Instrumen Investasi untuk Pemula, Apa Saja ya yang Cocok?
Investasi semakin populer. Semoga sih tak hanya sekadar trending topic ya, tetapi benar-benar menjadi tanda bahwa semakin banyak orang sadar akan pentingnya berinvestasi. Tapi, ya memang di situlah masalahnya. Banyak yang mulai tertarik, tapi tanpa ilmu yang memadai sehingga bingung apa instrumen investasi untuk pemula yang pas.
Memang, investasi untuk pemula harus dipahami sebagai bagian dari rencana keuangan yang sangat penting, dan mesti dilakukan oleh siapa pun yang sudah berpenghasilan dan punya cita-cita atau mimpi. Selain bisa menumbuhkan aset, investasi juga dapat menghindarkan kita dari berbagai kesulitan keuangan di masa mendatang. Misalnya jadi bisa menyekolahkan anak hingga jenjang pendidikan tertinggi tanpa terganggu biaya, bisa pensiun sejahtera dan mandiri, dan seterusnya.
So, kita memang perlu mempelajari berbagai jenis instrumen investasi untuk pemula sebelum benar-benar melakukannya, agar kita bisa memilih yang pas dengan kebutuhan.
Terus, apa saja instrumen investasi untuk pemula yang pas itu? Berikut daftarnya, dan juga sedikit cara memulai investasinya.
Instrumen Investasi untuk Pemula
Deposito
Deposito ini adalah investasi rasa tabungan, cocok banget sebagai instrumen investasi untuk pemula. Pasalnya, deposito merupakan produk perbankan, yang keamanannya dijamin oleh LPS hingga nominal Rp2 miliar. Artinya, kalau ada apa-apa dengan simpanan deposito yang disebabkan oleh faktor instansinya atau kebijakannya, maka tabunganmu akan dijamin utuh. Dengan catatan, tidak lebih dari Rp2 miliar ya.
Saat artikel ini ditulis, Bank Indonesia baru saja menaikkan suku bunga acuannya ke level 4.75%, sehingga bisa jadi akan ada penyesuaian juga pada bunga deposito. Kamu bisa mengeceknya ke bank yang terkait.
Cara berinvestasi deposito:
- Untuk membuka deposito, kamu bisa datang ke bank terkait, atau jika kamu sudah menjadi nasabah dan punya mobile banking-nya, umumnya sudah disediakan fitur untuk membuka deposito secara online.
- Tentukan nominal dana yang pengin kamu depositokan.
- Pilih jenis deposito, ARO atau Non-ARO. Jika ARO maka secara otomatis deposito akan diperpanjang, Non-ARO sebaliknya.
- Tentukan juga bunganya mau diapakan. Paling menguntungkan jika bunga kembali didepositokan, sehingga kamu pun mendapatkan bunga dari bunga.
- Tentukan tenor, sesuaikan dengan tujuan keuangan. Ada 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan.
Mudah kan?
Emas
Emas juga bisa menjadi salah satu instrumen investasi untuk pemula yang pas. Jika dibandingkan dengan instrumen, emas dianggap sebagai safe haven lantaran dianggap bernilai paling stabil. Tetapi, jika mengharapkan return yang optimal, emas cocok jika menjadi instrumen investasi jangka panjang.
Perlu kamu ketahui, bahwa harga emas tetaplah fluktuatif, tergantung pada kondisi ekonomi dunia. Namun, yang pasti, ketika dunia sedang tidak baik-baik saja, biasanya harga emas justru melambung.
Cara mulai investasi emas:
- Beli emas di penjual yang tepercaya; bisa di Butik Emas, Pegadaian, atau toko emas yang sudah bereputasi. Kamu juga bisa membeli emas online melalui marketplace ataupun logammulia.com
- Pilih gramasi emas yang pengin kamu beli. Biasanya tersedia dalam 5 gram, 10 gram, hingga 1 kilogram. Semakin besar gramasi, maka jatuhnya akan semakin murah. Tentukan sesuai kemampuan.
- Setelah disepakati harga dan gramasi, kamu bisa membayar emas yang kamu beli.
- Simpan emas di tempat yang aman.
Reksa dana
Instrumen investasi untuk pemula yang pas berikutnya adalah reksa dana. Instrumen ini cocok banget buat pemula yang masih belum pengalaman melakukan analisis, memantau pasar, dan mengelola dana investasi dengan taktis. Pasalnya, di sini akan ada manajer investasi yang akan membantu.
Cara berinvestasi di reksa dana:
- Download dan install aplikasi investasi reksa dana di smartphone. Kamu bisa memilih salah satu dari banyak nama aplikasi yang ada, tetapi jalan lupa untuk pastikan bahwa aplikasinya legal dan diawasi oleh OJK
- Lakukan registrasi dan buka akun, ikuti petunjuk yang sudah disediakan.
- Ada aplikasi yang meminta deposit awal, tetapi ada juga yang tidak. Kamu bisa mentransfer sejumlah dana jika kamu sudah melakukan pemesanan reksa dana.
- Lakukan pembayaran sesuai nominal
- Reksa dana pun sudah kamu miliki, tinggal topup secara konsisten sesuai rencana.
Obligasi
Obligasi adalah surat utang, yang juga bisa menjadi salah satu instrumen investasi untuk pemula. Ada beberapa jenis obligasi yang bisa dipilih tetapi untuk pemula yang paling pas adalah obligasi pemerintah. Ada 4 jenis obligasi pemerintah yang sering ditawarkan, yaitu ORI, SBR, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan, masing-masing dengan karakteristiknya sendiri.
Berinvestasi di obligasi relatif sangat rendah risiko. Pasalnya, surat utang ini diterbitkan oleh pemerintah, dan dijamin. Sepanjang sejarah, pemerintah belum pernah mengalami gagal bayar.
Jika kamu berminat berinvestasi di obligasi, ini caranya:
- Kamu tidak bisa sewaktu-waktu membeli obligasi pemerintah. So, pantau media sosial Kemenkeu supaya kamu enggak ketinggalan berita penawaran obligasi per serinya.
- Saat sudah diumumkan ada penawaran, kamu bisa registrasi di beberapa mitra distribusi yang sudah ditunjuk. Kalau kebetulan sudah punya akun, kamu bisa langsung membeli. Namun, jika belum, kamu harus melewati prosedur registrasi yang cukup simpel.
- Jika sudah teregistrasi, kamu bisa memesan obligasi yang sedang ditawarkan, dan tentukan nominal investasinya.
- Lakukan pembayaran sesuai petunjuk yang diberikan.
- Kamu akan mendapatkan jatah investasi, dan kupon pun akan masuk secara otomatis ke rekeningmu setiap bulan sesuai ketentuan.
Saham
Instrumen investasi untuk pemula berikutnya yang bisa dipilih adalah saham. Namun, saham termasuk instrumen risiko tinggi, sehingga kamu perlu untuk punya strategi jitu agar bisa menjaga nilainya. Salah satu strategi yang bisa dipakai oleh investor pemula adalah dengan menerapkan investasi jangka panjang.
Cara untuk mulai investasi saham pemula:
- Pilih perusahaan sekuritas yang akan menjadi perantara kamu melakukan transaksi. Jangan lupa pastikann sekuritasnya legal dan diawasi oleh OJK, serta sudah menjadi anggota bursa ya.
- Download aplikasinya di smartphone, lakukan registrasi akun sesuai ketentuan.
- Setor deposit dana sesuai ketentuan. Ada yang memberlakukan minimal deposit, ada yang tidak. Kamu bisa mencari informasinya terlebih dulu.
- Lakukan analisis saham untuk memilih yang paling potensial.
- Jika sudah memilih, lakukan pembelian. Biasanya ada tombol ‘Buy’ dan ‘Sell’ pada ticker saham yang kamu pilih.
- Setelah melakukan pembelian, secara otomatis saldomu di rekening sekuritas akan berkurang, dan portofolio saham kamu bertambah.
Nah, itu dia 5 instrumen investasi untuk pemula yang paling pas, dengan karakternya masing-masing. Sebenarnya instrumen investasi enggak hanya itu saja, tetapi masih ada banyak lagi, mulai dari properti bahkan kripto atau NFT. Kamu boleh saja memilih instrumen lain tersebut, tetapi harus betul-betul mempelajari cara kerjanya sehingga risiko bisa ditekan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Mengatur Keuangan untuk Kamu yang Berpendapatan Tidak Tetap
Ingat dengan drama Korea Hometown Cha Cha Cha? Di situ ada kisah Du Sik, si pekerja serabutan yang menawan. Pekerjaannya serabutan. Apa saja dikerjakannnya, secara fleksibel, tak terikat kontrak. Karena itu, pastinya pendapatan Du Sik juga tak menentu. Tapi, bisa-bisa saja dipakai buat biaya hidup. Du Sik pasti sudah belajar mengatur keuangan dengan baik, karena dia kan dulunya … Ups, spoiler.
Yes, enggak cuma ada pekerja atau karyawan yang ngantor teratur, karier berjenjang jelas, punya bos, punya coworkers, pergi pagi pulang malam, dan dengan gaji yang rutin ada setiap bulan, ternyata masih ada pekerja seperti Du Sik. Mereka memilih bekerja tanpa ikatan. Pekerja lepas, begitu sebutannya. Freelancer, begitu istilah kerennya.
Biasanya orang-orang yang memilih jalur profesi sebagai freelancer mempertimbangkan soal fleksibilitas waktu dan tempat untuk bekerja. WFA, begitu katanya. Work from anywhere. Bisa dikerjakan kapan saja, di mana saja, dengan cara apa saja, asalkan bisa setor sesuai target yang sudah disepakati dengan klien masing-masing
However, fleksibilitas waktu dan tempat ini ada trade off-nya. Yaitu penghasilan yang “fleksibel” juga. Fleksibel artinya di sini enggak tetap. Enggak kayak orang-orang yang kerja kantoran, mereka secara rutin menerima gaji Rp5 juta, Rp20 juta, Rp250 juta, … Rp1 miliar. Pekerja lepas tidak seperti itu. Penghasilan pekerja lepas tidak tentu; bulan ini dapat Rp30 juta, bulan depan Rp3 juta. Bulan depannya lagi Rp10 juta, bulan berikutnya zonk karena nggak ada klien yang jatuh tempo pembayaran.
Sebenarnya, hal ini adalah hal yang lumrah terjadi di dunia kreatif. Tapi, kadang ya bikin kaget juga, terutama buat para pemula. Tenang, yang harus dilakukan sekarang adalah mencari tahu cara belajar mengatur keuangan dengan baik.
Belajar Mengatur Keuangan untuk yang Berpendapatan Tidak Tetap
Belajar mengatur keuangan sebenarnya tak terbatas bagi orang-orang tertentu. Namun, belajar keuangan itu penting terlebih bagi mereka yang sekarang dalam usia produktif, sudah bisa memiliki penghasilan, maka belajar mengatur keuangan hukumnya wajib.
Namun ya harus diakui, bahwa belajar mengatur keuangan itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi kalau pendapatan kita enggak tetap. Seperti yang dimiliki oleh para pekerja lepas alias freelance. Tapi sebenarnya, yang punya pendapatan tidak tetap itu enggak hanya pekerja lepas saja lo! Ada profesi lain yang juga berpendapatan tidak tetap dan harus belajar mengatur keuangan dengan baik. Biasanya ini dialami oleh profesi yang upahnya dihitung berdasarkan hasil yang disetorkan.
Lalu, bagaimana cara belajar mengatur keuangan yang baik untuk pendapatan yang tidak tetap ini? Yuk, ikuti langkah-langkah berikut.
Buat anggaran yang tetap
Pendapatan boleh saja tidak tetap, tetapi anggaran keuangan bisa dibuat tetap. Lha, caranya terus gimana untuk membuat anggaran ini? Kan pendapatan enggak tetap?
Tenang. Ada caranya, yaitu dengan berpatokan pada pengeluaran. Buatlah catatan pengeluaran yang cukup mendetail setiap hari yang kemudian direkap setiap bulan. Dengan demikian, kamu bisa melihat rata-rata pengeluaranmu setiap bulannya.
Ingat, karena pendapatan yang tidak tetap, maka setiap pengeluaran kan harus dilakukan dengan cermat. Pisahkan mana yang merupakan kebutuhan, dari keinginan. Buat pengeluaran seminimal mungkin, atau seefisien mungkin. Ini penting, karena pengeluaran tersebut akan dihitung menjadi pengeluaran rata-rata. Jangan sampai nih, pengeluaran rata-ratanya justru besar banget dan tidak efisien, karena ke depannya pasti akan menyulitkanmu.
Jika pada rekapnya kamu sudah bisa menemukan rata-rata pengeluaran, maka jadikanlah ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya. Dengan begini juga, kamu bisa tahu berapa minimal pendapatan yang harus kita dapatkan setiap bulan agar tetap survive.
Dana darurat adalah wajib
Kalau pekerja kantoran, adanya gaji yang teratur dan rutin setiap bulan akan memudahkan mereka untuk mengatur keuangan. Namun, buat pekerja yang berpendapatan tidak tetap, bisa jadi harus ekstra dalam belajar mengatur keuangan. So, dana darurat adalah wajib.
Yes, dana darurat adalah tujuan keuangan utama dan pertama yang harus dimiliki dulu kalau kamu berpendapatan tidak tetap. Dan, jumlah idealnya bisa jadi lebih besar daripada para pekerja kantoran, karena pendapatanmu yang naik turun setiap bulan. Dengan demikian, kalau—semoga tidak—penghasilan sempat terhenti, kamu bisa menggunakannya dulu untuk menyambung napas.
Kalau sempat ada lebihnya pada penghasilan di bulan tertentu, jangan anggap sebagai uang nganggur. Anggaplah itu menjadi peluangmu untuk mengumpulkan dana darurat lebih cepat atau lebih besar. Buat kamu yang masih single, milikilah dana daruratt 4 – 6 kali penghasilan rata-ratamu setiap bulan. Kumpulkan per tahap, agar terasa lebih ringan.
Lengkapi asuransi
Kalau pekerja kantoran, biasanya mereka secara otomatis mendapatkan jaminan kesehatan. Minimal secara otomatis diikutkan di BPJS Kesehatan. Buat pekerja dengan pendapatan tidak tetap, asuransi kesehatan harus diupayakan sendiri. Kamu bisa mengambil BPJS Kesehatan secara mandiri.
Perlu tambahan asuransi kesehatan swasta enggak? Nah, itu kembali lagi pada kemampuanmu. Prinsipnya, jangan sampai justru menambah beban keuangan. Jadi, sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Bagaimana dengan asuransi jiwa? Jika kamu adalah tulang punggung keluarga, asuransi jiwa is a must. Tetapi teteup ya, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Seenggaknya ya, premi dan uang pertanggungan minimal ya enggak apa-apa deh, daripada enggak ada sama sekali.
Jangan lupa juga untuk memberikan asuransi kesehatan bagi anggota keluarga atau siapa pun yang menjadi tanggunganmu, agar beban finansialmu juga lebih ringan.
Belanja bijak
Karena berpendapatan tidak tetap, kamu bisa mulai belajar mengatur keuangan dengan mulai bijak dalam berbelanja. Pastikan semua barang yang kamu beli adalah memang yang menjadi kebutuhan.
Namun, bukan berarti lantas kamu enggak boleh memberi reward pada diri sendiri. Boleh banget dong, kan kamu sudah bekerja keras sedemikian rupa untuk mencukupi kebutuhan. Tapi buat pos khusus untuk keperluan ini, dan tentukan alokasinya. Kamu boleh menghabiskan pos ini untuk semua kebutuhan reward, dan kalau habis, tunggu sampai jatahnya di-topup lagi.
Jangan belanja di luar kemampuan. Terutama, hindari utang konsumtif.
Semangat mencari proyekan!
Bekerja secara lepas harus rajin memperluas peluang sendiri untuk mendapatkan proyekan. Setiap proyekan akan menawarkan peluang yang berbeda. Pertimbangkan dengan baik, proyek mana yang akan dikerjakan, tidak hanya berarti nominal saja.
Seperti halnya Du Sik yang punya banyak keterampilan, kamu juga perlu upgrade diri secara periodik. Tambah pengetahuan, tambah skill, sehingga memperluas peluang untuk menjadi pekerja lepas yang “mahal”. Selain itu, jangan berhenti untuk networking, karena ini juga bisa mendatangkan peluang lainnya.
Memang, belajar mengatur keuangan bagi pekerja yang berpendapatan tidak tetap ini enggak semata-mata mengatur cash flow. Tetapi, juga berkaitan dengan banyak hal.
Semangat ya! Meski berpendapatan tidak tetap, kamu pasti bisa mengaturnya dengan baik, sehingga nantinya juga berpeluang untuk mencapai semua tujuan keuanganmu—termasuk pensiun sejahtera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bisa Nggak ya, Punya Gaji 1 Miliar?
Ribut-ribut di media sosial tentang para karyawan yang punya gaji 1 miliar, apakah kamu juga mengikuti hype ini? Kalau ketinggalan, boleh saja kok kalau mau menelusur.
Tapi, apa pentingnya tahu gaji orang lain berapa? Terus kenapa kalau gaji orang lain 1 miliar? Apakah kemudian kamu tertarik untuk bekerja di ladang yang sama?
Ya memang, di setiap fenomena itu kan akan selalu ada sesuatu di baliknya, ya kan? Misalnya kamu kepo terhadap sesuatu, terus apakah sesuatu yang dikepoin itu kemudian bermanfaat untukmu?
Jadi Pengin Punya Gaji 1 Miliar Juga?
Salah satu bentuk reaksi yang mungkin muncul dari dalam dirimu ketika mengikuti kehebohan ini adalah ungkapan, “Duh, pengin juga euy, punya gaji 1 miliar!”
Bisa nggak ya, kita punya gaji 1 miliar juga?
Bisa saja, tapi … seberapa besarkah kemungkinannya?
Dari data yang dirilis oleh BPS yang terdapat di situs Katadata.co.id, berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Februari 2022 lalu, ternyata rata-rata gaji orang Indonesia adalah Rp2.89 juta per bulan. Angka ini naik tipis dari tahun 2021, yang sebesar Rp2.86 juta per bulan.
Fakta lain lagi terungkap, bahwa ada perbedaan besaran gaji rata-rata dari karyawan laki-laki dan perempuan. Karyawan laki-laki digaji rata-rata Rp3.14 juta, sementara perempuan digaji rata-rata Rp2.43 juta per bulan. Nah, siapa nih yang jiwa feminisnya lantas menggeliat?
So, apa yang bisa disimpulkan?
Mereka yang punya gaji 1 miliar itu bisa jadi hanya segelintir, mengingat rata-rata gaji orang Indonesia ada di kisaran Rp2.89 juta. Bisa jadi hanya 3 orang dari total penduduk usia produktif Indonesia sesuai data dari BPS ini.
3 orang dari total 208 juta orang usia produktif. Itu sama dengan nol koma nol nol nol nol yang banyak.
Jadi, bagaimana peluangnya? Silakan hitung sendiri ya.
Berarti Peluang Tipis Banget ya?
Tipis, tetapi bukan berarti tak mungkin. Ada yang memang memiliki gaji 1 miliar per bulan, tetapi ada juga yang berpenghasilan kurang dari Rp1 juta per bulannya.
Kalau dibuat chart, yang bergaji di sekitaran Rp2.89 juta pasti banyak sekali. Sementara yang memiliki gaji 1 miliar pastinya hanya segelintir di luar sirkel Rp2.89 juta itu.
Yang di luar sirkel adalah kasus ekstrem. Sudah pasti, peluang terjadi akan tipis. Kebanyakan dari kita akan berada di sekitar rata-rata.
Ini adalah hitungan yang logis dan realistis.
Tapi, hal ini bukan tak mungkin.
Menurut penelusuran dari beberapa sumber berupa situs lowongan kerja, kamu dimungkinkan banget memiliki gaji 1 miliar kalau dibayar dalam dolar. Berikut beberapa profesi yang memungkinkanmu mendapatkan gaji 1 miliar.
Ahli Teknologi Nuklir
Seorang ahli teknologi nuklir memiliki gaji pada kisaran Rp800-an juta hingga Rp 1 M, sesuai tingkat kesulitannya. Job desc mereka rata-rata adalah meneliti fisi nuklir dan energi-energi di dalamnya, yang kemudian bisa dikembangkan manfaatnya untuk kebutuhan manusia.
Peretas
Jangan selalu menganggap negatif pada para peretas. Ada sekelompok peretas yang dikenal dengan white hat, yang pekerjaannya membangun keamanan jaringan. Mereka akan meretas sistem untuk mencari celah kesalahan untuk kemudian bisa diperbaiki.
Konon, dengan tingkat peretasan yang meninggi akhir-akhir ini, sejumlah pihak mau menggelontorkan biaya besar untuk memperkuat sistem keamanan jaringan masing-masing. Ada yang menembus Rp1.3 miliar per bulannya.
Computer programmer
Computer programmer adalah salah satu dari sedikit profesi yang bisa memiliki gaji 1 miliar, bahkan lebih. Hal ini pastinya sepadan dengan tugasnya yang berat, yakni analisis dan pemrograman berbagai sistem untuk berbagai keperluan.
Apalagi perkembangan teknologi begitu luar biasa. Seorang computer programmer harus bisa mengejar kebutuhan masyarakat yang juga dengan cepat berubah.
Untuk seorang computer programmer dengan jam terbang yang sudah sangat tinggi, gajinya bisa mencapai Rp1.5 miliar.
CEO
CEO adalah seseorang yang menduduki jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan. Peran yang sangat penting, tanggung jawab yang sangat besar, yang sepadan juga dengan gaji yang tinggi. Ya, rata-ratanya sih begitu.
Sampai dengan artikel ini ditulis, CEO dengan bayaran tertinggi jatuh pada Elon Musk.
Jadi Tetap Berpeluang dong ya, untuk Bisa Punya Gaji 1 Miliar?
Jelas berpeluang!
Tapi ingat posisi berikut ini: mereka yang bergaji Rp1 miliar dengan yang rata-rata.
Kami yang ada di QM Financial sih percaya, bahwa kalau kamu memiliki penghasilan tinggi pasti tak lepas dari kerja keras, konsistensi, dedikasi, dan kegigihan kamu juga. Orang-orang bisa saja berdecak kagum ketika mengetahui gaji yang tinggi, tanpa mau melihat seperti apa yang ada di “backstage”. Backstage itu hanya kamu sendiri yang tahu.
Punya gaji 1 miliar, mengapa tidak? Dan mengapa tidak boleh memimpikan untuk bisa mendapatkan gaji setinggi itu? Bukankah setiap orang berhak mimpi? Kamu “hanya” perlu mencari jenis-jenis pekerjaan yang berpeluang untuk memberikan gaji yang besar itu. Nyatanya, kan memang ada profesi-profesi yang berpenghasilan tinggi. Beberapa contohnya juga sudah sedikit dijabarkan di atas. Tinggal harus siap bekerja keras, apa pun kondisinya.
Namun, perlu juga untuk bisa berlapang dada, ketika kita (hanya) mampu berada di tengah sirkel. Enggak melipir ke luar, baik yang ke atas maupun (semoga) tidak harus juga melipir ke bawah.
Karena kita juga seharusnya percaya, bahwa gaji kecil ataupun besar tidak akan banyak membawa perubahan baik apa pun dalam hidup, kalau kita tak dapat mengelolanya dengan baik. Gaji besar, lifestyle besar, utang juga besar, ya gimana dong? Gaji kecil, merasa tidak punya uang untuk diatur ya makin nggak jelas juga pengeluarannya. Bisa sama-sama nggak punya tabungan, nggak punya dana untuk masa depan, padahal dua-duanya dari “kutub” yang berseberangan.
Yang bergaji besar, enggak perlu flexing. Yang bergaji kecil, enggak perlu merasa paling sengsara. Ayo, sama-sama belajar, supaya keuangannya lebih baik, sehingga ke depan, hidupmu juga akan lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 + 5 Cara Jitu Mengatur Keuangan untuk Perempuan
Jadi perempuan itu sebaiknya tahu cara jitu mengatur keuangan. Intinya, harus melek keuangan! Mengapa?
Karena, dengan melek keuangan, maka perempuan bisa memiliki konsep dasar finansial yang lebih baik. Nantinya akan berguna banget untuk mengatur keuangan diri sendiri—dan juga keluarga, nantinya—biar enggak besar pasak daripada tiang. Bisa mengelola rezeki dengan baik, sebagai ungkapan rasa syukur, dan menggunakannya sebaik mungkin.
Tapi, faktanya, tingkat literasi keuangan perempuan itu masih lebih rendah daripada laki-laki. Survei dari Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, bahwa tingkat literasi keuangan perempuan hanyalah sebesar 36.13%, sementara tingkat literasi keuangan laki-laki sebesar 39.94%.
Jadi, ayo, kita tingkatkan lagi literasi keuangan kita, bestie! Kita bisa mulai dengan mencari tahu bagaimana cara jitu mengatur keuangan pribadi dulu, sebelum nantinya kita harus punya cara jitu mengatur keuangan keluarga. Mulai dari yang kecil dulu, baru yang besar. Kalau kita tidak mampu mengatur uang receh, uang besar juga bakalan sulit diaturnya.
Yuk, mulai dengan melakukan dan tidak melakukan hal-hal berikut ini sebagai cara jitu mengatur keuangan kamu.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Do’s
1. Catat pengeluaran dan buat anggaran
Ini adalah hal keuangan yang paling basic harus dilakukan sebagai cata jitu mengatur keuangan untuk perempuan. Kalau mencatat pengeluaran dan membuat anggaran ini masih sering terlupakan, yang lainnya juga akan lebih sulit.
Kenapa harus membuat pencatatan ini? Mencatat pengeluaran dan penghasilan, serta membuat anggaran akan membantumu dalam merencanakan keuangan hingga jauh ke depan. Ibaratnya, catatan pengeluaran ini akan menjadi standar kemampuan finansialmu. Pasalnya, boleh saja banyak mau, tapi kita tetap harus menyesuaikan dengan kemampuan, biar enggak halu.
Zaman sekarang buat mencatat pengeluaran ada banyak tools-nya. Mulai dari catatan manual, sampai aplikasi keuangan. Tinggal pilih sesuai kenyamanan masing-masing. Seharusnya sih, sudah enggak ada alasan lagi.
2. Buat tujuan keuangan
Tujuan keuangan adalah cita-cita, mimpi, dan keinginan yang pengin kamu wujudkan atau capai, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Perempuan sekarang sudah boleh banget punya banyak cita-cita, ya kan? Semua bisa diwujudkan jika kamu punya tujuan keuangan yang jelas, realistis, dan kemudian didukung dengan rencana keuangan yang komprehensif.
Setelah tahu kemampuan diri sendiri, maka inilah yang menjadi cara jitu mengatur keuangan dan perlu untuk kamu pikirkan selanjutnya. Kamu pengin apa? Kamu ingin mencapai apa? Mimpi kamu apa?
3. Miliki dana darurat
Dana darurat ini sangat penting sebagai jaring pengaman keuangan yang utama, dan harus dibangun sejak awal kamu mulai bekerja dan produktif.
Saat kamu single, kamu perlu setidaknya dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Nah, kalau sudah menikah dan punya anak, tentu dana darurat harus disesuaikan juga; lebih besar.
Jadikan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan pertama. Enggak harus langsung ideal, kamu bisa membaginya sesuai kemampuan. Misalnya, 2 bulan pertama, kumpulin 1 bulan pengeluaran dulu, 2 bulan kedua, 1 bulan pengeluaran lagi sehingga terkumpul 2 bulan pengeluaran. Dan seterusnya.
4. Beli asuransi
Jika kamu sudah bekerja di sebuah perusahaan, maka biasanya kamu akan secara otomatis diikutkan dalam BPJS Kesehatan sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan. Untuk perempuan, BPJS Kesehatan coverage-nya cukup lengkap, bahkan mengcover juga untuk pemeriksaan kesehatan selama hamil dan melahirkan.
Namun, jika terasa belum cukup, kamu juga bisa menambah dengan asuransi kesehatan swasta sesuai kebutuhan.
5. Bijak berutang
Sebagai perempuan, hobi belanja itu sudah mendarah daging. Boleh saja kok kalau kamu memang hobi belanja. Tetapi, bijaklah kalau belanja dengan berutang. Utang tidak dilarang, bahkan utang bisa dimanfaatkan sebagai daya ungkit agar kita bisa membangun aset produktif.
Tapi, jika tidak bijak dalam berutang, bisa jadi utang akan menjadi bumerang. So, pertimbangkanlah dengan saksama setiap kali hendak berutang untuk tujuan apa pun.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Dont’s
1. Impulsif
Kalau soal belanja, perempuan itu lebih impulsif. Karena itu, kamu harus mengenali red flags ini dengan sepenuhnya. Kalau kita sadar jika kita impulsif, maka akan lebih mudah juga untuk mengatasinya.
Seringnya sih, perempuan terjebak di sini. Kalau kemudian terjerat utang, ada kemungkinan di masalah ini juga. Apalagi atas nama diskon tanggal cantik. Atas nama, “Mumpung diskon! Kapan lagi diskon begini?”
Padahal ya, setiap tanggal cantik ada diskon.
2. FOMO
FOMO adalah fear of missing out—perasaan takut kudet, takut ketinggalan info, takut ketinggalan hype. FOMO sih sebenarnya bukan hanya penyakit perempuan, laki-laki juga banyak yang mengalaminya.
Biasanya dipicu oleh “huru-hara” yang ada di media sosial. Influencer lagi ramai bahas kripto, jadi pengin. Di media sosial lagi hype smartphone keluaran terbaru, ikut inden. Dan seterusnya.
Padahal ya, enggak semua yang lagi tren harus diikuti kan? Hati-hati, FOMO bisa membuatmu menyabotase rencana keuanganmu sendiri lo!
3. Menunda investasi
Kadang kalau masih terlalu jauh, kita males buat memikirkannya. Betul? Katakanlah buat rencana dana pendidikan anak, padahal menikah saja baru kemarin. Mikirin pensiun, padahal baru juga diterima kerja sebagai fresh graduate.
Tapi, tahukah kamu, bahwa inilah justru yang menjadi kesalahan keuangan banyak orang, tak terkecuali perempuan. Menunda investasi, karena masih terlalu jauh.
Padahal, justru masih jauh, maka semua kebutuhan itu harus dipikirkan sejak sekarang. Pasalnya, kebutuhan dananya cukup besar. Tanpa rencana investasi yang matang, rasanya tujuan keuangan apa pun juga bisa jadi akan gagal.
4. Malas upgrade pengetahuan
Sering banget dengar celetukan, “Buat apa belajar mengatur keuangan sekarang? Duitnya aja nggak ada. Ntar aja deh, kalau sudah ada yang diatur. Sudah ada uangnya.”
But you know what, bisa jadi kamu merasa belum ada yang bisa diatur karena kamu memang tidak mau belajar untuk mengaturnya. Karena memang dari situlah akar masalah kebanyakan orang. Merasa uangnya hanya sedikit, lantas beranggapan untuk enggak perlu diatur. Padahal, kalau yang kecil saja kita tak bisa mengaturnya, yang besar pun akan kesulitan.
So, justru mulailah belajar mengatur keuangan dari yang kecil. Upgrade pengetahuan seiring waktu, seiring perkembangan perjalanan keuanganmu.
5. Remehkan pengeluaran kecil
Bocor halus, begitulah kami di QM Financial menyebutnya. Bentuknya macam-macam, seperti jajan-jajan kecil pas berangkat atau pulang kantor, kopi kekinian atau boba 3 kali sehari, pesan makanan online, dan sebagainya. Latte factor, istilah kerennya.
Jangan remehkan pengeluaran-pengeluaran ini—yang kalau dikumpulkan sebulan ternyata bisa ratusan ribu hingga jutaan. Yang kecil-kecil bisa banget memengaruhi cash flow lo, waspadalah.
Nah, itu dia cara jitu mengatur keuangan untuk perempuan, yang baik mulai diterapkan sejak masih single hingga sudah berkeluarga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Dia Contoh Investasi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Berinvestasi adalah salah satu cara untuk mengembangkan aset untuk mewujudkan cita-cita, mimpi, dan tujuan keuangan, karena di zaman sekarang, menabung saja tidak akan cukup. Lalu, contoh investasi seperti apa yang bisa kita manfaatkan.
Eits, sebelum melihat beberapa contoh investasi, kamu perlu tahu bahwa kita enggak bisa sembarangan investasi. Kita mesti melakukannya dengan penuh pertimbangan dan perhitungan. Mengapa? Karena bersama dengan investasi, datang pula sederetan risiko yang tak bisa lepas—yang perlu kita kelola dengan baik. Pasalnya kalau tidak, risiko tersebut bisa membuat kita mengalami kerugian, alih-alih imbal yang diharapkan.
Pada prinsipnya, kita mengeluarkan uang untuk membeli instrumen investasi adalah untuk tujuan mengembangkan aset, bukan untuk konsumsi atau kebutuhan sehari-hari. Investasi dilakukan agar kita nantinya mendapatkan keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan keuangan.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita berinvestasi. Apa saja?
Sebelum Investasi, Perhatikan 3 Hal Ini!
Ada 3 hal besar yang sangat berpengaruh pada proses investasi yang kita lakukan.
Tujuan
Berinvestasi tanpa tujuan, sama saja kita pengin pergi ke suatu tempat tapi enggak tahu tempatnya di mana. Alhasil, kendaraan yang dipilih kurang tepat, waktunya juga tidak efisien.
Tujuan adalah hal paling penting pertama yang harus ditentukan dulu, agar kita kemudian bisa menghitung kebutuhan dananya. Misalnya, pengin ibadah ke tanah suci, butuh berapa banyak? Nah, dari perhitungan kebutuhan dan kemudian ditarik ke sekarang, kamu akan mendapatkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.
Waktu
Waktu investasi yang pendek sudah pasti akan memberikan imbal hasil yang berbeda dengan waktu investasi yang panjang. So, panjang pendeknya waktu investasi bisa memengaruhi hasil investasi pada akhirnya.
Nah, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pembagian waktu investasi akan berguna banget untuk memastikan tercapainya tujuan keuangan. Tanpa dibagi dalam waktu, seakan kita itu kebanyakan mau. Padahal, sumber daya terbatas. Kan, enggak boleh halu! Makanya, harus atur waktu.
Bagilah waktu investasi sesuai target tujuan keuangan, ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek adalah berbagai hal yang harus dipenuhi kurang dari 1 tahun. Jangka menengah ini bisa dibagi 2, yaitu jangka 1 – 5 tahun dan 5 – 10 tahun. Jangka panjang lebih dari 10 tahun. Dengan begini, nantinya akan lebih mudah bagi kamu untuk menyusun rencana keuangan secara realistis, tanpa melupakan kebutuhan hari ini.
Imbal hasil dan risiko
Berbeda jangka waktunya, maka akan berbeda juga imbal hasil yang bisa didapatkan. Semakin pendek jangka waktunya, semakin kecil tingkat imbal hasil yang bisa didapatkan, pun semakin rendah tingkat risikonya. Begitu juga sebaliknya.
So, untuk tujuan dengan target waktu pendek, kamu perlu mencari instrumen dengan tingkat risiko rendah. Pasalnya, instrumen dengan risiko tinggi akan berpeluang semakin ekstrem risikonya dengan adanya fluktuasi di pasar modal. Hanya saja, ini berarti imbalnya juga enggak tinggi. Begitu juga sebaliknya, untuk target waktu menengah dan panjang.
Nah, mari kita lihat contoh investasi untuk masing-masing target waktu; pendek, menengah, dan panjang.
Contoh Investasi Jangka Pendek
Untuk tujuan keuangan yang kurang dari 1 tahun, maka kamu akan butuh instrumen investasi yang rendah risiko, meskipun imbal hasilnya juga tidak tinggi. Namun, hal ini bisa diatasi dengan perhitungan modal yang disesuaikan. Tujuan investasi jangka pendek ini misalnya membangun dana darurat, menabung untuk liburan, atau membeli gadget, dan sebagainya.
Contoh investasi yang dapat kamu manfaatkan antara lain seperti di bawah ini.
Deposito
Deposito adalah salah satu contoh investasi yang cocok untuk tujuan jangka pendek. Enggak hanya bisa tenor 10 tahun, deposito juga bisa tenor pendek, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Jadi, kamu bisa atur sesuai tujuan keuanganmu. Memang imbalnya relatif paling kecil di antara instrumen lain, tetapi tetap lebih tinggi daripada rekening tabungan biasa.
Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah contoh investasi dengan tingkat risiko paling minim di antara jenis reksa dana yang lain. Berinvestasi di reksa dana modalnya juga bisa mulai dari Rp100.000, dengan tingkat pengembalian masih di atas deposito.
Contoh Investasi Jangka Menengah
Tujuan keuangan jangka menengah adalah berbagai kebutuhan yang akan harus dipenuhi mulai dari 1 tahun hingga 10 tahun ke depan. Biar enggak terlalu pusing, kamu masih bisa membaginya lagi menjadi 2 kategori jangka waktu, yakni 1 tahun hingga 5 tahun, dan sampai 10 tahun.
Misalnya saja seperti dana menikah, dana melahirkan, DP rumah pertama, beli mobil, dan sebagainya.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan antara lain seperti yang diinformasikan di bawah ini.
Surat Berharga Negara
Surat Berharga Negara adalah contoh investasi yang cukup bagus imbal hasilnya, dan sejauh ini relatif rendah risiko karena penjaminnya adalah pemerintah. Selama sejarah, pemerintah Indonesia belum pernah mengalami gagal bayar.
Jenis Surat Berharga Negara ada beberapa macam, mulai dari ORI, SBR, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan. Setiap tahun pemerintah menjadwalkan beberapa surat utang ini terbit. So, kalau kamu pengin memanfaatkannya, pantengin saja akun resmi Kemenkeu di media sosial.
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana pendapatan tetap juga bisa menjadi pilihan contoh investasi untuk mencapai tujuan jangka menengah. Tingkat imbal hasilnya lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang, tetapi juga memiliki risiko yang juga lebih tinggi.
Produk reksa dana pendapatan tetap adalah surat utang atau obligasi. Dengan adanya peran manajer investasi yang mumpuni, risiko bisa dikelola dengan baik.
Contoh Investasi Jangka Panjang
Untuk berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu 10 tahun atau lebih, kamu bisa memilih instrumen investasi yang imbal hasilnya lebih tinggi. Tingkat risiko yang tinggi juga akan menyertai, sehingga kamu perlu mengelolanya dengan baik. Salah satu strategi yang bisa kamu lakukan untuk meminimalkan potensi risiko ini adalah dengan strategi Dollar Cost Averaging dan juga strategi diversifikasi portofolio.
Contoh investasi yang berjangka panjang misalnya untuk membangun dana pendidikan anak hingga universitas, atau dana pensiun.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan misalnya seperti berikut ini.
Saham
Instrumen saham bisa berpotensi memberikanmu imbal hasil hingga ratusan persen. Belum lagi, ada keuntungan berupa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tertentu pada para pemegang sahamnya secara teratur.
Namun, saham sangat peka terhadap pergerakan pasar, sehingga tingkat risikonya cukup tinggi. Belum lagi, jika kita sembarangan dalam memilih saham, risikonya bisa semakin ekstrem. Untuk meminimalkan potensi risiko ini—selain melakukan dollar cost averaging atau diversifikasi—kamu sebaiknya mempelajari dulu cara menganalisis saham yang baik, sehingga kamu bisa mengenali saham mana yang potensial memberimu keuntungan yang optimal.
Jangan sekadar ikut-ikutan, apalagi FOMO.
Emas
Emas, meskipun sering disebut sebagai contoh investasi paling aman, tetapi tetap harus disimpan dalam jangka panjang jika kamu ingin keuntungan yang signifikan. Pasalnya, harga emas juga tidak sestabil yang dibayangkan. Bahkan kadang, fluktuatif banget.
Selain itu, adanya faktor harga buyback—yang akan selalu lebih rendah daripada harga beli—membuat emas tidak cocok jika menjadi instrumen jangka pendek.
Jika kamu berminat berinvestasi dengan emas, simpanlah setidaknya 5 – 10 tahun ke depan, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Hati-hati juga jika hendak menyimpannya di rumah, apalagi jika dalam jumlah besar.
Reksa Dana Saham atau Reksa Dana Campuran
Ada juga jenis reksa dana yang juga menjanjikan untuk contoh investasi jangka panjang, yaitu reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Produk kedua reksa dana ini juga berbasis instrumen pasar modal, yakni saham, yang juga diformulakan dengan instrumen lainnya.
Itu dia sejumlah contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan untuk masing-masing target waktu tujuan keuanganmu. Semoga cukup jelas ya, sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Ceklis Keuangan yang Harus Dibicarakan Berdua Sebelum Menikah
Banyak orang yang bilang, menikahlah maka masalah hidup akan lebih ringan. Tapi, apa benar menikah adalah solusi? Bukannya menikah itu justru awal dari hidup yang sebenarnya ya? Karena itu, kita harus mempersiapkan banyak hal sebelum menikah.
So, buat kamu yang setuju dengan pernyataan terakhir, mari sini ngumpul! Kita akan mengobrol lebih jauh soal ini.
Menikah Awal Hidup yang Sebenarnya
Jika kamu masih melanjutkan bacanya sampai bagian ini, berarti kamu setuju ya dengan pernyataan di atas?
Memang benar, sebelum memutuskan untuk menikah atau merencanakannya, ada banyak hal yang harus kamu pahami, perhatikan, dan persiapkan dulu bersama pasangan. Mengapa? Karena kamu akan hidup bersamanya sampai cukup lama lo! Tentu saja kamu pengin menikah sekali untuk selamanya kan? Bisa jadi kamu akan hidup sampai lebih dari 50 tahun bareng-bareng, kalau iya.
So, untuk menempuh perjalanan yang sebegitu panjang, sudah pasti butuh persiapan yang baik. Satu hal terbesar yang enggak boleh lupa untuk dihayati adalah bahwa kamu akan hidup bersama pasanganmu itu 100% tanpa ragu lagi. Pasalnya, setelah menikah itu bisa jadi berbeda banget dengan masa-masa pacaran—sebelum menikah.
Untuk bisa 100% enggak ragu dan bisa mantap melangkah menempuh perjalanan hidup berdua, salah satu masalah yang harus dipersiapkan sejak awal adalah keuangan.
Enggak bisa memungkiri, bahwa topik keuangan itu memang topik yang sensitif banget, bahkan buat kamu yang sudah berpasangan. Kamu tahu, bahwa masalah ekonomi merupakan penyebab kedua terbesar perceraian suami istri?
Ini dia datanya, sesuai yang dirilis oleh Pengadilan Agama Indonesia tahun 2021.
So, jangan sampai masalah ini menjadi masalah kamu dan pasangan deh ke depannya ya, karena pada dasarnya masalah keuangan ini bisa kok diatasi sejak dini. Terutama, dari sisi kamu sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi munculnya masalah keuangan saat sesudah menikah? Ya, dengan mempersiapkannya sebelum menikah.
Berikut beberapa hal keuangan yang harus benar-benar kamu cek dan pastikan kalau kondisinya aman sebelum menikah.
Ceklis Keuangan Sebelum Menikah
Bisa terbuka enggak satu sama lain?
Terbuka ini penting banget lo. Bisa dikatakan, ini dulu yang harus dicek, sebelum ke yang lain-lainnya. Kalau keterbukaan ini tidak bisa dicapai, maka kamu bisa anggap bahwa sudah muncul satu red flags di sini, dan harus segera kamu atasi sebelum menikah.
Pasalnya, masih banyak yang menganggap tabu untuk ngomongin duit. Sebatas, “Besok nikah, biayanya bujet berapa ya? Siapa yang tanggung? Kalau patungan, berapaan?” seperti itu saja ada yang merasa risih untuk membicarakannya. Salah satu penyebabnya adalah takut dibilang matre.
Padahal, kita harus realistis. Karena terbuka soal keuangan artinya kamu mengakui batasan-batasan finansial yang bisa dicapai oleh kamu dan pasanganmu.
So, sebelum menikah, biasakan untuk mengobrol apa saja termasuk keuangan. Memang sih, mungkin akan belum terlalu terbuka semacam gaji juga masih diomongin kisaran saja. Atau belum punya rekening bersama. Tapi setidaknya, sudah mulai saling tahu pola pengelolaan keuangan masing-masing. Ibaratnya, siapa yang boros, siapa yang hemat, siapa yang impulsif, dan seterusnya harus sudah diketahui sebelum menikah.
Sumber penghasilan
Semakin serius hubungan, maka bisa jadi obrolan keuangan juga semakin serius. Pada akhirnya, kamu dan pasanganmu harus saling tahu sumber penghasilan masing-masing. Memang enggak gampang sih, apalagi kalau ada ketimpangan penghasilan antara kedua pasangan. Ya, itu tadi, soal dianggap matre.
Tapi, apa pun itu, harus dicoba untuk diobrolkan. Karena ke depannya akan lebih mudah bagi kamu dan pasanganmu untuk mengelola keuangan keluarga saat sudah menikah. Efeknya akan jangka panjang.
Peran masing-masing
Nah, ini juga sangat penting dan sebaiknya sudah ditentukan sejak sebelum menikah. Siapa yang jadi pencari nafkah utama, siapa yang akan jadi bendahara, siapa bayar apa, siapa bagian apa, sistemnya seperti apa, dan seterusnya. Jangan sampai terkena sindrom Papa Bos, Mama Bos—dua-duanya bos, yang jadinya malah membuat pembagian peran enggak jelas.
Ini penting, karena pola pengelolaan keuangan—terutama soal anggaran—ini akan berbeda sekali antara sesudah dan sebelum menikah. Pertama, karena dua orang pasti berbeda juga cara pengelolaannya. Kedua, kondisi berubah dan kebutuhan juga bisa jadi bertambah.
Sampai di sini, kalau sudah terbiasa terbuka seperti yang dijabarkan di point pertama di atas sih biasanya tidak akan banyak menemui kesulitan untuk bersepakat.
Utang piutang
Kamu dan pasanganmu juga harus tahu persis, apakah masing-masing punya utang atau tidak.
Jika punya, berapa jumlahnya? Bagaimana cara pembayarannya? Masih berapa lagi nyicilnya? Hal ini perlu diobrolkan baik jika kamu ataupun pasanganmu yang memiliki utang.
Meskipun secara hukum, utang yang dibuat sebelum menikah tidak menjadi tanggung jawab bersama, tetapi nantinya hal ini akan berdampak ke pengaturan keuangan keluarga. Banyak lo, pasangan yang tidak berterus terang soal utang ini sebelum menikah, dan pada akhirnya jadi merasa terjebak.
Sandwich generation?
Hal lain yang juga harus dicek dan dibicarakan sebelum menikah apakah kamu dan pasanganmu merupakan sandwich generation atau bukan.
Kondisi ini nantinya seakan banyak dapur yang dibiayai oleh satu orang. Pastinya, akan berpengaruh ke keuangan kan, nantinya? Dan, pengaruhnya enggak kecil lo!
So, cobalah bahas secara santai dengan pasanganmu ya, bagaimana pengaturan anggarannya supaya masing-masing tidak terganggu.
Tujuan keuangan
Sejak sebelum menikah, akan baik adanya jika kamu dan pasangan sudah mulai membicarakan juga berbagai tujuan keuangan keluarga yang hendak dicapai berdua.
Misalnya, mau tinggal di mana? Kapan mulai merencanakan punya rumah sendiri? Mau punya anak berapa? Bagaimana pendidikannya nanti? Mau beli mobil? Mau punya tabungan liburan? Pengin beribadah ke tanah suci? Kira-kira bakalan pensiun usia berapa?
Kok banyak ya? Ya memang banyak, bestie. Karena itu, susun prioritas. Buat tujuan jangka pendek, menengah, hingga panjang. Enggak harus semua langsung dieksekusi, yang harus dibicarakan berdua adalah rencana dulu. Selanjutnya, bisa dimatangkan sambil jalan. Dengan demikian, keuangan bisa terarah sesuai tujuan dan cita-cita masing-masing.
Boleh bekerja?
Nah, ini juga masalah yang sering jadi batu sandungan. Bahkan, kadang bisa mengarah ke tindak kekerasan finansial kalau misalnya tidak ada kesepakatan sejak awal.
So, ada baiknya dibicarakan sejak sebelum menikah. Setidaknya, persepsi haruslah sama. Kalau tidak, ya harus ada kompromi agar tercapai solusi yang baik untuk semuanya. Pada dasarnya boleh saja jika memang memutuskan untuk satu penghasilan, asalkan merupakan hasil kesepakatan.
Nah, itu dia 7 ceklis keuangan yang harus dibicarakan berdua dengan pasangan sebelum menikah. Banyak ya, ternyata persiapannya? Iya, karena menikah adalah sebuah tahapan hidup. Berani melangkah ke pelaminan artinya kita siap untuk naik kelas. Untuk naik kelas, ya harus usaha dan bersiap, karena di kelas selanjutnya, biasanya juga bakalan ada ujian yang tidak mudah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Produk Asuransi yang Harus Dimiliki untuk Setiap Stage of Life
Mengelola risiko itu adalah bagian dari perencanaan keuangan lo! Kok bisa? Iya, karena rata-rata risiko yang bisa terjadi dalam hidup selalu ada kaitannya dengan keuangan. Karena itu, ada baiknya kita mengenal berbagai produk asuransi yang sesuai.
Nggak percaya?
Coba kita lihat. Misalnya sakit, maka akan muncul risiko keuangan di situ. Kita harus membayar biaya perawatan dan obat, belum lagi kalau ternyata harus opname. Jelas bakalan ada biaya rawat inap. Misalnya kena bencana alam, juga akan muncul risiko keuangan ketika rumah atau isinya ada yang rusak. Apa lagi ya? Banyak kan?
Terus, siapa yang mau mengalami kerugian besar karena munculnya risiko-risiko tersebut? Pastinya kita nggak mau kan ya, tabungan terkuras, aset habis, bahkan terjerat utang karena dipakai untuk mengatasi dampak risiko-risiko itu?
Nah, salah satu cara untuk meminimalkan efek terjadinya risiko adalah dengan memiliki produk asuransi yang sesuai dan memadai.
Namun, kita enggak harus punya semua produk asuransi kok untuk bisa meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Faktanya, kita bisa punya asuransi sesuai tahapan hidup kita, karena saat kita menginjak stage of life yang berbeda, maka risikonya juga akan berbeda. Contoh yang paling jelas, risiko yang bisa terjadi pada lajang akan berbeda dengan dengan yang bisa terjadi pada yang sudah menikah. So, kebutuhan akan perlindungannya juga akan berbeda.
Untuk lebih jelasnya, ikuti penjabaran berikut ini.
Kebutuhan Asuransi di Setiap Tahapan Hidup
Baru bekerja dan masih lajang
Si lajang biasanya baru saja menyelesaikan pendidikan dan siap untuk bekerja untuk mendapatkan penghasilan pertama. Biasanya masih entry level, dan baru saja lepas dari tanggungan orang tua, baru first step untuk menjadi mandiri. Kisaran penghasilan mungkin masih sekitar UMR.
So, perlindungan pertama yang dibutuhkan oleh si lajang adalah produk asuransi kesehatan. Ini penting supaya kalau sakit, kita enggak harus mengambil tabungan atau mencairkan investasi hanya untuk membayar pengobatan dan perawatan.
Preminya biasanya masih cukup rendah, karena usia yang masih muda dan fisik yang masih fit membuat tertanggung ini menjadi lebih rendah risiko. Umumnya, kalau si lajang bekerja di sebuah perusahaan, maka secara otomatis akan diikutkan dalam BPJS Kesehatan. Sebenarnya ini sudah sangat cukup, mengingat coverage BPJS Kesehatan cukup luas. Namun, jika memang ada kondisi tertentu, boleh saja menambah asuransi kesehatan swasta.
Sudah berkeluarga
Kalau sudah menikah, maka kebutuhan perlindungannya bisa jadi berubah. Pastinya, harus memilih produk asuransi yang manfaatnya lebih luas.
Pertama, tentu saja, masih akan butuh asuransi kesehatan. Tapi, enggak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk seluruh keluarga: pasangan dan anak. Pastikan cakupan perlindungannya memadai. Paling basic memang punya BPJS Kesehatan. Tapi, jika ada kondisi lainnya, boleh saja menambah asuransi kesehatan swasta. Yang pasti, harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Produk asuransi kedua yang harus dimiliki adalah asuransi jiwa, terutama bagi si pencari nafkah. Fungsinya, jika suatu kali si pencari nafkah tidak dapat mencari penghasilan lagi, maka asuransi akan dapat memberikan uang pertanggungan pada keluarga yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, di sini fokusnya bukan lagi sekadar premi murah, tetapi apakah uang pertanggungannya memadai. Namun, tentu saja tetap harus memperhatikan kemampuan finansial kita sendiri.
Selain dua produk tersebut, ada baiknya melengkapi dengan beberapa asuransi yang berfungsi melindungi aset lain, sesuai kepemilikan. Misalnya asuransi mobil, asuransi rumah jika memang rumahnya ada di lokasi yang tinggi risiko, atau mungkin butuh juga asuransi perjalanan, jika memang sangat sering harus bepergian.
Masa pensiun
Sesudah pensiun apakah itu berarti kita bisa bebas dari risiko hidup? Enggak, justru ada risiko kesehatan yang semakin meningkat. Karena itu, penting bagi para pensiunan untuk tetap melanjutkan asuransi kesehatan yang sudah dimiliki sejak masih muda.
Jangan sampai terputus iurannya ya. Ada kemungkinan harga premi akan naik, tetapi pasti tidak akan sebanyak kalau kita baru punya asuransi saat usia sudah menjelang senja.
Nah, itu dia berbagai produk asuransi yang sebaiknya kita miliki seiring kita menapaki tahapan hidup, dari mulai masih lajang dan baru bekerja, sudah menikah dan punya anak, hingga nanti saatnya pensiun.
Bagaimana? Kamu sudah masuk ke tahapan hidup yang mana? Apakah kamu sudah punya produk asuransi yang sesuai, yang bisa memberimu perlindungan yang dibutuhkan? Jika belum, masih ada waktu untuk mulai mempertimbangkannya lo. Tak pernah ada kata terlambat untuk memproteksi diri kita sendiri dari segala macam risiko hidup yang bisa terjadi.
Yang pasti, punya asuransi itu harus sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi. Jangan lupa untuk mempelajari polis asuransi dengan cermat, agar kamu tahu semua hak dan kewajibanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Quiet Quitting: Yakin Mau Secukupnya? Finansial Secukupnya Juga Mau?
Baru-baru ini ramai betul bahasan tentang quiet quitting ya. Apakah kamu salah satu yang juga mengikutinya? Atau bahkan mungkin kamu salah satu yang menganutnya?
Kalau mau merenungkannya lebih jauh, sebenarnya tak ada yang salah dengan quiet quitting ini, seandainya kamu adalah salah satu penganutnya. Namun, ada baiknya, kamu juga paham konsekuensi ke depannya.
Bukankah akan selalu ada konsekuensi yang mengikuti suatu keputusan?
Apa Sih Quiet Quitting?
Kalau dilihat-lihat dari kata pembentuknya, quiet quitting artinya adalah berhenti secara diam-diam. Tapi, kalau melihat konteksnya—terutama dari perbincangan yang ramai sekarang ini—quiet quitting lebih merujuk pada sikap pasif yang ditunjukkan atau dilakukan pada saat kita bekerja di kantor. Kita hanya mengerjakan apa yang menjadi job desc, dan menolak pekerjaan lain yang tidak ada di job desc tersebut.
Jadi, kalau digambarkan, sikap quiet quitting ini merupakan kebalikan dari hustle culture. Hustle culture adalah penggambaran seseorang yang workaholic, bekerja keras tak kenal waktu, bahkan sampai mengorbankan waktu pribadinya untuk pekerjaan. Tak melulu bermotivasi uang, seorang penganut hustle culture merasa puas ketika banyak pekerjaan bisa dilakukan dan diselesaikan.
Nah, quiet quitting kebalikannya. Bekerja secukupnya, seadanya, menolak lembur, menolak mengangkat telepon di akhir pekan dari bos/klien/teman kerja, dan hanya menyelesaikan apa yang ada dalam jobnya.
Lalu, kenapa quiet quitting ini menjadi populer?
Quiet Quitting: Budaya Kerja yang Baru?
Gaya kerja hustle culture sering dianggap sebagaii kultur yang toxic, lantaran dengan melakukannya, kita jadi terforsir untuk bekerja terus, tanpa memedulikan kondisi psikologis dan fisik yang butuh istirahat. Ibaratnya, enggak banget untuk prinsip work life balance.
Dengan quiet quitting, kita bekerja sesuai batas, sesuai dengan bayaran yang kita terima, sesuai dengan waktu yang sudah disepakati bersama. Saat pekerjaan sudah selesai, kita bisa melakukan berbagai hal lain yang dianggap bisa meningkatkan kualitas hidup kita, seperti bisa lebih banyak liburan, melakukan hobi, quality time dengan keluarga, dan sebagainya.
Konon, gaya kerja quiet quitting ini muncul ketika orang-orang harus work from home saat pandemi. Banyak yang mengeluh, gara-gara work from home, mereka jadi bekerja dalam waktu yang lebih panjang, tanpa batasan, tidak teratur … berantakan deh pokoknya! Sementara, tidak ada uang lembur yang diberikan, mengingat saat itu memang banyak perusahaan yang mengetatkan anggaran, di samping kehadiran juga menjadi salah satu faktor penambah take home pay. Karena tidak hadir di kantor, meskipun tetap bekerja tetapi di rumah, tunjangan tidak diberikan.
Mau resign, tetapi kondisi belum memungkinkan—dan masih butuh gaji juga—akhirnya gerakan quiet quitting pun didengungkan.
Dampak Quiet Quitting bagi Karyawan dan Perusahaan
Sampai di sini kemudian muncul pertanyaan, kalau sudah quiet quitting apakah kita benar-benar bisa mencapai work life balance? Apakah benar lebih sehat secara mental? Bagaimana dengan kesehatan finansial kita?
Quiet quitting mungkin memang merupakan jawaban atau solusi yang tepat untuk mengatasi kinerja yang kelewat batas, produktivitas yang toxic, dan risiko burnout. Gerakan ini juga dikatakan membantu karyawan untuk punya kendali terhadap dirinya sendiri; untuk istirahat, berkembang lebih baik, dan bisa melakukan pekerjaan secara mindful. Dengan melakukan quiet quitting, seseorang juga dimungkinkan untuk bisa bersosialisasi lebih banyak, sehingga pada akhirnya juga akan memengaruhi kinerjanya. Pasalnya, banyaknya kita bisa menghabiskan waktu-waktu berkualitas bersama keluarga dan teman merupakan koentji kesehatan mental.
Namun, quiet quitting memiliki sisi lain juga. Dengan hanya seadanya, secukupnya, sesuai batas ini maka kinerja pun juga menjadi seadanya, dan akan memengaruhi kemajuan bisnis perusahaan. Jika ditarik lebih panjang, bahkan quiet quitting bisa menjadi bumerang bagi karyawan, karena lama kelamaan motivasi kerja juga akan menurun, tidak puas, dan kehilangan tujuan. Tiga hal ini juga berperan penting dalam kesehatan mental.
Jika gaya bekerja ini diteruskan, maka akan berpengaruh juga pada perkembangan karier dan gaji. Pasalnya, kenaikan gaji dan segala komponennya akan diberikan pada karyawan yang memang dapat menunjukkan kinerja yang baik, yang memberi kontribusi pada bisnis perusahaan. Mereka yang hanya bekerja minimalis tentu saja tidak akan mendapatkan kesempatan ini.
Rasanya tentu wajar kan, jika kita tidak menunjukkan kinerja yang baik, perusahaan juga bakalan berpikir dua kali untuk memberi kita bonus, insentif, hingga promosi. Akibatnya ya bisa diduga, gaji stuck. Apakah kamu rela, gaji segitu-segitu saja? Apakah yakin, puas dengan yang seadanya secara finansial?
Terus gimana dong ya? Pasalnya, banyak karyawan mengaku melakukan quiet quitting karena menganggap perusahaan sama saja kurang memperhatikan kondisi mereka, dan bahkan kurang mengapresiasi kinerja yang sudah dilakukan.
Nah, kalau sudah begini memang jadi seperti lingkaran setan, ada sebab akibat yang erat berhubungan.
Bagaimana Melakukan Quiet Quitting yang Benar?
Pada dasarnya, siapa pun boleh melakukan quiet quitting. Karyawan mana pun berhak untuk berusaha meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi alangkah baiknya jika hal ini dilakukan tanpa “membahayakan” kinerja dan peluang untuk berkembang dari segi finansial dan karier.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Bekerja sesuai porsinya
Boleh banget kalau kamu ingin bekerja sesuai porsi. Bahkan apa yang ada dalam job desc itu memang sepenuhnya tanggung jawab kamu kan? Maka fokuslah dengan apa yang disepakati sebelumnya.
Jika kemudian kamu masih ada waktu dan energi, kamu bisa membantu tugas yang lainnya dengan tetap memberikan batasan yang wajar. Apalagi kalau tugas tersebut berpengaruh juga pada kelancaran penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabmu. Nantinya, kamu sendiri juga yang akan lebih nyaman kan, kalau alur kerja menjadi lancar?
Namun batasan tetap harus ada. Tentukan sendiri sampai seberapa kamu bisa menoleransi permintaan tambahan tugas di luar job desc. Pasalnya, kamu sendiri juga yang tahu sampai seberapa kamu bisa menjalankannya.
Beri kesempatan pada diri sendiri untuk “bernapas”
Baik quiet quitting ataupun hustle culture, masing-masing memiliki sisi positif dan negatif. Tinggal bagaimana kamu menyesuaikannya, dengan mempertimbangkan dampak mana yang paling ringan yang bisa terjadi padamu.
Hustle culture mungkin bisa mengantarkanmu untukk menapaki jenjang karier lebih cepat, gaji juga berpeluang berkembang dengan lebih baik. Quiet quitting membuatmu lebih nyaman saat bekerja, mencegah burnout, dan terhindar dari produktivitas toxic. Cobalah mencari celah untuk bisa mendapatkan sisi positif dari masing-masing gaya bekerja ini.
Beri dirimu sendiri untuk bernapas jika sedang melakukan hustle culture, dan beri dirimu dorongan dan motivasi lebih ketika sedang ada dalam state quiet quitting.
Jaga kestabilan finansial
Selain keseimbangan mental, finansial akan menjadi satu hal yang pertama terdampak jika kamu melakukan quiet quitting. So, kamu harus mencari solusi untuk mengatasinya.
Misalnya, kamu memang pengin bekerja seadanya. Ini artinya kamu mungkin akan punya banyak waktu luang di luar jam bekerja. Kamu bisa memanfaatkannya untuk berusaha mendapatkan penghasilan sampingan. Misalnya freelancing atau berbisnis.
Dengan demikian, stream income kamu tetap terjaga dengan lebih stabil.
Kelola keuangan dengan baik
Mau quiet quitting atau hustle culture, yang penting kelola gaji kamu dengan baik.
Saat quiet quitting, mungkin gajimu juga akan minim. So, kamu harus bisa mengelolanya dengan cermat agar tetap bisa dipakai untuk memenuhi semua kebutuhan. Saat hustle culture, pengelolaan keuangan juga penting, agar selain bisa dipakai untuk membiaya hidup, kamu juga bisa memanfaatkannya untuk memberi reward bagi diri kamu sendiri atas kerja keras yang sudah kamu lakukan.
So, sampai di sini, kamu tim mana nih? Tim quiet quitting atau hustle culture? Dua-duanya merupakan budaya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri, sebagai jawaban atas kondisi yang terjadi. Tidak ada keharusan bagi kamu untuk mengikuti tren, jika kamu tidak merasa cocok. Carilah yang paling nyaman untukmu dijalani.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ramai Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Kekerasan Finansial, Keduanya Perkara yang Serius!
Lagi ramai soal kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT kayaknya ya?
Yang paling heboh sih ya soal seorang selebriti yang melaporkan suaminya ke polisi karena melakukan KDRT lantaran isu orang ketiga. Padahal baru saja punya anak bayi. Sungguh prihatin mendengar ceritanya, jika memang itu benar. Apalagi semakin ke sini, ditambah juga dengan adanya dugaan terjadi juga masalah finansial dalam rumah tangga selebriti tersebut.
Konon, si suami menghabiskan uang hasil kerja keras istri untuk berbagai kemewahan. Sempat juga dibagikan visual ketika suami beli kapal, dan katanya sang istrilah yang akan membayar cicilannya.
Tahukah kamu, bahwa kekerasan finansial yang terjadi antara suami dengan istri juga merupakan satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga lo. Coba yuk, kita bahas dalam artikel kali ini.
Kekerasan Finansial Termasuk Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Selama ini, kita mengetahui bahwa kalau ada kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi, itu adalah kekerasan fisik, verbal, ataupun mental. Kalau kekerasan dalam rumah tangga secara fisik biasanya terjadi pemukulan atau hal yang menyakiti fisik lainnya. Kekerasan verbal terjadi ketika keluar kata-kata yang merendahkan, menghina, dan sejenisnya. Sementara kekerasan mental biasanya terjadi ketika terjadi intimidasi, ditutup akses sosialnya, atau sejenisnya.
Nah, ternyata tak hanya itu. Salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang juga harus diwaspadai lainnya adalah kekerasan finansial.
Apa Itu Kekerasan Finansial?
Kekerasan finansial adalah salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, dengan cara mengontrol penuh dan mengintimidasi korban dalam hal finansial.
Dijelaskan dalam salah satu artikel Verywell Mind, bahwa 99% kasus kekerasan dalam rumah tangga melibatkan juga kekerasan finansial. Sementara secara keseluruhan, bentuk kekerasan finansial ini bisa beragam.
Sering kali, kekerasan finansial terjadi ketika salah satu pasangan tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, yang akhirnya membuatnya harus tunduk dan patuh pada yang lain—yang memiliki penghasilan dan menanggung hidupnya. Nah, yang memiliki penghasilan ini jadi merasa superior, dan kemudian berlaku semena-mena terhadap pasangannya.
Sayangnya, kadang kekerasan dalam rumah tangga seperti ini tidak banyak muncul di permukaan. Apalagi kalau korbannya enggak speak up, diam saja, karena adanya intimidasi, doktrin, ataupun ancaman dari pelakunya, meskipun cirinya mudah dikenali.
Tapi sering juga terjadi, ketika salah satu pasangan tidak berpenghasilan, tetapi ia memanfaatkan pasangannya untuk bekerja keras untuk keperluannya, di luar batas atau kemampuan pasangannya tersebut.
Apa pun bentuknya, kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan. Karena itu, edukasi dan share awareness sangat dibutuhkan, agar masyarakat tahu seperti apa bentuk kekerasan itu, sehingga bisa membantu ke depannya jika ada korban. Selanjutnya, tentu saja, upaya pencegahan harus dilakukan.
Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Ada beberapa ciri yang sangat ‘obvious’ kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga dalam hal finansial. Di antaranya:
1. Adanya upaya eksploitasi
Yang terjadi di sini misalnya pemanfaatan aset untuk kepentingan salah satu orang, tanpa persetujuan pasangannya. Seperti mengambil uang atau kartu kredit tanpa izin, meminjam uang atas nama korban, termasuk ambil cicilan atas nama pasangan tanpa persetujuan.
2. Mengontrol sumber daya uang
Misalnya seperti membatasi pasangan untuk membuat rencana dan mengambil keputusan keuangan yang dalam lingkup rumah tangga, bahkan untuk dirinya sendiri. Biasanya pelaku kekerasan finansial akan membuat anggaran atau menentukan bujet tanpa berdiskusi. Bahkan, pelaku tak segan-segan meminta laporan pertanggungjawaban lengkap pada korban atas pengeluaran uang yang dilakukan.
Bisa juga si pelaku mendominasi pemakaian sumber daya uang; menggunakannya untuk kebutuhannya sendiri, atau kalau si korban menggunakan uang, maka si pelaku akan menginterogasinya.
3. Mengisolasi korban
Salah satu contohnya adalah ketika salah satu pasangan memaksa agar pasangannya berhenti bekerja dengan berbagai alasan. Bahkan, ada kejadian ketika si pelaku membuat korbannya diberhentikan dari pekerjaan dengan segala macam cara.
Sesudah itu, pelaku pun memaksa korban untuk hanya berada di rumah dengan berbagai tugas, dan tidak memperbolehkannya memiliki penghasilan sendiri tanpa persetujuan.
Bisa juga terjadi, ketika pelaku tidak memperbolehkan korban untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, dan hanya diminta untuk mencari uang terus.
4. Memanipulasi
Ciri kekerasan finansial lainnya yang sering terjadi adalah membatasi finansial si korban. Pelaku memang memberikan uang atas nama nafkah, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan hidup. Jika uang habis dengan cepat, korban akan dianggap tidak becus mengelola keuangan.
Atau bisa juga dalam bentuk lain. Misalnya, si pelaku meminta uang si korban. Dan, kalau korban tidak mau memberi, si pelaku lantas playing victim—membuat korban merasa bersalah, menuduh korban tidak mencintainya, dan sebagainya.
Apa pun alasannya, itu semua manipulasi belaka—hanya merupakan upaya si pelaku agar keinginannya dituruti oleh korban.
5. Adanya ancaman
Intinya, di setiap hal, akan ada pemaksaan, manipulasi, dan ancaman terhadap korban. Dalam hal finansial, biasanya yang akan dijadikan ancaman adalah pemutusan pemberian nafkah. Dengan demikian, si korban akan menuruti apa kata si pelaku.
Dampak bagi Korban Kekerasan Finansial
Korban kekerasan finansial—seperti halnya korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya—sudah pasti akan merasakan dampak yang fatal.
Apalagi sebenarnya ciri kekerasan dalam rumah tangga itu sebenarnya cukup mudah dikenali. Namun, adanya normalisasi terhadap apa yang dilakukan oleh pelaku sering membuat masyarakat menjadi takut untuk turut campur apalagi membantu korban. Korban pun menjadi denial, dan menganggap apa yang dialami merupakan hal yang wajar menimpa dirinya.
Secara mental, fisik, dan spiritual, jelas tidak akan baik.
Dalam jangka pendek, bisa jadi akan terjadi luka fisik dan mental. Sementara dalam jangka panjang, ancaman depresi akan menghantui. Untuk bisa meninggalkan pelaku, biasanya juga akan sulit dilakukan oleh korban. Terutama jika kekerasannya dalam bentuk menutup akses finansial; membuatnya berhenti bekerja sehingga tidak produktif lagi. Akan sulit bagi seseorang untuk bisa menghasilkan uang lagi jika sebelumnya dipaksa berhenti bekerja.
Apakah Ada Cara untuk Mencegah Kekerasan Finansial?
Ada. Salah satunya adalah membuat perjanjian pranikah. Bicarakan term & condition seperti apa yang diinginkan setelah nanti menikah. Termasuk—yang sangat penting untuk didiskusikan—adalah masalah finansial.
Jika memang tidak berniat untuk membuat perjanjian pranikah, setidaknya sudah ada kesepakatan di awal, mengenai bagaimana hidup yang ingin dijalani nanti setelah menikah. Bicarakan setidaknya mengenai peran masing-masing nantinya setelah menikah. Ungkapkan juga mengenai kondisi sekarang yang sedang dijalani; apakah sedang punya utang yang besar, ada tanggungan ini itu, berapa pengeluaran bulanan, bahkan sampai gaji kalau memang sudah benar-benar menuju serius.
Terbuka dengan pasangan secara finansial, dan satu sama lain harus berkomitmen. Dua hal ini harus dipertahankan hingga setelah menikah dan bertahun-tahun sesudahnya.
Menikah memang merupakan kompromi antara dua orang. It takes two to tango, siapa pun tidak bisa sendirian untuk membangun keluarga idaman.
Semoga ke depannya tidak ada lagi kasus serupa yang dialami oleh selebriti kesayangan Indonesia ini ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Judi Online: Mengapa Orang Masih Saja Terjebak?
Beberapa kali baca pemberitaan tentang seseorang yang terkena kasus lilitan pinjaman online. Kalau ditelusur lebih jauh, alasan orang utang pinjol ini memang beragam. Namun, yang sungguh terasa miris di hati adalah ketika seseorang terjerat pinjol lantaran judi online.
Akhir-akhir ini, teknologi memang berkembang luar biasa. Selain membantu dan memudahkan hidup kita, teknologi juga ternyata mampu menjerat ke hal-hal yang negatif. Terbukti judi pun merambah ke dunia digital, dan bahkan semakin marak beredar. Didukung dengan semakin terjangkaunya harga smartphone, murahnya kuota, maka lengkap sudah. Setiap orang bisa melakukan dan menjajal peruntungan melalui judi online atas motivasi apa pun.
Penyebab Maraknya Judi Online
Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sejak tahun 2018 hingga 2022, sejumlah 499.645 konten judi online sudah diblokir dari berbagai platform. Namun sayangnya—seperti halnya aplikasi pinjol ilegal yang mati satu tumbuh seribu, platform judi online kembali bermunculan dengan nama berbeda begitu diblokir. Pagi diputus aksesnya, sore sudah muncul kembali dengan nama baru.
Di sinilah kerumitan pemberantasan judi online tersebut berakar.
Semua itu juga ada sebabnya. Ingat kan, bahwa dalam bisnis berlaku hukum supply and demand? Supply (= platform judi online) ada karena adanya demand, yaitu orang-orang yang hobi berjudi.
Menurut Mark Griffiths, seorang psikolog dari Nottingham Trent University, ada banyak motivasi yang muncul dari dalam diri seorang penjudi, dan hal itu enggak melulu soal prospek menang. Memang sih, motivasi “bisa dapat uang banyak” menempati urutan tertinggi. Namun ada juga faktor pendorong lain. Dua di antaranya adalah “karena menyenangkan” dan “karena seru”. Bahkan, ketika kita kalah berjudi saja, tubuh tetap akan menghasilkan adrenalin dan endorfin yang deras. Hal inilah yang kemudian memunculkan rasa penasaran dan ingin melanjutkan permainan.
Sementara para peneliti dari University of Stanford California menemukan fakta bahwa 92% orang tidak akan berhenti berjudi kalau mereka sudah merasakan sensasinya.
Dari sinilah muncul demand, yang kemudian dijawab oleh para developer dengan menyediakan platform sesuai yang diminta. Hubungan sebab akibat antara supply dan demand judi online ini akan terus saling mendorong tumbuhnya satu dengan yang lain, sehingga memunculkan siklus yang tak terhenti.
Alasan Orang Melakukan Judi Online
Kondisi Ekonomi Sulit
Kondisi ekonomi dunia yang memburuk, seperti contohnya pandemi COVID-19, adalah salah satu faktor penyebab orang mengalami kesulitan keuangan berkepanjangan. Hingga akhirnya, banyak di antara orang-orang yang kesulitan ini memilih main judi online sebagai alternatif ‘solusi’. Yah, siapa tahu bisa dapat pendapatan tambahan. Begitu pikir mereka.
Kebutuhan akan Rekreasi
Beban hidup semakin berat. Inflasi, krisis, naiknya harga BBM memberikan dampak bagi semua orang. Kebutuhan hidup naik, tuntutan naik, tekanan naik. Termasuk kebutuhan rekreasi juga naik. Sayangnya, seiring harga kebutuhan pokok yang makin mahal, rekreasi jadi turun prioritas. Cari yang murah, dan bisa dilakukan di rumah saja. Judi online dianggap sebagai salah satu rekreasi yang murah meriah.
Judi online itu seru, membuat orang tertantang, termotivasi, dan penasaran, seperti yang dijelaskan oleh Mark Griffiths di atas. Dengan modal “hanya” puluhan ribu, orang berpeluang untuk mendapatkan puluhan juta.
Lebih jauh lagi, kalau sampai kalah, mereka akan berpikir bahwa kemenangan selanjutnya bisa membantu menutup kekalahan. Karena itu, mereka berutang untuk modal judi lagi. Selanjutnya, bisa diduga kan, jadinya seperti apa?
Menghilangkan Kecanduan Judi Online
Jika kecanduan judi online ini dibiarkan, gangguan ini tak hanya memberikan dampak buruk bagi si pelaku. Tetapi akan menimbulkan masalah juga pada keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Apalagi jika kemudian berutang pinjol ilegal. Semakin nyata terornya.
Bagaimanapun, masalah perjudian dan keuangan ini berjalan beriringan. Krisis keuangan yang terjadi tidak akan mampu diatasi, kalau gangguan kecanduan judi online tidak disembuhkan lebih dulu.
Faktanya, banyak keluarga yang tidak sadar bahwa salah satu dari mereka kecanduan judi online, sampai kemudian muncul masalah keuangan. Banyak kejadian tiba-tiba saja keluarga mendapat panggilan pengadilan karena ada utang, atau rumah didatangi debt collector, atau aset-aset disita. Baru di sini sadar, kalau ada yang kecanduan judi.
So, solusi terbaik bisa jadi adalah terapi. Pasalnya, kecanduan judi ini merupakan salah satu bentuk gangguan mental, seperti yang dijelaskan dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5). Artinya, gangguan ini sebenarnya bisa disembuhkan, dan kalau perlu secara klinis.
Setelah gangguan tersebut teratasi, masalah keuangan pun bisa diatasi. Memang tidak mungkin untuk bisa mengatasi semuanya sekaligus. Karena itu, susun prioritas.
Yah, semoga segera teratasi ya, jika kamu mengalami masalah ini. Yang pertama harus dilakukan memang adalah mengakui adanya masalah dulu. Baru kemudian kamu bisa mencari “obat” atau solusi terbaiknya.
Carilah bantuan pada yang profesional, jika perlu. Meski mungkin pecandu judi online akan mengalami fase penyangkalan, seperti umumnya pecandu yang lain. Namun, pendampingan oleh keluarga dan orang-orang terdekat seharusnya bisa membantu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!