3 Perbedaan Berdagang dan Berbisnis yang Paling Mendasar
Banyak orang mengira, bahwa begitu ia memulai bisnis, maka saat itu pula ia sudah menjadi pengusaha. Padahal ada beberapa perbedaan berdagang dan berbisnis, yang seharusnya membuat “bisnis” itu kelasnya lebih baik ketimbang berdagang.
Enggak salah sama sekali kok dengan berdagang. Bahkan semua pebisnis sukses itu juga mengawalinya dengan berdagang. Tapi tak serta merta semua yang berdagang bisa disebut sebagai bisnis, karena ada beberapa perbedaan mendasar di antaranya.
Apa sih perbedaan berdagang dan berbisnis? Mari kita lihat satu per satu.
Perbedaan Berdagang dan Berbisnis
1. Cara membuat rencana untuk usahanya
Orang yang berdagang umumnya tidak memiliki rencana yang komprehensif akan usaha yang sedang dijalankannya. Sekarang dipikir sekarang, besok ya dipikir besok saja. Apa yang akan terjadi besok, ya udah bisa terjadi besok.
Akibatnya, tidak ada pemantauan secara detail terhadap perkembangan usahanya.
Berbeda dengan pebisnis. Orang yang berbisnis akan memiliki rencana dan strategi bisnis yang detail, bahkan ia juga bisa memproyeksikan risiko yang mungkin harus dihadapi. Karenanya, ia juga punya manajemen risiko yang baik.
2. Cara memberikan servis
Seseorang yang berdagang biasanya memandang konsumen sebagai pihak yang akan memberinya uang. Karenanya, orientasi usahanya pun sebisa mungkin sebanyak-banyaknya memindahkan uang dari si konsumen ke dirinya. Karena mindset ini, maka sudah biasa bagi pedagang memiliki konsumen yang berbeda setiap harinya. Tidak ada pelanggan yang loyal.
Berbeda dengan pebisnis, yang biasanya menjalin hubungan yang baik dengan klien ataupun pelanggannya. Ia akan berpikir jangka panjang, dan mencari cara bagaimana agar si pelanggan menjadi pelanggan setianya. Di masa depan, ia berharap si pelanggan akan balik lagi terus, sehingga pelayanan terbaiklah yang menjadi poin utama bisnisnya.
3. Caranya mengelola keuangan
Orang yang berdagang tidak punya laporan keuangan yang detail. Hanya berdasarkan uang masuk (dari pembeli) dan uang keluar (untuk modal beli bahan dan stok), ia akan langsung mengambil selisihnya sebagai laba.
Di sinilah perbedaan berdagang dan berbisnis yang paling besar, karena seorang pebisnis akan memiliki laporan keuangan yang detail, dengan memperhitungkan berbagai hal yang memengaruhi bisnisnya.
Seseorang yang berdagang biasanya juga mencampuradukkan keuangan pribadi dengan bisnis. Tidak memiliki rekening terpisah, apalagi buku catatan pengeluaran yang tersendiri. Berbeda dengan pebisnis yang akan memisahkan keuangan bisnis dari keuangan pribadinya.
Karena memang kurang memiliki manajemen risiko yang baik, keuangan bisnis dan pribadi yang bercampur aduk nanti bisa menimbulkan masalah keuangan. Biasanya sih, hal ini juga kurang disadari oleh si pedagang, sampai akhirnya modalnya tergerus untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak seperti apa kan?
Itulah 3 perbedaan berdagang dan berbisnis yang paling mendasar.
Bagaimana dengan kamu? Kamu sudah ada di posisi mana? Apakah masih berdagang, atau sudah berbisnis? Tak perlu dijawab, kamu sendiri yang tahu :)
Memang sekilas, maknanya tak jauh berbeda. Namun, kekurangpahaman akan makna sebenarnya dan ketidaktahuan tentang perbedaan berdagang dan berbisnis ini membuat banyak orang akhirnya terjebak. Niat awal pengin punya bisnis, tapi akhirnya stuck di berdagang.
Sebenarnya enggak masalah, cuma biasanya yang bersangkutan baru menyadari bahwa ada kesalahan, ketika usahanya tidak berkembang sampai bertahun-tahun. Kok gini-gini aja sih?
Nah makanya nih, jika kamu pengin naik kelas, ayo gabung di Financial Dialogue 05: Life & Money Dari Dagang Jadi Bisnis.
Menghadirkan berbagai pakar multidisiplin, mulai dari Ligwina Hananto – Lead Financial Trainer QM Financial dari perspektif finansial, Mo Sidik – Standup Comedian, Founder Ketawa Comedy Club, Online Seller, serta Kania A. Anggiani — Entrepreneur & Mom of 2 dari perspertif bisnis, dan William Budiman – Founder Aethra Learning Center, Positive Psycology Practitioner dari perspektif psikologis. Event ini akan diadakan di hari Sabtu, 28 November 2020, pukul 13.00 – 15.00 WIB via Webinar Zoom. Segera ini ya, supaya enggak kehabisan tempat! ya!
Menarik kan? Kita akan berdiskusi bareng tentang berdagang dan berbisnis sampai tuntas!
Biar kamu semakin tertarik dan ada gambaran Financial Dialogue ini seperti apa, coba tonton video recap Financial Dialogue 03 yang lalu berikut ini.
Pantengin terus media sosial QM Financial, supaya kamu enggak ketinggalan daftar ya! Informasi akan terus diupdate melalui akun-akun media sosial QM Financial, baik Instagram maupun Twitter.
Cara Menyusun Skala Prioritas Ketika Bujet Keuanganmu Terbatas
Namanya manusia, maka wajar saja kalau BM–banyak mau. Tapi ya, sayangnya, kadang sumber dayanya terbatas. Iya, kita lagi membicarakan tentang uang, pastinya. Maunya banyak, cita-citanya tinggi, tapi uang ya kan sudah “dijatah”. Makanya kita harus bisa mengelola keuangan dengan baik. Salah satunya dengan cara menyusun skala prioritas.
Dengan adanya skala prioritas, kita lantas bisa memilih, mana yang bisa didahulukan dan mana yang bisa ditunda sembari menunggu rezeki masuk lagi.
Apa Sih Skala Prioritas?
Prioritas, di Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah “yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain”.
Sedangkan, skala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “lajur yang dipakai untuk menentukan tingkatan atau banyaknya sesuatu (seperti pada peraturan gaji dan pada daftar bunga uang), ukuran”.
Nah, kalau diterjemahkan secara bebas, skala prioritas berarti adalah ukuran untuk menentukan mana yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Kalau dalam konteks yang akan kita bahas sekarang ya soal kebutuhan hidup serta apa saja yang kita ingin raih.
Tujuan adanya skala prioritas dalam keuangan pribadi ini adalah menghindari pemenuhan kebutuhan yang tidak tepat sasaran. Pendeknya, dengan menentukan skala prioritas, kita lantas bisa melihat mana yang lebih penting untuk dipenuhi lebih dahulu dengan sumber daya yang ada.
Nah, untuk lebih jelasnya, coba cek diagram berikut deh. Ini adalah tabel yang dibuat oleh Stephen R. Covey yang sebenarnya dibuat sebagai panduan bagi kita untuk manajemen waktu. Tetapi, diagram ini juga dapat kamu gunakan untuk membantumu menentukan skala prioritas.
Dalam diagram di atas, kita dapat melihat ada 4 kuadran sifat kebutuhan hidup.
- Penting dan mendesak, misalnya seperti makanan, rumah tempat tinggal
- Penting tetapi tidak mendesak, misalnya baju kerja yang pantas dan formal
- Kurang penting tetapi mendesak, misalnya beli handphone yang didiskon 90% hari ini
- Kurang penting dan tidak mendesak, misalnya main games, jajan boba, dan sejenisnya
Nah, ketahuan kan, bedanya ya??
“Ilmu” dari Stephen R. Covey ini bisa banget kita gunakan untuk keuangan kita, mulai ketika kita sedang menyusun tujuan keuangan dan kemudian membuat rencana realistisnya, sampai menentukan belanja sehari-hari. Tentu saja, kamu harus mendahulukan apa yang sifatnya penting dan mendesak lebih dulu. Yang sifatnya kurang penting dan tidak mendesak adalah hal terakhir yang dipenuhi setelah yang lainnya.
Bagaimana Cara Menyusun Skala Prioritas Agar Keuangan Terkelola secara Efisien?
Ada beberapa hal yang biasanya menjadi pertimbangan kita dalam menentukan skala prioritas ini.
Urgensi
Urgensi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya keharusan yang mendesak; hal sangat penting. Jadi, pertimbangan urgensi bisa kamu lakukan ketika memilih sesuatu harus segera dilakukan, kalau tidak, maka akan “membahayakan” hal lainnya. Kalau dalam tabel Steven R. Covey di atas, bisa jadi yang masuk dalam tingkat urgensi tinggi adalah yang bersifat penting dan mendesak.
Contohnya begini. Sudah biasa bagimu untuk pergi ke kantor dengan menggunakan kendaraan pribadi. Namun, pagi ini ternyata ban kendaraanmu bocor. Padahal pagi ini, kamu sudah ada meeting appointment dengan klien penting. Maka, tak bisa lain, kamu harus segera berangkat dengan moda transportasi yang lain, yang juga cepat meski mungkin agak mahal. Dengan taksi online, misalnya.
Kesempatan
Kesempatan juga bisa jadi satu hal yang penting dipertimbangkan untuk menentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan.
Maksudnya begini. Sering kali kita menemui kesempatan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang datang hanya sekali. Maka, ini bisa kamu ubah skala prioritasnya, dibandingkan hal-hal lain yang kesempatan untuk memenuhinya bisa datang berkali-kali.
Misalnya, jarang ada kelas bisnis di rangkaian kelas finansial online QM Financial. Suatu kali, ternyata ada jadwal kelas bisnis di minggu ini, sudah begitu ada promonya juga. Diskon! Karenanya, kamu yang sudah berniat ikut kelas lain, yang secara reguler diadakan setiap bulannya–yang bisa kamu ambil lagi bulan depan, memprioritaskan untuk ikut kelas bisnis dulu karena kamu memang berniat memulai bisnis bulan ini.
Masa Depan
Maksudnya di sini adalah pertimbangan jangka panjang ke depan. Masa depan adalah waktu jauh ke depan, yang harus disiapkan sedari sekarang. Karena, kalau tidak, bisa jadi di masa depan kita akan mengalami masalah.
Sering kali kita merasa menyesal akan sesuatu yang terjadi sekarang, karena salahnya pilihan yang kita ambil di masa lalu. Karena itu, dalam menentukan skala prioritas, masa depan juga menjadi pertimbangan yang sangat penting, apalagi jika berpotensi mendatangkan masalah.
Contohnya begini. Kamu mendapatkan bonus tahunan dari kantor. Kebetulan sudah banyak wishlist yang menunggu untuk dipenuhi nih. Tetapi, enggak mungkin juga bisa memenuhi semuanya. Di dalam wishlist itu ada poin membayar premi asuransi jiwa. Di antara beberapa pilihan, kamu pun menempatkan pembayaran premi asuransi jiwa menjadi prioritas utama untuk dipenuhi lebih dulu. Baru jika ada sisa, maka wishlist yang lain bisa dipenuhi sesuai skala prioritas.
Kamu menempatkan “masa depan” sebagai pertimbangan untuk menentukan skala prioritas di sini, karena kalau sampai premi tak terbayar, bisa jadi kamu akan mengalami masalah keuangan ke depannya.
Kemampuan
Kemampuan diri juga bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan skala prioritas ini. Justru sepertinya, pertimbangan inilah yang terpenting–apalagi hidup di masa sekarang.
Prioritaskan hal-hal yang memang kamu mampu melakukannya. Yang enggak mampu, ya lebih baik tunda saja, sampai kamu mampu.
Ngomongin soal kemampuan merely ngomongin soal memahami dan jujur pada diri sendiri. Nggak usah memaksakan diri “memenuhi kebutuhan” yang sebenarnya kamu tak mampu. Sesuaikan saja dengan kemampuan.
Kamu tak perlu harus punya handphone keluaran paling baru yang harganya sampai dua puluh juta hanya karena teman-temanmu sudah membelinya. Uang Rp20 juta itu bisa kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih penting. Jika memang butuh handphone, yang seharga lima jutaan pun sudah cukup canggih dan punya banyak fitur yang pas dengan kebutuhanmu.
Nah, itu dia beberapa hal tentang menentukan skala prioritas ketika kamu punya bujet terbatas. Enggak sulit kan? Enggak dong. Dengan mengatur skala prioritas, kamu pun bisa mengelola keuanganmu dengan lebih baik.
Semoga artikel ini bermanfaat ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan Investasi yang Sering Terjadi Hingga Tujuan Keuangan Pun Sulit Tercapai
Kita sudah tahu, bahwa investasi merupakan kendaraan yang akan mengantar kita untuk mencapai tujuan finansial. Ya, kurang lebih seperti mobil yang kita miliki, atau si babang ojek online yang kalau dipanggil selalu bertanya balik, sudah sesuai aplikasi ya? Namun, ibarat salah memilih kendaraan–mau pergi Jakarta-Bali, malah manggilnya babang ojek alih-alih pesan tiket pesawat–maka kesalahan investasi membuat kita sulit untuk bisa mencapai tujuan keuangan.
Memang, investasi akan sulit dilakukan jika tanpa bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup. Karena itu, tak bosan-bosannya QM Financial mengajak kamu untuk belajar dulu sebelum mulai benar-benar berinvestasi. Kamu bisa belajar dari artikel-artikel yang ada di situs ini, atau bisa juga dari YouTube.
Salah satunya dengan menonton video berikut ini nih.
Yes, berinvestasi memang enggak bisa dipisahkan dari analisis terlebih dahulu. Salah mengambil keputusan bisa memicu terjadinya kesalahan investasi sehingga hasilnya kurang optimal. Akibatnya, tujuan keuangan tidak tercapai. Lebih nyesek lagi, kalau dananya juga entah ke mana, nggak ketahuan rimbanya. Duh!
Berikut ini beberapa kesalahan investasi yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan keuangan kita.
1. Hanya ikut-ikutan
Akhir-akhir ini, saat artikel ini ditulis (apalagi sesaat sebelum pandemi corona terjadi beberapa bulan yang lalu), memang semakin banyak orang yang sharing mengenai betapa investasi dapat “menyelamatkan” hidup mereka. Akhirnya banyak yang tergiur untuk ikut menceburkan diri ke kolam investasi, tetapi sayangnya mereka tidak berbekal pelampung dan ilmu berenang yang cukup.
Si itu bisa pensiun dini dengan sejahtera dengan hasil investasinya, maka banyak orang mengikuti cara si itu berinvestasi. Sayangnya, mereka abai, bahwa sebenarnya personal finance is very personal. Apa yang dilakukan orang lain bisa saja tidak sesuai ketika kita terapkan pada kondisi kita sendiri.
Akibatnya, kita melakukan kesalahan investasi yang cukup fatal. Kita kelelep di kolam investasi, karena sudah memilih instrumen yang kurang tepat hanya karena orang lain punya instrumen yang sama.
2. Lupa atau meleset ketika memperhitungkan jangka waktu
Waktu adalah teman terbaik ketika kita mau berinvestasi demi tujuan finansial tertentu. Kealpaan kita memperhitungkan jangka waktu investasi akan menjadi kesalahan investasi yang cukup fatal.
Kesalahan memperhitungkan jangka waktu ini bisa dalam bentuk salah proyeksi, atau malah menyepelekan sehingga menunda-nunda investasi. Keduanya akan membuat tujuan finansial sulit untuk dicapai.
Selalulah mulai sejak dini, meskipun juga tak pernah ada kata terlambat. Ini lebih baik daripada tidak berinvestasi untuk tujuan keuangan ke depannya.
3. Tidak didiversifikasikan
Ketika kamu sebagai investor menempatkan seluruh dana investasi pada satu instrumen saja, itu menjadi kesalahan investasi yang juga akan berakibat fatal. Beberapa akibat yang bisa terjadi: risiko yang terlalu besar ataupun target dana tidak tercapai.
Misalnya saja, untuk dana pensiun yang butuh sekian miliar, kamu hanya berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, dengan risiko relatif rendah tetapi imbal yang juga terbatas. Memang mungkin dari segi risiko kerugian nominal bisa ditekan, karena risiko seperti gagal bayar atau fluktuasi harga tidak terlalu signifikan di instrumen reksa dana ini. Tetapi rendah risiko juga berarti memberikan imbal yang terbatas. Bisa jadi, ketika waktunya tiba bagi kamu untuk memperoleh hasil investasi yang sudah sekian lama, jumlahnya tidak mencukup untuk menutup biaya hidup di masa pensiun.
Lain halnya, jika kamu mendiversifikasikan portofolio, baik ke instrumen risiko minim dan juga instrumen agresif, peluang untuk sukses mencapai tujuan keuangan akan lebih besar.
Diversifikasi, selain perlu dilakukan untuk manajemen risiko, juga penting untuk memperbesar peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, dengan horizon yang sesuai target.
4. Malas melakukan review berkala
Kesalahan investasi selanjutnya yang sering terjadi adalah alpa untuk melakukan review secara berkala. Merasa sudah aman, dan bisa konsisten, lantas kita lupa melakukan review rencana keuangan yang sudah dibuat.
Padahal, misalnya saja seperti saat ini, ketika pasar modal sedang naik turun, instrumen investasi–terutama yang agresif–pasti juga mengikuti naik turunnya harga pasar. Tak hanya itu. Instrumen yang dianggap minim risiko seperti deposito pun bisa berubah, jika pemerintah, dalam hal ini melalui Bank Indonesia, memutuskan untuk menyesuaikan suku bunganya.
Review rencana keuangan–terkhusus yang terkait dengan investasi–sangat penting untuk dilakukan, agar kita bisa memastikan, bahwa investasi sudah on track. Jika ada sesuatu yang harus disesuaikan, kita juga jadi lebih awal aware sehingga dapat mengambil kebijakan penyesuaian juga.
5. Tidak berinvestasi
Nah, ini kesalahan investasi terbesar sih, yang seharusnya ada di poin pertama malahan ya. Merasa menabung saja cukup, enggak perlu investasi.
Well, ingat ya, bahwa inflasi itu bukan kaleng-kaleng. Inflasi itu nyata. Setiap tahun akan ada inflasi, yang peningkatannya lebih tinggi ketimbang bunga tabungan biasa. Lama-lama jumlah uang di tabungan sudah pasti tergerus, kalau tidak kamu “lindungi” dengan memanfaatkan instrumen investasi yang imbalnya lebih tinggi daripada inflasi.
Bukan berarti kamu enggak boleh punya tabungan sih. Tetapi untuk mencapai tujuan keuangan, tabungan kurang bisa optimal melayani.
Nah, masihkah kamu melakukan beberapa kesalahan investasi di atas? Ataukah, ada hal lain yang membuat tujuan keuanganmu menjadi tidak tercapai? Cerita sama QM Financial yuk, boleh ditulis di kolom komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menjadi Pahlawan Finansial di Masa Resesi
Resesi ekonomi tak terhindarkan lagi. BPS sudah resmi mengumumkan, bahwa Indonesia telah mengalami masa resesi semenjak ada penurunan pertumbuhan ekonomi hingga ke minus 5.32% di kuartal II, dan minus 3.49% pada kuartal III tahun 2020. Tentunya, hal ini membawa pengaruh pada kehidupan kita.
Inilah yang menjadi poin topik hangat dalam Media Briefing yang diadakan oleh QM Financial, Senin, 9 November 2020 yang lalu. QM Financial secara khusus mengajak semua orang, terutama warga negara Indonesia, untuk tetap memandang hal ini dari segi positif dan tetap optimis.
Menjadi Pahlawan Finansial
Terkhusus berbarengan dengan momen Hari Pahlawan 10 November, QM Financial mengajak semua warga Indonesia untuk dapat menjadi pahlawan finansial, yang dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga masing-masing.
Seperti yang dipaparkan oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, bahwa peran kita sebagai Pahlawan Finansial ini sangat penting di tengah masyarakat, karena resesi telah membawa dampak yang luas, dan tak jarang di antaranya merupakan dampak yang negatif.
Namun, hal ini bisa diatasi dengan berusaha bertahan bersama. Kita pastinya ingin agar orang-orang yang berada di sekeliling kita juga mampu bertahan dan akhirnya bisa berdaya secara finansial. Untuk itu, kita akan memerlukan pengetahuan literasi keuangan yang kuat.
Tak terlalu sulit, kita semua bisa belajar bersama kok. Di antaranya, QM Financial memiliki banyak saluran edukasi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk menambah pengetahuan dan literasi keuangan, sehingga mampu menjadi pahlawan finansial bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun untuk lingkungannya. Mulai dari yang berplatform gratis, seperti artikel-artikel di website www.qmfinancial.com, channel YouTube, Instagram, dan Twitter, hingga platform berbayar seperti QM Training–sebuah program pelatihan keuangan khusus bagi karyawan perusahaan-perusahaan–kelas finansial online (FCOS – Financial Clinic Online Series), Financial Dialogue, hingga Udemy–di mana kamu dimungkinkan untuk belajar mandiri tak terbatas ruang dan waktu, tetapi dengan materi yang terkurikulum dengan baik.
Tentunya, sudah tak perlu diragukan lagi kualitas materi literasi keuangannya, karena QM Financial sudah berpengalaman 17 tahun memberikan berbagai edukasi finansial untuk masyarakat Indonesia agar berdaya secara finansial. Tambahan lagi, tepat di momen ulang tahun ke-17 yang lalu, QM Financial juga semakin mantap dan bangga menjadi Your Financial Learning Partner.
Tetap Berdaya Secara Finansial di Masa Resesi
Bagaimana caranya agar bisa menjadi pahlawan finansial di tengah resesi?
Oleh Emiralda Noviarti, trainer QM Financial, dijelaskan secara terperinci, bahwa kita harus melakukan beberapa hal berikut ini.
- Periksa pintu penghasilan. Di kondisi seperti sekarang, banyak orang mengalami penurunan penghasilan, bahkan kehilangan sama sekali. Untuk dapat menjadi pahlawan finansial, maka kita harus memastikan bahwa penghasilan kita aman, sehingga ada uang mengalir masuk untuk kemudian diatur pengeluarannya. Jika dari penghasilan utama ternyata ada kendala, maka kita harus sigap untuk segera mencari peluang yang lain.
- Atur ulang bujet bulanan, dalam 5 pos pengeluaran utama, yaitu untuk membayar cicilan, belanja kebutuhan hidup, investasi dan tabungan, sosial, serta lifestyle. Dalam masa resesi, kita perlu mengatur ulang agar pengeluaran bisa lebih efektif, tetapi bukan berarti berhenti belanja. Belanja justru harus terus dilakukan, agar roda perekonomian kita terus berputar. Tapi, tentunya, kita harus belanja dengan bijak. Jangan lupa untuk tetap berbagi ya, terutama jika kita masih mampu secara finansial.
- Amankan dana darurat. Ini penting banget, apalagi di masa resesi seperti ini. Besaran dana darurat tergantung pada kondisi kita masing-masing. Paling ideal adalah 4 kali pengeluaran rutin bagi lajang, 6 kali pengeluaran rutin untuk mereka yang sudah menikah, 9 kali pengeluaran rutin untuk yang sudah berkeluarga dengan anak satu orang, dan 12 kali pengeluaran rutin untuk keluarga dengan 2 anak.
- Pastikan memiliki proteksi yang cukup, terutama wajib banget memiliki dua asuransi terpenting, yaitu asuransi jiwa (bagi pencari nafkah) dan asuransi kesehatan untuk semua anggota keluarga.
- Review investasi yang mungkin sudah dilakukan sampai saat ini. Apakah masih on track dengan tujuan dan jangka waktunya?
Sudah banyak orang yang bergabung menjadi pahlawan finansial setelah belajar di kelas-kelas QM Financial. Mereka kini sudah mampu berdaya secara finansial; mandiri, punya tujuan dan rencana keuangan yang realistis dan komprehensif, serta berorientasi pada kebebasan finansial.
Kapan kamu akan bergabung? Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memilih Produk Investasi yang Bisa Melayani Tujuan Finansial
Produk investasi apa ya yang bagus?
Mungkin pertanyaan itulah yang ada di pikiran kamu, manakala kamu hendak memulai investasimu.
Ya, berinvestasi merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan keuangan yang bisa dibilang paling strategis, di samping menghasilkan uang dengan bekerja. Ditambah lagi, perkembangan zaman juga akhirnya melahirkan berbagai bentuk dan produk investasi untuk menjadi opsi.
Bikin bingung, ya kan? Apalagi jika kamu memang baru menjadi investor pemula.
Pertanyaan tersebut juga kerap mampir kepada para trainer QM Financial, setiap kali berkesempatan untuk berbagi ilmu di berbagai acara. Bahkan Mbak Ligwina Hananto sendiri juga selalu mendapatkan pertanyaan yang sama setiap waktu. Tapi, sungguh, kami tidak pernah bosan juga menjawabnya.
Memang ada banyak hal yang perlu diperhatikan ketika kita hendak memilik jenis dan produk ataupun instrumen investasi. Mayoritasnya sih selalu mencari “produk investasi yang aman tetapi imbalnya tinggi.”
Nah, yang perlu dipahami, sekali lagi, bahwa tidak pernah ada produk investasi yang 100% aman, apalagi 100% aman dan imbal tinggi. High risk, high return; imbal tinggi akan membawa serta risiko tinggi. Itulah yang berlaku di dunia investasi.
Kebingungan ini wajar dialami, karena setiap orang punya kebutuhan yang berbeda, belum lagi karakter masing-masing yang juga akan menentukan produk seperti apa yang sesuai.
Yuk, ikuti beberapa langkah berikut agar kamu bisa memilih produk investasi yang bisa melayani tujuan finansialmu.
1. Tentukan tujuan keuangan
Mana mungkin kita bisa memilih produk investasi yang dapat melayani tujuan finansial dengan pas ketika tujuan finansialnya belum ada?
Instrumen investasi bisa diibaratkan sebagai kendaraan. Kita bisa naik kendaraan tersebut dan pergi, jika kita sudah menentukan ke mana kita akan pergi alias ke mana tujuannya. Kalau tanpa tujuan, ya akhirnya cuma kota-kota, enggak ke mana-mana, dan akhirnya hanya ngehabisin bensin saja.
Untuk menentukan tujuan keuangan yang hendak dicapai dengan “kendaraan” produk investasi, kamu bisa mulai dari menentukan:
- Judul. Misalnya untuk mengumpulkan dana pendidikan anak, atau buat dana liburan ke Eropa
- Nilai. Misalnya: dana pendidikan anak Rp2 M, atau dana liburan Rp50 juta
- Jangka waktu. Misalnya: dana pendidikan anak untuk 15 tahun, juga dana liburan yang akan dipakai 3 tahun lagi.
Nah, dengan demikian, kamu punya tujuan yang realistis sehingga akan lebih mudah untukmu membuat rencana yang juga komprehensif.
2. Pastikan kondisi keuangan sudah sehat
Sebelum memilih produk investasi yang pas dengan kebutuhan, terlebih dahulu kamu harus memastikan bahwa kondisi keuangan kamu sudah sehat.
Cek:
- Apakah cash flow sudah positif?
- Apakah sudah punya dana darurat yang aman? Apalagi jika kemudian kamu memilih instrumen investasi dengan risiko tinggi. Dana darurat harus aman pakai banget.
- Apakah proteksi juga sudah lengkap? Ingat akan prinsip Blueprint of Your Money ya. Rumah yang dibangun tidak akan aman, jika tidak punya atap.
Jika untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, cash flow masih minus, maka tentunya memaksakan diri untuk berinvestasi menjadi keputusan yang kurang rasional. Ingat, selalu ada risiko di setiap investasi. Jangan sampai kejadian, kamu butuh uang untuk beli beras, sedangkan uang belanja sehari-hari masih nyangkut di obligasi. Enggak lucu kan?
Jadi, sebelum investasi, pastikan kebutuhan sehari-hari sudah aman ya.
3. Kenali diri sendiri
Ada 3 karakter investor yang bisa ditemukan, yaitu mereka yang konservatif, mereka yang moderat (ini nantinya juga akan terbagi, akan cenderung ke konservatif atau ke agresif), dan mereka yang agresif.
Kamu perlu mengenali dirimu sendiri. Ini ada kaitannya dengan kemampuan, dan juga seberapa besar toleransimu menghadapi risiko investasi yang bisa terjadi.
Ada baiknya, kamu tidak memaksakan diri.
4. Kenali produk
Memang ada banyak sekali produk investasi yang bisa dipilih. Baik yang memang sudah familier dan populer, ataupun yang jarang terdengar. Saran terbaik: hanya manfaatkan produk investasi yang memang benar-benar kamu pahami cara kerjanya.
Dengan demikian, kamu paham, risiko apa yang harus diminimalkan, bagaimana cara mengelolanya, dan tahu bagaimana memanfaatkannya secara optimal.
Kalau memang kamu baru paham tentang deposito sebagai produk investasi yang paling minim risiko, ya enggak masalah. Sembari belajar lagi, kamu bisa berkenalan dengan instrumen yang lain. Bisa jadi, di tengah jalan nanti, kamu juga bisa menambah seiring waktu.
Kalau kamu mau belajar lebih banyak, QM Financial menyediakan kelas-kelas untuk menentukan tujuan keuangan sekaligus bagaimana memilih produk investasi yang paling pas dengan kebutuhanmu loh! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial yang ada ya, dan segera daftarkan dirimu!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Masalah Cash Flow yang Paling Umum Dihadapi
Masalah kelancaran cash flow memang jadi basic-nya pengelolaan keuangan sehari-hari. Meski mungkin kamu semua sudah hafal betul teori mengatur cash flow, tapi tak sedikit yang sekarang masih mengalami masalah. Padahal, masalahnya juga klasik, berulang-ulang saja. Solusi dari masalah tersebut juga sama saja, hanya disesuaikan dengan kondisi masing-masing yang membuatnya “tampak” berbeda.
Ya, memang demikianlah masalah keuangan kita sehari-hari. Pusarannya kadang bisa dibilang, hanya di tempat. Sederhana banget, sebenarnya.
Berikut beberapa masalah cash flow yang paling umum dihadapi. Barangkali, kamu juga masih mengalaminya sampai sekarang?
Ikuti dulu yuk, video berikut ini.
5 Masalah Cash Flow yang Paling Umum Terjadi
1. Nggak tahu ke mana perginya uang
Gajian sih, satu koma empat. Diterima tanggal satu, sudah koma di tanggal empat. Yha!
Jadi, uang cuma mampir aja di dompet dan rekening. Habis itu, langsung pergi lagi. Udah kayak hubungan tanpa status! #ehgimana
Parahnya lagi, kita sebagai si empunya uang, juga enggak tahu itu uang habis ke mana.
Ini memang masalah cash flow yang klise banget sih. Bisa dibilang so yesterday, tapi ya nyatanya masih banyak yang mengalaminya. Mungkin kamu juga ya? Eh, kok nuduh?
Untuk mengatasinya, kamu perlu tahu dulu jejak pengeluaranmu secara lebih pasti. Cobalah untuk melakukan pencatatan pengeluaran uang selama 30 hari. Kamu bisa gunakan media apa saja untuk mencatatnya, mulai dari aplikasi yang bisa diunduh gratis di smartphone, bisa juga dengan Excel, atau paling kuno: catat di buku catatan dengan cover batik.
Mencatat pengeluaran selama 30 hari akan dapat memberimu gambaran jejak ke mana saja kamu membelanjakan uang. Kamu pun bisa tahu, seberapa banyakkah alokasimu untuk membayar cicilan utang, belanja rutin kebutuhan hidup, investasi, dan lifestyle setiap bulannya.
Jelas kan, sekarang, ke mana saja larinya uangmu?
2. Besar pasak daripada tiang
Ini juga masalah cash flow yang superklasik.
Hal ini bisa terjadi karena berbagai sebab, tapi salah satunya adalah mungkin karena kamu enggak pernah punya rekam jejak ke mana saja kamu membelanjakan uang. Jadi, out of control aja gitu.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Kembali ke catatan pengeluaranmu, dan periksa di bagian mana saja yang kamu kehilangan kendali. Pikirkan satu dan lain cara untuk bisa menguranginya. Mungkin kamu perlu membatasi pergi ke ATM dengan cukup sekali saja seminggu menarik uang?
Yang pasti, ada baiknya kamu atur ulang anggaranmu sesuai pos-pos pengeluaran yang ada. Selanjutnya, disiplin! Berhemat pada pengeluaran jenis tersier, dan ubahlah perilaku konsumtif jika kamu masih melakukannya.
3. Cicilan utang terlalu besar
Setelah melakukan pencatatan, kamu baru sadar kalau cicilan utangmu sangat besar? Pantas saja, uang gajian cuma mampir sebentar di rekening ya?
Proporsi ideal cicilan utang secara total seharusnya tidak melebihi 30% dari penghasilan rutinmu setiap bulannya. Jika ternyata cicilan utangmu lebih besar dari 30%, maka segeralah buat skema paling realistis yang kamu bisa agar bisa mengurangi beban utang ini.
Segera berhemat, potong pengeluaran lifestyle jika tidak mendesak dan penting banget. Misalnya, berlangganan 4 layanan streaming film sekaligus (padahal yang ditonton cuma satu, itu pun di weekend doang). Atau kurangi jajan-jajan yang pakai ongkos kirim besar. Cobalah untuk memasak sendiri, dan cari barang pengganti dengan harga yang lebih terjangkau.
Intinya, segera kurangi rasio utangmu dengan berbagai cara. Berhemat agar kamu mampu melunasi utang yang bisa segera lunasi.
4. Nggak punya tabungan
Padahal sebenarnya porsi untuk menabung atau investasi ini “cukup” hanya 10% saja dari penghasilan setiap bulan loh! Itu adalah rasio yang cukup kecil, yang seharusnya bisa terjangkau oleh siapa pun.
Tak jarang hal ini disebabkan karena kita yang hanya menabung dengan uang sisa bulanan, alih-alih menyisihkan uang untuk tabungan di depan. Atau, cheating. Ambil sedikit-sedikit buat belanja barang-barang lucuk di marketplace, eh … beneran jadi bukit. Bukit pengeluaran yang ambyar.
Coba deh, pisahkan rekening tabungan dan rekening operasional. Setiap awal bulan, atau kapan pun kamu mendapatkan penghasilan, transfer dulu ke rekening tabungan atau investasi dalam bentuk apa pun, sebanyak 10%. Anggap saja sebagai “pajak”.
5. Biaya lifestyle terlalu besar
Hobi belanjakah kamu? Atau gadget kamu harus selalu keluaran terbaru? Atau, tiap hari–sehari 3 kali–mesti pesan makanan online atau beli boba?
Enggak masalah sih, sebenarnya. Tapi pastikan pengeluaran lifestyle ini tidak melebihi 20% dari penghasilan rutin.
Jika kamu memang mengalami kesulitan untuk mengatur pengeluaran lifestyle, coba buat rekening khusus. Setiap bulan, kamu sisihkan sejumlah khusus sesuai kondisimu–dan sebaiknya tak lebih dari 20% tersebut. Kalau kamu pengin membeli gadget terbaru atau belanja sesuatu yang sifatnya tersier, menabunglah dulu di rekening ini, sampai target terpenuhi. Dengan demikian, cash flow harian terlindungi, dan kamu tetap bisa memenuhi keinginanmu juga.
Itu dia beberapa masalah cash flow yang umum dihadapi, berikut cara mengatasinya.
Bagaimana? Apakah kamu masih merasa bingung, atau ada masalah cash flow yang lain? Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Materinya mudah dipahami, disertai dengan modul dan worksheet yang pasti akan mudah diikuti. Segera cek jadwalnya, dan daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Blueprint of Your Money dan 5 Elemen Paling Prinsip yang Ada di Dalamnya
Blueprint of Your Money merupakan konsep asli dalam perencanaan keuangan pribadi yang ditemukan dan dirumuskan oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Diibaratkan sebagai rumah, prinsip inilah yang menjadi basic-nya basic ilmu mengelola keuangan yang akan kita pakai seumur hidup, untuk berbagai tujuan.
So, adalah penting buat kamu untuk memahami dulu konsep Blueprint of Your Money ini, sebelum melangkah ke step selanjutnya dalam pengelolaan keuangan pribadi. Karena, tanpa memahami basic-nya basic ilmu, kamu akan lebih sulit untuk merencanakan keuanganmu sendiri. Bisa jadi, kamu hanya tahu tetapi kurang paham secara mendalam, mengapa kita perlu punya perencanaan keuangan yang menyeluruh. Bahkan, mungkin kamu juga tak memandang pentingnya tujuan keuangan, dan segala macam pernak-pernik yang perlu kita pikirkan sampai mendetail untuk bisa mencapainya.
Padahal, tanpa punya tujuan keuangan sama saja enggak punya tujuan hidup. Karena, kita enggak bisa memungkiri, bahwa uang kita perlukan untuk bisa survive dan bernapas. Uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang.
Nah, lalu mulai dari mana agar bisa paham mengenai prinsip Blueprint of Your Money ini? Sebenarnya, prinsip ini cukup sederhana kok, enggak aneh-aneh dan nggak rumit sama sekali. Kamu hanya perlu memperhatikan dan memahami cara main 5 elemen ini saja.
5 Elemen Terpenting dalam Blueprint of Your Money
1. Financial Check Up
Financial check up merupakan fondasi dari Blueprint of Your Money dan menjadi modal untuk membuat perencanaan keuangan hingga jauh ke depan. Mengapa? Karena dengan melakukan financial check up–seperti halnya melakukan medical check up–kita jadi tahu seperti apa kondisi kesehatan keuangan kita.
Kalau sehat, maka kita bisa melanjutkan dengan membuat rencana keuangan hingga tujuan jangka panjang. Tetapi kalau belum sehat, ya kita “obati” dulu penyakitnya.
Ada 3 rasio dasar keuangan yang harus dicek dalam financial check up ini, yaitu:
- Rasio cicilan utang, yaitu maksimal 30% dari penghasilan rutin bulanan, yang berlaku untuk semua cicilan utang yang kamu miliki.
- Rasio menabung atau investasi, yaitu rasio kemampuanmu untuk bisa menyisihkan uang dari penghasilan setiap bulan ke rekening tabungan atau investasi, yang besarnya minimal 10% dari penghasilanmu.
- Rasio likuiditas, yaitu rasio jumlah aset lancar yang kamu miliki terhadap jumlah pengeluaran bulanan, yang besarnya setidaknya 3 – 6 kali pengeluaran rutin.
Nah, lakukan pencatatan terhadap ketiga rasio ini agar kamu tahu, sebenarnya saat ini keuangan kamu sudah sehat atau belum.
2. Financial Plan
Selanjutnya, jika keuangan sudah cukup sehat, kamu bisa merumuskan financial plan, alias rencana keuanganmu. Ibarat rumah, financial plan dalam Blueprint of Your Money ini adalah lantai satu, di mana terdapat ruang-ruang inti yang paling dibutuhkan. Mulai dari ruang tamu, dapur, dan sebagainya.
Setiap rencana harus punya judul, nilai, dan jangka waktu.
Apa tujuan keuangan yang pengin kamu capai? Dana darurat, dana menikah, dana pendidikan, dana pensiun, atau ada yang lain? Inilah yang akan menjadi judul rencana keuanganmu. Banyak ya? Ya, bagus, itu berarti banyak juga impian yang ingin (dan pasti bisa) kamu raih.
Selanjutnya, tentukan nilai masing-masing tujuan keuangan. Butuh berapa dana daruratnya? Butuh berapa banyak untuk dana pensiun? Baru kemudian, kamu tentukan jangka waktunya, 3 tahun, 5 tahun, sampai 20 tahun.
3. Proteksi
Ibaratnya, kamu sudah punya fondasi dan lantai satu, selanjutnya kamu butuh atap untuk melindungi asetmu dari hujan dan panas.
Dalam keuangan, “atap” yang akan melindungimu berupa asuransi. Proteksi ini akan melindungimu dari berbagai risiko keuangan yang berpotensi menjadi masalah ke depannya.
Ada berbagai asuransi yang bisa kamu beli, tetapi tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan.
4. Status harta dan utang, akses dana darurat, zakat, serta waris
Hal-hal ini yang akan menjadi pilar dari “rumah” keuangan yang kamu miliki, biar asetnya juga nggak ambyar ke mana-mana.
Terutama bagi Muslim, status harta dan utang sangat penting untuk diketahui, karena akan berkaitan dengan waris. Zakat juga menjadi kewajiban bagi umat Muslim.
Sedangkan, akses dana darurat akan menjadi sangat penting. Yang sering terjadi adalah ketika si pengatur keuangan dalam rumah mengalami sakit atau kesulitan, anggota keluarga yang di rumah lainnya malah enggak bisa mengakses dana darurat ini.
5. Aset aktif
Sudah punya fondasi, lantai satu dengan ruangan-ruangan inti, juga ada pilar dan atap, sekarang kamu bisa mulai memikirkan lantai kedua dari “rumah keuangan”-mu.
Di lantai dua ini, ada berbagai aset aktif yang perlu untuk kamu miliki, yang bisa berupa bisnis, properti, dan surat berharga.
Nah, jika kamu ingin lebih mendalami mengenai Blueprint of Your Money, ayo, segera cek jadwal kelas finansial online QM Financial! Kelas Blueprint of Your Money merupakan kelas-sangat-wajib yang harus kamu ikuti sebelum ikut kelas-kelas keuangan yang lain, sehingga selalu akan ada jadwalnya di setiap bulan, dan langsung diampu oleh lead trainer Ligwina Hananto.
Segera cek jadwalnya, dan daftarkan dirimu ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Alasan Terbesar Mengapa Pegawai Negeri Sipil (PNS) Harus Dapat Mengelola Uang Sejak Dini
Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil itu diartikan oleh sebagian orang bahwa kita akan mendapatkan berbagai macam privilege dan fasilitas, yang tak semua orang berkesempatan untuk mendapatkannya. Fasilitas ini tentulah memberikan keuntungan tersendiri bagi PNS yang bersangkutan. Namun, ternyata di balik itu, ada kewaspadaan pula yang seharusnya muncul dalam soal mengelola uang dengan bijak.
Ini pastinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pegawai negeri sipil, di samping adanya keuntungan yang didapatkan. Yah, namanya juga hidup kan, tantangan dan peluang itu kan selalu datang dalam satu paket, sejatinya.
Jika seorang pegawai negeri sipil abai akan tantangan keuangan yang timbul bersamaan dengan keuntungan dari pemanfaatan fasilitas dan privilege yang disediakan, tentunya hal ini akan berpotensi munculnya masalah keuangan di kemudian hari. Contohnya, banyak pensiunan PNS yang akhirnya harus menggantungkan hidupnya di masa pensiun dari keturunannya. Mata rantai sandwich generation pun menjadi tak dapat diputuskan.
Karenanya, adalah penting bagi setiap pegawai negeri sipil untuk bisa mengelola uang sejak dini, sejak ia dinyatakan diterima dalam tes CPNS. Selain karena alasan di atas, juga karena alasan-alasan berikut ini.
Perlunya bagi Pegawai Negeri Sipil untuk Dapat Mengelola Uang Sejak Dini
1. Bahaya Psikologis atas Keamanan dan Kenyamanan yang Diberikan
Rasa aman itu memang membuat kita nyaman. Betul enggak? Tapi kadang yang terjadi justru menjadi terlalu nyaman, sehingga kita abai akan “bahaya” yang semakin mendekat.
Jaminan pensiun, misalnya, sudah menjadi salah satu fasilitas yang ditawarkan pemerintah kepada mereka yang mengabdikan diri untuk negara. Karena sudah merasa dijamin, akhirnya banyak dari PNS yang merasa tidak perlu untuk melakukan apa pun untuk mempersiapkan masa pensiun.
Setelah masa pensiun tiba, dan menerima uang pensiun sesuai yang ditetapkan, baru deh terasa bahwa uang pensiun ternyata tak bisa mencukupi kebutuhan yang sudah terlanjur mengikuti gaya hidup sebelumnya. Tak jarang, para pensiunan ini jadi terpaksa kembali bekerja apa saja, demi mendapatkan tambahan uang.
Rasa aman ini memang bisa membahayakan, jika kita tak pandai-pandai mengelola keuangan sejak dini.
2. Tidak semua fasilitas bersifat permanen
PNS golongan tertentu memang mendapatkan fasilitas yang menjadi benefit sebagai abdi negara. Misalnya saja berupa rumah ataupun mobil dinas. Fasilitas ini boleh dipakai dan dipergunakan selama yang bersangkutan masih berstatus sebagai pegawai negeri sipil, alias ASN.
Sayangnya, banyak yang lantas lupa, bahwa begitu sudah tidak berstatus PNS, maka fasilitas ini harus dikembalikan ke kantor tempatnya bekerja. Alhasil, rumah dinas pun harus diserahkan kembali begitu memasuki usia pensiun.
Jika kita tidak bersiap, lalu mau tinggal di mana?
Hal ini bisa menjadi mimpi buruk setiap pensiunan pegawai negeri sipil yang mengalaminya. Sebagian besar mungkin bisa menjawab, bahwa mereka bisa menumpang tinggal di rumah anak. Namun, apakah enggak pengin bisa hidup mandiri di rumah sendiri? Pastinya hal ini akan lebih nyaman kan?
3. Uang pensiun hanya diperhitungkan dari gaji pokok
Kadang kita lupa, bahwa gaji yang diterima sekarang adalah take home pay. Artinya, gaji yang diterima meliputi gaji pokok, tunjangan-tunjangan, dan insentif-insentif yang menjadi kompensasi benefit dari kantor tempat kita bekerja.
Sedangkan, perhitungan alokasi dana pensiun yang diberikan dari BPJS Ketenagakerjaan dilakukan dari persentase gaji pokok. So, bisa dibayangkan, para pensiunan pegawai negeri sipil yang sebelumnya bisa hidup dari gaji pokok + tunjangan, sekarang harus bisa bertahan hidup dengan sekian persen dari gaji pokok.
Cukup berat kan ya?
Beberapa riset membuktikan, bahwa seseorang dikatakan menjalani masa pensiun sejahtera, ketika ia bisa mendapatkan at least 70% dari gaji terakhirnya sebelum pensiun setiap bulannya. Namun, dengan perhitungan Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan, maka seorang pensiunan “hanya” akan mendapatkan 10 – 30% dari gaji terakhirnya sebelum pensiun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
Nah, dengan beberapa alasan di atas, rasanya kita sudah yakin sekarang bahwa adalah penting bagi PNS untuk dapat mengelola keuangan dengan baik sejak dini.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Yuk, Belajar Finansial bareng QM Financial di Udemy!
Semakin banyak orang merasa perlu untuk belajar finansial. Ndilalahnya, zaman sekarang semakin mudah pula untuk belajar apa pun, termasuk finansial. Nggak terbatas waktu, nggak mesti datang ke suatu tempat dan berada dalam ruangan tertentu.
Belajar finansial bisa dari mana saja!
Ya, asalkan kamu memang sudah punya sarana dan prasarananya. Meski demikian, sarana dan prasarana yang dibutuhkan juga lazim-lazim aja kok, biasanya juga sudah dimiliki oleh semua orang. Kalau enggak laptop, ya smartphone.
Salah satu tempat belajar finansial yang bisa menjadi opsi termudah saat ini adalah belajar di Udemy. QM Financial punya satu materi juga di sana, dan saat ini menjadi salah satu kursus best seller di Udemy.
Apa Enaknya Belajar Finansial di Udemy
Tentu saja, ini ada kaitannya dengan preferensi. Jika memang kamu sudah pernah ikut kelas finansial online QM Financial, dan merasa nyaman belajar dengannya, maka berarti cara belajar finansial melalui kelas virtual ini cocok buat kamu.
Tetapi, ada juga yang punya kebutuhan lain. Misalnya, mereka yang jadwalnya enggak bisa cocok dengan jadwal kelas finansial online QM Financial yang rata-rata diadakan malam hari. Bisa jadi kan, lokasi di luar negeri sehingga ada perbedaan waktu. Atau ada juga yang kalau malam sudah tinggal sisa-sisa tenaga, sehingga rasanya sulit banget menyerap materi. Paling cocok jadwalnya ya weekend, barangkali. Tapi QM Financial tidak ada kelas di weekend.
Nah, jadi susah menyesuaikannya kan? Padahal ya butuh untuk belajar secara komprehensif, dengan kurikulum yang teratur agar lebih mudah memahaminya.
So, di sinilah kamu bisa memanfaatkan Udemy.
Beberapa Keunggulan Kelas di Udemy
Fleksibel
Waktunya jelas fleksibel. Kamu bisa menyesuaikannya dengan jadwal waktumu sendiri. Karena, tidak seperti jadwal kelas tatap muka virtual yang waktunya ditentukan, di sini materi berupa modul, video, worksheet, bisa kamu unduh, baca, tonton, dan pelajari secara mandiri.
Terjangkau
Harga pembelajaran di Udemy ini sangat terjangkau. Misalnya saja untuk materi Berkenalan dengan Financial Planning ini, dengan hanya Rp279.000, kamu bisa belajar 7 topik sekaligus loh, yaitu:
- Berkenalan dengan Financial Planning
- Financial Independence
- Budgeting
- Financial Check Up
- Menyusun Tujuan Finansial
- Berkenalan dengan Investasi
- Berkenalan dengan Proteksi
Terjangkau banget kan? Itu belum termasuk kalau kamu dapat penawaran diskon atau promo loh. Dijamin, dengan bahasa pengantar yang simpel dan efektif, kelas bisa kamu ikuti dengan baik, meski kamu belajar secara mandiri. Jangan lupa modulnya dipelajari, dan worksheetnya diisi ya.
Akses Seumur Hidup
Asyiknya, ketika kamu sudah membeli materi kursus di Udemy, kamu pun mendapatkan akses seumur hidup untuk membuka-buka materi lagi kapan pun selamanya. Nggak ada batasan waktu. Jadi, kalau lupa, tinggal login lagi ke Udemy dan baca-baca atau tonton videonya.
Dapat Sertifikat
Ketika kamu sudah menyelesaikan kursusmu di Udemy, kamu juga bisa mendapatkan sertifikat loh! Seneng kan, sebagai tanda bahwa kamu sudah tamat belajar?
Bagaimana Cara Ikutan Belajar Finansial bareng QM Financial di Udemy?
Gampang kok. Kamu langsung saja ke Udemy.com, atau bisa juga download aplikasinya di smartphone kamu. Signup dengan email yang saat ini masih berlaku, atau login saja jika kamu sudah pernah mendaftar sebelumnya.
Lalu ketik saja di kolom Pencarian atau kotak Search: Berkenalan dengan Financial Planning.
Ketika laman kursus Berkenalan dengan Financial Planning sudah terbuka, kamu bisa langsung saja klik “Buy Now”, atau “Add to Cart” jika semisal kamu masih pengin memilih kursus yang lain. Jika sudah, lakukan checkout.
Selanjutnya, kamu harus memilih metode pembayaran yang sesuai. Bisa dengan kartu kredit, bank transfer, bisa lewat minimarket, juga dengan e-wallet. Buat kamu yang punya akun Paypal juga bisa loh.
Setelah itu, klik “Complete Payment”, dan ikuti prosedur selanjutnya, sesuai dengan metode pembayaran yang sudah kamu pilih. Jika pembayaran sudah terkonfirmasi, kamu pun sudah bisa mulai mengikuti kursus Berkenalan dengan Financial Planning.
Saat ini, QM Financial memang baru memiliki satu materi kursus di Udemy. Tetapi, pasti sebentar lagi, bakalan menyusul materi-materi kursus berikutnya. Tunggu saja updatenya dari kami ya.
Yuk, belajar finansial mandiri di Udemy!
Dana Pensiun Lembaga Keuangan: Beberapa Hal yang Harus Dipahami
Setiap orang yang hari ini produktif bekerja, pada akhirnya akan harus pensiun juga. Alasannya kurang lebih pasti juga sama, energi sudah berkurang, dan memang sudah waktunya beristirahat. Masalahnya, dengan kondisi sudah tidak produktif, padahal kebutuhan hidup akan terus ada, harus dengan apa para pensiunan menghidupi dirinya sendiri? Tentunya dengan dana pensiun.
Ada banyak cara untuk membuat atau membangun dana pensiun. Salah satunya adalah dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Tapi mengapa penting bagi kita untuk menyiapkan dana ini sekarang? Yuk, simak dulu video berikut ini.
Apa Sih Dana Pensiun Lembaga Keuangan?
Dana Pensiun Lembaga Keuangan, atau DPLK, merupakan program dana pensiun yang diselenggarakan oleh institusi keuangan sebagai opsi membangun dana pensiun bagi karyawan, pekerja lepas, atau perorangan mandiri lainnya, atau bisa juga dimanfaatkan oleh suatu perusahaan bagi karyawannya.
DPLK ini bisa dibilang bisa menjadi alternatif program pensiun selain Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan.
Penyelenggaran DPLK adalah bank ataupun perusahaan asuransi. So, jika kamu ingin ikut program ini, kamu bisa langsung mendatangi kantor bank ataupun perusahaan asuransi terdekat yang terpercaya di kotamu.
Manfaat Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Ada 2 manfaat yang bisa didapatkan dari program dana pensiun DPLK ini, yaitu:
Bagi pekerja:
- Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama pensiun
- Menjadi salah satu faktor pengurang pajak penghasilan PPh21 dengan hasil investasi bebas pajak.
- Besaran iuran fleksibel, bisa ditentukan sesuai kemampuan dan kebutuhan.
Bagi perusahaan yang mengikutsertakan karyawannya dalam program DPLK:
- Untuk meminimalkan risiko masalah keuangan lantaran menanggung jaminan pensiun karyawan yang jumlahnya cukup banyak
- Menjadi salah satu faktor pengurang pajak penghasilan badan atau usaha seperti yang diatur dalam PPh25
- Menjadi salah satu benefit kompensasi bagi karyawan
- Bisa lebih fokus pada hal penting lainnya, terkait strategi dan operasional bisnis
Kalau Sudah Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan, Apakah Masih Perlu Ikut Program DPLK?
Nah, ini pertanyaan terbesarnya, ya kan? Sebenarnya, hal ini sudah pernah dibahas juga dalam artikel lain di web ini, tentang cukup enggaknya dana pensiun hanya dengan JP dan JHT. Kamu bisa membacanya dengan lebih detail.
Perlu atau tidak, pada dasarnya, kembali ke kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Namun, pada kenyataannya, masih banyak yang mengeluhkan kurangnya uang pensiun padahal sudah diikutsertakan pada program dana pensiun pemerintah tersebut.
Hal ini tidak mengherankan sebenarnya, karena menurut aturannya, dengan program dari pemerintah ini, para pensiunnya “hanya” akan menerima 30% dari gaji terakhir mereka sebelum pensiun. Padahal untuk bisa pensiun sejahtera, dengan gaya hidup yang tak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya, kita akan memerlukan 70% dari gaji terakhir sebelum kita masuk ke masa pensiun.
Alhasil, uang bulanan pensiun tidak memadai untuk hidup sehari-hari, dan banyak para pensiunan yang pada praktiknya enggak dapat menikmati masa pensiunnya dengan beristirahat menikmati hasil jerih payah, namun justru harus kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Di sisi inilah, DPLK–atau program Dana Pensiun Lembaga Keuangan–bisa menjadi tambahan terhadap Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan.
Cara Menjadi Peserta Program DPLK
Kalau kamu bekerja di sebuah perusahaan, kamu tinggal tunggu saja pendaftaran kolektif yang biasanya diadakan oleh bagian HR. Jika belum, kamu sebenarnya bisa mengusulkannya juga loh.
Namun, jika kamu hendak menjadi peserta mandiri, kamu bisa datang langsung ke kantor penyelenggara DPLK, yakni bank ataupun perusahaan asuransi, untuk membuat rekening dana pensiun. Selanjutnya, prosedurnya kurang lebih sama dengan kalau kamu membuka rekening di bank; ada formulir yang harus diisi, memberikan kartu identitas, dan sebagainya.
Ketika keanggotaanmu sudah aktif, kamu akan memiliki kartu anggota DPLK, dan nanti akan berhak atas dana pensiun sesuai jumlah simpanan kamu.
Jika kamu terdaftar atas nama kantor, biasanya akan disepakati jumlah setoran per proporsinya; kantor sekian persen, dan kamu sekian persen. Namun, jika kamu adalah peserta mandiri, ya semuanya menjadi kewajibanmu pribadi. Setoran ini akan diminta setiap bulan, dan akan dicairkan menjelang pensiun.
Dana setoranmu akan diinvestasikan oleh penyelenggara DPLK ke instrumen tertentu, dengan–tentunya–risiko tetap pada peserta DPLK sebagai investor. Dana pensiun kelak adalah jumlah setoran ditambah dengan hasil investasi ini.
Nah, bagaimana? Tertarikkah kamu untuk membangun dana pensiunmu sendiri dengan DPLK? Atau, kamu butuh ilmu lebih banyak mengenai pengelolaan dana pensiun, yang salah satunya dapat diperoleh dengan DPLK?
Yuk, undang tim QM Financial untuk datang ke kantormu, dan adakan training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.