4 Jenis Investasi Syariah yang Perlu Diketahui
Semakin banyak pilihan investasi yang ada di depan kita. Nggak hanya jenis produk, tetapi juga ada jenis investasi Syariah. Bagaimana, apakah kamu sekarang sedang mendalami investasi Syariah karena tertarik untuk berinvestasi pada produk ini?
Yes, kamu sudah di track yang bener, kalau sekarang kamu sedang dalam usaha untuk mempelajarinya lebih dalam dan akhirnya sedang membaca artikel ini, karena kan kalau mau beli barang apa pun, kita juga harus mengenalinya agar dapat memanfaatkannya dengan baik. Setuju kan ya?
Berikut adalah beberapa jenis investasi Syariah yang perlu untuk kamu ketahui sebagai investor pemula.
4 Jenis Investasi Syariah
1. Saham Syariah
Saham Syariah adalah surat berharga dengan konsep penyertaan modalnya memakai sistem hak bagi hasil usaha, dan produk dari perusahaannya harus yang sejalan dengan prinsip Syariah. Seperti misalnya, produknya merupakan barang yang tidak dinyatakan haram oleh MUI.
Jika kamu ingin berinvestasi pada saham Syariah, kamu bisa cek daftar emitennya di Jakarta Islamic Index. Jika dalam saham konvensional ada LQ-45 yang berisi daftar saham 45 emiten dengan likuiditas paling tinggi di BEI, saham Syariah ada JII70.
Tingkat imbal dan risiko yang ada pada saham Syariah kurang lebih sama dengan saham konvensional, karena prinsipnya juga sama, yaitu high risk high return.
2. Sukuk Ritel
Sukuk Ritel termasuk dalam jenis obligasi pemerintah. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah menawarkan SR013 pada masyarakat Indonesia. Apakah kamu sempat juga berinvestasi di SR seri 013 ini?
Sukuk Ritel menggunakan akad wakalah dan ijarah. Dengan ikut berpartisipasi berinvestasi Sukuk Ritel, kita tak hanya sudah berinvestasi secara Syariah saja, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan negara loh. Imbal yang bisa didapatkan dari Sukuk Ritel ini biasanya selalu diberikan lebih tinggi ketimbang imbal hasil deposito.
3. Reksa Dana Syariah
Sama seperti produk Syariah lainnya, reksa dana Syariah dikelola sesuai dengan prinsip yang sesuai dengan syariat Islam.
Namun, berbeda dengan saham, di reksa dana ada peran manajer investasi yang akan menjadi “perantara” kita untuk berinvestasi. Produk yang dikelola ya produk yang sesuai dengan prinsip Syariah. Jika ada komposisi deposito, ya depositonya yang Syariah. Kalau reksa dana saham, ya, saham yang dibeli adalah saham perusahaan yang pengelolaannya sesuai prinsip Syariah juga.
Untuk berinvestasi di reksa dana Syariah sekarang mudah banget. Tinggal download aplikasi yang sekarang sudah banyak banget. Paling yang butuh waktu agak lebih banyak adalah ketika kamu memilih manajer investasinya.
4. Deposito Syariah
Sedikit banyak, prinsipnya, deposito ini kurang lebih sama dengan tabungan berjangka. Kita menyimpan sejumlah dana, yang kemudian dikelola oleh bank hingga jatuh tempo, dan akan memperoleh imbal yang sesuai dengan kesepakatan. Bedanya, di tabungan berjangka, kita bisa menyetor dana di tengah jalan, sedangkan di deposito tidak. Kamu harus menunggu sampai jatuh tempo, untuk bisa menambah nominal “tabungan”-nya.
Deposito Syariah menggunakan akad mudharabah dengan sistem nisbah atau bagi hasil investasi pada produk yang halal, yang disepakati di awal kita membuka rekening. Untuk bisa berinvestasi di deposito Syariah, kamu tinggal datang ke bank Syariah terdekat ya.
Nah, sudah ada 4 jenis investasi Syariah nih yang sudah kamu pelajari meski baru sekilas. Setidaknya, seharusnya sih sekarang sudah ada gambaran sedikit cara kerja masing-masing jenisnya.
Lalu, bagaimana mengenali mana investasi Syariah yang cocok?
Mau belajar investasi Syariah sekaligus juga kenalan dengan keuangan Syariah pada umumnya? Ikut kelas finansial online yuk!
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja investasi Syariah sebelum kamu mulai berinvestasi. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Rencana Bisnis: Apa Sih Pentingnya Dibuat, Apalagi di Masa Pandemi COVID-19?
Rencana bisnis menjadi hal tak terpisahkan dalam proses membangun bisnis. Bahkan sampai ketika kita berniat untuk ekspansi ataupun mengembangkan bisnis, business plan ini adalah hal yang penting.
Mengapa Rencana Bisnis ini Penting Dimiliki oleh Para Pemilik Bisnis?
Ada banyak alasan mengapa kita harus membuat rencana bisnis, dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Simak dulu yuk, video berikut ini!
Mengontrol Bisnis
Dengan adanya rencana bisnis, kita dapat menentukan apa yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan, sehingga kita pun dapat menyusun prioritas operasionalnya.
Sudah lazim kalau manusia itu banyak mau, termasuk dalam pengelolaan bisnis. Akan tetapi, enggak mungkin semua keinginan itu dicapai dalam waktu bersamaan. Betul? Karenanya, kalau ada rencana bisnis, kita akan dapat memilah, mana yang bisa dijalankan dulu dan mana yang bisa dilakukan berikutnya.
Dengan begitu, kita pun dapat mengontrol jalannya bisnis hingga dapat mencapai tujuan.
Menyesuaikan dengan Kebutuhan Pasar
Setiap eranya, pasar memiliki kecenderungan kebutuhannya masing-masing. Misalnya, di tahun 2010-an One Direction sangat berpengaruh. Segala hal yang berbau One Direction, akan laris. Sekarang? Apa saja yang berbau BTS, bisa jadi tren terbaru.
Dengan membuat, menyesuaikan, dan melihat pada rencana bisnis, para pemilik bisnis dapat mengulik peluang inovasi baru yang sesuai dengan minat pasar.
Rencana bisnis akan membantu pemilik dan pengelola bisnis untuk dapat membaca tren, industri, pasar, dan kompetitor perusahaan.
Bentuk Manajemen Risiko
Risiko dan kesalahan biasa terjadi, termasuk dalam bisnis. Risiko dan kesalahan kecil, masih okelah sebagai mmedia pembelajaran. Namun, kesalahan besar yang berujung gagalnya bisnis? Ya, tunggu dulu. Meski kata ‘rugi’ seharusnya sudah menjadi hal yang biasa bagi pemilik bisnis, tapi tetep dong, harus diminimalkan.
Nah, dengan business plan yang jelas, maka hal ini akan dapat meminimalkan risiko dan kegagalan.
Apalagi di masa krisis akibat pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Kamu perlu punya rencana bisnis yang sesuai dengan kondisi, agar bisa bertahan sampai masa krisis berakhir.
‘Modal’ untuk Mencari Modal
Rencana bisnis, apalagi yang komprehensif, merupakan ‘modal’ untuk mencari (tambahan modal) dan menarik investor.
Rasanya akan mustahil bagi investor untuk mau menginvestasikan dana pada bisnis yang rencananya nggak jelas, ya kan? Bisa-bisa modal tak kembali, boro-boro bisa memberi keuntungan atau bisnis bisa bertumbuh.
So, apakah sekarang kamu sedang mempertimbangkan untuk ekspansi? Buat business plan-mu.
Kapan Saat yang Tepat bagi Pemilik Bisnis untuk Membuat Rencana Bisnis?
Business plan ini harus dibuat di awal ketika kita mulai berbisnis. Dengan demikian, kita jadi punya bekal data dan informasi lengkap mengenai industri yang hendak kita masuki. Fakta dan data inilah yang akan menjadi pedoman kita mengoperasikan bisnis kita.
Namun, di tengah prosesnya, kadang kita juga perlu menyesuaikan rencana bisnis yang telah dibuat. Terutama jika terkait dengan kondisi yang berubah–seperti saat pandemi ini. Kita harus melakukan adaptasi bisnis agar tetap relevan dengan kebutuhan, kebiasaan, dan kondisi yang tidak sama lagi seperti sekarang. Buat business plan yang baru, yang lebih baik dan sesuai dengan situasi sekarang.
Bagaimana Cara Membuat Rencana Bisnis yang Sesuai?
Nah, ini nih. Mendingan langsung belajar saja di kelas finansial online QM Financial. Kelas bisnis memang tak selalu ada di setiap bulan, tetapi kamu bisa cek jadwalnya. Segera daftar ya!
Financial Dialogue 04: Ketika Freelancer dan Pemilik Bisnis Harus Beradaptasi Selama Pandemi
Pandemi telah mengubah semua aspek hidup kita–siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, memaksa kita untuk segera melakukan adaptasi utamanya di sisi finansial. Banyak orang harus rela berkurang penghasilannya, karena efisiensi di perusahaan tempat mereka bekerja. Lalu apa kabar para freelancer di masa pandemi seperti ini? Ini dia yang menjadi inti dari diskusi dalam Financial Dialogue 4: Adaptasi Finansial di Masa Pandemi.
Menghadirkan para pelaku bisnis dan freelancer yang terdampak langsung oleh pandemi, namun pada dasarnya obrolan bisa sangat related untuk setiap jenis profesi yang dijalankan oleh semua orang.
Kita simak yuk, apa saja poin penting yang didiskusikan oleh Nyonya Rumah, Moderator, dan tentunya para Panelis yang luar biasa.
Financial Dialogue vol. 04: Setiap Orang Harus Siap Beradaptasi di Masa Pandemi
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial selaku Nyonya Rumah dalam Financial Dialogue vol. 03, ini yang menggarisbawahi fenomena bahwa selama pandemi, ternyata banyak orang terbukti belum dapat melindungi pemasukan masing-masing. Tip dan trik untuk bisa survive di masa pandemi memang seputar membangun dana darurat dan menyesuaikan budgeting–yang memang sama sekali tidak salah, tetapi ternyata enggak hanya itu saja. Terkadang kita lupa untuk menjaga penghasilan kita lantaran terlalu sibuk menyiapkan berbagai dana untuk tujuan keuangan kita.
Karena itu, buat yang sekarang masih bisa, segera amankan pintu penghasilan. Ada banyak cara untuk melakukannya, salah satunya dengan side hustling. Meski demikian, kita juga harus bijak, jangan sampai side hustling ikut memengaruhi produktivitas kinerja kita pada mata pencaharian utama.
Panelis 1: Hanifa Ambadar
Sebagai salah satu pelaku bisnis di beauty product industry, Hanifa merasakan bahwa dampak yang dirasakan akibat pandemi sangat bervariasi. Ada yang memang terdampak secara dahsyat, tetapi ternyata ada yang merasakan dampak ini hanya kecil saja. Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya produk dan jasa yang ada dalam beauty industry itu sendiri.
Untuk Female Daily Network sendiri, Hanifa melakukan beberapa pivoting agar tetap survive melalui pandemi ini. Salah satunya adalah konversi event-event ke ranah online.
Hanifa juga menemukan fakta, bahwa ternyata selama pandemi berlangsung dan orang-orang bekerja dari rumah (WFH) ternyata masalah kulit tetap saja ada, hanya berganti bentuk. Misalnya, karena hanya di rumah, orang jadi lebih malas untuk skincare-an. Akibatnya muncul deh masalah kulit. Hal ini bisa jadi sebuah permintaan pasar baru terbentuk kembali, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis beauty products.
Menurut Hanifa, kunci bisnis menghadapi pandemi yang terpenting adalah having a value and being transparent. Di saat memiliki value dalam berbisnis, kamu akan tahu bagaimana caranya pivoting dengan tetap membawa value bisnis. Being transparent penting agar karyawan memiliki sense of urgency dan mengelola ekspektasi masing-masing.
Panelis 2: Jenny Jusuf
Sejak memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, sebenarnya Jenny Jusuf sudah siap akan kondisi ups and downs-nya. Memang demikianlah kondisi seorang pekerja lepas dengan penghasilan yang tidak tetap. Kadang sebulan ada, kadang sebulan nggak ada. Kadang banyak pemasukan bisa didapat, kadang juga “cuma” recehan.
So, menurut Jenny, pandemi kali ini hanya seperti ujian besar dari situasi-situasi yang sudah sering dihadapi oleh freelancer sebelumnya. Tentu saja tetap harus ada penyesuaian agar tetap punya daya survive panjang.
Jenny sendiri sekarang memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ilmu self development, karena menurutnya adalah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental dan fisik selama pandemi berlangsung. Ia sendiri mempergunakan kemampuannya untuk menulis dan storytelling, sementara industri film sedang lumpuh, untuk membuat konten-konten media sosial.
Panelis 3: Moh. Arif Rahman
Arif mengelola bisnis travelingnya, Whatravel Indonesia, dengan omzet miliaran rupiah sebelum pandemi. Begitu COVID-19 menyebar, Arif harus pivoting agar bisnis tetap survive dan berjalan, meski harus menyesuaikan segala sesuatunya.
Arif memiliki ide bisnis yang sangat unik sementara ia tidak bisa lagi membuka open trip ke luar negeri, yaitu menyelenggarakan webinar-webinar dan virtual-virtual tour yang ternyata diminati oleh banyak orang.
Menurut Arif, business is about trial and error. Kita sudah tahu apa kebutuhan konsumen, tetapi kadang terlalu takut untuk mencoba. Jangan takut untuk berinovasi dan beradaptasi karena pasti ada jalan untuk yang mau berusaha.
Siap, Mas Arif!
Luar biasa banget insight yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue vol. 04 ini.
Salah satunya, ternyata kita enggak sendirian saja loh yang terimbas oleh kondisi pandemi ini. Ternyata ada loh yang kena imbas begitu besar, tetapi karena ia mau berusaha dan mau mengenali kebutuhan orang lain, malah menjadi ide bisnis segar yang belum banyak dirambah oleh pesaing.
Bikin semangat kembali menyala, dan mendorong diri sendiri untuk bisa kreatif juga kan?
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 04.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 05, 28 November 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Premi Asuransi Murah atau Mahal, 5 Faktor Ini yang Memengaruhinya
Premi asuransi murah atau yang mahal sih yang bagus? Pertanyaan ini sering muncul ketika kita berdiskusi soal keuangan.
Ya, asuransi memang memegang peranan penting dalam rencana keuangan kita yang sehat. Dalam Blueprint of Your Money, asuransi diibaratkan sebagai atap yang melindungi rumah keuangan kita. Tanpa adanya asuransi, ya kita akan harus siap menghadapi risiko yang lebih besar, yang bisa terjadi pada aset-aset yang kita miliki–termasuk diri kita sendiri.
Seiring dengan kemudahan teknologi, asuransi pun sekarang lebih mudah dimiliki. Jenisnya pun ada banyak, sesuai aset yang hendak dilindungi. Namun, tak sedikit orang yang terkejut tatkala mendapati bahwa premi asuransi yang akan dibeli ternyata butuh dana yang tak sedikit.
For your information, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga premi asuransi, sehingga membuat ada yang murah dan yang mahal. Nah, inilah yang harus kamu pahami juga sejak awal.
5 Faktor yang Memengaruhi Premi Asuransi Murah dan Mahal
1. Usia tertanggung
Mudahnya, jika usia tertanggung semakin muda saat membeli polis asuransi, maka besar kemungkinan harga preminya juga akan lebih murah. Ini terutama berlaku baik untuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.
Usia sangat berpengaruh pada risiko kesehatan yang bisa terjadi. Semakin muda usia seseorang, maka logikanya akan semakin kecil risiko ia akan mengalami sakit. Di beberapa perusahaan asuransi bahkan tak mensyaratkan tes kesehatan bagi calon tertanggung yang berusia 30 tahun, untuk bisa menjadi nasabah dan mendapatkan perlindungan.
Semakin bertambah usia, maka risiko kesehatan semakin besar. Dan ini artinya, semakin besar pula risiko yang dipindahkan pada perusahaan asuransi, sehingga premi asuransi murah tak bisa lagi didapatkan.
2. Riwayat kesehatan
Faktor kedua ini juga cukup mudah untuk dijelaskan secara logika. Jika kamu memiliki riwayat pernah (atau saat ini memiliki) sakit berat, atau secara garis keturunan pernah memiliki riwayat penyakit, maka premi asuransi akan lebih besar ketimbang mereka yang tak punya riwayat penyakit berat.
Sekali lagi, risikolah yang menjadi faktor penentu harga premi asuransi dalam hal ini.
Untuk mengetahuinya, perusahaan asuransi akan meminta kamu untuk melakukan tes kesehatan, serta memintamu untuk menjelaskan kondisi riwayat kesehatan–baik pribadi maupun dari keluarga–secara jujur.
Hal terkait kesehatan lainnya yang bisa menentukan premi asuransi murah atau mahal adalah apakah kamu seorang perokok aktif atau bukan.
Perusahaan asuransi umumnya berasumsi, bahwa seseorang yang aktif merokok akan memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak. Jika (calon) tertanggung adalah perokok aktif, maka biasanya premi asuransi akan lebih mahal.
3. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga menjadi faktor penentu premi asuransi murah atau mahal, karena jenis pekerjaan juga memberikan sumbangan besar kecilnya risiko akan terjadinya kematian ataupun gangguan kesehatan pada tertanggung.
Misalnya, jika kamu bekerja di sektor dengan risiko kecelakaan dan kematian tinggi–misalnya pilot atau awak maskapai penerbangan, tenaga konstruksi, pekerja di tambang, petugas pemadam kebakaran, dan sejenisnya–maka premi asuransi akan menjadi lebih mahal.
4. Nilai uang pertanggungan dan masa kontrak polis
Semakin besar uang pertanggungan yang kamu butuhkan, maka semakin mahal pula harga premi yang harus dibayarkan. Karenanya, bijaklah dalam mengenali kebutuhanmu, serta perhitungkan dengan tingkat inflasi yang ada. Nggak masalah sih, jika kamu memang menginginkan uang pertanggungan yang tinggi, asalkan tetap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Masa kontrak polis juga akan memengaruhi apakah premi asuransi murah atau mahal yang harus dibayarkan. Semakin lama perlindungan asuransi yang diperlukan, maka umumnya harga premi juga akan semakin mahal.
Dengan demikian, kamu memang perlu untuk menghitung, seberapa besar kebutuhanmu akan perlindungan ini bisa didapatkan. Misalnya, jika kamu hendak membeli asuransi jiwa, maka kamu bisa memperhitungkannya dari usia anak. Jika anak terkecil misalnya berusia 5 tahun, dengan perkiraan sudah dapat mandiri dalam usia 25 tahun, maka kamu perlu membeli asuransi jiwa dengan masa kontrak polis selama 20 tahun, maksimal.
5. Jenis asuransi
Jenis asuransi yang dipilih juga menentukan harga premi. Paling mudah adalah ketika kita hendak membeli polis asuransi jiwa. Ada term life insurance atau asuransi jiwa berjangka, ada pula asuransi whole life, dan masih ditambah dengan asuransi unit link yang merupakan paket fungsi proteksi dan investasi.
Jenis asuransi jiwa berjangka memiliki harga premi yang lebih murah ketimbang unit link. Mengapa? Karena unit link menuntut kita untuk membayar premi fungsi ganda, yaitu sebagai proteksi dan sebagai investasi. Hal yang sama juga terjadi jika kamu membayar premi untuk fungsi proteksi dan tabungan.
Nah, itu dia beberapa faktor yang memengaruhi harga premi asuransi, ada yang mahal dan ada yang murah.
Lebih lanjut, yuk, simak video berikut ini.
Sampai di sini masihkah kamu bingung? Jika iya, bergabung saja dengan kelas online finansial QM Financial untuk mengenal asuransi lebih mendalam, sehingga kamu bisa menyesuaikannya dengan kebutuhanmu.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memulai Bisnis di Masa Pandemi COVID-19 dan New Normal, Kenapa Enggak?
Ekonomi adalah sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19. Banyak bisnis gulung tikar, meski yang masih berusaha survive juga tak kalah banyak. Kalau sudah begini, apakah masih ada peluang bagi kita untuk memulai bisnis?
Well, ya kenapa enggak?
Di tengah imbas yang sudah terlalu besar seperti ini, peluang untuk memulai bisnis tetaplah ada. Tetapi masih ada kesempatan bagi siapa pun untuk membangun dan mengembangkan bisnis, dan potensi untuk sukses juga tak kalah besar. Hanya saja, kamu perlu untuk jeli melihat, peluang sebelah mana yang bisa dimanfaatkan. Tentu, kamu harus berorientasi pada kebutuhan (calon) target pasar bisnis kamu.
Beberapa tip berikut bisa kamu lakukan untuk memulai bisnis di masa pandemi dan new normal ini.
Memulai Bisnis di Masa Pandemi dan New Normal
1. Kenali kebutuhan
Apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarmu saat ini? Kamu bisa mencari tahu mengenai hal ini dengan mengikuti obrolan-obrolan atau chatting di grup-grup WA. Atau kamu bisa mengamati, apa yang terjadi di media sosial secara lokal sesuai domisili kamu.
Mengapa kamu harus mengenali kebutuhan? Karena, kamu akan lebih mudah untuk memulai bisnis dengan produk yang dibutuhkan atau dicari oleh orang-orang di sekitarmu. Kalau mereka butuh camilan praktis dan awet yang penyimpanannya mudah, maka mungkin kamu bisa berjualan berbagai jenis frozen food, misalnya. Atau jika orang-orang di sekitarmu butuh stok lauk yang praktis dan mudah, kamu bisa menawarkan rendang kemasan, yang tinggal dipanasi saja sebelum disajikan.
Mengapa harus orang di sekitarmu? Lagi-lagi untuk memulai bisnis, kamu bisa mulai dari lingkup yang kecil dulu. Baru kemudian jika memang ada potensi, kamu bisa memikirkan pengembangannya.
2. Pikirkan modal
Ada banyak bisnis yang hanya perlu modal kecil, yang penting jalan dulu. Bahkan ada kok yang tanpa modal, misalnya jika kamu mau mencoba berjualan dengan sistem dropship.
Tak perlu terlalu muluk-muluk saat kamu baru memulai bisnis. Akan lebih baik jika kamu bisa mulai dari orang-orang sekitarmu, karena dari sisi modal biasanya juga tak terlalu banyak makan dana. Seiring waktu, kamu bisa menambah modal dan mengembangkannya lagi.
Jangan terburu-buru, hingga sampai mengajukan pinjaman dana untuk modal. Lebih baik, carilah bisnis yang bisa dilakukan dengan modal tabungan sendiri dulu.
3. Jalankan sesuai kondisi
Dengan kondisi sekarang yang serbaterbatas, maka akan perlu beberapa strategi berbeda yang harus dijalankan dibandingkan sebelumnya.
Misalnya saja, sekarang ada tuntutan apa-apa harus bisa dipesan secara online dan diantarkan ke alamat pemesan. Maka, pertimbangkan untuk memiliki layanan ini juga untuk bisnis kamu.
Juga semisal kamu sekarang masih bekerja, dan ide bisnis ini kamu manfaatkan sebagai side hustle. Sesuaikan dan buat pengaturan waktu yang bijak, jangan sampai kamu “mengorbankan” mata pencaharian utamamu.
4. Marketing dari mulut ke mulut
Kadang memang bisnis berjalan dari orang-orang terdekatmu atau kenalan-kenalan. “Manfaatkan” mereka untuk menjadi staf marketing kamu.
Ketika kamu sudah berhasil menjual sesuatu pada mereka–baik produk ataupun jasa–mintalah mereka untuk posting di akun media sosial masing-masing. Ini bisa dilakukan apalagi jika mereka puas akan produk atau jasa yang kamu berikan pada mereka ya.
Mintalah juga pada mereka, untuk merekomendasikanmu pada sirkel pertemanan masing-masing, sesuai kebutuhan tentunya.
Kamu sendiri juga bisa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bisnis barumu ini. Memang akan butuh kerja keras, tapi siapa sih yang nggak mau bekerja keras demi kesuksesan? Iya kan?
5. Kembangkan bisnis dengan strategis
Banyak bisnis yang harus gagal karena pemilik atau pengelolanya terlalu tergesa-gesa dan kurang bijak dalam pengelolaannya. Misalnya saja, baru saja mulai bisnis online dan punya pelanggan tetap, sudah terburu menyewa ruko.
Ya, mungkin memang ada pertimbangan khusus sih, tetapi di masa pandemi dan new normal seperti ini, ada baiknya kita berhati-hati dalam mempertimbangkan segala hal, apalagi yang ada kaitannya dengan keuangan. Jika memang ingin mengembangkan bisnis yang baru dimulai, ada baiknya untuk memperhitungkannya secara lebih cermat dan bijak.
Coba simak dulu yuk, video mengenai membuat rencana bisnis berikut.
Selain kelima hal di atas, kamu juga perlu belajar lebih banyak tentang keuangan bisnis. Ini penting banget untuk kamu kuasai, meski kamu baru saja memulai bisnis. Justru karena masih baru mulai sih makanya kamu perlu menaruh perhatian khusus pada hal ini.
Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial untuk kelas bisnis, dan pilih sesuai kebutuhanmu. Banyak hal bisa kamu pelajari, baik untuk memulai maupun mengembangkan bisnis, terutama dari sisi keuangan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Pacaran, Perhatikan Aturan Penting Keuanganmu Biar Nggak Bangkrut Kayak Stephen Chow
Stephen Chow barangkali adalah bintang senior (dan bisa jadi cuma penonton film ‘senior’ saja yang kenal), tetapi filmnya seperti Shaolin Soccer ataupun Kungfu Hustle harusnya ditonton oleh generasi mana pun, karena memang sangat fenomenal. Yah, artikel kali ini bukan mau bahas film lagi, tapi soal berita, dengar-dengar Stephen Chow mengalami kebangkrutan lantaran berutang pada sang (mantan) pacar. Nah, ini nih yang memang sering menjebak. Masih pacaran, tapi melibatkan uang. Jadi ruwet.
Stephen Chow mungkin mesti terlilit masalah uang sebesar nilai HK$ 270 juta (SG$ 47,4 juta) atau setara dengan Rp 511,9 miliar (kurs Rp 10.800) dengan Yu Manfung, mantan pacarnya–dengan siapa Stephen Chow pacaran selama lebih dari 10 tahun. Tapi yakin deh, banyak dari kamu kurang lebih punya permasalahan yang sama atau mirip dengan Stephen Chow–meski mungkin nggak sampai raturan miliar juga.
Keuangan memang merupakan perkara yang sensitif. Kadang malah bikin hubungan antarmanusia jadi nggak baik lagi, termasuk bagi mereka yang masih pacaran. Kasus putus karena uang kerap terjadi. Kasus putus dan kemudian muncul soal keuangan makin memperkeruh keadaan juga tak kalah banyak. So, sepertinya, perkara uang di masa masih pacaran ini malah justru lebih rumit ketimbang ketika akhirnya sepasang manusia itu menikah. Sepertinya.
Berikut beberapa aturan main soal keuangan yang harus dipegang oleh pasangan yang masih pacaran, yang kalau diabaikan bisa jadi akan memunculkan perkara yang ruwet di kemudian hari.
Aturan Main soal Keuangan buat yang Masih Pacaran
1. Tetap pisahkan uang dan aset masing-masing
Iya, karena masih pacaran, meski sudah saling memanggil dengan ‘Pipi-Mimi’ atau apa pun, selama belum ijab qobul, ada baiknya aset dan keuangan tetap dipisah untuk dikelola masing-masing. Nggak perlu latihan sampai benar-benar praktik mengelola uang bersama. Belum perlu pula untuk membuat rekening bersama.
Kalau misalnya kepengin bisa menabung bersama–mungkin untuk biaya menikah nanti–kamu dan pasanganmu bisa menabung masing-masing di rekening sendiri, dengan kesepakatan. Taruhlah umpamanya, masing-masing menabung Rp2 juta setiap bulan. Nanti pada saatnya, baru deh disatukan untuk kebutuhan berdua.
2. Mau utang? Ada aturan mainnya!
Kalau masih pacaran, biasanya sih rasa-rasanya uang nggak akan jadi penghalang. Apalah artinya 10 – 20 juta, kalau cuma buat dipinjamkan ke yayang? Kebutuhannya adalah kebutuhanmu juga. Bener nggak sih? Buat dia, apa sih yang enggak?
Tapi, ini adalah bentuk rasa sayang yang kurang tepat. Selama janur kuning belum melengkung, utang yang dilakukan pacar harus diperlakukan sama dengan utang yang dilakukan teman. Artinya, ikhlaslah kalau memang mau meminjamkannya. Kalau nggak ada ya bilang nggak ada, kalau ada ya semua kembali padamu.
Kasus yang benar-benar terjadi nih.
Seorang teman (perempuan) pernah punya pengalaman pacaran dengan orang yang suka meminjam uang darinya, untuk berbagai keperluan. Katanya, “Catet ya, Beb, semua utangku. Aku akan bayar satu per satu, pasti.” Hingga kemudian keduanya putus. Kalau dihitung-hitung, utang pacar padanya mencapai Rp10 juta. Ketika ditagih, apa yang dikatakan oleh sang pacar? “Kok, kamu itung-itungan sih? Udah kek rebutan harta gana-gini aja.”
Duh, Bang. Ternyata begini aja ya hubungan kita?
3. Jangan beli aset bersama dulu
Misalnya seperti rumah. Boleh saja kalau mau menabung bareng dulu, dengan catatan, rekening tetap dipisahkan seperti yang sudah dijelaskan di poin pertama.
Begitu juga misalnya investasi, akan lebih baik jika kamu melakukannya masing-masing. Yang bisa dilakukan bersama adalah diskusi, berbagi insight, dan tugas. Misalnya, kamu bangun aset di saham, sedangkan pasanganmu mulai bangun aset untuk properti.
4. Mau bisnis bersama? Hitam di atas putih is a must
Begitu pula ketika kamu mau membangun bisnis bersama. Perlakukanlah satu sama lain sebagai partner bisnis yang profesional. Bahkan kalau perlu, diiringi pula dengan hitam di atas putih, alias perjanjian tertulis. Mulai dari peran masing-masing, proporsi masing-masing, sampai pembagian profit dan jika suatu hari nanti ada sengketa, aturlah semua dalam bentuk perjanjian yang tertulis.
Dengan demikian, akan meminimalkan risiko seperti yang terjadi pada Stephen Chow.
5. Terbuka dan jalin komunikasi
Sebenarnya, sudah membangun komunikasi yang intens soal keuangan di kala kalian masih pacaran ini bagus sih. Jika nantinya memang akhirnya bersatu dalam ikatan pernikahan, maka kamu dan pasanganmu sudah terbiasa terbuka dan keuangan sudah tak lagi topik yang tabu untuk dibicarakan.
Nah, biar makin intens dan terarah diskusi keuangannya, kamu dan pasanganmu bisa ambil kelas keuangan bareng nih. Kan seru tuh belajar keuangan bareng. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Tujuan Keuangan untuk Si Lajang
Hidup sebagai lajang itu sungguh luar biasa. Banyak privilege yang bisa kamu miliki dan alami sebagai seorang lajang. Termasuk di dalamnya soal keuangan. Tapi, bukan berarti lantas kamu bisa hidup tanpa rencana. Bisa-bisa nanti pada akhirnya, kamu rasanya nggak mencapai apa-apa padahal sudah bekerja cukup lama. Karena itu, punya tujuan keuangan itu penting.
Iya, privilege inilah yang kadang memang menjebak sebagian besar hidup para lajang. Gejala-gejala “penyakit” seperti YOLO, “mumpung masih muda”, “duit-duit sendiri ini”, dan sejenisnya bisa membuatmu jadi lengah, dan akhirnya mengorbankan masa depanmu sendiri.
Terus, kalau sudah sampai ke fase quarter life crisis, baru deh, merasa gagal.
Duh, makanya yuk, justru mumpung masih lajang, miliki deh tujuan keuangan. Supaya nantinya kualitas hidupmu membaik di masa depan, banyak cita-cita yang bisa tercapai, dan yang paling penting, bisa hidup sejahtera, mandiri, yang tak perlu merepotkan orang lain termasuk anak cucu kelak.
Mau kan, hidup kayak gitu? Kalau mau, ini dia beberapa tujuan keuangan yang seharusnya kamu miliki selagi kamu masih lajang.
3 Tujuan Keuangan Terbesar yang Perlu Dimiliki oleh Lajang Sejak Dini
1. Dana darurat
Dana darurat adalah tujuan keuangan pertama yang sebaiknya dimiliki oleh lajang. Mengapa? Mari kita kembali ke fungsi dana darurat itu sendiri, yang merupakan bumper penyelamat ketika kita berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Ya, misalnya seperti di saat pandemi dan “musim” PHK seperti sekarang.
Adanya dana darurat sebagai jaring penyelamat akan membuat kita merasa jauh lebih aman. Dengan dana darurat, kita bisa menyambung hidup sampai beberapa waktu, sampai kondisi membaik.
Berapa banyak idealnya dana darurat? Untuk lajang, setidaknya 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Tetapi, kalau kamu saat ini berprofesi sebagai freelancer, maka dana daruratmu harus jauh lebih besar, yaitu sebesar 12 kali pengeluaran rutin bulanan. Mengapa? Karena sebagai freelancer, penghasilan kamu akan tidak tetap–baik dari segi jumlah maupun dari segi waktunya.
Milikilah dana darurat sedini mungkin. Coba yuk, simak video berikut tentang dana darurat.
2. Dana pensiun
Siapa yang enggak mau menjalani hidup di masa pensiun yang sejahtera? Buat kamu yang saat ini bersemangat muda, pensiun rasanya memang masih jauh sekali, benar kan? Tetapi, jangan terlena. Waktu itu berjalan sangat cepat loh. Padahal untuk bisa mempersiapkan dana pensiun yang memadai itu hanya waktulah yang akan menjadi temanmu.
Artinya, semakin dini kamu memulai, akan semakin baik.Pernah menghitung kebutuhan hidup di masa pensiun? Kalau sudah pernah, mungkin kamu akan merasa shock, lantaran nominalnya sangat besar. Padahal di saat yang sama, kamu kan sudah tidak produktif bekerja lagi. Dari mana kamu bisa mendapatkan biaya hidup jika sudah tidak bisa bekerja?
Jangan bilang biar dibiayai oleh anak ya. :)
So, dana pensiun menjadi tujuan keuangan berikutnya yang harus dimiliki oleh lajang. Jangan menganggapnya masih terlalu jauh. Justru mumpung kamu masih muda, maka kamu sebaiknya mulai punya rencana ini.
3. Dana rumah pertama
Punya rumah di usia 20-an? Kenapa tidak? Sudah banyak loh, yang sukses melakukannya.
Rumah adalah simbol kemapanan. Rumah juga berarti masa depan. Mau kamu tinggali sendiri atau kamu sewakan sebagai investasi, atau mungkin kamu pilih rumah petak ataupun apartemen, semua tentu kembali ke kebutuhanmu. Tetapi, sekarang, yang penting kamu merencanakan untuk punyai properti terlebih dulu.
Harga properti naik dari tahun ke tahun. Banyak orang yang kesulitan untuk bisa mewujudkan cita-cita memiliki rumah idaman lantaran tidak punya rencana yang komprehensif. Di sinilah sebaiknya kamu belajar dari kesalahan yang sudah dilakukan oleh orang lain.
Di samping ketiga tujuan keuangan di atas, tentu boleh saja jika kamu ingin menambahkan berbagai tujuan keuangan yang lain. Selain sebagai tujuan hidup, tujuan keuangan seperti ini juga bisa menjadi motivasi tambahan untukmu agar tak pernah berhenti berusaha loh. Kebayang enggak sih, kalau orang hidup tanpa punya tujuan keuangan? Motivasi bisa gampang luntur, belum lagi aset juga tidak akan terbangun dengan optimal–keburu kita tua deh.
Nah, buat kamu yang masih lajang dan pengin membuat rencana serta tujuan keuangan, yuk, belajar mulai sekarang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masa Krisis, Ini Pentingnya Menyiapkan Karyawan untuk Menghadapinya
Masa krisis pandemi memaksa banyak pihak untuk mengubah kebiasaan, keputusan, dan berbagai aspek dalam hidup, termasuk dalam bisnis. Apalagi dengan prediksi pasti bahwa Indonesia sudah ikut terjebak di jurang resesi di kuartal III tahun 2020 ini. Membuat pemilik bisnis dan pihak manajemen mana pun jadi harus ekstra kerja keras menyiasati kondisi.
Ya, saat ini, semua perusahaan tampaknya harus berjuang untuk mengambil kebijakan-kebijakan tertentu agar tetap survive melalui masa krisis yang belum pasti kapan akan segera berakhir. Tapi bagaimanapun, sebisa mungkin bisnis tetap berjalan. Banyak orang sudah menggantungkan hidup mereka pada perusahaan, bukan?
Karenanya, ada beberapa hal yang seharusnya sudah mulai dilakukan, demi tetap bertahan. Salah satunya adalah dengan menyiapkan karyawan supaya tetap bisa melalui masa krisis bersama dengan baik.
Apa sih pentingnya menyiapkan karyawan menghadapi masa krisis seperti ini?
Selain karena karyawan adalah aset terbesar perusahaan yang harus dikelola dengan baik dan mendapatkan prioritas perhatian utama, ada beberapa alasan kuat berikut mengapa perusahaan harus segera memberikan dukungan terhadap karyawan di masa krisis. Di antaranya:
- Dengan persiapan yang baik, maka tingkat kecemasan yang mungkin timbul lantaran harus menghadapi masa-masa sulit ke depannya bisa ditekan. Dengan minimnya rasa cemas dan kemudian muncul rasa aman, karyawan pun dapat tetap menjaga produktivitas kerja meskipun harus bekerja di bawah tekanan krisis.
- Dengan adanya persiapan menghadapi masa krisis yang baik, dan karena karyawan secara individu juga sudah siap dan dibekali dengan hal-hal yang diperlukan, maka perusahaan akan dapat mengambil langkah-langkah antisipatif dengan lebih dini dan strategis, sehingga akan dapat mengurangi efek krisis yang bisa memberikan dampak pada perusahaan secara keseluruhan.
- Saat karyawan sudah siap menghadapi krisis, apa pun bentuknya, maka saat itu pula karyawan sudah siap untuk diajak berkomunikasi dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Untuk mengubah strategi bisnis pun jadi tak ada kendala yang terlalu berarti. Karyawan sudah siap dengan konsekuensi, tinggal pihak manajemen saja yang harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tentunya, dengan begini, perubahan akan lebih mulus untuk dijalankan. Betul?
- Dengan karyawan yang sudah siap menghadapi masa krisis, lingkungan kerja yang aman pun akan lebih mudah terwujud.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk menyiapkan karyawan dalam menghadapi masa krisis? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
1. Tingkatkan intensitas dalam berkomunikasi
Komunikasi akan berperan penting dalam manajemen krisis–apa pun bentuk krisis yang dihadapi. Saat krisis datang, stres dan tekanan bisa jadi akan lebih sering muncul. Inilah yang bisa mengganggu lancarnya komunikasi. Karena itu, temukan model komunikasi yang paling baik bagi karyawan di perusahaan.
Akan lebih mudah untuk mengelola bisnis, ketika semua orang dapat terbuka dan memiliki skill komunikasi yang baik, sehingga satu sama lain bisa saling memahami dan akhirnya bisa saling mendukung.
2. Siapkan alur kerja yang fleksibel tetapi kuat
Jika memungkinkan, potong alur kerja yang terlalu panjang. Prosedur-prosedur disederhanakan, SOP dibuat lebih fleksibel, namun harus tetap kuat agar semua tetap bisa berjalan dengan lancar.
Sistem dan alur kerja yang lebih sederhana dan tidak terlalu panjang bisa jadi langkah efisiensi yang paling baik di masa krisis–menghemat energi, tenaga, pikiran, hingga cost.
Memang tak semua jenis pekerjaan bisa disederhanakan. Karena itu, kita sebut “yang fleksibel”, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tentunya kemampuan sumber daya manusia yang ada.
3. Bekali karyawan dengan training keuangan yang cukup
Coba yuk, simak dulu video berikut, yang menjelaskan masalah keuangan yang umum dihadapi oleh karyawan.
Di masa krisis ini, yang paling penting dari semuanya, bekali karyawan dengan training keuangan yang cukup. Sudah cukup aware kan, bahwa karyawan yang mengalami masalah keuangan cenderung akan menunjukkan performa kerja yang kurang optimal di kantor?
Apalagi di masa krisis, yang rentan melahirkan masalah keuangan baru bagi karyawan. Tak perlu heran, ketika masalah mereka pun muncul satu per satu ke permukaan. Momok yang paling besar di sini–yang harus segera diwaspadai–adalah utang, yang peluangnya akan membesar seiring kesulitan keuangan yang dialami oleh karyawan.
Lalu, apa saja yang perlu dibekalkan dalam training keuangan karyawan? Di antaranya:
- Pengelolaan gaji yang lebih efektif
- Pembangunan dana darurat
- Pentingnya asuransi
- Strategi investasi di masa sulit
- Pengelolaan aset
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Dana Pendidikan Anak, Ini Dia 5 Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Perencanaannya
Merencanakan dana pendidikan anak bukan masalah yang remeh. Butuh waktu untuk survei, demi mengetahui informasi biaya sekolah saat ini, dan kemudian butuh waktu lagi untuk duduk merenung, dan corat-coret di kertas kalau perlu.
Sudah gitu saja, kadang perhitungan kita juga meleset. Alhasil, pas waktunya anak masuk sekolah, dana pendidikan enggak bisa mencapai target.
Nah, dari pengamatan, memang ada beberapa hal yang biasanya menjadi kekeliruan orang tua saat merencanakan dana pendidikan anak ini. Apa saja ya? Coba kita lihat yuk.
5 Kesalahan Perencanaan Dana Pendidikan Anak
1. Tidak mempersiapkan sejak dini
Ini biasanya adalah kesalahan yang paling pertama dilakukan, yaitu merasa punya waktu banyak untuk merencanakan dana pendidikan anak. Atau bahkan, merasa dana pendidikan anak itu urusan nanti saja, dipikirkan sembari jalan, sambil si anak disekolahkan.
Ya, memang bisa sih, terutama jika kita memang sudah punya modal yang cukup banyak sehingga nggak perlu perencanaan keuangan. Tetapi, jika tidak, maka ini adalah pemikiran yang kurang tepat. Akibatnya yang paling buruk, orang tua jadi harus berutang demi menyekolahkan anak.
Sungguh bukan langkah yang bijak.
2. Kurang komunikasi dengan pasangan
Kompaknya orang tua sangat diperlukan agar dapat membuat rencana keuangan yang komprehensif, terutama ketika kita sedang merencanakan dana pendidikan anak.
Konyol kan, kalau misalnya tidak dibarengi dengan berdiskusi berdua, lalu tiba-tiba saja, si ayah pengin anaknya sekolah di sekolah A, sedangkan si bunda mau anak sekolah di sekolah B. Belum lagi, urusan yang lain, yang jauh lebih rumit.
Orang tua harus punya tujuan, visi, dan misi yang sama ketika membuat perencanaan dana pendidikan anak.
3. Salah memperhitungkan inflasi
Salah satu hal yang sering terlupakan untuk diperhitungkan saat merencanakan dana pendidikan anak adalah inflasi. Padahal dana yang akan digunakan adalah perhitungan di masa depan, karenanya tingkat inflasi ikut memengaruhi.
Biaya pendidikan naik setiap tahunnya, rata-rata 12%, bahkan ada sekolah yang memberlakukan kenaikan biaya 20% setiap tahun. So, angka ini jangan diabaikan, karena ya lumayan juga kalau kita merencanakan dana pendidikan untuk 5 tahun ke depan, misalnya, yang masing-masing tahunnya mengalami peningkatan sampai 20%.
Pantas saja, skema rencana jadi meleset kan? Tekor deh. So, jangan sampai dilupakan ya.
Dan, by the way, biaya ini akan lebih rumit perhitungannya kalau kita merencanakan dana pendidikan anak untuk sekolah di luar negeri loh. Karena ada kurs yang juga harus diperhitungkan dan diproyeksikan.
4. Salah hitung horizon waktu
Nah, kesalahan yang keempat ini juga sering terjadi nih, apalagi kalau kita sudah siwer alias ruwet sendiri menghitung. Bisa jadi, horizon waktu akan meleset. Perkiraan anak masuk SMP 6 tahun lagi, tapi ternyata, seharusnya perkiraannya 5 tahun lagi, karena sekarang anak sudah mulai mendaftar masuk SD. Biaya kan setidaknya harus disiapkan selang beberapa waktu sebelum anak benar-benar masuk ke sekolah baru. Dengan demikian, biaya ini seharusnya sudah siap ketika anak naik ke kelas 6 (atau bisa jadi malah harus sudah siap di pertengahan kelas 5), untuk kemudian dipindahkan ke instrumen yang lebih aman, misalnya. Kalau perkiraan 6 tahun lagi, ya berarti si anak sudah naik kelas 8 dong.
Yang kayak-kayak gini, terkadang meleset dari logika. Jadi, jangan sampai salah juga ya.
5. Salah pilih instrumen
Kekurangpahaman orang tua akan instrumen investasi yang dimanfaatkan untuk perencanaan dana pendidikan anak juga kerap menjadi salah satu kesalahan di sini. Yah, ini sebenarnya ada hubungannya juga dengan profil risiko sih, karena kita enggak bisa memaksakan orang tua yang berprofil konvensional untuk dapat berinvestasi di instrumen high risk. Malah bisa jantungan nanti.
So, hal ini perlu disiasati, yang tentu saja, tergantung pada kondisi masing-masing. Yang perlu dipahami betul adalah beberapa prinsip investasi ini:
- Prinsip high risk, high return, di mana ada investasi yang memberikan imbal besar maka risiko juga pasti akan lebih tinggi.
- Prinsip diversifikasi instrumen investasi, dengan menaruh investasi di berbagai instrumen dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.
Pertimbangkan semuanya dengan baik ya, tentu saja dengan berdiskusi dengan pasangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Saham vs Obligasi: Mana yang Lebih Untung? Ini Dia 4 Perbandingannya
Saham vs Obligasi, mana sih yang lebih untung?
Yah, penginnya sih pasti punya investasi dengan keuntungan yang banyak, tapi risiko yang minim–kalau perlu nggak usah pakai risiko. Betul enggak? Tapi, sayangnya, yang kayak gitu tuh enggak ada. Jadi, kalau kamu penasaran saham vs obligasi, mana yang lebih untung, akan lebih baik jika kamu mempertimbangkannya sesuai dengan tujuan dan kebutuhanmu.
Untuk tujuan dan kebutuhan tertentu, bisa jadi saham akan lebih sesuai. Sedangkan untuk tujuan dan kebutuhan yang lain, obligasi akan lebih cocok. Ini lebih karena masing-masing instrumen punya karakternya sendiri-sendiri.
Nah, buat kamu yang sekarang lagi bingung, pengin investasi sih, mumpung ORI018 masih dalam masa penawaran dan saham lagi banyak diskon–tapi ya yang namanya dana bukannya tak terbatas, jadi harus memutuskan mana yang lebih baik antara saham vs obligasi, berikut beberapa pertimbangannya.
Pengertian
Saham
Mari kita lihat perbandingan saham vs obligasi mulai dari pengertiannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, saham berarti surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor.
Surat berharga ini dijual dalam satuan lot (= 100 lembar), dengan harga yang sudah ditentukan dan bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung situasi dan kondisi pasar modal itu sendiri. Saham bisa dibeli di bursa saham, di Indonesia ada Bursa Efek Indonesia. Pembeliannya bisa melalui perusahaan sekuritas yang kini semakin banyak jumlahnya.
Obligasi
Obligasi, dalam hal ini yang dikeluarkan oleh pemerintah, adalah surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat diperjualbelikan. Demikian pengertiannya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dalam artikel yang lalu, kita sudah berkenalan dengan beberapa jenis obligasi. Nah, obligasi pemerintah adalah salah satu jenisnya. Obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sendiri ada beberapa jenis. ORI, atau Obligasi Ritel Indonesia, adalah salah satunya.
Keuntungan Saham vs Obligasi
Dalam hal keuntungan, saham vs obligasi juga punya keunggulannya sendiri-sendiri.
Dalam saham, kita bisa mendapatkan beberapa bentuk keuntungan:
- Capital gain, yaitu keuntungan yang bisa kita dapatkan ketika menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.
- Dividen, yaitu pembagian keuntungan perusahaan yang kita terima sebagai hak sebagai salah satu pemilik saham. Namun, tidak semua perusahaan membagikan dividen, pun punya jadwal yang tetap. Pembagian dividen diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
Dalam obligasi–utamanya obligasi pemerintah–kita bisa mendapatkan beberapa keuntungan juga, yaitu:
- Kupon, yaitu bunga yang diterima atas dana yang kita pinjamkan. Besaran kupon biasanya sudah ditentukan di awal. Seperti misalnya pada ORI018 ini, besaran kupon adalah 5.70% per tahun.
- ORI juga bisa diperjualbelikan di pasar sekunder, sehingga memungkinkan kita mendapatkan capital gain. Tetapi ada juga yang tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, seperti SBR. Tetapi SBR ada fasilitas early redemption, yang memungkinkan kita menarik dana sejumlah tertentu sesuai kesepakatan sebelum jatuh tempo.
Risiko Saham vs Obligasi
Saham memiliki risiko berupa:
- Capital loss, yang terjadi ketika kita menjual saham perusahaan yang kita miliki dengan harga yang lebih rendah ketimbang harga belinya. Harga saham sangat fluktuatif di pasar saham. Seperti sekarang misalnya, ketika IHSG sedang merosot, maka harga saham sudah pasti menurun. Ini bisa jadi menimbulkan kerugian kalau kita harus melepas saham sekarang. Karena itu, banyak investor yang hold sahamnya, menunggu sampai harga naik lagi.
- Risiko likuidasi, yang bisa terjadi ketika perusahaan tempat kita menanam dana harus bangkrut.
Seperti instrumen yang lain, ada risiko yang juga dimiliki oleh obligasi, yaitu:
- Capital loss, jika kita menjual obligasi di pasar sekunder dengan harga yang lebih rendah ketimbang harga beli.
- Gagal bayar, ketika penerbit obligasi tidak bisa membayar kembali pinjaman dana yang dilakukannya. Namun, untuk obligasi pemerintah, risiko yang kedua ini bisa dibilang sangat kecil. Dalam sejarah, pemerintah Indonesia belum pernah gagal bayar sampai sekarang.
Masa Berlaku
Masa berlaku saham tidak terbatas, selama perusahaan yang kita miliki sahamnya terus beroperasi dan selama sahamnya belum kita jual atau hibahkan pada orang lain.
Sedangkan obligasi, ada masa jatuh tempo yang menyertai dan biasanya tercantum pada surat perjanjiannya. Misalnya, untuk ORI, jatuh temponya adalah 3 tahun. Ada yang lebih panjang? Ada, karena hal ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan si penerbit surat utang, dan tentunya jika si pemberi pinjaman juga sepakat.
Nah, semoga cukup jelas ya, penjelasan mengenai saham vs obligasi ini.
Jadi, mana yang lebih untung? Ya, kembali lagi ke #TujuanLoApa. Saham merupakan instrumen investasi yang akan membantu tujuan keuangan jangka panjang, lantaran fluktuasi harga yang cukup tajam. Sedangkan, obligasi cocok untuk tujuan jangka pendek dan menengah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.