Pandemi Jadi Endemi, Lalu Apa yang Harus Kita Siapkan?
Beberapa waktu yang lalu, ada wacana resmi dari pemerintah yang disampaikan oleh Menkes Budi Gunadi, bahwa kita harus bersiap ketika pandemi jadi endemi.
Apa sih bedanya pandemi dan endemi?
Pandemi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Wabah ini menyebar, melintasi batas negara, hingga mengancam populasi bumi.
Endemi, masih menurut KBBI, adalah penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat. Kalau wabah tersebut kemudian bergerak ke sejumlah wilayah, maka akan disebut epidemi. Kalau lebih luas lagi menjadi pandemi.
Wacana pandemi jadi endemi didengungkan oleh pemerintah, lantaran sudah hampir yakin bahwa virus COVID-19 tidak akan pernah benar-benar pergi dari bumi ini. Karena itulah, kita diminta untuk bersiap hidup berdampingan dengan virus ini ketika pandemi jadi endemi. Tak perlu selalu panik dan ketakutan, tetapi juga waspada.
Sejarah Penyakit di Dunia
Bumi sebenarnya sudah tak asing dengan berbagai endemi, epidemi, dan pandemi.
Kita pernah terlibat dengan SARS tahun 2003, yang kala itu menyebar dari Guangdong. Juga virus Ebola di tahun 2014 dari Afrika Barat. Korbannya sempat banyak, tetapi dengan gercep, para pakar kesehatan dunia berhasil mengenali dan langsung mengisolasi agar tak sampai tersebar lebih lyas.
Kalau mau lebih menengok ke belakang lagi, kita juga sempat dilanda flu Spanyol di tahun 1918. Karena ilmu kedokteran belum secanggih sekarang, nyaris tak ada hal yang bisa dilakukan untuk melawannya. Akibatnya, korban jatuh sangat banyak, sampai 50 juta jiwa. Tahun 1919, wabah ini hilang dengan sendirinya lantaran masyarakat dunia telah mencapai herd immunity.
Lalu ada juga wabah flu burung, yang meskipun dinilai salah satu yang terganas, tapi penularannya kecil.
COVID-19 punya karakteristik yang berbeda dengan wabah yang sudah-sudah. Gejalanya yang terlalu biasa, membuat kita sama sekali tak waspada. Karena itu, setelah berjuang selama hampir 2 tahun, sekarang kita harus bersiap untuk hidup berdampingan dengan virus ini, selayaknya dengan virus influenza biasa. Kita harus beradaptasi, agar hidup kita tak harus berhenti. Harapannya tentu saja, ketika nantinya pandemi jadi endemi, tercapai herd immunity, dan pada akhirnya, virus ini pun terjinakkan dengan sempurna.
Apa yang Harus Kita Lakukan Ketika Pandemi Jadi Endemi?
Pandemi COVID-19 merupakan disrupsi terhadap berbagai aspek dan kebutuhan hidup kita. Mau tak mau, ya kita harus beradaptasi.
Pemerintah sudah menyiapkan banyak skenario. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai diterapkan sekarang. Misalnya seperti pemberlakuan screening melalui aplikasi Pedulilindungi ketika kita akan masuk ke fasilitas publik; mal, kafe, supermarket, dan sejenisnya.
Ke depannya, akan lebih banyak hal baru yang harus juga kita lakukan, dan harus mulai dijadikan kebiasaan. Lalu, apa yang harus kita siapkan?
1. Selalu taat prokes
Jangan pernah kendur! Disiplin protokol kesehatan setiap saat. Pakai masker, dan selalu sedia hand sanitizer. Kalau ada tempat cuci tangan, ya cuci tangan dengan rajin. Hindari kerumunan, kurangi berada di satu ruangan tertutup terlalu lama apalagi yang sirkulasi udaranya kurang baik.
Jadikan ini sebagai kebiasaan baru, yang harus kita lakukan setiap saat.
2. Pastikan asuransi kesehatan tetap aman
Asuransi menjadi salah satu keharusan untuk dimiliki. Yang paling penting adalah asuransi kesehatan. Jangan tunda lagi untuk dibeli ya.
Kamu bisa menjadi peserta BPJS Kesehatan, asuransi dari pemerintah yang manfaat perlindungannya paling lengkap, dengan iuran premi yang sangat terjangkau. Itu saja juga sudah cukup.
Tentunya, kamu juga bisa cek dengan kebutuhanmu sih. Kalau memang perlu tambahan perlindungan lagi, tak ada salahnya untuk mengambil polis asuransi kesehatan swasta juga.
3. Amankan dana darurat
Dana darurat juga jadi salah satu hal yang harus jadi perhatian, untuk mempersiapkan diri beradaptasi dalam pandemi jadi endemi.
Mengapa?
Karena masih akan banyak ketidakpastian ke depannya. Banyak prediksi yang optimis, tapi tak kurang yang bikin hati ketar-ketir. Salah satunya, diprediksi akan datang gelombang ketiga COVID-19. Memang seharusnya hal ini tak membuat kita jadi panik berlebihan, tetapi harus siap dan waspada.
Salah satu cara untuk siap dan waspada adalah dengan memastikan dana darurat kita aman, yang bisa jadi jaring penyelamat jikalau ada krisis datang kembali.
4. Ubah anggaran
Anggaran belanja sudah pasti berubah lagi. Untuk bersiap beradaptasi pandemi jadi endemi, pos kesehatan harus lebih diprioritaskan. Tambahkan vitamin, masker, hand sanitizer dalam daftar kebutuhan pokok.
Jangan lupa juga, tambahkan anggaran tes PCR dan tes lainnya, jika memang dibutuhkan.
5. Jaga solidaritas
Yang terakhir dan tak kalah penting, tetap jaga solidaritas bersama.
Ingat, masyarakat Indonesia itu juara banget kalau masalah membantu orang lain, ya kan? Pastinya, ke depannya, hal ini tetap harus dipertahankan. Karena, kalau bukan kita yang saling bantu, ya siapa lagi?
Yuk, bisa yuk! Mau pandemi jadi endemi, pemulihan ekonomi berjalan, hidup kembali jadi normal? Ya, mari kita bersiap sejak sekarang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Soal Donasi Uang dan Jadi Relawan, Orang Indonesia Ternyata Juara! – Survei Terbaru dari CAF
Charities Aid Foundation, atau CAF, sebuah lembaga amal internasional di Inggris, merilis laporannya baru-baru ini yang bertajuk World Giving Index, atau WGI 2021, atau yang disebut juga Laporan Indeks Kedermawanan Dunia. And, surprise! Masyarakat Indonesia ternyata menjadi yang terdepan soal donasi uang dan menjadi sukarelawan.
Yes, bahkan di tengah masa pandemi COVID-19 seperti ini sekalipun, ternyata tak menyurutkan kita untuk berbagi dalam berbagai bentuk dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan.
Orang Indonesia Paling Rajin Donasi
CAF memang secara rutin mengeluarkan laporan seperti ini selama lebih dari satu dekade, dan memberikan data riil bagaimana orang-orang dari berbagai negara terpanggil untuk mau menolong sesamanya.
Tentunya, laporan ini jadi menarik lantaran saat ini kita berada di situasi sulit, ketika semua orang sama-sama merasakan dampak akibat pandemi. Banyak orang kehilangan pekerjaan, jatuh sakit, hingga terlilit masalah keuangan.
Dalam laporannya ini, CAF memberikan skor 69 untuk masyarakat Indonesia, melonjak tajam dari skor 59% pada laporan WGI tahun 2018. Indonesia menjadi yang tertinggi pada 2 dari 3 indikator, yaitu donasi (83%) dan menjadi sukarelawan (60%). Indikator ketiga adalah menolong orang asing, yang sayangnya Indonesia tidak menjadi yang tertinggi juga.
Para peneliti CAF sepakat, kedermawanan orang Indonesia tak ada tandingannya di dunia. Apalagi di ASEAN, sangat jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Bisa dibilang, 8 dari 10 orang Indonesia donasi uang di tahun 2021, dan skor niat menjadi sukarelawan 3 kali lebih besar daripada skor global.
Mau Donasi Uang Sekarang Gampang, Soalnya!
Kedermawanan orang Indonesia didukung pula oleh ekosistem crowdfunding yang memang berkembang seiring pesatnya kemajuan teknologi. Di zaman yang dituntut serbacepat, serbamudah, dan serbapraktis seperti ini, orang-orang mau donasi uang juga maunya yang gampang-gampang aja. Sekarang ada KitaBisa, Benih Baik, WeCare, bahkan di dompet-dompet digital atau di marketplace juga adaaa … aja yang bisa dipakai untuk berbagi dengan sesama.
Fenomena ini tentunya mesti kita syukuri, ya kan? Bayangkan, kita semua kena dampak, kita semua mengalami kesulitan, dan harus berjuang dengan cara masing-masing di tengah pandemi, tapi masih sempat mikirin orang lain. Bahkan dengan senang hati membantu loh. Sudah pasti ini adalah kebiasaan bangsa yang besar, ya kan?
So, kamu pastinya mau dong ya, melanjutkan kebiasaan baik ini; membantu teman-teman yang membutuhkan dengan donasi uang, beri bantuan dalam bentuk apa pun, atau menjadi relawan?
Satu hal yang harus kamu perhatikan—terutama jika kamu memang suka donasi uang—kamu harus memastikan keuanganmu sendiri tetap sehat. Pasalnya, ya kalau ternyata kamu sendiri masih belum sehat keuangannya, kebiasaan yang seharusnya baik ini bisa malah jadi bumerang buatmu.
Tetap Rajin Donasi Uang dan Bantu Sesama dengan Cara Ini
1. Jadikan sebagai bagian dari rencana keuangan
Di QM Financial, kita memang membagi pos pengeluaran ke dalam 5 kategori, yaitu belanja kebutuhan, cicilan utang, investasi, sosial, dan lifestyle. Nah, berbagai donasi uang dan bentuk sumbangan lainnya ini adalah termasuk dalam pos pengeluaran sosial.
Besarnya bisa menyesuaikan. Biasanya sih kita menentukan 2.5% karena berdasarkan perhitungan zakat bagi yang beragama Islam. Namun, kalau kamu mau menambahkan porsinya, tentu akan baik sekali. Sesuaikan dengan kondisimu, dan yang pasti, jangan sampai melebihi kemampuan finansialmu ya.
2. Cari cara donasi yang paling asyik
Misalnya saja, kamu bisa donasi uang dari sisa diskon belanja online. Seharusnya kamu belanja dan membayar Rp200.000, tetapi karena ada diskon, cashback, plus gratis ongkir, kamu pun hanya perlu membayar Rp150.000. Nah, sisa diskon bisa deh kamu donasikan pada mereka yang membutuhkan.
Dengan begini, kamu senang karena bisa dapat diskon, plus bisa donasi uang sekalian. Simpel kan?
Carilah cara yang paling asyik, yang membuatmu bisa berbagi dengan rasa bahagia. So, kamu akan berbagi dengan ikhlas juga. Apa yang paling menyenangkan kalau bisa membantu dengan ikhlas hati, ya kan?
3. Tak selalu harus dalam bentuk uang
Biasanya, banyak yang menganggap donasi uang itu adalah yang paling mudah. Yang menerima biasanya juga lebih suka, karena uang bersifat lebih fleksibel.
Tetapi, tak selamanya harus berdonasi dalam bentuk dana juga kok. Bisa juga berupa barang atau hal lain, sepanjang memang diperlukan oleh mereka yang akan menerima donasinya.
Misalnya, korban banjir, korban kebakaran, biasanya akan kehilangan banyak pakaian. Kalau kamu punya pakaian yang masih bagus tapi sudah jarang kamu pakai, kamu bisa donasikan pada mereka. Sekalian decluttering rumah kan ya? Konon, decluttering juga bagus untuk kesehatan mental loh!
Senang rasanya kalau masyarakat tetap bisa berbagi meski masih dalam masa krisis begini. Mari kita semangat lagi, agar bersama-sama bisa keluar dari masa sulit ini. Dengan berbagi beban, kita pasti bisa melakukannya.
Perbanyak donasi uang, barang, atau bisa juga berbagi dalam bentuk lainnya. Apa pun yang kamu berikan pasti akan berarti bagi mereka. Yang penting, jangan menyulitkan dirimu sendiri juga, apalagi dari segi finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bebas Finansial: Butuh Berapa Banyak?
Punya cita-cita mencapai bebas finansial? Sepertinya hampir semua orang punya keinginan dan cita-cita seperti ini. Namun, sayangnya, masih banyak yang memahami kondisi bebas finansial sebagai definisi dari ‘kaya’. Padahal, keduanya jelas berbeda.
Kamu enggak perlu jadi kaya untuk bisa merasakan bebas finansial.
Dalam banyak sesinya saat menjadi pemateri dalam berbagai kesempatan webinar ataupun training, Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, sering bercerita bagaimana beliau pernah merasakan berada dalam level bebas finansial. Itu terjadi ketika sang suami berhenti bekerja dan mereka harus hidup dari aset aktif yang dimiliki, berupa resto dan apartemen.
Jadi, bukan kaya atau tidak, tetapi bebas finansial merupakan kondisi ketika kita bisa mendapatkan penghasilan pasif dari aset aktif secara teratur.
Kalau sudah sampai level itu, bisakah kita turun level lagi menjadi tidak bebas finansial kembali? Bisa banget. Kondisi kita juga selalu dinamis. Dan, turun level itu nggak masalah, asalkan kita memang sudah siap dan punya strategi pengelolaan keuangan yang baik.
Nah, ada satu koentji terbesar dalam hal ini, yaitu penyiapan aset aktif yang baik, sehingga dapat memberikan pemasukan untuk dipakai memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tanpa harus bekerja secara aktif.
Untuk itu, kamu perlu menghitung berapa besar kebutuhan hidup yang harus dipenuhi selama fase bebas finansial itu.
Menghitung Kebutuhan Bebas Finansial
Untuk bisa bebas finansial sepenuhnya, kamu butuh masa persiapan. Persiapan untuk apa? Ya, untuk mempersiapkan berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan berapa penghasilan pasif yang kamu inginkan.
Ya, bebas finansial bukan berarti kaya raya, tajir melintir, duit tumbuh di pohon. Kamu juga bisa tetap bekerja saat berada dalam fase bebas finansial, tetapi kamu bekerja sudah bukan demi upah yang akan kamu gunakan untuk bayar cicilan dan berbagai kebutuhan. Kamu bekerja karena kamu sangat menyukai pekerjaanmu, dan mendapatkan imbalan bukan jadi target utama.
Mari kita coba membuat asumsi perhitungan.
Misalnya, sekarang kamu berusia 20 tahun. Kamu berencana untuk bebas finansial di usia 40 tahun. Berarti usia produktif kamu adalah 20 tahun. Inilah kesempatan kamu mengumpulkan dana sampai cukup, sebagai bekal hidup nanti begitu saatnya tiba.
Asumsikan biaya hidupmu sekarang Rp10 juta per bulan. Sekarang, kamu perlu menghitung future value-nya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
FV=PV(1+i)n
Dengan:
FV = future value
PV = present value
i = tingkat inflasi
n = jangka waktu
Dengan dihitung menggunakan rumus yang sama, maka ketemulah, 20 tahun nanti, pengeluaran Rp10 juta sekarang akan setara dengan Rp20 juta koma sekian.
Ini artinya, untuk biaya hidup dalam satu tahun, akan dibutuhkan dana sebesar:
20 juta x 12 bulan
= 240 juta.
Dengan angka harapan hidup di Indonesia yang 73 tahun, maka kamu akan butuh dana tersebut untuk 33 tahun. Dengan demikian, perhitungan biaya hidupmu selama bebas finansial adalah 240 juta x 33 tahun.
Hasilnya adalah Rp7.9 miliar.
Ini adalah estimasi kasar dengan asumsi, dan ingat, bahwa asumsi selalu salah. Ingat juga, bahwa kebutuhan hidupmu dengan orang lain bisa saja berbeda. Pun kebutuhan hidup di masa bebas pensiun dengan sekarang bisa jadi juga berbeda. Jadi, silakan disesuaikan ya.
Mencapai Bebas Finansial
Nominal Rp7.9 miliar sudah pasti bukan angka kaleng-kaleng. Itu nominal yang cukup besar!
Tenang, nggak usah panik. Setelah mengetahui besaran kebutuhan yang harus kamu penuhi, sekarang waktunya membuat rencana keuangannya.
Dan, catat ya. Bahwa nominal sebesar itu tak harus dipenuhi sekaligus kok. Kamu boleh membuatnya dalam bentuk tahapan-tahapan. Ada beberapa level yang memang harus kita lalui untuk kemudian bisa mencapai bebas finansial. So, merencanakan hal ini sudah pasti bukan pekerjaan semalam. Apalagi saat mengeksekusinya. Kamu toh punya waktu 20 tahun untuk menyiapkannya.
Jadi, sekarang mendingan kamu belajar keuangan dulu, dan mencari tahu bagaimana cara mengatur keuangan demi mimpi bebas finansial ini.
QM Financial punya modul khusus buatmu, yang bisa dijadikan media belajar tanpa terpatok jadwal dan ruang. Ada di Udemy, Journey to Financial Freedom. Dalam modul ini, kita akan membahas persiapan Dana Pensiun, Aset Aktif, dan 7 Langkah Siap Pensiun. Enggak cuma itu, kamu juga akan belajar 3 langkah menuju kebebasan finansial dan 5 alasan kenapa kamu perlu menyiapkan dana pensiun sejak dini.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Kiat Amankan Tabungan untuk Karyawan yang Suka Sabotase Keuangan Sendiri
Bukan orang jahat atau scammer yang menjadi ancaman bagi keuangan kita. Kadang, ancaman itu justru datang dari kita sendiri yang suka menyabotase tabungan. So, kita perlu trik khusus nih, demi amankan tabungan.
Berarti, kita sebenarnya lebih “berbahaya” daripada para scammer itu ya? Iya.
Hal ini juga diungkap oleh sebagian besar klien dan peserta training keuangan karyawan yang diselenggarakan oleh QM Financial. Ternyata cukup banyak karyawan yang enggak bisa menabung, lantaran lebih sering disabotase sendiri.
Bayangkan saja. Kita sudah susah payah menyisihkan sebagian gaji kita sebagai karyawan untuk bisa ditabung. Padahal, kita menabung (dan juga berinvestasi) agar kita bisa mewujudkan mimpi kita, betul? Sayangnya, tujuan dan mimpi nggak jadi kenyataan, lantaran tak jarang kita malah menyabotasenya sendiri.
Usaha menabung itu enggak mudah. Apalagi kalau kita adalah karyawan dengan gaji yang masih pas-pasan, pun buat sebagian orang yang memang punya beberapa kebiasaan kurang baik dalam keuangan. Bagi mereka, menabung jadi perjuangan tersendiri. Kebayang kan, sudahlah susah menabung, eh masih saja terus disabotase.
So, kita memang perlu tahu cara amankan tabungan nih. Bagaimana menghindarkan tabungan dari “tangan usil” kita sendiri.
Simak ya, ulasannya berikut ini.
5 Kiat Amankan Tabungan dari Usaha Sabotase Kita Sendiri
1. Tetapkan tujuan untuk berbagai aktivitas keuanganmu
Sabotase keuangan sendiri itu kadang terjadi lantaran kita enggak punya motivasi atau target dalam melakukan pengelolaan keuangan, sehingga kita pun jadi tak fokus pada apa yang ingin kita raih dalam hidup.
Taruhlah, menabung. Kita enggak tahu mau untuk apa uang di tabungan itu kalau nanti sudah terkumpul. Karena toh enggak ada target, nggak ada kebutuhan apa-apa, ya sudah, dipakai saja buat kebutuhan sekarang.
Coba rasakan bedanya, ketika kita memberikan “judul” untuk tabungan kita.
Misalnya, dana yang akan terkumpul dalam tabungan ini untuk dana darurat. Dana ini nanti akan dipakai kalau-kalau perlu uang dadakan, untuk keperluan urgent, misalnya biaya servis laptop rusak, ganti ban bocor, kendaraan atau elektronik rewel, dan sebagainya.
Karena ada dana di tabungan itu nanti bakalan ada gunanya, maka kita pun bisa amankan tabungan dari upaya sabotase sendiri.
2. Kenali pos mana yang sering menjadi “pemancing” sabotase tabungan
Apa yang sering menjadi penyebab kamu menyabotase tabungan sendiri? Ini penting untuk kamu sadari agar bisa amankan tabungan.
Apakah kamu mudah tergoda diskon dan promo? Apakah kamu terlalu gampang mengiyakan ajakan untuk hangout di kafe setiap afterhours? Apakah kamu kecanduan games yang mengharuskanmu membeli gems, rubies, atau sejenisnya untuk naik level?
Cermati, apakah hal-hal tersebut bisa dikurangi, dihindari, atau dihemat?
Misalnya, karena kamu mudah tergoda diskon dan promo, maka kurangi kegiatan window shopping—baik secara offline maupun online. Kamu boleh ambil promo dan diskon hanya untuk barang-barang esensial yang benar-benar kamu butuhkan, bukan keinginan semata.
Atau, karena kamu memang enjoy hanging out dengan teman-temanmu, maka tak apa sekali waktu mengiyakan ajakan mereka. Tetapi, batasi, misalnya sebulan dua kali saja.
Lakukan langkah penghematan di sana-sini, lalu mari kita ke poin berikutnya.
3. Pisahkan rekening
Pisahkan rekening yang alokasinya untuk hal-hal yang termasuk dalam poin dua di atas demi amankan tabungan.
Misalnya, kamu memanfaatkan salah satu aplikasi dompet digital sebagai rekening khusus buat belanja promo dan diskon di marketplace. Atau khusus untuk hangout, kamu pakai rekening khusus juga. Kalau saldo dalam rekening khusus ini habis, maka kamu harus menunggu sampai diisi kembali untuk digunakan lagi.
4. Batasi keinginan utang
Oke, sudah membatasi saldo di rekening alternatif, bakalan percuma kalau lantas kepikiran buat utang.
Batasi keinginan utang untuk amankan tabungan, apalagi jika hendak kamu pakai untuk segala keperluan yang bisa memancing kamu menyabotase tabungan sendiri.
Sebenarnya, utang seperti misalnya kartu kredit itu banyak juga manfaatnya. Bahkan, dalam satu dan lain kasus, kartu kredit juga cukup bisa bantu kita mengendalikan pengeluaran loh. Tapi, ya butuh kejelian untuk mengaturnya.
Gunakan dan manfaatkan fasilitas utang yang tersedia, hindari utang yang tak perlu—yang malah menambah beban keuanganmu.
5. Disiplin
Disiplin adalah koentji kalau mau amankan tabungan dari upaya sabotase dari diri sendiri. Kamu bisa mencontoh cara orang Jepang nih dengan cara atur uang kakeibonya.
Kita harus mengakui, bahwa setiap orang pasti punya kebiasaan buruk yang terkait dengan keuangan. Namun, dengan pemahaman diri sendiri yang baik, dan kemudian diiringi dengan disiplin demi hidup yang lebih baik, pastinya kita kemudian bisa dong pelan-pelan mengubah kebiasaan tersebut.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Cara Menghasilkan Uang lewat Internet Kekinian
Ingin menghasilkan uang tanpa keluar rumah? Tenang, sekarang hal ini bisa terjangkau meski kamu hanya duduk manis di rumah. Teknologi saat ini mempermudah banyak orang menghasilkan uang lewat internet, bahkan hingga sampai ratusan juta, loh.
Di situasi sekarang yang memaksa kamu berdiam diri di rumah, hal ini tentunya dapat jadi alternatif penghasilan tambahan. Lumayan banget, siapa tahu bisa lanjut dan malah kamu sukses dengan jalan ini.
Berikut ini ada beberapa cara terbaik untuk menghasilkan uang lewat internet yang kini tengah ngehype.
7 Cara Menghasilkan Uang lewat Internet Kekinian
1. Kerja freelance
Menjadi freelancer bisa jadi salah satu opsi menarik sebagai cara menghasilkan uang lewat internet. Ada beberapa situs web yang menawarkan pekerjaan lepas untuk orang-orang dengan berbagai keterampilan. Biasanya dikenal dengan istilah freelancer marketplace.
Yang perlu kamu lakukan di situs ini hanyalah membuat akun, melengkapi identitas diri, mengunggah portofolio sesuai keahlianmu, dan melamar tugas yang sesuai. Jika kamu dianggap memenuhi syarat, maka klien yang tertarik akan menghubungimu.
Nantinya, kamu akan dibayar setelah berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dan telah disetujui oleh klien. Siap-siap saja, karena akan ada kemungkinan klien minta revisi pekerjaan beberapa kali. Tentunya, hal seperti ini tak masalah kan?
Kamu bisa menawarkan jasa menulis konten, membuat desain, sampai menjadi virtual assistant.
2. Online Shop
Di tahun 2005, sistem bisnis lewat daring ini mulai menjamur. Lewat Facebook, orang-orang memasarkan produk lewat postingan. Bahkan, kalau sudah punya website bisnis sendiri saja bisa dibilang kemewahan saat itu.
Perkembangan teknologi membuat sistem penjualan online ini kini lebih mudah diakses. Semakin banyak peluang untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas, ini juga bisa jadi opsi menghasilkan uang lewat internet yang menarik. Selain menggunakan media sosial, kamu bisa memasarkan produk di marketplace, atau kamu bisa membuat situs e-commerce sendiri.
Ada 3 sistem penjualan yang populer belakangan ini.
- Membuat produk dan merek sendiri. Sistem ini cukup sangat menguntungkan tapi effort yang dikeluarkan pun harus lebih besar.
- Menjadi dropshipper, yang dapat membantumu jika kamu belum memiliki modal yang cukup untuk membuka bisnis. Tanpa perlu menyediakan stok produk untuk dipasarkan, kamu bisa jualan ke mana saja, dengan cara apa saja. Nantinya, kalau ada pesanan, kamu tinggal order ke produsen, dan mereka akan mengirimkannya atas namamu. Menarik kan?
- Reseller, yang mewajibkan kamu memiliki kesediaan stok meskipun bukan produk sendiri. Juallah produk yang sedang laku di pasaran. Keuntungan reseller didapat dari selisih harga jual dengan harga asli.
3. Content Creator
Semakin berkembangnya berbagai platform dunia maya berefek pada meningkatnya produksi konten. Pun semakin beragam pula jenisnya. Konten bisa jadi “komoditi” jika kamu memang piawai dalam mengolahnya, dan bisa jadi punya nilai jual tinggi.
Beberapa yang mungkin dapat kamu coba untuk menghasilkan uang lewat internet dengan cara ini misalnya menjadi YouTuber, selebgram, blogger, podcaster, dan lainnya. Membuat konten di beberapa platform ini pastinya perlu kreativitas dan effort lebih.
Sesuaikan dengan kemampuan yang kamu miliki. Misalnya saja, jika kamu suka menulis, buatlah blog sendiri dan pamerkan karya tulismu. Kamu punya keahlian design video? Gunakan platform YouTuber, TikTok, atau Reels di Instagram.
4. Online Course
Sejak pandemi, platform kelas online jadi bermunculan di mana-mana. Secara khusus, berbagai kelas ini bisa diambil oleh siapa saja untuk meningkatkan keahlian yang sesuai minat. Biasanya sih terkait profesi, keterampilan kerja, hingga pengembangan diri. Belakangan pun banyak kelas olahraga online seperti yoga, zumba, dan lainnya.
Mengapa kelas seperti ini diminati selama pandemi? Karena orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ke depannya, kalau pandemi sudah usai, apakah kelas-kelas seperti ini lantas berkurang peminatnya? Sepertinya sih enggak ya, tetap ada yang meminati, tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan yang ada saat itu.
Kamu juga bisa ikut memanfaatkan munculnya kebutuhan baru ini.
Gunakan peluang ini berdasarkan keahlian yang kamu miliki. Kalau kamu belum merasa sanggup mengelola kelas online, kamu bisa menjadi fasilitator. Ajaklah seseorang yang sudah profesional dan terpercaya untuk bekerja sama.
5. Menjual Digital Products
Kebutuhan semakin banyak, sekarang tak hanya terbatas pada kebutuhan fisik. Kebutuhan digital pun banyak sekali muncul
Kalau kamu punya aset dan bisa memproduksinya, mengapa tak dimanfaatkan juga? Menjual digital products seperti ini bisa jadi pilihan sebagai cara menghasilkan uang lewat internet yang legit loh.
Digital products yang bisa dijual ini misalnya ebook, hasil fotografi, desain web, atau produk desain grafis lainnya.
6. Virtual Assistant
Mungkin kamu tidak asing dengan profesi ini. Namun, masih belum paham seperti apa cara kerjanya? Prinsipnya, job desc dari profesi ini sebagai asisten tetapi semuanya dilakukan secara virtual. Biasanya yang membutuhkan jasa ini adalah influencer, blogger, pemilik bisnis, dan lainnya.
Tugasnya seperti asisten pada umumnya; melakukan riset, data entry, menyiapkan laporan, atau memesan tiket perjalanan secara online.
7. Admin Media Sosial
Nah, yang satu ini juga bisa jadi pilihan cara menghasilkan uang lewat internet. Nyatanya, sekarang banyak banget yang juga menjalani profesi ini, dan akhirnya menjadi pekerjaan utama.
Biasanya, yang butuh admin media sosial ini adalah online shop, perusahaan-perusahaan, atau instansi-instansi pemerintah. Memang kadang kamu harus jeli menemukan peluangnya. Tapi lowongan pekerjaannya juga sering muncul kok di mana-mana.
Platform media sosial yang digarap juga beragam, mulai dari Facebook sampai TikTok. Tergantung pasar si akun.
Nah, itu dia 7 cara menghasilkan uang lewat internet. Harus pakai modal ya? Ya, setidaknya, kamu sudah harus punya smartphone dan kuota. Yang lain, kamu bisa akalin sambil jalan.
Semoga bisa memberimu inspirasi untuk mencari penghasilan ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan Selalu Besar Pasak daripada Tiang? Mungkin Ini Dia 3 Penyebabnya
Dalam beberapa kali kesempatan training keuangan untuk karyawan, sering kali dibahas, bahwa salah satu masalah keuangan karyawan yang umum terjadi adalah ketika besar pasak daripada tiang.
Kondisi besar pasak daripada tiang yang menjadi salah satu masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan ini merupakan kondisi ketika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Pada dasarnya, ini berarti ada masalah pada pengelolaan arus kas, atau cash flow keuangan pribadi kita.
Mari cek dulu video mengenai masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan berikut ini.
Tanda-tanda yang umum terjadi untuk menggambarkan kondisi keuangan besar pasak daripada tiang misalnya:
- Gaji selalu nggak bisa dipakai sampai gajian berikutnya tiba. Selalu habis di tengah jalan.
- Nggak tahu ke mana saja uang pergi
- Nggak juga bisa menabung, padahal sudah cukup lama kerja
- Utang semakin membengkak, dan makin sulit juga untuk membayar cicilannya
Sungguh kondisi-kondisi yang tak sehat, ya kan? Terus, gimana dong ya?
Ya, sudah pasti, hal ini harus diatasi, kalau kita enggak mau kondisi ini terjadi terus-terusan. Ya masa sampai segini hari, tabungan nggak punya, nggak tahu ke mana saja uang pergi, bahkan utang juga semakin bengkak aja, alih-alih menyusut?
So, akan lebih baik kita cari tahu dulu apa penyebabnya. Dengan mengetahui akar permasalahan, pastinya nanti kita kemudian akan dapat mencari solusi yang paling tepat untuk mengatasi hal ini, dan juga mencegahnya agar jangan sampai terulang lagi.
Penyebab Besar Pasak daripada Tiang
Hal ini memang sangat biasa terjadi, tetapi penyebabnya bisa bermacam-macam. Berikut ini beberapa di antaranya.
1. Kebutuhan vs keinginan
Salah satu penyebab terjadinya besar pasak daripada tiang adalah ketika kita merasa kebutuhan banyak sekali. Semua hal adalah kebutuhan, padahal sebenarnya ada sebagian besar yang merupakan keinginan semata.
Mau beli Iphone keluaran terbaru biar nggak kalah kalau pas hangout sama teman-teman di kafe: kebutuhan atau keinginan? Mau beli smartphone yang mumpuni, supaya jualan online shopnya lebih lancar; biar foto produknya lebih oke, jawab chat pelanggan juga lebih cepat, bisa muat banyak foto juga: kebutuhan atau keinginan?
Dua-duanya sama-sama beli smartphone, tetapi ada perbedaan kecil yang ternyata bawa efek besar di situ. Memang, tak semua “beli HP terbaru” itu nggak baik buat kesehatan keuangan. “Beli HP terbaru” bisa jadi memang jadi kebutuhan tapi bisa jadi juga merupakan keinginan semata.
Ketidakmampuan kita untuk membedakan keinginan dan kebutuhan akhirnya dapat berakibat pada kondisi keuangan yang besar pasak daripada tiang itu tadi. Pasalnya, semua-mua dianggap kebutuhan, padahal enggak. Ada hal-hal yang bisa digantikan dengan hal lain yang lebih murah dan terjangkau harganya, tetapi fungsi dan kualitasnya sama. Ada juga hal-hal yang bisa ditunda dulu, karena tidak terlalu mendesak dan penting.
2. Terlalu banyak utang
Punya utang memang tak dilarang, tapi kalau kebanyakan—meski itu utang produktif—bisa jadi bikin keuangan jadi kacau juga.
Idealnya, utang jangan sampai melebihi 30% dari penghasilan kamu. Tapi yah, entah apa alasannya, juga situasi dan kondisinya, utang bisa saja melebihi rasio ideal itu. Terang saja, besar pasak daripada tiang kan?
Pasalnya, cicilan juga akan lebih banyak. Kalau sampai alokasi kebutuhan dasar ikut “kemakan” sama cicilan utang, waduh … bakalan datang masalah keuangan lain lagi tuh. Parahnya, kalau kemudian hal ini membuat kita jadi gali lubang tutup lubang.
Waduh!
3. Terlalu impulsif
Impulsif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati.
Impulsif ini akan sangat berisiko memunculkan kondisi besar pasak daripada tiang ketika dilakukan saat belanja. Apalagi kalau yang namanya diskon, cashback, promo, dan sejenisnya itu ikut campur. Wah … bahaya.
Ketiga hal di atas hanya sebagian kecil penyebab mengapa besar pasak daripada tiang bisa terjadi. Barangkali juga kamu mengalami hal lain. Bisa jadi, kebutuhan keluarga kamu memang besar, karena kamu merupakan sandwich generation.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Ada beberapa cara nih, yang bisa kamu coba:
- Hitung kebutuhanmu serealistis mungkin; berapa penghasilan dan berapa bujet bulanan harus sesuai fakta.
- Susun ulang prioritas pengeluaran: mana yang penting dan mendesak, penting tapi tak mendesak, mendesak tetapi kurang penting, dan tak penting-tak mendesak. Pangkas pengeluaran sebisanya, dan buat bujet.
- Tambah penghasilan, cari cara lain untuk mendapatkan pemasukan tambahan; dagang, atau side hustle.
Silakan baca artikel Gaji Kecil: Pangkas Pengeluaran atau Tambah Penghasilan? ini juga ya.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Beda Cara Belanja Suami dan Istri dan Gimana Menyiasatinya supaya Nggak Bikin Kacau
Namanya juga suami dan istri—yang terdiri atas dua kepala dan dua kepribadian—jadi wajar saja kalau ada perbedaan cara pikir, berperilaku, dan pola menemukan solusi untuk masalah tertentu. Termasuk juga soal mengelola keuangan keluarga, terlebih lagi cara belanja.
Konon, men from Mars, and women from Venus. Kutubnya beda. Tapi, ya karena berbeda itu justru jadinya tarik-menarik. Bener nggak sih?
Terkadang hal ini juga menimbulkan kesulitan tersendiri, dan hal tersebtu harus diakui kan? Kadang juga cuma buat ngobrolin uang yang milik bersama itu saja susah betul. Nggak ketemu-ketemu juga. Dari yang serius, sampai yang sesimpel cara belanja.
Dari situs Ehow disebutkan, bahwa mindset pria dan perempuan memang pada dasarnya berbeda dalam melihat sesuatu secara objektif. Dari cara menyimak katalog jika ada, cara mencari barang, cara membelinya, hingga cara menyimpannya di rumah, semua memang berbeda.
Nah, soal cara belanja ini juga kadang bikin gemas antara pasangan. Mari kita lihat.
Beda Cara Belanja Suami dan Istri
Cara Belanja Istri
Secara tersirat—meski tak pernah ada hukum tertulis—belanja biasanya menjadi ‘kewajiban’ istri. Bahkan hal ini sudah terjadi ketika pertama kali konsep department store diperkenalkan di awal abad ke-20. WomenCertified mengungkapkan fakta, bahwa perempuan menempati 83% konsumen yang berbelanja di department store.
Fakta lain mengungkapkan, bahwa perempuan (baca: istri) berbelanja tak hanya karena membutuhkan barang, tetapi menjadikannya sebagai acara rekreasi dan refreshing. Terutama kalau mereka diberi kesempatan untuk mencoba berbagai baju dan sepatu (apalagi kalau boleh tanpa harus membelinya).
Perempuan suka mendapatkan masukan dari orang lain saat berbelanja. Karena itu, perempuan suka berbelanja ramai-ramai, bareng keluarga atau teman-temannya. Atau, bisa juga dengan banyak bertanya pada pramuniaga toko.
Soal anggaran—meski kadang memang ada waktu-waktu tertentu suka belanja secara impulsif—tetapi rata-rata perempuan itu patuh terhadap bujet yang sudah ditetapkan. Meski mungkin kadang memang terlalu suka belanja, tapi perempuan suka menggunakan voucher atau mencari barang-barang diskon. Dengan demikian, dengan jumlah uang yang sama, mereka akan mendapatkan barang yang lebih banyak.
Perempuan, atau para istri ini, sangat menikmati waktu-waktunya saat sedang menjadi konsumen atau pelanggan toko. Mereka akan melihat-lihat barang, bahkan yang sebenarnya tak ada dalam catatan belanja. Mereka juga suka membandingkan harga. Karena itu, perempuan butuh waktu yang cukup lama untuk berbelanja.
Cara Belanja Suami
Lebih banyak yang bertolak belakang, tetapi pada hakikatnya, cara belanja pria ini melengkapi cara belanja yang dilakukan oleh perempuan loh.
Misalnya saja, hanya 10% dari pria (baca: suami) yang mau belanja makanan, bahan makanan, dan keperluan dapur. Selebihnya, kalau misalnya diajak ke dalam hypermarket, gitu ya, sebagian besar dari mereka akan langsung menuju ke bagian perkakas.
Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, kalau diperbolehkan, mereka akan lebih suka menunggu istri di dekat kasir. Mereka nggak suka jalan-jalan di sepanjang lorong hypermarket, hanya untuk melihat-lihat barang yang sebenarnya tak mereka perlukan.
Para pria cenderung sudah tahu apa yang ingin mereka beli sejak berangkat belanja, sehingga jarang dari mereka memerlukan penjelasan dari pramuniaga toko. Mereka lebih suka berbelanja sendiri dengan efisien. Langsung menuju tempat display barang yang dibutuhkan, ambil yang sesuai apa yang dimau, lalu bayar.
Persamaan Cara Belanja
Meski begitu banyak yang bertolak belakang, tetapi teteup, ada juga yang sama.
Misalnya, meski istri suka melihat-lihat barang dan membanding-bandingkan harga dulu dan suami lebih suka langsung ambil lalu bayar, tapi pria dan perempuan itu sama-sama suka survei dulu sebelum membeli.
Mereka akan melihat-lihat review produk yang diincar di internet. Ini terutama dilakukan untuk barang atau aset yang mahal, seperti elektronik, rumah, atau mobil. Demikian juga ketika hendak membelinya, mereka akan mencobanya dulu. Kalau elektronik, ya mereka sama-sama akan minta pada pramuniaga untuk mendemonstrasikan pemakaiannya. Kalau mobil, ya minta test drive dulu.
Nah, bagaimana denganmu dan pasanganmu? Hal apa yang sangat berbeda di antara kalian kalau soal cara belanja? Share di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
1 Trik Agar Kamu Siap Investasi: Kalau Ada Uangnya – Gimana Cara Memastikannya?
Kesadaran untuk berinvestasi semakin meluas. Menurut data KSEI, pertumbuhan investor pasar modal saja mencapai angka 44.24% dibandingkan akhir Desember 2020. Itu artinya bisa saja lebih banyak lagi, lantaran sekarang instrumen investasi itu ada banyak banget, nggak hanya di pasar modal. Nah, masalahnya, kamu benar-benar sudah siap investasi atau belum?
Investasi memang penting, banyak hal bisa kita capai dengan bantuan investasi. Tapi, enggak bisa sembarangan juga. Pasalnya, tanpa rencana dan strategi, investasi justru bisa jadi bumerang dan menimbulkan masalah keuangan baru nantinya.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Langkah pertama adalah memastikan bahwa kita memang benar-benar siap investasi.
Apa sih yang bakal bikin kita siap investasi? Ya kalau ada uangnya, iya kan?
Pertanyaannya sekarang adalah, berapa ya setoran investasi yang harus kita siapkan? Ada dua cara untuk tahu berapa setoran investasimu, untuk memastikan bahwa kamu siap investasi. Yuk, kita bahas.
Siap Investasi: Cara Tahu Berapa Kamu Harus Menyetor untuk Investasimu
Trik pertama: Investasi sesuai nilai yang kamu mampu
Coba hitung berapa yang kamu mampu. Saran umum agar bisa menabung dan investasi adalah dengan menyisihkan minimal 10% dari penghasilan. Jadi coba cek angkanya. Berapa rupiah angka yang kamu temukan jika kamu ambil 10% aja dari gaji kamu? Kira-kira kamu sanggup enggak rutin setor dengan besaran angka tersebut?
Kelebihan dari trik yang pertama ini adalah kepraktisannya. Enggak peduli berapa gaji kamu, setoran akan mengikuti lewat persentase yang sudah kamu tentukan. Angka persentase ini bisa mulai dari 10%, tapi kamu bebas menyesuaikan sesuai kondisimu. Siapa tahu malah bisa 20%, 30%, hingga 50%! Semakin tinggi persentasenya, tentu akan membantumu mencapai tujuan finansial secara lebih cepat.
Kekurangannya adalah kita enggak tahu berapa target yang akan tercapai. Kita juga enggak tahu apa efek dari produk yang kita gunakan terhadap pencapaian investasinya.
Lalu gimana dong? Kamu bisa coba trik yang kedua untuk mengatasinya.
Trik kedua: Hitung dulu jumlah setorannya lewat THE FORMULA.
Nah, cara kedua ini mengajak kamu untuk HITUNG dulu!
Kelebihan dari trik yang kedua ini adalah perhitungan yang bakal bikin kamu tahu berapa target nilai yang akan kamu capai, juga asumsi imbal hasil produk yang akan kamu gunakan.
Kelemahan dari trik ini, kamu harus mau ribet sedikit dan berkenalan dengan rumus finansial, seperti present value, future value, dan pmt.
Tenang. Jangan sedih, di QM Financial kamu bisa menggunakan THE FORMULA–sebuah template dalam format Excel praktis, yang tinggal kamu isi, enggak perlu ribet dengan rumusnya karena semua sudah ter-set up dengan baik, dan langsung ketemu hasil perhitungannya.
Di mana kamu bisa mendapatkan THE FORMULA ini?
Tentu saja dengan bergabung di kelas-kelas finansial online QM Financial!
Untuk kamu yang sudah belajar di kelas level BASIC, sekarang waktunya naik ke kelas INTERMEDIATE. Kami pilihkan 3 kelas seru untuk melanjutkan ilmu tentang investasi; lebih khusus lagi untuk membantumu siap investasi.
Ada kelas HITUNG, kelas PILIH, dan kelas DANA PENSIUN. Silakan cek jadwalnya, dan segera daftarkan dirimu – khusus bulan September ada harga khusus Rp88.000 aja dengan kode promo: QM18TH.
Mari bersama mewujudkan SEHAT. Sehat fisik, sehat mental, dan sehat finansial.
Sampai jumpa di kelas finansial online, Financial Clinic Online Series dari QM Financial!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Asuransi Jiwa Penting untuk Dimiliki Karyawan Terutama di Saat Krisis Berkepanjangan
Life is getting harder, right? Krisis berkepanjangan, pun wabah penyakit yang belum bisa dikendalikan sepenuhnya. Bahkan, ada wacana untuk menyiapkan roadmap agar bisa hidup berdampingan dengan virus ini ke depannya. Sudah seperti ini, apakah bisa kita menunda untuk memiliki asuransi jiwa?
Terutama bagi karyawan, harus banget melengkapi instrumen perlindungan diri. Apalagi di saat krisis yang belum pasti juga kapan berakhirnya ini. Segala kemungkinan buruk bisa terjadi, dan kita perlu melengkapi alat perlindungan diri. Ya, dari sisi kesehatan, juga dari sisi finansial.
Asuransi jiwa merupakan sebuah kontrak perjanjian yang dibuat antara perusahaan asuransi dengan seseorang yang menjadi tertanggung, atau pemegang polis. Perusahaan asuransi akan mengambil alih risiko keuangan jika ada yang terjadi pada diri si tertanggung, dan kemudian memberikan manfaat asuransinya kepada ahli waris.
Kenapa sih asuransi jiwa penting dimiliki oleh karyawan, terutama di masa-masa krisis berkepanjangan begini? Ini dia beberapa alasannya.
Pentingnya Asuransi Jiwa bagi Karyawan
1. Adanya peluang terjadi hal yang tak terduga dan tak diinginkan
Pastinya, kita selalu berharap bahwa semua akan baik-baik saja. Tetapi bad things happen, peluangnya bisa kapan saja dan di mana saja, pada siapa saja. Fatalnya kalau hal buruk ini terjadi pada mereka yang merupakan karyawan dan menjadi tulang punggung keluarga.
Akibatnya, bisa diduga. Hal buruk ini bisa saja mengakibatkan kematian, cacat permanen, dan hal-hal lain yang membuat si tulang punggung menjadi tak bisa mencari penghasilan seperti semula lagi.
Di sinilah, santunan asuransi jiwa dapat meng-cover risiko keuangan yag bisa terjadi.
2. Melindungi dari kesulitan finansial
Saat seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga tiba-tiba tak dapat mencari penghasilan lagi, itu artinya tak hanya kebutuhan hidupnya sendiri saja yang terancam untuk tak bisa dipenuhi. Ada banyak orang lain yang juga terancam tak dapat dipenuhi kebutuhannya.
Asuransi jiwa—jika pemegang polis sudah membayar premi sesuai kesepakatan—akan memastikan akibat dari hilangnya penghasilan ini tak terlalu fatal. Santunan yang diberikan bisa dimanfaatkan oleh para ahli waris untuk bertahan hidup sementara waktu, sembari mencari solusi terbaik.
Bahkan tak jarang, santunan asuransi ini dimanfaatkan oleh ahli waris sebagai modal usaha, demi mencari penghasilan dari jalan yang lain, setelah sang tulang punggung tak lagi dapat bekerja.
3. Jaminan utang
Jika kamu seorang karyawan, dan sedang dalam proses pengajuan KPR, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah memiliki asuransi jiwa.
Barangkali kamu berpikir, bahwa syarat ini merepotkan atau berat. Namun, sebenarnya asuransi jiwa ini merupakan bentuk perlindungan terhadap kamu sendiri sebagai debitur loh. Karena yah, balik lagi ke poin pertama, bahwa hal buruk itu bisa terjadi pada siapa saja, dan kita mesti punya langkah-langkah untuk mengelola risiko yang bisa terjadi karenanya.
Dengan adanya asuransi jiwa, jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan, ahli waris dapat memanfaatkan santunannya untuk membayar kembali pinjaman hingga lunas, sehingga tak perlu mendapatkan beban tambahan berupa warisan utang.
4. Investasi pada diri sendiri
Punya asuransi jiwa, artinya kamu menghargai hidupmu sendiri, dan juga berarti kamu mencintai keluarga dan orang-orang terdekat seutuhnya.
Seperti halnya investasi lain, “investasi” dalam bentuk asuransi jiwa akan memberikan keuntungan kembali kepada kita. Salah satunya, pada akghirnya, asuransi ini akan bisa bermanfaat bagi keluarga kita, meskipun mungkin kita sendiri tak merasakan manfaatnya secara langsung.
Selain itu, dengan adanya “kewajiban” untuk membayar premi setiap tahunnya, asuransi jiwa bisa “memaksa” kita untuk menabung dan menghargai setiap sen dari penghasilan kita sendiri. Kita jadi punya pengelolaan keuangan yang lebih baik, betul?
5. Memberikan ketenangan
Siapa sih yang enggak mau hidup dengan tenang; karena tahu bahwa ada jaminan aman jika terjadi sesuatu dan menimbulkan risiko keuangan? Tak hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga untuk keluarga kita?
Adanya asuransi jiwa, membuat kita dapat fokus maju terus untuk mewujudkan semua tujuan keuangan yang sudah kita tentukan. Dengan memiliki asuransi jiwa, kita juga bisa fokus dalam berkarier, dan pastinya akan dapat lebih produktif dalam bekerja karena tak khawatir lagi akan adanya masalah keuangan.
Nah, melihat kelima hal di atas, sekarang sudah yakin kan, betapa pentingnya memiliki asuransi jiwa jika kita berstatus karyawan. Sekali lagi, dengan memiliki asuransi ini, kita tak hanya melindungi aset bagi diri sendiri, tetapi juga demi orang-orang yang kita sayangi.
Gimana, pengin tahu lebih detail mengenai asuransi jiwa? Misalnya seperti jenisnya, manfaatnya yang lebih banyak, juga cara kerjanya?
Tenang, kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Peduli Masa Depan, Hentikan Rantai Sandwich Generation di Kamu!
Apakah kamu peduli masa depan kamu? Yakin banget deh, kalau kamu memang termasuk mereka yang peduli dengan masa depanmu. Pasti kamu mau nantinya kamu punya kualitas hidup yang baik; bisa memenuhi kebutuhan—setidaknya untuk diri sendiri. Kamu pasti pengin bisa mandiri meskipun nanti sudah tak energik lagi.
Nah, inilah alasan mengapa perlu menghentikan rantai sandwich generation di kamu saja. Demi masa depanmu, karena kita juga peduli masa depan anak dan cucu nantinya.
Sebentar, apa sih sandwich generation itu?
Sandwich generation adalah kamu yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupmu sendiri (bersama keluarga kecilmu), sekaligus menanggung juga biaya hidup keluarga besar. Misalnya orang tua, atau adik-adikmu.
Memang, beban berat ada di pundak para sandwich generation. Karena itu, tak heran jika mereka menemui kesulitan keuangan dalam proses perjuangannya itu. Tapi, dengan niat dan semangat, sebenarnya masalah ini juga bisa diatasi kok. Apalagi jika kamu peduli dengan masa depan.
Sudah dengar salah satu episode podcast Financial Clinic QM Financial belum, yang berjudul “Cara Atur Uang buat Kamu Generasi Sandwich yang Kejepit”? Kalau belum, coba dengarkan dulu yuk.
Nah, kalau sudah dengarkan podcast-nya, selanjutnya, apa yang harus dilakukan?
Hal-hal yang Harus Kamu Lakukan sebagai Sandwich Generation sebagai Tanda Peduli Masa Depan
1. Buat rencana keuangan
Sesudah kamu tahu bagaimana mengatur keuangan bagi sandwich generation dengan benar—agar bisa memastikan semua kebutuhan terpenuhi—maka sekarang waktunya kamu membuat rencana keuangan.
Nah, dalam membuat rencana keuangan, kamu perlu melakukan dulu 3 hal ini:
- Tentukan tujuan keuanganmu. Tanpa tujuan, maka kamu akan berjalan tanpa arah. Akibatnya, bisa jadi akan banyak sabotase sendiri dalam proses pengelolaan keuanganmu, karena kamu nggak fokus. So, awali selalu dengan #TujuanLoApa sebelum membuat rencana. Bisa jadi mengumpulkan dana darurat, dana DP rumah pertama, dana menikah, sampai dana pensiun.
- Tentukan jangka waktunya. Bagi ke dalam 3 kategori: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dengan demikian, kamu akan lebih mudah menentukan prioritas dan alokasi dananya.
- Mengenali instrumennya. Untuk mencapai tujuan, kamu akan banyak membutuhkan “alat” dan sarana. Kita mengenalnya dengan istilah instrumen. Mau pakai apa untuk mengumpulkan dana darurat, misalnya? Mau disimpan di mana? Pertanyaan yang sama juga bisa kamu pakai untuk dana DP rumah pertama, dana menikah, dan semua tujuan keuangan yang sudah kamu tentukan.
2. Bangun aset aktif
Karena kamu peduli masa depan kamu sendiri, maka kamu harus memastikan bahwa nantinya kamu bisa mandiri. Tak tergantung dan menjadi beban anak cucu. Peduli masa depan juga berarti tidak membuat anak-anak kita menjadi sandwich generation berikutnya.
Ini artinya, kamu harus memastikan bahwa kamu punya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhanmu selama menjalani masa pensiun. Kamu bisa mewujudkannya dengan memiliki aset aktif.
3 Hal yang bisa kamu manfaatkan menjadi aset aktif:
- Surat berharga: termasuk di dalamnya saham, obligasi, dan sejenisnya.
- Properti: menyewakan properti seperti rumah kontrakan, kamar kos, ruko ataupun rukan, gudang, dan sejenisnya.
- Bangun bisnis yang bisa berkelanjutan
3. Review rencana secara periodik
Setelah rencana sudah ada, selanjutnya sudah pasti kamu harus eksekusi. Disiplin dan berkomitmen adalah koentji peduli masa depan. Tanpa keduanya, akan sulit bagi siapa saja untuk bisa konsisten hingga bisa mewujudkan tujuan keuangan.
Tak hanya mengeksekusinya, kamu juga harus melakukan review terhadap rencana secara berkala. Mengapa perlu melakukan review?
- Jika ada masalah, kamu bisa mengetahuinya dengan lebih cepat, sehingga akan semakin cepat pula kamu dapat menemukan solusinya.
- Review rencana juga akan dapat membantu kamu mengantisipasi kesalahan yang mungkin terjadi.
- Review juga diperlukan agar kamu bisa adaptif terhadap perubahan yang terjadi.
Nah, jika 3 hal di atas sudah kamu lakukan, maka itu tandanya kamu sudah siap berjalan menuju masa depan yang lebih baik, meskipun sekarang kamu adalah sandwich generation. Ingat, salah satu tanda peduli masa depan yang sangat penting adalah ketika kamu berusaha menghentikannya di kamu. Tidak mewariskannya pada anak dan keturunanmu nantinya.
Butuh dukungan dan pengin belajar lebih banyak mengenai cara menyusun rencana keuangan, membangun aset aktif, dan melakukan review untuk masa depan yang lebih baik? Ikut FCOS Kelas Advanced! Cek jadwalnya, dan pastikan kamu juga sudah mengikuti kelas prasyaratnya ya. Segera daftar, agar tak kehabisan tempat.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!