Gen Z Merapat! Ini Cara Belajar Keuangan Kekinian yang Paling Cocok buat Kamu!
Generasi Z, atau Gen Z, tumbuh di zaman teknologi yang semakin canggih. Ini membuat kamu dengan mudah belajar keuangan dan mulai berinvestasi sejak muda.
Apa sih Gen Z? Generasi ini dikenal menjadi sebutan untuk mereka yang lahir di rentang tahun 1996-2015, artinya di tahun 2021 ini memasuki usia 6 hingga 25 tahun. Kehadiran teknologi membuat mereka tumbuh dengan kebiasaan menggunakan media sosial. Sebagian memanfaatkannya untuk mencari keuntungan, sebagian lainnya untuk bersenang-senang.
Biasanya, Gen Z juga lebih senang untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran, termasuk belajar keuangan. Gen Z tampaknya memodernisasi pendidikan keuangan pribadi dengan cara yang sesuai untuk mereka.
Generasi sebelumnya mungkin mengandalkan penasihat keuangan, bertanya pada keluarga, atau sumber lain untuk belajar mengelola uang. Namun, tetap saja meski wadah untuk belajar lebih mudah, kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan adalah yang paling penting.
Masalah Keuangan di Kalangan Gen Z
Tidak semua orang mengalami masalah keuangan ini, tapi merasa khawatir dengan kondisi keuangan adalah perkara semua orang. Begitu juga dengan Gen Z. Berikut ini umumnya menjadi masalah keuangan yang sering dirasakan.
Sulit mewujudkan tujuan jangka panjang
Banyaj generasi Z yang nggak hanya berorientasi pada kesenangan saja. Tujuan keuangan jangka panjang saat ini juga menjadi fokus mereka, misalnya membeli rumah.
Faktanya, saat ini harga rumah terus mengalami kenaikan lebih dari inflasi. Kondisi ini semakin membuat tujuan membeli rumah sulit dijangkau, apalagi jika gaji yang didapat pas-pasan bagi Gen Z yang kebanyakan masih first jobber.
Sebagai solusi, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa jadi opsi dengan memberikan DP rumah untuk jangka sekian tahun. Nantinya, cicilan KPR dibayar setiap bulan sesuai kemampuan finansial.
Sering merasa kekurangan
Gaji yang didapat setiap bulan sering kali dirasa kurang karena ada rasa gengsi. Ini membuat Gen Z ingin tampil lebih walaupun melebihi kemampuan finansialnya. Apalagi dengan pengaruh media sosial yang semakin masif.
Sikap konsumtif dan boros tak bisa terlepas dari kehidupan, akhirnya pengeluaran jauh lebih besar dibanding pendapatan. Tak heran jika Gen Z merasa gaji selalu kurang.
Sebagai solusi, batasi kehidupan konsumtif dan mulai hidup berhemat. Pengeluaran yang tidak penting dapat dialihkan untuk menabung, investasi, atau dana darurat.
Banyak keinginan
Anak muda saat ini seperti sulit membedakan mana kebutuhan dan keinginan sehingga mereka terus mengikuti hawa nafsu untuk pengeluaran.
Hal tersebut lebih baik dialihkan dan prioritaskan untuk kebutuhan pokok. Namun, tak dapat dimungkiri memang banyak keinginan yang sering kali muncul.
Inilah pentingnya belajar keuangan agar bijak dalam mengelola uang yang dimiliki. Keinginan pun bisa dipenuhi, tanpa menggeser prioritas kebutuhan utama, dengan memberi bujet per bulan atau dengan menabung.
Kestabilan finansial sulit digapai
Seringkali Gen Z masih kesulitan dalam mengelola penghasilan. Bahkan jumlah pendapatan yang masuk pun kadang tidak diketahui setiap bulannya.
Kebanyakan orang tidak menghitung, bahkan tidak merencanakan keuangan dengan tepat. Padahal, daftar pemasukan dan pengeluaran sangat penting untuk memantau arus keuangan.
Sebaiknya dari gaji saat ini, pastikan untuk menyisihkan ke beberapa pos seperti tabungan, dana darurat, investasi, hingga asuransi. Gunanya untuk membuat kondisi finansial menjadi lebih stabil.
Mudah merasa tersaingi oleh orang lain
Soal kondisi keuangan ini memang lebih mudah membuat orang lebih kompetitif untuk mendapatkan lebih banyak. Keuangan dijadikan sebagai ukuran penampilan seseorang.
Melihat kondisi finansial orang lain, umumnya Gen Z lebih sensitif dan penasaran sumber keuangan orang lain. “Kenapa ya si A nongkrong terus, dapat uang dari mana dia?”
Padahal, sebenarnya kita perlu fokus pada pengelolaan keuangan. Tidak perlu sibuk mengurusi kehidupan finansial orang lain. Jadikan itu sebagai contoh baik untuk kamu terus maju.
Cara Belajar Keuangan Kekinian untuk Gen Z
Ikut kelas online
Belakangan ini banyak kelas online yang hadir di tengah masyarakat. Saat pandemi datang, kondisi keuangan banyak orang mengalami ketidakstabilan. So, inilah saatnya untuk memanfaatkan kelas online keuangan dengan baik.
QM Financial punya banyak tema menarik dalam seri Financial Clinic Online Series-nya. Mulai dari basic pemahaman dalam Blueprint of Your Money, sampai kelas Advanced untuk belajar membuat rencana keuangan sendiri. Ambil kelas sesuai kebutuhan, lalu lanjutkan hingga tingkat mahir.
Mendengarkan podcast
Podcast menjadi salah satu wadah yang cukup banyak digemari saat ini. Siaran non-streaming lewat audio ini serupa dengan program radio. Gen Z banyak yang lebih senang mendengarkan, maka tak heran jika podcast dijadikan sumber pengetahuan, termasuk terkait finansial.
Sekarang banyak akun podcast yang muncul, yang bisa jadi sumber belajar dan wawasan terkait pengelolaan uang dan sebagainya. Pastinya, hal ini sangat membantu dalam belajar keuangan.
Salah satunya Podcast Financial Clinic-nya QM Financial, yang selalu ada episode baru di setiap hari Rabu. Berbagai masalah finansial dibahas seru di sini, sekali waktu bersama guest star yang keren dan punya mindset keuangan inspiratif yang bisa disontek. Siapa saja pasti bisa mengambil insight dari podcast-podcast QM Financial.
Sambil main games
Gen Z saat ini masih berada di usia muda yang lebih senang dengan konsep permainan dalam belajar. Terkait keuangan memang merupakan hal yang harus dipahami dengan serius.
Namun, untuk belajar dari awal terutama ke usia muda perlu pendekatan yang lebih sederhana dan menyenangkan. Yang santai, sekaligus fun.
QM Financial juga punya loh, aplikasi gamified microlearning yang disebut Levio. Cocok banget untuk melengkapi proses pembelajaran finansialmu, di samping kelas-kelas online di Financial Clinic Online Series. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu.
Nah, itu dia beberapa masalah keuangan yang sering kali dihadapi Gen Z, sekaligus berbagai cara belajar keuangan yang cocok dilakukan. So, mau coba yang mana dulu nih?
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengelola Keuangan Remaja: Apa Pentingnya, dan Bagaimana Cara Mengajarkannya?
Masa remaja itu bisa dibilang sebagai masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa inilah, seseorang mulai belajar banyak hal yang kemudian bakalan menjadi bekalnya untuk menjalani masa-masa dewasa nantinya. Nah, salah satu hal yang seharusnya mulai dipelajari di masa remaja adalah keterampilan untuk mengelola keuangan.
Mengapa pengelolaan keuangan ini harus dipelajari sejak remaja?
Tentu saja, demi masa depan nanti. Kamu tahu kan, bahwa kebiasaan baik itu seharusnya dimulai sejak dini. Demikian juga dalam hal mengelola keuangan. Dengan memiliki kebiasaan ini sejak remaja, diharapkan nantinya remaja akan terbiasa untuk menabung, bijak dalam mengeluarkan uang, bisa menentukan tujuan keuangan dan membuat rencana keuangan sendiri. Dengan demikian, mereka juga dapat menghindarkan diri mereka sendiri dari berbagai masalah keuangan, sejak dini.
Tapi, belajar mengelola keuangan memang bukan perkara mudah, apalagi untuk para remaja. Hal ini disebabkan karena di usia ini, remaja cenderung masih belum punya kesadaran yang cukup akan pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan.
Salah satu hal yang menghambat hal ini adalah kesibukan sekolah di zaman sekarang yang luar biasa. Pihak lingkungan pendidik sendiri juga belum banyak mengakomodasi kebutuhan ini dalam kurikulum sekolah. Begitu juga dengan di rumah, remaja belum banyak mendapat kesempatan untuk mempelajari life skill ini sejak dini. Bisa jadi karena memang belum dibiasakan, atau juga karena orang tua yang sama-sama kurang kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan ini.
Jadi, apa yang harus dilakukan dulu kalau pengin mulai memberikan pelajaran untuk mengelola keuangan untuk remaja ini sekarang? Sebenarnya cukup sederhana, dan enggak berbeda jauh dengan pembelajaran keterampilan bagi yang sudah dewasa. Ikuti langkah-langkah berikut ini ya.
Mengelola Keuangan untuk Remaja
1. Memahami konsep MBBM
Mengelola keuangan di masa remaja bisa dimulai dengan memahami konsep menghasilkan uang, belanja bijak, berbagi dengan sesama, dan menabung. Atau yang sering kita sebut dengan MBBM.
Remaja mesti sudah paham, bahwa untuk mendapatkan uang itu tidaklah dengan cuma-cuma, tetapi harus ‘ditukar’ dengan kerja keras dan cerdas. Nantinya, hal ini akan menjadi bekal mereka untuk bisa mandiri.
Setelah mendapatkan uang, maka yang berikutnya adalah soal memenuhi kebutuhan hidup. Yes, soal berbelanja dengan bijak. Sudah bukan rahasia lagi bukan, bahwa soal belanja ini kadang juga masih menjadi jebakan tersendiri bagi kita yang sudah dewasa? Yes, karena itu akan baik sekali, jika remaja sudah mulai belajar bagaimana cara belanja dengan bijak, sesuai dengan kebutuhan.
Tak kalah penting adalah soal berbagi, karena ini nantinya akan memupuk sikap empati dan solidaritasnya terhadap sesama. Dan, akhirnya, remaja juga harus berkenalan dengan tabungan.
2. Mulai biasakan mencatat
Pengelolaan keuangan, baik saat remaja maupun dewasa nanti, literally adalah soal cash flow. Prinsip terbesarnya adalah berusaha agar cash flow jangan sampai negatif. Harus positif terus.
Nah, bagaimana cara tahu cash flow kita negatif atau positif? Yes, dengan mencatat.
Ajarkan cara mencatat uang yang masuk dan keluar. Uang masuk untuk remaja mungkin adalah uang saku dari orang tua. Atau mungkin sudah mulai side hustling? Bagus! Catatlah uang yang didapatkan dari side hustling ini di bagian uang masuk.
Uang pengeluaran terdiri atas jajan, mungkin juga termasuk membeli alat tulis—kalau memang dibeli sendiri, tidak dibelikan oleh orang tua, dan berbagai keperluan lainnya.
Dengan adanya catatan uang masuk dan keluar, kemudian bisa dilihat berapa rasio uang masuk dibandingkan uang keluar. Jika masih positif, maka harus dipertahankan. Jika negatif, maka harus dicari bocornya di sebelah mana, untuk kemudian dicari solusi untuk “menambal” bocor tersebut.
3. Berhemat dan hidup sesuai kemampuan
Masa remaja kadang memang rentan akan peer pressure; keinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial, adu gengsi, adu keren, adu kekinian, menjadi hal keseharian yang biasa dijalani oleh para remaja.
Sudah pasti, hal ini juga akan memengaruhi kesehatan keuangan remaja. Hal ini bahkan bisa jadi akan terus dialami hingga dewasa. Jika diabaikan berlarut-larut, tentu hal ini akan memengaruhi kehidupan si remaja nantinya.
Di sini dibutuhkan peran pihak luar—misalnya dari orang tua atau pihak pendidik—untuk memberi kesadaran mengenai pentingnya menghargai uang. Ajak si remaja untuk menyadari bahwa setiap orang punya jalan hidup dengan opsi masing-masing, sehingga tak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Berikan pemahaman akan pentingnya memiliki tujuan hidup dan cita-cita. Juga bahwa dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita itu akan membutuhkan biaya yang tak sedikit—bahkan harus dipersiapkan jauh-jauh hari karena nominalnya yang besar.
Alih-alih membelanjakan uang untuk berbagai hal yang hanya bisa dinikmati saat ini, lebih baik ajarkan hidup hemat dan menabung demi masa depan.
Mengajarkan soal mengelola keuangan pada remaja bukan hal yang mudah. Sementara di lingkungan pendidikan formal hal ini belum terwadahi dengan baik, maka peran untuk mendampingi si remaja akan berada di pundak orang tua.
Bukan tugas yang mudah, tetapi orang tua selalu bisa meminta bantuan pada yang lebih ahli, agar tugas pendampingannya lebih terarah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Darurat dan Tabungan: Beda atau Sama?
Kamu pasti sudah tahu, betapa pentingnya memiliki tabungan dan membangun dana darurat yang ideal dalam rencana keuangan. Dengan adanya dua hal ini, keuangan di masa depan yang lebih aman.
Tapi ternyata, masih banyak yang rancu mengartikan keduanya. Dianggap sama, padahal keduanya punya fungsi yang berbeda.
Apa beda dana darurat dan tabungan? Nah, mari kita bahas dalam artikel kali ini.
Dana Darurat
Mari kita mulai dari pengertian dana darurat.
Dana darurat merupakan cadangan dana yang bisa kita manfaatkan untuk menghadapi kondisi yang darurat. Seperti yang selalu ditekankan oleh trainer QM Financial, bahwa dana ini merupakan salah satu tujuan keuangan yang paling penting dan utama yang harus dipenuhi dulu oleh setiap orang.
Jadi, bisa dibilang, bahwa dana darurat merupakan tulang penopang untuk rencana keuangan. Tanpa adanya cadangan dana ini, rencana keuangan akan dibayangi oleh risiko-risiko yang bisa terjadi di sepanjang perjalanan kita mewujudkan rencana.
Pastinya hal itu tidak kita inginkan, bukan?
Penggunaan Dana Darurat
Tujuan dari dana darurat adalah agar kita mempunyai dana yang cukup, yang bisa dipakai dulu untuk mengatasi masalah yang ada atau ketika muncul kondisi darurat, tanpa harus mengganggu cash flow harian.
Apa sih yang disebut dengan kondisi darurat ini?
Di antaranya:
- Tertimpa musibah, misalnya rumah kena banjir, untuk bersih-bersih dan memperbaiki yang rusak setelah banjir.
- Kehilangan mata pencaharian, misalnya terkena dampak pandemi sehingga bisnis menurun, atau terkena PHK, untuk menyambung napas sampai mendapatkan pekerjaan atau pemasukan lagi.
- Peralatan rusak, misalnya laptop yang biasa dipakai kerja, untuk biaya servisnya.
- Sakit, tetapi belum bisa mengklaim asuransi karena satu dan lain sebab.
Dengan adanya cadangan dana ini, kita bisa mengatasi masalah dan menyambung napas tanpa harus mengambil tabungan, yang mungkin sudah punya tujuannya sendiri.
Berapa Besarnya?
Idealnya, buat kamu yang masih single dan belum ada tanggungan, dana darurat harus mencukupi untuk hidup selama 4 kali pengeluaran bulanan.
Nah, jika kamu sudah menikah, apalagi sudah punya anak, maka besarannya harus disesuaikan juga. Sila cek artikel yang mengulas khusus tentang dana darurat ini ya, supaya lebih jelas.
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk rekening bank, reksa dana, juga deposito, sejauh instrumen tersebut dijamin keamanannya dan bisa dengan cepat dicairkan.
Tabungan
Tabungan adalah dana yang sudah ada peruntukannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan terbesarnya, lantaran dana darurat disimpan untuk “kondisi darurat” tanpa kita tahu kondisi daruratnya seperti apa.
Biasanya tabungan bisa dalam bentuk rekening bank, atau juga bentuk lain. Berbeda dengan dana darurat yang lebih mengutamakan keamanan dan likuiditas—atau kecepatan pencairan—tabungan bisa jadi dalam bentuk investasi, yang artinya dalam dikembangkan dengan potensi imbal yang menjanjikan. Meski demikian, tetap harus juga memperhatikan aspek keamanan dan likuiditasnya.
Besarnya Berapa?
Dalam ilmu mengelola keuangan, biasanya disarankan untuk kita bisa menabung setidaknya 10% dari penghasilan rutin kita setiap bulan. Nah, mau dialokasikan di mana, itu pastinya tergantung kondisi dan tujuan menabung masing-masing.
Target jumlahnya sudah pasti enggak tergantung pada berapa kali pengeluaran bulanan, melainkan secara nominal dengan jelas. Misalnya, satu juta, dua puluh juta, tiga miliar, dan seterusnya.
Penggunaan Tabungan
Tabungan biasanya sudah punya jatah sendiri, mau dipakai untuk apa. Misalnya untuk membeli gadget baru, buat kurban dan ngerayain Lebaran, atau yang lainnya.
Berikut beberapa hal yang biasanya menjadi alasan kita memiliki tabungan:
- Untuk pensiun, kita bisa menabung melalui DPLK, DPPK, atau bisa membuat tabungan sendiri. Dengan saham, misalnya, atau dengan instrumen yang lain.
- Untuk DP rumah, buat yang pengin punya rumah sendiri. Selain memikirkan skema untuk kredit, jika memang mau ambil, DP rumahnya sendiri juga butuh nominal yang enggak sedikit loh!
- Buat nikah, karena sudah enggak zamannya menikah dengan menjadi beban orang tua, betul?
- Liburan, beli mobil, beli gadget baru, dan seterusnya
Nah, itu dia perbedaan mendasar antara dana darurat dan tabungan yang perlu kamu tahu.
Mau tahu lebih banyak tentang dana darurat? Kamu bisa mempelajarinya di Udemy loh! QM Financial punya modul yang mencakup ilmu membangun dana darurat ini di Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Financial Freedom Bukan Garis Finis, Ini yang Harus Kamu Lakukan Kalau Nggak Mau Turun Level Lagi!
Financial freedom barangkali adalah tujuan keuangan level tertinggi yang bisa dicapai oleh seseorang. Pasalnya, ya pada level ini, kita tak lagi harus merisaukan masalah keuangan.
Kita dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar plus menjalani gaya hidup yang kita inginkan, tanpa memusingkan lagi masalah ketersediaan dana. Bahkan dalam level ini, seandainya kita memutuskan untuk pensiun hari ini juga, kita bisa melakukannya tanpa ragu.
Berarti saat sudah mencapai level financial freedom, kita bebas mau ngapain saja? Iya, bebas. Tapi, ada satu fakta yang belum banyak disadari soal financial freedom ini. Yaitu, bahwa financial freedom itu bukanlah garis finis. Bahkan, kita bisa saja turun level, sehingga tak lagi merasakan kebebasan finansial lagi, jika kita tak berupaya mempertahankannya.
Loh, kok bisa?
Nah, yuk, disimak dulu artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Financial Freedom?
Mari kita mulai dulu dari makna financial freedom itu sendiri. Sebenarnya ini akan dengan mudah kita pahami, kalau kita sudah tahu ciri dari orang-orang yang sudah mengalami kebebasan finansial.
Biasanya mereka itu:
- Sudah enggak punya utang
- Bisa menjalani gaya hidup, hobi mahal, atau hal-hal yang menarik minat tanpa khawatir tabungan berkurang
- Punya penghasilan pasif, dari aset aktif
Jadi, intinya, financial freedom adalah kondisi ketika orang sudah memiliki aset tertentu yang kemudian dapat memberinya penghasilan tanpa ia harus bekerja aktif, dan dengan penghasilan itu, ia bisa memenuhi segala kebutuhan dasar plus gaya hidup yang ingin dijalaninya.
Lalu, bagaimana cara mewujudkan kondisi financial freedom ini?
Jalan Menuju Financial Freedom
Kalau melihat definisinya, barangkali nyali bisa ciut. Tapi, sebenarnya hal ini bukan hal yang mustahil untuk dicapai oleh semua orang. Hanya butuh niat dan konsistensi.
1. Atur cash flow
Hal pertama yang harus dipastikan dulu demi bisa mencapai financial freedom adalah keuangan yang sehat. Ini artinya adalah cash flow positif, tidak besar pasak daripada tiang.
Karena itu, pengetahuan dan skill mengatur keuangan yang baik menjadi hal yang sangat penting. Mulailah belajar mengatur keuangan sejak kamu menerima gaji pertama. Namun, bukan berarti terlambat juga, bagi kamu yang sekarang baru mulai belajar mengelola keuangan dengan baik. Yang penting, mulai dulu.
2. Bangun aset aktif
Jika keuangan sudah sehat, maka step berikutnya adalah membangun aset aktif, yang nantinya dapat meng-generate penghasilan secara pasif. Dengan begini, kamu akan bisa mendapatkan pemasukan tanpa kamu harus bekerja secara aktif, dan menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran dengan imbalan berupa uang.
Di sinilah inti dari financial freedom, yaitu ketika kamu bebas menggunakan waktumu untuk berbagai hal, tanpa mengkhawatirkan masalah keuangan.
3. Miliki jaring pengaman yang kuat
Apalah artinya memiliki penghasilan pasif, jika kamu tak punya perlindungan terhadap aset terpenting: dirimu sendiri.
So, ini juga merupakan salah satu aspek penting dalam perjalanan mewujudkan financial freedom kamu, yang tak boleh diabaikan. Yaitu memiliki asuransi yang cukup dan dana darurat yang ideal.
Setelah Mencapai Financial Freedom
Setelah mencapai financial freedom, lalu apa? Bersenang-senang? Kan, katanya, tak perlu lagi mengkhawatirkan keuangan?
Betul. Memang di level ini, kondisi keuangan kita sudah sangat baik dan sehat, sehingga tanpa kita harus bekerja secara aktif pun, kita tetap bisa memenuhi kebutuhan. Namun, ada satu hal yang perlu disadari juga: bahwa level ini bukanlah garis finis.
Mencapai financial freedom bukann akhir dari perjalanan kita. Justru, ini adalah langkah awal menapaki fase baru dalam hidup. Kalau kita tak bisa mengupayakan untuk mempertahankannya, kita bisa saja turun level dari financial freedom.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
1. Kelola aset dengan baik
Aset bisa habis? Bisa banget, kalau enggak dikelola dengan baik. Misalnya saja, punya bisnis resto yang bisa memberimu penghasilan pasif. Karena pengelolaannya kurang baik, resto pun bisa bangkrut. Begitu juga jika kamu memiliki surat berharga sebagai aset aktif. Risiko untuk menurun nilainya akan selalu ada.
Karena itu, kita perlu melakukan review dan evaluasi terhadap portofolio aset secara berkala, untuk memastikan, bahwa semua berjalan sesuai rencana kita. Jika ada yang kurang baik perkembangannya, kita bisa langsung mencari solusi untuk mengatasinya.
2. Tetap menabung
Meski sudah mencapai financial freedom, kita juga masih tetap perlu menabung. Mengapa? Karena kondisi bisa saja berubah.
Seperti ketika terjadi penurunan nilai surat berharga, atau bisnis terkendala, atau bisa juga properti kita belum ada yang menyewa lagi. Kondisi-kondisi yang di luar kendali kita bisa terjadi kapan pun, bukan?
Karena itulah, tabungan dan dana darurat harus selalu dipastikan aman.
3. Hidup sesuai kemampuan
Adalah penting untuk tetap bisa hidup sesuai kemampuan, meskipun kita tak perlu lagi mengkhawatirkan terjadinya masalah keuangan.
Kebiasaan hidup sesuai kemampuan membuat kita enggak halu, sehingga kita akan tetap waspada jika ada risiko-risiko yang berpotensi muncul.
Nah, bagaimana? Paham kan, kenapa financial freedom bukanlah garis finis kita dalam pengelolaan keuangan. Level financial freedom sama seperti fase lain dalam kehidupan kita; tetap perlu upaya untuk mengelola dalam mempertahankannya, agar kita tak turun level.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Menghasilkan Uang dengan Main Games, Legit?
Mau menghasilkan uang di samping penghasilan rutin yang ada sekarang? Nih, yang lagi hype: main games dapat uang.
Yes, ini beneran ada sih. Dan sudah banyak yang nyobain. Legal enggak? Well, masalahnya memang belum ada regulasinya selain kesepakatan antarpemain, dan syarat serta ketentuan penyelenggara. So far, belum ditemukan sih kasus yang terlalu parah. Banyak teman yang sudah mencoba, kalaupun enggak dapat uang, ya nothing to lose saja. Kan, sudah seneng bisa main games.
Jangan-jangan, judi? Enggak juga sih, karena ada usaha juga buat dapatkan uangnya. Ada yang harus “mengelola perusahaan”, ada yang menjual karakter atau item langka, berkompetisi yang kalau menang dapat reward, dan sebagainya. Jadi, memang ada transaksi alias pertukaran barang atau usaha dengan uang, enggak cuma spekulasi.
Ini cocok banget buat kamu yang mencari uang jajan, sambil rebahan.
Mau coba? Nggak ada salahnya juga. Berikut beberapa games yang menurut beberapa sumber benar-benar bisa memberi uang untuk pemainnya.
Menghasilkan Uang dengan Main Games
Mobile Premier League (MPL)
Kalau sempat lihat iklannya, games ini lagi populer sekarang. Baim Wong aja mau jadi bintang iklannya.
MPL ini sebenarnya adalahh aplikasi kumpulan games. Kamu bisa memilih yang mana yang kamu suka, di antaranya ada Fruit Dart, Fruit Chop, Chess, Fruit Slice, Pool, Archery, dan lain sebagainya.
Kumpulan diamond sebanyak-banyaknya, yang kemudian bisa kamu tukarkan dengan uang yang akan ditransfer ke beberapa digital wallet. Semakin sering menang, diamond semakin banyak, semakin banyak uang yang bisa kamu dapatkan dari penukarannya.
Mobile Legend
Ada yang hobi mainin games satu ini? Yes, ini adalah games—yang konon—terbaik di dekade 2010. Pemainnya banyak banget, dari seluruh dunia.
Nggak cuma penuh tantangan, tapi main games ini juga memberimu peluang untuk menghasilkan uang. Nggak cuma rupiah, dolar Amerika juga bisa saja kamu dapatkan.
Cara menghasilkannya ada beberapa jalan, mulai dari menjual karakter yang sudah mencapai level tinggi, menjadi streamer, atau kamu juga bisa memainkan karakter orang lain supaya levelnya naik. Of course, kamu harus jago ya.
Lineage 2 Revolution
Untuk menghasilkan uang dari main game ini, kamu bisa menjual item-item pada pemain lain. Semakin langka, semakin mahal item yang bisa kamu jual.
Market Glory
Kalau kamu suka main Sim City, games ini kurang lebih mirip cara memainkannya. Well, lebih sederhana sih, malahan.
Yes, ini adalah game simulasi, yang menugaskanmu untuk membangun kota dan kawasan, serta berbagai fasilitas di dalamnya. Kamu bisa mendirikan perusahaan, berbisnis, lalu mendapatkan keuntungan dari bisnis virtual tersebut. Nah, keuntungan inilah yang kemudian bisa kamu tukarkan dengan uang asli.
Kamu juga bisa mencalonkan diri menjadi pemerintah, mendapatkan pangkat militer, dan membangun organisasi sendiri, dalam metaverse yang ada dalam game tersebut.
Semakin kamu tekun bekerja dan strategimu juga bagus, keuntungan akan semakin besar pula kamu dapatkan.
Wealth Words
Kalau kamu suka mengisi teka-teki silang, menyusun puzzle, memainkan kata, atau scrabble, ini games yang cocok untukmu. Nggak hanya bikin otak semakin tajam, kamu juga bisa menghasilkan uang dengan main game ini.
Setiap kali kamu berhasil memecahkan teka-teki atau tantangannya, kamu berpeluang untuk mendapatkan uang asli.
Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG)
Nah, ini game yang nggak kalah populer dari Mobile Legend nih. Penggemarnya banyak dan militan. Enaknya, game ini bisa dimainkan di PC maupun di Android dan iOS. Developernya juga cukup ‘rajin’ update, sehingga fiturnya nggak pernah ada matinya.
Kamu bisa menghasilkan uang dengan menjadi streamer dan mengembangkan karakter di game ini. Kalau kamu memang jagoan, kamu bisa menjadi joki untuk pemain lain yang pengin naik level dengan cepat, tentu dengan imbalan uang.
Memang enggak secara langsung didapatkan dari pengembang, tapi peluang menghasilkan uang dengan memanfaatkan game ini sangat luas terbuka. Video-video tutorial di YouTube juga banyak banget yang mencari, jadi ini bisa juga jadi jalan lain untuk mendapatkan uang dari game ini.
Dota 2
Ini adalah salah satu game paling kompetitif yang pernah ada. Seru banget, and yes … juga membuka peluang untuk bisa menghasilkan uang. Caranya, sama dengan game yang di atas, yaitu dengan menjadi streamer dan juga menjual item-item pada pemain lain. Semakin langka item, maka akan semakin mahal.
Dota 2 tak hanya sekadar permainan untuk bersenang-senang, tapi juga sering dijadikan turnamen. Kalau kamu menang, hadiah besar akan menanti.
Selain games di atas masih ada beberapa games lain yang juga bisa kamu coba sebagai cara untuk menghasilkan uang. Misalnya seperti Pro Evolution Soccer, League of Legends, Black Dessert Mobile, dan sebagainya.
Seru kan?
Yah, tapi kamu jangan pernah lupa. Bahwa menghasilkan uang bukan satu-satunya masalah yang mesti kamu pikirkan. Tetapi, mengelola uang yang sudah kamu dapatkan dengan baik, itulah yang terpenting. Apa artinya kamu bisa menghasilkan uang banyak dari games, kalau kamu tak punya literasi keuangan yang baik? Betul kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Langkah Mengatur Keuangan dan Memperbaiki Kondisi yang Sudah Tak Sehat bagi Karyawan
Sebagai karyawan, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam kondisi paycheck to paycheck, alias hidup dari gaji ke gaji. Baru terima gaji, banyak uang, lalu habis. Tanggal tua, merana, menghitung hari kapan gajian lagi. Kondisi ini jamak banget dijumpai, padahal sebenarnya bisa diatasi dengan satu hal saja: mengatur keuangan dengan lebih baik.
Yang namanya gaji, memang relatif. Kadang gaji kecil, ya cukup-cukup saja dipakai buat hidup. Gaji besar kadang terjadi sebaliknya. Kok bisa gitu? Banyak sebab sih, karena kondisi orang juga berbeda satu dengan yang lain.
Ada yang memang tanggungannya banyak. Ada yang memang belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatur uang, dan sebagainya.
Padahal, keuangan yang sehat adalah pangkal hidup sejahtera. Kita kan tak bisa memungkiri, bahwa hidup itu butuh biaya. Karena itu, sudah pasti harus siap dengan biaya yang sepadan juga. Baik yang punya tanggungan banyak, ataupun yang memang belum punya keterampilan, semua bisa diatasi dengan satu cara: belajar mengatur keuangan.
Memang personal finance is very personal. Tak ada rumus yang sama untuk memperbaiki setiap masalah keuangan yang terjadi, karena semua tergantung kondisi masing-masing. Tetapi, untuk memperbaiki dan mengatur keuangan yang sudah telanjur tak sehat, kamu bisa mulai dari 3 langkah sederhana ini.
Memperbaiki Kondisi dan Mengatur Keuangan yang Sudah Tak Sehat
1. Perkecil rasio utang
Biasanya, utang memang jadi biang kerok tidak sehatnya keuangan kita. Rerata sih karena rasionya besar, lebih dari 30%.
Apakah ini yang juga terjadi padamu? Ayo, coba dihitung. Ada berapa cicilan yang harus kamu bayar setiap bulannya? Coba dibuat daftar yang terdiri atas besarnya utang total, besarnya bunga, berapa cicilannya, berapa lama lagi lunasnya, dan kepada siapa.
Memang harus detail ya, agar kamu bisa mendapatkan gambaran betapa tidak sehatnya kondisi keuangan kamu, sehingga kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki dan mengatur keuangan kamu.
Setelah daftarnya selesai, coba lihat, berapa total cicilannya? Apakah melebihi 30% dari penghasilan rutinmu? Jika iya, bisa jadi memang ini yang jadi ‘penyakit’-nya.
Segera cari solusi untuk bisa mengurangi rasio utang, hingga di bawah 30% ya. Butuh tekad dan niat yang besar, juga kerja keras untuk melakukannya.
2. Catat dan pantau cash flow
Salah satu ciri keuangan sehat adalah cash flow yang positif.
Cash flow adalah kelancaran antara uang masuk dan uang keluar. Jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka itu berarti cash flow kamu negatif. Sedangkan, jika pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, maka ini artinya cash flow positif, dan inilah yang disebut dengan kondisi keuangan yang sehat.
Untuk bisa menentukan apakah positif atau negatif, maka kamu perlu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan dalam satu bulan. Nanti akan terlihat bagaimana kondisinya, apakah pengeluaran lebih besar daripada pemasukan?
Jika pengeluaran sama dengan atau memang lebih besar daripada pemasukan, maka kamu perlu untuk segera mengatur keuangan kamu. Cari bagian mana dalam pengeluaran kamu yang memiliki porsi besar. Lalu cermati, apakah memang perlu sebesar itu? Bisakah dikurangi? Teliti juga bagian lainnya yang mungkin bisa membuatmu boncos berkepanjangan.
3. Buat tujuan keuangan dan disiplin
Bisa jadi, kondisi keuanganmu tak sehat disebabkan karena kamu tak punya tujuan keuangan. Buatmu, hidup ya gini-gini aja. Just go with the flow. Mengikuti ke mana angin berarah. Tsah.
Yah, enggak salah sih. Kadang memang ada tipe orang santuy seperti ini. Kita toh enggak boleh menghakimi, ya kan?
Namun, tanpa tujuan memang hanya membuatmu di situ-situ saja. Ibarat mau pergi, pastinya kita akan menentukan tujuan. Baru kemudian mencari tahu, berapa lama perjalanannya, dan bisa naik apa agar sampai ke tujuan tersebut.
Begitu juga dengan hidup. Tujuan keuangan itu penting untuk kita miliki, agar kita bisa maju dan lebih baik. Setelah ada tujuan keuangan, baru deh kita tentukan jangka waktu dan instrumen yang cocok agar bisa mewujudkan tujuan tersebut.
So, enggak heran kan, kalau keuangan kamu nggak jelas, karena tujuan hidup aja enggak ada.
Jadi, mau ngapain ke depannya? Mau menikah? Mau sekolah lagi, lanjut ke jenjang berikutnya? Mau liburan ke luar negeri? Mau beli mobil baru? Mau beli rumah? Mau umrah? Kesemua inilah yang disebut tujuan keuangan. Tentukan dulu, baru kemudian tanyakan, kapan mau mewujudkannya?
Dengan adanya tujuan, hidup kamu akan lebih fokus dan tertarget. Kamu juga termotivasi untuk mengatur keuangan lebih baik, dan akhirnya bisa menyehatkan kondisi keuanganmu.
Yuk, belajar mengatur keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Challenge Menabung untuk Menantang Dirimu Sendiri
Apa kabar yang punya resolusi tahun baru untuk lebih rajin menabung tahun ini? Sudah lupa? Ya, enggak apa. Untuk mulai menabung, nggak harus menunggu tahun baru juga kok. Kamu bisa mulai hari ini. Mungkin kamu bisa coba mulai dengan challenge menabung?
Yes, konon sih, ‘lebih rajin menabung’ itu salah satu resolusi yang paling banyak diucapkan di tahun baru, setelah ‘pengin mulai diet’—yang sekaligus juga merupakan janji yang paling sering dilupakan. Duh …
Padahal ya, siapa pun pasti mengamini, kalau yang namanya menabung itu kebiasaan yang sangat bagus dan jadi sangat penting, apalagi di masa-masa sekarang.
So, telat itu akan lebih baik daripada enggak sama sekali, bukan? Dan biasanya kita tuh semangat mengerjakan sesuatu kalau dikasih tantangan. Berikut ada 7 challenge menabung seru yang bisa kamu lakukan, demi meningkatkan jumlah saldo.
5 Challenge Menabung Seru yang Bisa Kamu Lakukan
1. Challenge Menabung 52 Minggu
Oke, ini sebenarnya memang paling pas kalau dimulai di awal tahun. Jadi, nanti selesainya pas juga di akhir tahun. Tapi, untuk tujuan baik, mulai kapan pun tetap akan baik adanya.
Mau mulai challenge menabung ini sekarang, maka ya tinggal dihitung saja untuk berakhir 52 minggu ke depan. Atau, boleh juga enggak harus 52 minggu. Bisa disesuaikan dengan kondisi.
Caranya gampang. Tentukan nominal yang ingin kamu tabung di setiap minggunya. Nggak harus banyak kok. Kamu bisa mulai dari Rp10.000, Rp20.000, atau Rp50.000.
Misalnya kamu pengin menabung Rp50.000, maka di akhir 52 minggu kamu akan mendapatkan uang Rp2.600.000. Mayan banget kan?
2. Challenge Menabung 30 Hari
Nah, kalau mau menabung yang jangka pendek, kamu bisa mencoba melakukan challenge menabung kedua ini, yaitu sisihkan uang setiap hari dengan nominal tertentu. Tetep nggak perlu terlalu besar juga; Rp20.000, Rp10.000, atau Rp5.000 juga boleh.
Atau, kalau mau lebih seru, coba menabung yang disesuaikan dengan tanggal. Tapi supaya nggak terlalu berat di akhir bulan, kamu balik urutan nominalnya. Jadi, alih-alih menabung Rp1.000 di tanggal 1, dan Rp31.000 di tanggal 31, kamu balik saja menabung Rp31.000 di tanggal 1, dan Rp1.000 di tanggal 31.
Dengan cara ini, di akhir bulan nanti, kamu akan bisa mengumpulkan uang kurang lebih Rp495.000 loh! Jumlah yang cukup fantastis di akhir bulan kan?
3. Challenge Potong 5% Anggaran
Mungkin kamu sudah menerapkan alokasi 10% gaji untuk tabungan dan investasi ya? Nah, ini bisa jadi challenge tambahan nih, supaya tabungan dan investasi kamu bisa lebih besar lagi alokasinya.
Setelah kamu membuat anggaran bulanan, coba potong 5%-nya. Misalnya untuk anggaran kebutuhan hidup kamu mengalokasikan Rp2 juta. 5%-nya adalah Rp100.000. Nah, kamu boleh ambil dari kebutuhan mana saja yang termasuk dalam kebutuhan hidup. Misalnya, dari anggaran makan. So, supaya lebih hemat Rp100.000, kamu akan bawa bekal dari rumah.
Nah, dengan demikian, kamu akan berhemat Rp100.000 setiap bulan, dan pada akhir tahun tabunganmu akan mencapai Rp1.200.000. Lumayan kan? Kamu juga bisa menyesuaikan persentasenya, nggak harus 5% juga. Dari 1% pun boleh.
4. Challenge di Dapur
Challenge menabung keempat ini bisa dilakukan oleh kamu, para ibu rumah tangga, atau siapa pun yang sering memasak sendiri di rumah.
Challenge-nya mudah. Kamu tidak boleh berbelanja sampai semua bahan makanan di dapur dan kulkas habis dimasak semua. Ini berlaku selama bahan makanan tersebut tidak kedaluwarsa ya.
Nah, dengan challenge ini, selain kamu bisa menghemat belanja dan bisa menambah tabungan, kamu juga bisa ikut mengurangi food waste. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui kan?
5. Weekend no Spend
Challenge menabung yang kelima ini juga tak kalah seru loh. Buat siapa saja yang suka menganggap weekend sebagai hari istimewa buat rekreasi, bisa nih dicoba.
Caranya, cari cara menghabiskan weekend, tanpa kamu harus mengeluarkan uang sepeser pun. Well, kamu bisa mengecualikan beberapa hal juga sih, misalnya harus bayar tagihan, ya harus dilakukan. Tapi, di luar hal-hal wajib, coba deh berkomitmen untuk tidak mengeluarkan uang.
Kamu bisa masak sendiri di rumah. Menonton acara televisi atau bermain bareng keluarga di rumah. Kalaupun keluar rumah, cari tempat-tempat menyenangkan yang gratis tanpa perlu bayar HTM. Misalnya ke taman kota. Mau jajan? Eits, coba bawa bekal saja dari rumah.
Nah, gimana? Seru-seru kan challenge menabungnya? Nggak usah menunggu tahun baru buat dijadikan resolusi. Kamu bisa mulai dari hari ini juga. Nggak usah pakai besok. Tarsok tarsok, nanti nggak jadi mulai lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Hometown Cha-Cha-Cha dan 3 Pelajaran Keuangan Terbesar di Dalamnya Sejauh Ini
Setelah heboh dengan Squid Game dan berbagai nilai hidup yang bisa diambil dari serial thriller survival tersebut, kini dunia per-drakor-an kembali diramaikan oleh serial yang lain. Berbeda genre, kali ini soal hidup dan hubungan antarmanusia dalam drama antara Yoon Hye Jin dan Hong Du Sik dalam Hometown Cha-Cha-Cha.
Siapa nih yang juga sudah nonton?
Seperti halnya Squid Game, ternyata ada banyak pelajaran—khususnya soal keuangan—yang bisa kita dapatkan dari Hometown Cha-Cha-Cha. Tapi kita sih enggak akan bahas semuanya, kita bahas saja yang paling penting. Ntar malah jadi review drakor dong.
Apa saja pelajarannya?
Mari kita lihat.
3 Pelajaran Keuangan Penting yang Bisa Diambil dari Hometown Cha-Cha-Cha
1. Ambillah keputusan keuangan saat kondisi waras
Dalam hidup, kita memang kadang dihadapkan dalam berbagai pilihan. Tak jarang pula, hal ini berkaitan dengan keuangan. Tentu hal ini bisa dilakukan dengan baik, ketika emosi kita juga stabil. Nah, masalahnya, kadang emosi—tanpa terasa—ikut terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Seperti Yoon Hye Jin dalam Hometown Cha-Cha-Cha. Kariernya yang cemerlang sebagai dokter gigi terancam karena masalah dengan atasannya. Dia lantas memutuskan untuk resign saat dirinya masih emosi. Bahkan lebih parah lagi, Yoon Hye Jin menumpahkan kekesalannya di media sosial. Ya, sudah pasti “tertangkap basah” deh dan akhirnya dianggap mencemarkan nama baik atasan. Akhirnya, bisa diduga sih, Yoon Hye Jin kesulitan mendapatkan pekerjaan kembali.
Yoon Hye Jin mendapatkan kesulitan karena dia memutuskan saat kondisinya “tak waras” alias sedang emosi tinggi, yang kemudian membawanya pada masalah keuangan. Tagihan berdatangan tanpa mampu dia bayar. Buat merintis usaha sendiri di Seoul pun, modalnya tak cukup.
Dalam hidup, kita juga sering mengalami kondisi mirip dengan Yoon Hye Jin. Sesuatu terjadi, membuat kita emosi, dan akhirnya gegabah mengambil keputusan.
Misalnya saja, ngelihat saham ABCD yang baru kita beli kemarin melonjak. Saking senangnya dapat untung, tanpa melakukan analisis lagi, kita langsung beli lagi. Akhirnya menyesal, ketika menjelang penutupan hari bursa, malah ARB alias auto reject bawah. Makin perih, karena uang yang dipakai buat nambah beli saham adalah uang cicilan motor.
Emosi di sini memang bisa berarti marah, sedih, bahkan gembira yang terlalu berlebihan. Kadang membuat kita bias dalam mengambil keputusan. Akhirnya, masalah pun muncul.
Hindari membuat berbagai keputusan saat sedang emosi. Tenangkan diri dulu, biarkan diri lebih waras, baru mempertimbangkan berbagai hal sebelum akhirnya mengambil keputusan.
2. Gaya hidup bisa menjebak kita
Sebagai “orang kota”, Yoon Hye Jin pastinya memiliki gaya hidup yang selayaknya dimiliki oleh orang kota. Self reward sering kali menjadi alasannya untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang kurang berfaedah. Coba deh, lihat tingkahnya ketika membeli sepatu mahal sebagai “hadiah” resign. Nontonnya saja sudah jengkel rasanya. Iya nggak sih?
Sudah resign, nggak punya duit, eh … malah tukang paket bolak-balik datang. Hadehhh …
Gaya hidup membuat Yoon Hye Jin gengsi dalam kisah Hometown Cha-Cha-Cha. Meski butuh uang, dia menolak peluang kerja dari membersihkan isi perut cumi-cumi. Menurutnya, dia adalah tenaga kerja elite. Padahal ya, kondisinya sama saja: butuh uang.
Akhirnya, meskipun niatnya tulus, masyarakat Gongjin tetap saja berburuk sangka padanya, karena gayanya yang dianggap sok. Untungnya sih, Yoon Hye Jin segera menyadari kesalahannya, juga karena bantuan Kepala Hong sih.
Nggak salah kok, kalau kita mau menikmati hasil jerih payah kita. Seperti yang dibilang Du Sik soal kalung yang dibeli Yoon Hye Jin. Hanya saja, memang perlu diberi batasan. Kalau di QM Financial, kita mengenalnya sebagai pos lifestyle, yang idealnya besarnya tidak boleh lebih dari 10% penghasilan rutin kita.
3. Miliki lebih dari satu income
Kalau kita perhatikan, kebanyakan orang memang merasa cukup dengan memiliki satu mata pencaharian saja. Seperti kebanyakan warga Gongjin di Hometown Cha-Cha-Cha. Namun, ada yang menarik dari salah satunya.
Ya, si Ibu Yeo Hwa Jeong, yang selain punya resto seafood juga menyewakan properti. Dari beliau, kita belajar pentingnya memiliki penghasilan aktif—bisa dari bekerja kantoran atau punya bisnis seperti resto seafood—dan penghasilan pasif dari aset aktif. Dengan demikian, kita memiliki keamanan finansial yang lebih baik, karena tak tergantung pada satu pintu pemasukan saja.
Kalau dilihat-lihat, Hong Du Sik juga punya banyak pintu penghasilan. Bahkan, dia punya banyak sertifikat untuk pekerjaan paruh waktu yang telah dilakukannya. Bikin Yoon Hye Jin keheranan setengah mati.
Kita juga bisa loh, punya lebih dari satu stream income. Misalnya, selain kerja kantoran, kita bisa mengerjakan side hustle di luar jam kerja kita. Atau, bisa juga sambil berdagang. Pilih dari berbagai peluang yang tidak mengganggu pekerjaan utamamu ya.
Nah, banyak kan, pelajaran yang bisa kita dapatkan dari Hometown Cha-Cha-Cha? Sementara episode-episode baru masih bisa terus dinantikan, tak ada salahnya juga nonton dari awal lagi, untuk melihat kembali. Mungkin masih ada pelajaran keuangan lain yang tertinggal.
Kamu sendiri menemukan hal menarik apa dalam Hometown Cha-Cha-Cha, selain uwuwunya Kim Seon-ho?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Gaji 5 Juta per Bulan: Ini Trik Terbaiknya
Gaji 5 juta per bulan itu bisa saja relatif bagi setiap orang. Yang hidup di daerah yang taraf hidupnya memang tidak tinggi, gaji 5 juta per bulan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga sehari-hari. Ya, pastinya harus tetap diatur ya, karena kebutuhan kita memang enggak pernah ada habisnya.
Namun, bagi mereka yang hidup berjuang di Jakarta, atau daerah-daerah lain dengan taraf hidup yang tinggi, maka gaji 5 juta bisa jadi sangat pas-pasan. Bahkan, bisa jadi juga kurang memadai. Belum lagi soal tanggungan.
Memang itulah inti dari personal finance, alias pengelolaan keuangan pribadi, yang memang sangat personal. Setiap orang memiliki kondisinya masing-masing, sehingga soal keuangan pun penanganannya bisa sangat berbeda antara satu orang dengan yang lain. Sama-sama punya gaji 5 juta, bisa jadi strategi pengelolaan yang cocok dilakukan oleh A, tidak cocok dilakukan oleh B.
Jadi, gimana dong? Gimana cara atur gaji 5 juta yang bisa diterapkan oleh semua orang? Well, berikut adalah formula yang bisa kamu coba untuk atur gaji 5 juta, dengan tetap memperhatikan kondisimu pribadi.
Atur Gaji 5 Juta Biar Cukup untuk Kebutuhan Sehari-hari
1. Rutin: 40%
Untuk kebutuhan rutin, kamu bisa mulai dengan bujet 40% dari gaji yang dialokasikan. Kalau gajimu sebesar Rp5 juta per bulan, maka ini berarti sebesar Rp2.000.000.
Nah, berarti Rp2 juta ini harus kamu alokasikan lagi sesuai kebutuhan hidup yang biasanya harus kamu penuhi. Misalnya, kamu bagi lagi ke dalam alokasi makan, pulsa, transportasi, token listrik, dan sebagainya.
Dirasa tipis? Coba cek lagi, lebih baik kurangi hal-hal yang dirasa kurang penting. Misalnya, setop kebiasaan jajan, dan lebih baik bawa bekal sendiri dari rumah. Minum kopi? Boleh saja, dibatasi seminggu sekali, atau puaskan saja dengan kopi sachet.
Kamu sendiri yang tahu sebelah mana yang bisa dihemat.
2. Cicilan utang: 30%
Memang yang namanya utang itu sebaiknya diputuskan dengan bijak. Kalau memang tak mampu secara finansial, justru jangan memaksakan diri untuk berutang. Prinsip pertama ketika hendak mengambil pinjaman kan memastikan dulu bahwa kita mampu mengembalikan dana plus bunganya.
Jangan dibalik ya, karena nggak punya uang lalu utang. Bayarnya? Besok aja, gampang.
Jangan gitu ya.
Nyatanya kadang, utang memang perlu juga, untuk membeli aset yang nominalnya besar. Rumah, misalnya. Tetapi, utang untuk beli rumah nantinya akan membuat kita memiliki aset yang nilainya bertambah seiring waktu.
Untuk cicilan utang, upayakan agar tak lebih dari 30% penghasilan. Ini artinya sebesar Rp1.500.000. Ini berlaku untuk semua jenis utang, mulai dari kredit HP, kredit panci, utang teman, koperasi, sampai kartu kredit.
3. Investasi: 20%
Demi masa depan, maka meski “hanya” memiliki gaji 5 juta, tapi kamu juga harus mengupayakan agar bisa menabung, terlebih lagi berinvestasi.
Tabungan akan berguna buatmu sebagai dana darurat, sedangkan investasi dapat membantumu untuk mewujudkan tujuan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Ingat pepatah klise, “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit” kan? Meski klise, tapi pepatah itu masih relevan banget sampai sekarang loh. Jangan remehkan tabungan dan investasi yang berawal dari 20% gaji 5 juta, yang berarti Rp1.000.000. Dengan uang Rp1.000.000 ini, kamu bisa punya investasi reksa dana atau juga saham setiap bulan.
Belajarlah lebih banyak lagi tentang investasi; mengenali instrumen-instrumennya, memahami cara kerja dan risikonya, serta belajar membuat strategi menabung dan investasi yang efektif.
4. Lifestyle: 10%
Nah, di pos sebesar 10% inilah, kamu bisa menggunakannya untuk memanjakan diri sendiri.
Yes, menikmati jerih payah sendiri itu juga penting, terutama buat kesehatan mental. Jadi, bukannya enggak boleh menggunakan uang buat bersenang-senang sama sekali. Boleh kok, tapi batasilah hanya 10% dari gaji, yang berarti Rp500.000 saja setiap bulannya.
Dicukupkan, dan syukurilah bahwa kamu masih bisa menikmatinya untuk berbagai hal yang kamu minati.
5. Tambah pemasukan
Selain mengelola keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, seperti yang sudah dijabarkan di atas, kamu juga bisa menambah pemasukan.
Ada banyak peluang yang bisa kamu coba loh. Misalnya dengan melakukan berbagai pekerjaan sampingan, atau mungkin berdagang.
Nah, itu dia sedikit tip untuk mengelola gaji 5 juta.
Sekali lagi, personal finance is very personal. Alokasi gaji di atas, tentu bisa kamu utak atik lagi sesuai kondisi dan kebutuhanmu. Kamu sendiri yang tahu bagaimana yang terbaik untukmu, bukan? Dan ingat, apa yang baik untuk orang lain belum tentu sesuai juga kamu lakukan. Jadi tak perlu terlalu banyak membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang jelas-jelas berbeda kondisi.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!