika merencanakan pensiun dini di usia 40 tahun.
Hal ini sempat disebutkan oleh Bang Radit juga saat menjadi panelis Financial Dialogue 02 di bulan Agustus lalu. Hmmm, apakah kamu memiliki mimpi yang sama dengan Raditya Dika? Pengin pensiun dini dan merasakan bebas finansial di usia 40 tahunmu nanti?
Bisa emang?
Ya, kenapa tidak?
Tapi beda dong, penghasilan Raditya Dika dan penghasilan kita?
Ya, memang beda. Semua ada dalam mindset kok.
Jadi, apa yang mesti kita lakukan agar dapat pensiun dini? Coba simak beberapa tip berikut ini ya.
5 Langkah Merencanakan Pensiun Dini
1. Rencanakan sejak dini
Yes, semua yang akan kamu dapatkan di masa depan, sejatinya adalah apa yang kamu rencanakan mulai sekarang. Pensiun juga tak harus menunggu usia tua lebih dulu. Kamu boleh-boleh saja merencanakan pensiun di usia 40 tahun.
Berapa usiamu saat ini? 20 tahun, 30 tahun? Berapa sisa waktu sampai dengan kamu berencana untuk pensiun dini?
Itulah waktumu untuk membangun dana pensiun dini. Itulah kesempatanmu untuk membuat rencana yang matang dengan target pensiun dini di usia 40 tahun. Jangan sia-siakan sumber daya yang ada untuk terlalu banyak keinginan yang kurang penting, yang tidak ada hubungannya dengan target hidupmu ini.
2. Hitung kebutuhanmu di masa pensiun
Menghitung kebutuhan hidup selama masa pensiun akan menjadi target nominal, dan nggak usah terlalu kaget akan nominal yang besar. Ya pasti akan besar, mengingat kamu akan berhenti “bekerja” di usia muda, dan akan punya waktu lebih panjang nantinya.
Perhitungan ini mungkin agak rumit. Kamu perlu tahu dulu besarnya kebutuhanmu saat sekarang, baru kemudian diproyeksikan sekian tahun ke depan, sesuai rencana pensiun dini kamu.
3. Tentukan produk investasi yang tepat
Jika hanya menabung penghasilan saja, maka sepertinya target akan cukup sulit untuk dicapai. Kamu harus berupaya dengan investasi juga. Nah, pemilihan instrumen investasi juga akan menentukan di sini.
So, belajarlah investasi dan coba pahami cara kerja instrumen-instrumen yang ada, agar kemudian kamu bisa memilih yang paling sesuai.
Satu hal yang harus kamu ingat, bahwa hukum high risk high return selalu berlaku pada instrumen apa pun. Manfaatkan skema compound interest, agar hasil investasimu bisa maksimal.
4. Pengelolaan optimal
Perencanaan tidak akan ada artinya tanpa ada pengelolaan maksimal mulai dari hal kecil dalam keseharian kita, sejak sekarang.
So, sudah punya target, sudah tahu punya berapa banyak waktu untuk menyiapkan diri pensiun dini, selanjutnya rencana diwujudkan dibarengi dengan menerapkan gaya hidup sesuai kemampuan. Kalau perlu, berhemat di sana-sini dengan mengurangi pengeluaran pada pos yang tidak terlalu penting.
5. Segera lunasi utang
Apalah arti pensiun dini, kalau saat kamu melakukannya kamu masih punya utang? Bukan pensiun yang ideal, sepertinya.
So, sebaiknya mulai dari sekarang, kelola utangmu dengan cermat. Buat skema cicilan yang masuk akal, perhatikan angka aman, dan disiplin membayar agar terhindar dari cost yang tak perlu ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk pensiun dini seperti Raditya Dika?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Atau, kamu ingin supaya kantor tempat kamu bekerja mengadakan financial training khusus untuk persiapan dana pensiun? QM Financial punya modul yang disusun secara komprehensif dan fun untuk sebuah training karyawan yang interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan loh! Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Karyawan Gaji UMR Pengin Beli Rumah? Kenapa Enggak?
Karyawan punya gaji UMR tapi punya mimpi beli rumah sendiri. Ya, kenapa enggak? Bisa kok, asalkan niat sudah kuat, jalan pasti akan selalu ada. Bener nggak sih?
Tapi, kan gaji UMR itu cuma cukup buat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja? Nggak juga, dengan pengelolaan keuangan benar dan konsisten, para karyawan mana pun bisa kok memiliki rumah sendiri, tahun ini.
Berikut beberapa hal yang harus disiapkan.
Gaji UMR Beli Rumah, Ini Harus Disiapkan
1. Fokus kumpulkan uang muka alias DP rumah
Karyawan punya gaji UMR bisa punya rumah sendiri. Bisa dong, kalau dapat warisan. Eh, nggak gitu juga sih, ini bukan soal privilege kok, tapi soal kita pegang kendali atas hidup kita sendiri.
Buat rencana matang, sejak dini. Gaji UMR bisa jadi adalah besaran gajimu sekarang, karena kamu baru saja mulai bekerja. First jobber, begitu istilahnya. Seiring waktu, mari kita berharap gajimu akan meningkat seiring jam terbang yang juga meninggi.
Yang harus kamu miliki adalah rencana step by step. Mulailah dengan memikirkan hal yang paling kecil dan pertama dari rencana pembelian rumah, yaitu menyiapkan DP rumah.
Berapa jumlah DP rumah yang harus disiapkan? Biasanya sih 15% untuk rumah pertama, ada juga yang kurang untuk tipe rumah yang lebih kecil. Kapan kamu butuh DP rumah ini? Dua tahun lagi, lima tahun lagi? Jadikan itu sebagai horizon waktu untuk mengumpulkannya.
2. Sisihkan di depan, dan investasikan di instrumen yang tepat
Bagusnya, karyawan itu kan bisa dibilang punya penghasilan yang tetap. Setiap bulannya pasti menerima gaji. Kalaupun jumlahnya berbeda, itu biasanya karena adanya tunjangan tidak tetap, yang dihitung dari kehadiran.
So, enggak ada alasan untuk nggak bisa menyisihkan sebagian dulu di depan, begitu menerima gaji. Idealnya, tabungan dan investasi seharusnya 10% dari penghasilan rutin. Tetapi, tentu kamu bisa menyisihkan lebih banyak jika memang memungkinkan. Sesuaikan dengan kondisimu ya.
Jika memang kamu longgar, belum ada tambahan tanggungan, banyak hal yang bisa dihemat, fokuslah pada impian punya rumah sendiri meski gaji UMR.
Taruhlah simpanan untuk DP rumah ini di instrumen investasi yang tepat. Katakanlah, kamu butuhnya 2 tahun lagi, maka kamu bisa menempatkannya di instrumen investasi jangka pendek seperti Reksa Dana Pasar Uang atau deposito.
Jikalau kamu sekarang seorang first jobber, kemampuanmu untuk pulih jika terkena krisis masih tinggi, sehingga mungkin kamu perlu mempertimbangkan untuk menyimpannya di instrumen yang lebih agresif demi mendapatkan imbal yang lebih sepadan.
Tapi ingat ya, dahului dengan analisis yang cermat.
3. Siapkan skema cicilan
Salah satu cara terbaik untuk karyawan dengan gaji UMR untuk bisa beli rumah sendiri adalah melalui KPR. Ada beberapa jenis KPR yang bisa dipilih, mau KPR konvensional atau KPR syariah. Tentunya, kamu harus mempelajari plus minus masing-masing produk dan kemudian membandingkannya satu sama lain. Dari sini, kamu bisa memilih skema mana yang paling sesuai dengan keuanganmu.
Selanjutnya, ya siapkan diri untuk skema cicilannya. Kalau kamu sudah terbiasa menyisihkan uang untuk DP rumah sebelumnya, tentu pada fase membayar cicilan ini, kamu juga tak akan terasa terlalu berat lagi.
Tapi ingat ya, besaran cicilan utang secara total tidak boleh melebihi 30% dari pengeluaran bulanan demi amannya.
Gaji UMR tidak berarti lantas tak boleh punya mimpi. Yang penting, kamu mau usaha dan belajar terus mengelola keuangan. Konsisten, itu kuncinya. Konsisten dengan tujuanmu, konsisten dengan caramu.
Cicilan KPR seharusnya enggak menjadi beban, justru menjadi motivasi kamu untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Kumpulkan insentif, bonus, dan penghasilan lain di luar gaji, agar cicilan tetap aman, keuanganmu secara keseluruhan setiap bulannya tetap terkendali.
Kalau perlu, ajak teman-teman sekantor untuk ngadain training keuangan bareng.
QM Financial punya silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan keuangan karyawan dengan berbagai permasalahannya. Kami punya metode training karyawan yang dikemas interaktif dan fun. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Bagaimana Cara Karyawan Mengatur Keuangan di Masa Sulit?
Pandemi telah beberapa bulan kita lalui. Banyak hal harus diubah, disesuaikan, bahkan harus diganti dengan prioritas yang lain. Hal yang cukup berat dialami oleh sebagian karyawan. Beberapa perusahaan mengalami kesulitan finansial, sehingga ada penyesuaian yang juga harus dilakukan. Akibatnya, usaha para karyawan mengatur keuangan harus ekstra keras, agar di masa sulit tetap bisa survive.
Bonus dan insentif-insentif mungkin akan berbeda dengan saat sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Uang dinas luar mungkin juga tidak akan diberikan, karena perusahaan membatasi mobilitas karyawan untuk keluar kota dengan berbagai keperluan. Begitu pun bentuk-bentuk tunjangan lain selain tunjangan tetap, mungkin akan berubah, baik jumlahnya, waktu pemberiannya, maupun cara diberikannya. Beberapa perusahaan kemarin bahkan memberikan THR dengan cara dicicil pada karyawan, demi bisa mengatasi kesulitan keuangan ini.
Hal ini mau nggak mau pasti juga memengaruhi rencana keuangan karyawan yang mungkin sebelumnya sudah dibuat dengan sedemikian rupa. Secara tidak langsung lagi, hal ini bisa menjadi hal yang mengganggu pikiran juga bagi karyawan, sehingga bisa memengaruhi kinerja dan produktivitasnya dalam bekerja.
Di sinilah pentingnya pihak perusahaan kembali memberikan dukungan berupa penyelenggaraan training keuangan bagi karyawan.
Memang ada baiknya, training keuangan tidak hanya sekali diberikan bagi karyawan. Tetapi harus secara simultan, disesuaikan dengan kondisi. Hal ini terjadi karena masalah keuangan memang sangat sensitif akan perubahan. Perubahan kecil di luar sana bisa memengaruhi arus kas, budgeting, dan rencana keuangan secara keseluruhan.
Kondisi seperti pandemi ini, salah satu contohnya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan agar memungkinkan karyawan mengatur keuangan dengan lebih baik di masa sulit seperti ini?
1.Cek kondisi keuangan sekarang
Kondisi keuangan sekarang penting untuk diketahui, agar karyawan kemudian dapat mencari solusi untuk masalah keuangan yang bisa muncul akibat berubahnya skema penghasilan.
Kebiasaan sehari-hari juga berubah. Karyawan enggak harus masuk kantor yang berarti ada pengurangan pos transportasi. Untuk makan sehari-hari, pasti akan lebih sehat untuk memasak sendiri. Tetapi, mungkin ada pengeluaran untuk komunikasi (pulsa, kuota) yang akan lebih banyak daripada sebelumnya, karena banyaknya meeting dan koordinasi yang dilakukan secara daring.
So, yang pertama harus dilakukan adalah daily tracking terhadap pengeluaran sehari-hari. Catat setiap uang yang keluar dan keperluannya untuk apa. Daily tracking ini berisi penghasilan yang diterima, kewajiban yang harus dipenuhi, sampai dengan belanja dan jajan setiap harinya.
Dari catatan ini, kemudian karyawan bisa melihat pola pengeluaran uangnya sampai ke detail. Jika ada atau diprediksi bakal muncul masalah, dari catatan inilah mereka bisa melihatnya.
Selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan membuat bujet bulanan.
2.Sesuaikan pos yang less priority
Dari catatan daily tracking dan budgeting, kemudian bisa dipilah, mana pos kebutuhan yang harus tetap dipenuhi dan pos mana yang bisa dikurangi, ditunda, atau disesuaikan.
Coba cek di pos lifestyle atau kebutuhan “senang-senang”-nya. Bukannya melarang untuk senang-senang sih, tapi bisa enggak disesuaikan dengan kondisi? Mungkin mencari cara lain yang lebih terjangkau biayanya, tetapi efek hepinya tetap sama?
Beberapa kebutuhan yang enggak boleh dikurangi bujetnya adalah yang berhubungan dengan kewajiban, seperti membayar utang, membayar tagihan-tagihan, dan lain sebagainya, juga yang berhubungan dengan kebutuhan pokok sehari-hari.
Investasi bisa saja dikurangi secara proporsional, disesuaikan dengan kemampuan, kalau memang benar-benar kesulitan.
3.Pastikan dana darurat aman
Dana darurat haruslah dipakai di kondisi darurat. Apakah sekarang karyawan berada di situasi darurat? Bisa jadi, karena skema penghasilan mereka berubah. Masalahnya, apakah setiap karyawan memang sudah punya dana darurat sebelumnya?
Jika belum, inilah saatnya memberikan kesadaran pentingnya dana darurat bagi mereka.
Tapi, kan penghasilan sedang nggak normal. Memangnya bisa membuat dana darurat selagi kondisi darurat? Bisa kok, asal sudah tahu prinsip pengelolaannya yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan.
Because, personal finance is very personal. Tidak ada yang bisa diselesaikan dengan single solution untuk setiap permasalahan keuangan, butuh pendekatan personal, yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Begitu juga dengan mendukung karyawan mengatur keuangan di masa sulit seperti ini. Dengan metode financial training yang tepat, karyawan akan diajak praktik langsung sesuai kondisi masing-masing secara komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak kami ya untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat simpel, praktis, dan tentu saja, fun!
Because finance should be practical.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansial kita. Termasuk reksa dana dan saham. Tapi, pertanyaannya selalu sama, reksa dana vs saham, mana yang lebih untung?
Ya, itu pertanyaan sejuta umat memang.
Nah, kali ini kita bahas ya, reksa dana vs saham ini. Tetapi, sebelumnya, kamu harus paham dulu (atau diingat kembali), bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang 100% aman dan bisa memberikan untung besar dalam waktu cepat. Prinsip ini memang harus selalu diingat, agar kemudian kamu bisa bijak memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Plus Minus Reksa Dana
Membandingkan reksa dana vs saham, mari kita kupas mengenai reksa dananya lebih dulu.
Berinvestasi di reksa dana, berarti danamu akan dikelola oleh manajer investasi. Dengan pengalaman mereka, manajer investasi sudah memiliki langkah-langkah antisipatif dalam mengelola dana investasi para investor. Dengan reputasi perusahaan yang sudah dibangun, mereka tentu akan berusaha mempertahankannya juga.
Karenanya, pemilihan manajer investasi menjadi salah satu faktor penting. Pastikan memercayakan dana investasi kita pada mereka yang memang sudah memiliki reputasi baik, pengalaman dengan dana kelola yang sudah besar, dan minim komplain.
Namun, di sisi lain, investor juga harus siap dengan berbagai biaya administrasi yang akan dikenakan. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan saat kita memilih manajer investasi. Pilihlah manajer investasi yang mengenakan biaya paling minim untuk transaksi dan operasional. Ada kok yang memberlakukan Rp0 untuk biaya administrasi pembelian.
Plus Minus Saham
Dengan berinvestasi di saham, maka kamu pun harus siap mengelola dana investasimu sendiri. Kamu harus tahu, kapan saham harus dilepas, dibeli, atau di-hold. Kamu sendiri juga yang harus menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya kamu incar.
Kita memang membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Tetapi peran mereka ya sekadar perantara transaksi, sekadar broker atau makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu; memutuskan sahammu untuk dijual atau di-hold, atau perlukah menambah pembelian, dan sebagainya.
Karena semua pengelolaan ada di tanganmu sendiri, maka kalau mendapatkan cuan ya semua menjadi milikmu sendiri. Tetapi, begitu juga kalau kamu mengalami kerugian. Karenanya, sangat disarankan untuk belajar lebih banyak dulu sebelum kamu mulai berinvestasi di saham.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Reksa dana vs saham, mana yang lebih mendatangkan cuan? Jawabannya kembali pada tujuan, jangka waktu, dan kemampuanmu.
Tujuan dan Jangka Waktu
Tujuan berinvestasi di reksa dana vs saham adalah hal yang paling menentukan di sini. Reksa dana–tergantung jenisnya–dapat melayani tujuan finansial jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan sebagai media penyimpan dana darurat, Reksa Dana Pasar Uang akan jadi instrumen yang paling sesuai. Untuk jangka pendek hingga menengah, Reksa Dana Pendapatan Tetap akan menguntungkan. Untuk jangka menengah hingga panjang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham-lah yang paling tepat untuk dimanfaatkan.
Dan, ingat, risiko akan selalu ada di setiap instrumen investasi, sehingga kamu juga harus aware akan hal ini sejak awal.
Saham merupakan instrumen investasi yang paling sesuai untuk tujuan finansial jangka panjang. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, jika kamu berinvestasi untuk jangka waktu yang pendek, maka bisa jadi imbal yang kamu dapatkan belum maksimal. Tujuan finansial jangka panjang ini misalnya untuk dana pensiun, yang akan kamu butuhkan 30 tahun lagi.
Jangka waktu yang panjang akan mengantisipasi fluktuasi harga saham yang bisa terjadi, asalkan kamu memang memilih saham perusahaan dengan fundamental yang paling baik. Harga saham akan meningkat seiring waktu, sama halnya dengan harga komoditi pada umumnya.
Kemampuan
Membandingkan reksa dana vs saham, kemampuan finansial juga harus menjadi bahan pertimbangan.
Untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya butuh dana minimal Rp100.000 untuk memulainya. Bahkan ada loh, yang bisa dimulai dari RP10.000. Selanjutnya kamu bisa konsisten menyisihkan penghasilan setelah kamu menerima gaji, sesuai proporsi yang kamu tentukan sendiri.
Sedangkan, jika kamu berinvestasi di instrumen saham, kamu perlu menyediakan dana yang sesuai dengan harga saham yang tersedia. Setiap kali kita hendak membeli saham, jumlah minimal yang bisa kita beli adalah 1 lot (100 lembar) saham. Dengan demikian, misalnya harga saham yang kamu incar adalah Rp1.000, maka kamu harus menyediakan dana sebesar Rp100.000 untuk pembeliannya. Jika harga sahamnya Rp30.000, maka dana yang dibutuhkan adalah Rp3.000.000.
Saham blue chip biasanya memang cukup mahal, rata-rata di atas Rp1.000 per lembarnya. Tetapi, dengan fundamental perusahaan yang baik, ke depannya kamu bisa mengharapkan imbal yang juga lebih baik.
Nah, sekiranya sudah cukup jelas deh, perbandingan reksa dana vs saham sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pentingnya Financial Training di 3 Jenjang Karier Karyawan Perusahaan
Adalah penting bagi perusahaan untuk memberikan support berupa pemberian financial training bagi karyawan, agar kemudian mereka merasakan financial security yang akhirnya dapat membuat mereka bisa nyaman dan produktif bekerja.
Kenapa?
Bukti survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans menyebutkan bahwa umumnya karyawan memiliki dan menghadapi isu finansial yang sama, yaitu seputar masalah utang, dana pensiun, dana pendidikan anak, kebutuhan hidup sehari-hari, dan masalah dana kesehatan.
Namun, financial training tak sembarang financial training. Financial training yang diberikan ini harus kontinyu. Baik karyawan maupun perusahaan sebaiknya sama-sama berkomitmen untuk membentuk budaya keuangan yang baik, dimulai dari kantor yang lantas dibawa ke kehidupan sehari-hari karyawan–yang akhirnya akan berdampak baik kembali ke kantor.
Karenanya, financial training yang diberikan hanya sekali saja kurang memadai. Financial security akan semakin terbentuk ketika karyawan diberikan pelatihan di setiap jenjang atau fase kariernya, yang meliputi fase recruit (fase awal), fase retain (fase menengah), dan fase exit (fase akhir). Hal ini penting lantaran di setiap fasenya, karyawan akan memiliki masalah keuangan yang berbeda, yang menyesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang dijalaninya. Seperti halnya ujian naik kelas, tantangannya akan naik level ketika karyawan itu beranjak ke jenjang karier berikutnya.
Lalu, financial training seperti apa sih yang diperlukan oleh karyawan di setiap fase atau jenjang karier yang ditapakinya? Akankah rumit? Ternyata tidak lo! Pihak perusahaan “hanya” perlu menyiapkan hal-hal seperti di bawah ini.
Jenis Financial Training sesuai Jenjang Karier Karyawan
1. Fase Recruit
Adalah fase atau jenjang ketika karyawan baru saja mulai bekerja di perusahaan, atau yang dikenal dengan istilah first jobber.
Saat seorang karyawan baru menerima gaji pertama, maka saat itu pula ia harus sudah mulai sadar akan pentingnya keterampilan untuk mengelola gaji dengan baik. Ia sebaiknya sudah sadar, bahwa ke depannya, ia akan perlu untuk membuat tujuan dan rencana keuangan yang komprehensif untuk mewujudkan tujuan keuangan ini.
Kesadaran untuk berinvestasi, mengelola utang, memilih proteksi, dan mengelola keuangan sehari-hari harus sudah dibentuk di jenjang karier paling awal ini.
2. Fase Retain
Fase atau jenjang kedua yang dilewati oleh karyawan adalah ketika ia sudah beberapa tahun bekerja dan sudah mulai beranjak ke level mapan. Secara pendapatan, ia sudah sangat stabil; gaji naik, bahkan mungkin beberapa tujuan keuangannya juga sudah tercapai dengan baik.
Dengan financial training yang tepat, karyawan akan diingatkan untuk mereview apa yang sudah dicapai sejauh ini. Mereka akan diajak untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan terkait pengelolaan keuangan mereka sebelumnya; tentang cash flow, utang, investasi, proteksi, dan melihat lagi, apakah ada yang perlu ditingkatkan atau ada yang perlu disesuaikan dengan kondisi yang berubah.
Di fase ini, karyawan juga harus diingatkan kembali tentang pentingnya membangun aset, yang nantinya dapat diakumulasi dan dikonversi menjadi aset aktif menjelang pensiun.
3. Fase Exit
Inilah fase menyiapkan diri untuk tidak produktif lagi. Jangan sampai, karyawan enggak siap untuk pensiun. Jangan sampai juga, kita membentuk generasi roti isi–alias sandwich generation–yang baru. Setiap karyawan sudah seharusnya bisa mempersiapkan diri untuk pensiun mandiri dan sejahtera.
So, financial training di fase ini akan fokus pada perencanaan dana pensiun. Pertanyaan besarnya adalah kamu pengin pensiun di mana, dan seperti apa?
Itulah yang menjadi objektif dari perencanaan dana pensiun karyawan.
Bagaimana? Apakah siap untuk memberikan financial training secara lengkap untuk karyawan, sebagai upaya untuk mendukung kesejahteraannya–tak hanya saat ini, tapi dalam jangka panjang hingga pensiun?
Jika iya, QM Financial bisa membantu lo!
Yuk, undang tim QM Financial untuk datang ke perusahaanmu, untuk mengembangkan training keuangan karyawan yang dikemas secara interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Bagaimana Cara Mengenali Produk Investasi yang Cocok untuk Kebutuhan Kita?
Salah satu hal yang harus dipahami sebelum kita mulai investasi adalah mengenali produk investasi, mana yang paling pas dengan keuangan kita. Karena kesesuaian antara produk dan tujuan keuangan, akan menjadi salah satu faktor penentu sukses tidaknya kita berinvestasi.
Ibaratnya, mau pergi ke suatu tempat, kita akan harus menentukan dengan kendaraan apa kita akan menuju ke tempat tersebut. Kalau kita mau ke Bali dari Jakarta, ya pastinya kita nggak bisa naik sepeda. Bisa berbulan-bulan sampainya. Ya, enggak apa sih, kalau memang niatnya touring dengan sepeda Jawa – Bali. Tapi, kalau untuk urusan bisnis atau berlibur, hmmm … sepertinya akan lebih baik kalau naik pesawat, biar cepat. Atau setidaknya naik kereta, lalu disambung kapal, misalnya.
Begitu juga ketika kita berinvestasi. Kesalahan dalam memilih “kendaraan” akan berakibat kurang maksimalnya hasil dari investasi sehingga tujuan keuangan pun jadi tidak tercapai.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan untuk bisa mengenali produk investasi yang cocok untuk kebutuhan keuangan kita? Mari disimak sampai artikel ini selesai.
Cara Mengenali Produk Investasi yang Sesuai dengan Kebutuhan Kita
Cek Profil Risiko
Setiap orang memiliki kecenderungan, kenyamanan, kebiasaan, dan preferensi masing-masing dalam mengelola keuangan pribadinya. Enggak ada yang salah dengan hal tersebut, selama sudah kita sesuaikan dengan target dan tujuan keuangan kita.
Profil risiko seseorang menunjukkan tingkat toleransinya terhadap risiko yang mungkin dibawa oleh produk investasi itu sendiri. Ada 3 tipe profil risiko, yaitu:
- Konservatif, yaitu mereka yang tingkat toleransinya terhadap risiko masih rendah.
- Moderat, yaitu mereka yang sudah dapat menghandle risiko yang sifatnya sedang dengan lebih baik.
- Agresif, yaitu mereka yang sudah terbiasa menghadapi risiko tinggi, karena mereka memang mengharapkan imbal yang besar juga.
Ketika kamu masih berkarakter konservatif tetapi sudah memaksakan diri untuk berinvestasi di instrumen yang berisiko tinggi, maka kamu tidak akan merasa nyaman, bahkan bisa jadi stres tersendiri. Ketika kamu bertipe agresif dan terlalu banyak berinvestasi di instrumen risiko rendah, kamu akan melihat bahwa investasimu terlalu lambat pertumbuhannya, dan kamu jadi tak nyaman juga karenanya.
Cek Tujuan Keuangan dan Horizon Waktu
Setiap produk investasi memiliki manfaatnya masing-masing, sesuai dengan karakternya sendiri-sendiri juga. So, ada baiknya kamu menyesuaikan hal ini dengan tujuan keuangan dan horizon waktu yang kamu miliki.
Misalnya, kamu pengin berinvestasi untuk membangun dana pensiun. Kamu merencanakan untuk pensiun di usia 65 tahun, sedangkan saat ini usia kamu 25 tahun. Berarti ada waktu 40 tahun untuk menyiapkan dana pensiun–yang sudah kamu hitung dan ketemu angka sekian miliar itu–sejak sekarang. Dengan analisis dan perhitungan yang sudah kamu lakukan–karena kamu sudah ikutan kelas Dana Pensiun di QM Financial–maka kamu memutuskan produk investasi yang paling sesuai untuk tujuan keuangan ini adalah saham.
Begitulah contoh menyesuaikan antara produk investasi dengan tujuan keuangan dan juga horizon waktu.
Contoh lain lagi. Kamu butuh untuk menyiapkan dana liburan ke Jepang tahun depan (pakai contoh yang mudah ya, abaikan fakta bahwa sekarang kita masih pandemi corona). Kira-kira kamu butuh Rp20 juta. Dengan waktu satu tahun, dan nominal Rp20 juta, kamu bisa menabung dan investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Nah, tujuan keuangan ini merupakan “judul” dari investasimu, dan jangka waktu akan jadi acuan pertumbuhan investasimu. Jadi, selalulah berpegang pada keduanya ketika kamu memilih produk investasi mana yang sesuai untuk keuanganmu.
Cek Kemampuan Finansial
Yang terakhir ini juga penting. Jangan sampai saking semangatnya investasi, sampai pakai uang yang seharusnya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Ada malahan yang mau pakai dana darurat, demi investasi.
Ada gitu, emangnya? Ada.
Ya, bagus dong semangat investasinya! Berarti sudah sadar betul akan pentingnya investasi. Tapi, kemampuan finansial diri sendiri juga harus dipertimbangkan. Idealnya, porsi investasi adalah 10% dari penghasilan rutin bulanan. Nggak boleh lebih? Boleh dong! Tapi sesuaikan dengan kondisimu. Jangan sampai kita beli saham, tapi malah jadi nggak punya uang buat beli susu anak.
Nah, apakah masih bingung sampai di sini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dan investasi, langsung dari para trainer QM Financial! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.