Saat Terancam PHK, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mengantisipasi Kondisi Terburuk
Krisis ekonomi bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada kita yang sudah menempati posisi nyaman di sebuah perusahaan. Kalau perusahaan tidak bisa bertahan, maka kita bisa saja terancam PHK, atau pemutusan hubungan kerja. Berapa lama kita bekerja, bagaimana kinerja kita sebelumnya, hingga prestasi kerja apa pun yang telah kita buat, tak akan menjamin kita selamat dari ancaman PHK ini.
Hanya yang dianggap mampu menyelamatkan perusahaan sajalah yang akan dipertahankan.
Lalu, tak mungkin dong, kita diam saja? Tapi, apa yang harus dan bisa kita lakukan?
5 Hal yang Bisa Kita Lakukan Saat Terancam PHK
1. Pertahankan good attitude
Pasti pernah melihat–atau mungkin mendengar cerita–bahwa seseorang yang secara kualitas kinerjanya di atas rata-rata, namun mesti tersingkir karena punya attitude yang kurang baik. Kejadian ini bisa terjadi pada siapa pun.
Attitude memang memiliki pengaruh besar pada karier, karena attitude mau tidak mau akan berujung pada reputasi. Semakin baik reputasi kita di depan semua orang di kantor–bawahan, rekan, atasan, dan juga klien–maka nama kita pun akan populer di lingkungan kerja.
Dengan kepopuleran ini, kita akan dapat memiliki networking yang bagus, yang bisa saja tak hanya berhenti di lingkungan kantor kita sendiri, tapi meluas karena klien-klien kita juga menyukai attitude yang kita punya.
Networking yang bagus yang dibangun berdasarkan pada good attitude and good reputation akan membawa hal baik bagi perusahaan. Dengan demikian, besar peluang kita untuk bertahan.
2. Selesaikan semua tugas dengan baik
Ketika perusahaan tempat kita bekerja sedang bermasalah, terkadang ada kecenderungan bagi karyawan untuk mulai tak bersemangat bekerja, mulai pasrah, bahkan mulai malas menyelesaikan tugas sesuai job desc masing-masing. Mereka yang begini biasanya beranggapan, percuma saja bekerja keras, toh statusnya mulai tak jelas.
Anggapan seperti ini sebenarnya kurang tepat lo. Selama perusahaan masih bisa menggaji kita, sebaiknya kita tetap menampilkan kinerja yang berbobot sama pula. Hindarilah kesan malas karena hal ini akan semakin tak baik efeknya jika kita terancam PHK.
Cek kembali semua tugas dan pekerjaan yang sudah kita lakukan, siapa tahu masih ada proyek yang belum selesai atau bahkan belum tersentuh. Kalau perlu, buatlah to do list, pekerjaan apa saja yang harus kita selesaikan dengan segera. Setidaknya, kita bisa memikirkan kepuasan klien atau pelanggan kita sebagai motivasi untuk menyelesaikannya.
Tunjukkan bahwa kita masih peduli pada perusahaan, dan memiliki semangat untuk bertahan.
3. Terima setiap kesempatan yang mungkin ditawarkan
Ada kalanya jika perusahaan sedang dalam kondisi tak baik dan karyawan terancam PHK, perusahaan juga akan mulai melakukan mutasi karyawan dari satu divisi ke divisi lain, selain usaha menguranginya.
Janganlah ragu untuk menerima semua kesempatan yang mungkin ditawarkan oleh perusahaan pada kita, meskipun mungkin posisi yang ditawarkan merupakan posisi yang akan memberikan pengalaman baru dan menuntut kita untuk belajar lagi dari awal.
Tak masalah kan? Terbuka saja pada setiap tanggung jawab baru. Bukankah dalam setiap posisi akan selalu ada hal baru untuk dipelajari? Yang penting lakukan seluruh tanggung jawab baru ini dengan penuh kesungguhan.
Siapa tahu, hal ini akan menjadi kesempatan baru juga buat kita untuk lebih berkembang.
4. Berkomitmen
Cobalah sampaikan komitmen dan niat baik kita pada perusahaan, jika kita memang ingin bertahan padahal sedang terancam PHK.
Ungkapkan bahwa kita bersedia membantu membangun kembali perusahaan, dan tidak keberatan menerima segala risikonya. Dengan demikian, perusahaan pasti akan mempertimbangkan kita untuk tetap menjadi bagian dari keluarga besarnya.
5. Tetap siapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk
Keempat hal di atas kita lakukan demi bisa menyelamatkan posisi kita yang terancam PHK. Tapi juga jangan lupa, di sisi lain, kita pun harus mempersiapkan diri sendiri untuk menghadapi krisis yang bisa diprediksi akan datang jika kita sampai di-PHK.
Dana darurat akan menjadi penyelamat saat kita harus hidup sementara tanpa penghasilan. So, yang harus mulai kita perhatikan adalah segera siapkan dana darurat–meski saat ini kita belum sampai terancam PHK. Toh, dana darurat ini bisa dipakai untuk banyak hal kok, namun terutama memang sebagai penyelamat saat kepepet.
Dalam artikel Sekali Lagi tentang Dana Darurat, besaran dana darurat disesuaikan dengan status kita saat ini, yaitu:
- Lajang, dana darurat yang harus disiapkan: 4 kali pengeluaran bulanan
- Menikah, dana darurat yang harus disiapkan: 6 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 1 anak, dana darurat yang harus disiapkan: 9 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 2 anak, dana darurat yang harus disiapkan: 12 kali pengeluaran bulanan
Terkesan banyak ya? Tenang, sejumlah dana darurat itu bisa kok kita siapkan secara bertahap. Pastikan saja, kita bisa menabung sebesar 10% dari penghasilan setiap bulannya sejak kita mulai bekerja, lalu sisihkan juga sebagian untuk dana darurat.
Jika ada bonus tahunan, THR, atau insentif, jangan langsung habiskan. Alokasikan dulu untuk menambah dana darurat ini. Selanjutnya, kita bisa menentukan instrumen untuk menyimpannya agar lebih aman dan siapa tahu bisa mendapatkan return lagi.
Lebih jelasnya mengenai dana darurat, yuk, simak video berikut ini.
Siapa Saja Bisa Terancam PHK
Karena hidup serba tak pasti, maka sebaiknya kita selalu bersiap dari awal. Perusahaan tempat kita bekerja pastilah tak pernah punya rencana untuk mem-PHK karyawan, namun kondisi yang memaksa mereka untuk melakukannya.
Di sisi lain, sebagai karyawan, kita memang harus bersiap jika sampai terancam PHK. Segera cek ulang rencana keuangan, lalu bersiap untuk berjuang lagi.
Yah, semoga kita semua tak harus menghadapi kondisi yang tak mengenakkan ini ya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
3 Asuransi Kesehatan Karyawan: BPJS Kesehatan, dari Kantor, atau Beli Asuransi Swasta Sendiri Ya?
Sudah punya asuransi kesehatan karyawan? Ikut BPJS Kesehatan? Atau sudah mendapatkan fasilitas asuransi kesehatan swasta dari kantor? Atau, sudah ada asuransi kesehatan swasta yang dibeli sendiri? Atau masih bingung memilih yang mana?
Bagi karyawan, memang bisa saja mendapatkan 3 opsi asuransi kesehatan ya, yaitu ikut BPJS Kesehatan, masih mendapatkan asuransi kesehatan karyawan juga dari kantor, atau bisa saja membeli asuransi kesehatan swasta sendiri.
Sebenarnya, bisa salah satu atau harus ketiga-tiganya sih? Mari kita lihat.
3 Jenis Asuransi Kesehatan Karyawan
BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan yang mulai beroperasi 1 Januari 2014 ini memang merupakan program pemerintah dalam rangka menjamin kesehatan kita sebagai warga negara, termasuk bagi yang kurang mampu. Kita beruntung lo, karena pemerintah–meskipun terlambat–akhirnya mengambil langkah nyata untuk memberikan proteksi kesehatan dengan premi terjangkau melalui BPJS ini.
Manfaat BPJS cukup lengkap, meliputi rawat inap, rawat jalan, kehamilan dan melahirkan, serta optik (kacamata). Bahkan bisa dibilang tanpa plafon selama mengikuti semua prosedur dan kelas kamar yang sudah ditetapkan.
BPJS juga berlaku tanpa pre-existing condition, yang berarti jika kita punya penyakit bawaan, tetap akan ditanggung. Sedangkan, asuransi kesehatan swasta lain biasanya tidak akan meng-cover penyakit yang sudah kita derita sebelum membeli asuransi (padahal biasanya inilah alasan kita membeli asuransi, bukan?)
Semua manfaat ini sepertinya sulit didapatkan di asuransi kesehatan swasta. Padahal preminya lebih mahal, namun manfaat yang diberikan biasanya hanya sebatas rawat inap, pun ada batasan plafon klaim.
Namun, memang selalu ada sisi kurang dalam setiap hal, termasuk BPJS Kesehatan. Proses prosedurnya sangat panjang, terutama karena berlaku sistem rujukan berjenjang. Pun sebagai asuransi kesehatan massal, banyak orang yang menjadi pesertanya, sehingga ketika akan mengurus pun kita harus bersiap terhadap antrean yang panjang pula. Selain itu, sampai dengan saat ini, masih terdengar keluhan bahwa tidak semua biaya perawatan kesehatan tercover dengan baik oleh BPJS.
Asuransi Kesehatan Swasta yang Dibeli Sendiri
Asuransi kesehatan swasta punya keunggulan dari sisi kecepatan klaim, kemudahan, dan fleksibilitas dalam memilih rumah sakit. Kita tak perlu harus melalui rujukan berjenjang untuk mendapatkan manfaat asuransinya. Kita dapat memanfaatkannya baik secara cashless maupun reimbursement.
Namun, berbeda dengan BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan swasta memberlakukan plafon yang akan membuat tidak semua tagihan akan terbayar, juga ada aturan pre-existing condition–seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi. Selain itu, preminya juga termasuk mahal bagi sebagian karyawan.
Asuransi Kesehatan Karyawan dari Kantor
Nah, bagaimana dengan asuransi kesehatan karyawan yang didapatkan dari kantor?
Memang persyaratan asuransi kesehatan karyawan dari kantor tidak seketat asuransi kesehatan swasta yang dibeli sendiri, tapi juga bukan berarti tanpa batas.
Beberapa hal ada yang sama dengan asuransi kesehatan swasta yang dibeli sendiri, tapi ada pula beberapa hal yang memang perlu kita ketahui lebih jauh.
Misalnya soal klaim. Mau cashless atau reimburse? Kita juga mesti tahu cakupan asuransi kesehatan karyawan dari kantor ini sampai seberapa.
Apakah juga berlaku untuk anggota keluarga kita? Kalau iya, bagaimana skema perlindungannya? Ada perusahaan yang hanya menanggung biaya kesehatan karyawan saja, tidak dengan anggota keluarga. Ada juga yang menanggung biaya pengobatan tapi dibatasi, misalnya hanya pasangan dan anak pertama saja. Atau bisa juga, menanggung penuh untuk karyawan, sedangkan keluarga hanya 50%.
Hal ini memang tergantung kebijakan masing-masing perusahaan. Jadi, kita memang mesti tahu dulu sejak awal, peraturan apa saja yang sudah ditetapkan.
Kalau mau reimburse, kita harus siap dulu dengan dana darurat yang cukup. Begitu juga dengan pre-existing condition tadi, apakah dicover atau tidak? Kadang kala kita menderita penyakit yang tidak membutuhkan rawat inap, tetapi harus rawat jalan yang intensif dengan obat-obatan yang banyak. Apakah hal ini termasuk menjadi manfaat yang diberikan oleh asuransi kesehatan dari kantor?
Pun soal plafon, asuransi kesehatan karyawan dari kantor juga biasanya memberikan batasan, yang biasanya disebut dengan limit tahunan. Kita harus mengecek juga sampai seberapa limit tahunan ini berlaku.
Jadi, Pilih Mana?
Setelah melihat berbagai sudut dari BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan swasta yang dibeli sendiri, dan asuransi kesehatan karyawan dari kantor di atas, sebenarnya kita sudah bisa melihat bahwa ketiganya mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing, yang sebenarnya justru saling melengkapi.
Jika kita punya dana yang cukup, paling ideal adalah jika kita punya BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan swasta–pastikan ambil asuransi yang bisa double-claim–supaya bisa saling meng-cover. Sedangkan asuransi kesehatan karyawan dari kantor juga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jika tertarik untuk tahu lebih banyak mengenai seluk beluk keuangan korporasi, hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Dana Pensiun: Cukupkah dengan Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan?
Program dana pensiun apa yang sudah Anda punyai saat ini? Jaminan Pensiun? Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan?
Jika kita adalah seorang pegawai negeri sipil atau karyawan BUMN, wajar memang jika kita tak menempatkan dana pensiun pada prioritas literasi keuangan kita. Pemerintah telah menjamin kehidupan kita pascakerja dengan memberikan uang pensiun yang dapat kita terima setiap bulan.
Namun, tahu nggak sih, bahwa dana pensiun dari kantor saja tidak akan menjamin kita bisa pensiun sejahtera? Bahkan jika sudah punya Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan pun. Kok bisa begitu?
Mari kita lihat mengenai Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua itu sendiri.
Jaminan Pensiun
Jaminan Pensiun merupakan program jaminan sosial untuk mempertahankan gaya hidup yang dijalankan oleh karyawan selepas masa kerja dan memasuki usia pensiun, mengalami cacat total, ataupun meninggal dunia. Iurannya sebesar 3% saja dari penghasilkan setiap bulannya, yang akan ditanggung oleh perusahaan sebesar 2% dan karyawan sebesar 1%.
Yang menjadi dasar perhitungan pemotongan untuk iuran Jaminan Pensiun ini adalah gaji pokok dan tunjangan tetap yang diterima karyawan. Namun, ada batas maksimal yang berlaku untuk besaran gaji ini, yaitu Rp8.094.000, yang mulai berlaku pada bulan Maret 2018 lalu. Jadi jika ada yang menerima gaji lebih dari itu, maka yang diperhitungkan hanya sampai Rp8.094.000 itu.
Padahal, seperti yang kita tahu, gaya hidup karyawan di Indonesia itu biasanya mengikuti penghasilan yang diterimanya. Jadi, kalau selama bekerja kita sudah menerima gaji lebih dari Rp8.000.000, maka mau tidak mau, saat pensiun kita harus puas dengan uang Jaminan Pensiun yang kita terima berdasarkan perhitungan gaji Rp8.094.000.
Jaminan Hari Tua
Jaminan Hari Tua adalah program pensiun dengan manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat karyawan telah memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, ataupun meninggal dunia.
Program ini dijalankan dengan sistem tabungan hari tua, yang besarannya adalah 5,7% dari upah dengan rincian 2% ditanggung pekerja sedangkan 3,7% ditanggung perusahaan/pemberi kerja. Jaminan Hari Tua akan memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 56 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Akumulasi dari iuran Jaminan Hari Tua selama 30 tahun dengan asumsi bunga 12% dan asumsi kenaikan gaji 10% per tahun, diperkirakan hanya akan memberikan replacement rate (rasio penghasilan setelah pensiun relatif terhadap gaji bulan terakhir sesaat sebelum pensiun) lebih kurang 16% dari gaji bulan terakhir.
Sedangkan ketentuan berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK-13), untuk masa kerja 30 tahun pada usia pensiun, jumlah yang diperoleh sebesar 32.2 kali gaji terakhir, atau ekuivalen dengan replacement rate lebih kurang sebesar 22% dari gaji bulan terakhir.
Jadi untuk kedua program wajib pemerintah dimaksud, seorang karyawan yang bekerja 30 tahun, ia hanya akan memperoleh pensiun yang ekuivalen dengan 38% dari gaji bulan terakhirnya.
Apakah ini cukup?
Standar Kesejahteraan Masa Pensiun
Kesejahteraan hidup di masa pensiun, terutama yang berasal dari uang pensiun, dapat diukur dengan suatu besaran yang disebut replacement rate, yaitu perbandingan antara penghasilan selama masa pensiun dengan penghasilan terakhir sesaat sebelum pensiun.
Para ahli memperkirakan bahwa replacement rate yang dianggap memadai untuk mempertahankan kualitas hidup yang sama, sebelum dan setelah pensiun, berkisar antara 70% sampai 80% dari penghasilan terakhir seseorang sesaat sebelum pensiun.
70% dan 38%. Hmmm, pastinya kita sudah tahu nih, cukupkah hanya mengandalkan Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua untuk hidup sejahtera di masa pensiun?
Tertarik mengundang QM Financial untuk membantu persiapan dana pensiun di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Dana Pensiun, Pilih Mana: DPPK, DPLK, atau Siapkan Sendiri?
Pensiun, sepertinya memang menjadi istilah yang tak asing, namun banyak yang masih hanya melewatkan begitu saja. Alasannya? Masih jauh! Sehingga, masih banyak karyawan–apalagi yang fresh graduate–yang mengabaikan pentingnya mempersiapkan dana pensiun sejak dini.
Kalau kita bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sepertinya memang bisa kita menunda untuk memikirkan dana pensiun ini, meskipun kalau kita juga ikut mempersiapkannya sendiri tentu akan lebih bagus.
Namun, jika kita adalah karyawan swasta atau punya bisnis sendiri alias berwirausaha, nah, ini harus segera dipikirkan. Karena, meski kita sudah tidak produktif lagi, tapi kita kan masih harus terus hidup kan? Ya masa mau mengandalkan anak yang mungkin sudah punya hidup sendiri?
Untuk karyawan swasta dan pengusaha ini ada 3 jenis pilihan persiapan dana pensiun yang bisa dipilih, yaitu ikut DPPK, DPLK, atau kita siapkan sendiri.
Nah, supaya mendapatkan gambaran, mari kita lihat satu per satu, antara mempersiapkan dana pensiun melalui DPPK, DPLK, ataupun menyiapkan sendiri.
Dana Pensiun: DPPK, DPLK, atau Siapkan Sendiri?
1. DPPK
DPPK–atau Dana Pensiun Pemberi Kerja–adalah program dana pensiun yang diadakan oleh pemberi kerja yang memperkerjakan karyawan, dan berperan sebagai pendirinya. Artinya, secara gampangnya, perusahaan mengelola sendiri dana pensiun bagi karyawannya.
Pendirian dana pensiun oleh pemberi kerja ini sebenarnya tidaklah diwajibkan oleh pemerintah, namun dianjurkan karena ada manfaat yang sangat positif untuk karyawan perusahaan tersebut. Tak hanya karyawan internal yang bisa ikut program DPPK ini, jika ada karyawan dari perusahaan lain juga bisa ikut serta.
DPPK dapat menyelenggarakan program persiapan dana pensiun manfaat pasti atau iuran pasti, yang iurannya dibebankan pada pemberi kerja dan juga karyawannya.
Dana pensiun DPPK bisa diambil jika yang bersangkutan resign atau saat sudah pensiun, dengan besaran yang sesuai dengan ketentuan Kementerian Keuangan.
2. DPLK
DPLK–atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan–adalah program dana pensiun yang didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa.
Berbeda dengan DPPK, yang bisa menyelenggarakan dana pensiun manfaat pasti dan iuran pasti, DPLK hanya boleh menyelenggarakan iuran pasti saja. Artinya, iurannya saja yang sudah ditetapkan, yang berasal dari potongan gaji karyawan dan kontribusi perusahaan. Karena iuran sudah ditetapkan, maka sudah bisa ditarik kesimpulan, pastilah jumlahnya tidak terlalu banyak.
Keuntungan dari program ini adalah hasil pengembangan dana atau investasi yang dikelola kemudian ditambahkan pada dana peserta. Jika DPPK hanya bisa diikuti oleh karyawan perusahaan, baik perusahaan sendiri maupun perusahaan lain, maka DPLK ini bisa diikuti oleh perorangan, karyawan, dan pekerja mandiri, seperti para wirausahawan itu.
Dana pensiun di DPLK bisa dicairkan saat peserta sudah memasuki masa pensiun, dengan ketentuan pensiun normal (yaitu di usia 55 tahun), pensiun dipercepat (minimal berusia 10 tahun dari usia pensiun normal dan berhenti dari kepesertaan), pensiun cacat, dan pensiun meninggal dunia. Besarannya pun harus mengikuti ketentuan, misalnya untuk dana akumulatif lebih besar dari 500 juta, maka 20% bisa ditarik tunai, sedangkan 80% dalam bentuk annuitas.
3. Siapkan Sendiri
Ada beberapa cara untuk menyiapkan dana pensiun sendiri, namun yang terpopuler saat ini adalah dengan menginvestasikan uang secara rutin melalui reksa dana.
Reksa dana merupakan instrumen investasi pasar modal dengan tingkat risiko relatif aman, sehingga cocok untuk jika kita manfaatkan untuk membangun dana pensiun sendiri. Reksa dana bisa kita beli melalui manajer investasi secara langsung, atau bisa juga melalui agen. Kita bisa menentukan sendiri cara mana yang paling nyaman dan aman untuk kita sendiri.
Berbeda dengan DPPK dan DPLK, kita bisa mulai berinvestasi dengan jumlah yang disesuaikan dengan kemampuan. Bahkan bisa mulai dengan setengah harga sepatu!
Pencairan dana investasi di reksa dana juga bisa kita lakukan kapan pun, dengan besaran yang juga bisa kita tentukan sendiri. Ini artinya, kita bisa menyesuaikan investasi untuk pensiun, seiring perkembangan karier dan penghasilan kita. Jika memang kita bisa mengelolanya dengan baik, maka tak mustahil kita bisa pensiun dengan sejahtera, karena ada dana Rp 5M yang bisa menghidupi kita.
Selain dengan reksa dana, kita juga bisa mencoba menanamkan uang kita pada instrumen investasi lain–yang dipilih dengan banyak pertimbangan tentunya.
Nah, dari sedikit gambaran di atas, ada sedikit pula kesimpulan yang bisa kita dapatkan. Barangkali kita nih yang karyawan sudah mengikuti DPPK atau DPLK yang diselenggarakan oleh kantor tempat kita bekerja. Namun, hasil akhir nanti bisa saja tak bisa mencukupi kebutuhan pensiun kita.
Maka, ada baiknya juga bagi kita untuk menyiapkan dana pensiun sendiri, bisa dengan investasi surat berharga, properti, atau buka usaha.
Tertarik mengundang QM Financial untuk membantu persiapan dana pensiun di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Selain “gaji satu koma empat“, di kalangan karyawan juga ada istilah “tanggal tua” dan “tanggal muda”. Tanggal muda artinya kondisi keuangan baru saja gajian, jadi dompet masih tebal. ATM juga masih penuh saldonya. Tanggal tua, berarti kondisi dompet juga masih tebal sih. Tapi bukan oleh uang melainkan oleh struk-struk belanja dan struk ATM, tanda uang sudah banyak diambil.
Tanggal tua ini tak selalu berarti akhir bulan. Bisa saja tanggal tua terjadi di awal bulan, lantaran gajiannya tanggal pertengahan. Bisa juga tanggal muda terjadi di akhir bulan, karena si karyawan menerima gaji di akhir bulan. Jadi, memang setiap orang bisa saja tak sama satu dengan yang lainnya.
Yang sama adalah keluhannya. Sering banget deh terdengar keluhan lantaran sudah terlanda sindrom “tanggal tua” bahkan jauh sebelum gajian lagi. Bahkan, tanpa keluhan pun sebenarnya gejala “tanggal tua” ini bisa terlihat dengan jelas. Kalau tanggal muda, masih bisa ngopi-ngopi di kafe bareng teman-teman. Begitu tanggal tua, cukuplah beli kopi sachet dan air dispenser, lalu ngopi di kantor saja.
Hingga kemudian, kondisi ini menyebabkan ada banyak orang, terutama yang bekerja di kantor atau suatu perusahaan, bagaikan mengalami phobia terhadap tanggal tua. Begitu memasuki dua minggu hingga seminggu sebelum gajian, banyak orang yang berstatus karyawan yang mulai ngirit (atau pelit) bahkan panik.
Sebenarnya, apa yang terjadi? Bukankah hal ini tak akan terjadi jika kita–sebagai karyawan yang digaji ini–bisa membuat perencanaan anggaran yang baik untuk hidup sebulan?
Lalu, apa yang perlu diperbaiki?
Tanggal tua dan tanggal muda tak akan terjadi jika kita punya cash flow yang baik setiap bulannya. Kita seharusnya berhemat sejak gajian diterima. Bukan berarti lantas pelit mengeluarkan uang, namun membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan kita.
Mari kita lihat apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengatur cash flow, agar semua tanggal menjadi baik–tak ada lagi tanggal muda dan tanggal tua
3 Langkah Atur Cash Flow agar Tak Ada Lagi Tanggal Muda dan Tanggal Tua
1. Kenali apa saja pengeluaran kita
Yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengenali apa saja pengeluaran rutin kita setiap bulan. Dalam artikel Hindari Utang dengan Mengatur Cashflow, disebutkan ada 5 pos pengeluaran utama, yaitu:
- Cicilan utang, maksimal 30% dari penghasilan bulanan.
- Pengeluaran rutin, sebesar 40 – 60% untuk makan, membayar tagihan listrik/air, transportasi, uang-uang iuran rutin, dan sebagainya.
- Menabung atau investasi, sebesar 10% dari penghasilan.
- Sosial, minimal sebesar 2,5% dari penghasilan.
- Gaya hidup (lifestyle), tidak boleh lebih dari 20% dari penghasilan.
2. Catat pengeluaran dalam satu bulan, untuk membuat anggaran di bulan berikutnya
Setelah kita mengenali apa saja jenis pengeluaran rutin setiap bulan seperti pada poin pertama, maka selanjutnya buatlah pencatatan pengeluaran dalam satu bulan. Pisahkan masing-masing pengeluaran ke dalam 5 pos pengeluaran seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Dengan pencatatan ini, kita akan tahu, pos mana yang melebihi anggaran yang seharusnya, sehingga kita akan bisa memperbaikinya dalam anggaran bulan depan.
3. Buat anggaran segera setelah gajian
Setelah mencatat pengeluaran dan tahu pos-pos mana saja yang harus diperbaiki, maka di bulan berikutnya kita bisa membuat anggaran yang benar agar pengeluaran uang bisa terkendali sesuai dengan kebutuhan.
Yang penting di sini adalah kedisiplinan. Akan percuma saja membuat anggaran dan mencatat pengeluaran jika kita sendiri tidak disiplin dalam pelaksanaannya.
Nah, semoga dengan pencatatan yang baik seperti 3 langkah di atas, semua tanggal menjadi baik. Tak ada lagi tanggal muda yang berarti foya-foya, dan tanggal tua yang berarti pengiritan total.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan Institusi Keuangan Harus Mengerti Kebutuhan Pelanggan, Apa Saja yang Harus Diketahui?
Sebagai seorang karyawan institusi keuangan, pastinya Anda harus tahu mengenai seluk beluk dan berbagai jenis produk keuangan yang hendak ditawarkan pada pelanggan. Mulai dari seputar tabungan, kartu kredit, KPR, kredit kendaraan, asuransi jiwa, dana pensiun, hingga segala jenis produk investasi.
Tentunya, agar bisa bisa memberikan pelayanan yang tepat bagi pelanggan, seorang karyawan institusi keuangan harus tahu betul sifat, syarat, ketentuan, dan manfaat masing-masing produk tersebut. Hal ini penting agar Anda bisa merekomendasikan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Berikut adalah beberapa hal yang biasanya akan ditanyakan oleh pelanggan terkait produk keuangan yang hendak mereka gunakan.
6 Informasi yang Harus Diketahui oleh Karyawan Institusi Keuangan Agar Bisa Mengerti Kebutuhan Pelanggan akan Produk Keuangan
1. Apa manfaat langsungnya?
Jelaskan manfaat yang paling nyata dan dapat dicapai, yang bisa langsung dirasakan oleh pelanggan.
Manfaat produk keuangan ini bisa mengenai keamanannya, kenyamanan pakainya, kepraktisannya, kemampuannya untuk membeli aset bernilai tinggi, pertumbuhannya sehingga akan memberikan keuntungan lebih bagi pelanggan, dan seterusnya.
2. Tentang cost
Misalnya, untuk membuka rekening, berapa saldo minimalnya? Apakah cost produk hanya diminta sekali saja, atau secara periodik, misalnya bulanan atau tahunan?
Akankah cost ini meningkat seiring dengan laju inflasi? Akankah berubah tingkat bunganya, atau flat saja? Atau mungkin malah menurun?
Jelaskan pada pelanggan selengkap mungkin, apakah biaya ini akan sepadan dengan manfaat yang diberikan oleh produk yang ditawarkan.
3. Tingkat fleksibilitas
Tingkat fleksibilitas yang harus diketahui oleh pelanggan, misalnya soal fleksibilitas waktu. Apakah pelanggan bisa membatalkan keikutsertaannya kapan saja, ataukah bakalan ada penalti jika pelanggan ingin berhenti menggunakan produk keuangan tersebut? Jika ada penalti, berapa besarnya?
Apakah ada kemungkinan spesifikasi, syarat, atau sifat produk yang akan berubah nantinya? Jika ya, maka hal ini pun harus diinformasikan sejak awal.
4. Waktu proses
Seberapa lama proses penyelesaian yang diperlukan jika ada query, komplain, ataupun klaim? Jika waktunya tidak pasti, Anda bisa berikan perkiraan, misalnya 1 x 24 jam, 5 hari kerja, atau mungkin satu bulan.
Atau dalam jangka waktu berapa lama produk keuangan tersebut jatuh tempo? Bulanan, tahunan, atau 3 tahunan, atau lebih lama lagi?
5. Fasilitas-fasilitas lain yang mungkin ada
Misalnya seperti apakah produk keuangan yang ditawarkan ini ada aplikasinya di smartphone, sehingga memudahkan pelanggan untuk memonitor penggunaannya? Apakah pengoperasiannya cukup mudah, adakah manualnya?
Adakah call center yang bisa dihubungi oleh pelanggan jika ada kondisi darurat?
6. Kekurangan
Meski mungkin kurang mengenakkan, namun kekurangan produk keuangan yang sedang ditawarkan juga harus dijelaskan pada calon pelanggan.
Mungkin Anda harus berstrategi sedikit, agar tak terlalu kelihatan sebagai suatu kekurangan yang bisa mengurangi value produk Anda.
Nah, apakah Anda sebagai karyawan institusi keuangan masih belum menguasai informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan terkait produk keuangan seperti di atas? Masih ada waktu kok untuk meng-upgrade pengetahuan Anda lagi.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Mau Resign dari Kantor, Pertimbangkan 4 Benefit Ini!
Ada yang berencana untuk resign dari kantor dekat-dekat hari ini? Kenapa sih? Sudah nggak kondusif lagikah? Tak sesuai dengan passion? Tak cocok dengan atasan, rekan kerja, atau lingkungan kantor secara keseluruhan? Atau mungkin kamu merasa tak berkembang seperti yang kamu mau?
Memang berat ya, kalau harus mengerjakan tugas yang mungkin kamu rasa tak cocok. Tapi, apakah kamu sudah benar-benar memikirkannya masak-masak? Karena hari gini gitu loh. Mencari lowongan kerja sih mudah, tapi mendapatkan pekerjaan itu yang susah.
Apalagi kalau kamu sampai resign dari kantor tanpa mendapatkan pekerjaan baru terlebih dahulu, kamu bakalan kehilangan beberapa hal sekaligus. Misalnya, pertemanan kamu dengan rekan-rekan kerja yang mungkin sudah begitu dekat. Atau, hilang pula kesempatan promosi.
Terutama sih, kamu bakalan kehilangan 4 benefit ini begitu kamu menyerahkan surat pengunduran diri dari kantor.
Beberapa Benefit yang Harus Dipertimbangkan Ketika Resign dari Kantor
1. Gaji
Pastinya gaji adalah benefit pertama yang harus kamu pertimbangkan, jika kamu sampai resign dari kantor tempat kamu bekerja sekarang.
Terutama jika ternyata kamu resign sebelum kamu mendapatkan tempat kerja baru atau tanpa side job. Bisa dibayangkan, kamu akan harus hidup beberapa lama tanpa ada penghasilan sama sekali.
Kalau begini kondisinya, sebaiknya sebelum kamu mulai benar-benar mengajukan surat pengunduran diri, kamu harus mempersiapkan dulu dana darurat, setidaknya sejumlah 3 – 6 kali biaya pengeluaran rutinmu selama masih bekerja. Pisahkanlah dana ini dalam rekening tersendiri, agar tidak tercampur dengan yang lainnya.
2. Jaminan kesehatan
Benefit kedua yang harus kamu pertimbangkan jika sampai resign dari kantor adalah jaminan kesehatan. Misalnya sudah ada BPJS perusahaan, maka otomatis kepesertaanmu akan dinonaktifkan, jika kamu mundur atas keinginan sendiri. Berbeda dengan kehilangan pekerjaan akibat PHK, maka BPJS masih bisa berlaku sampai setidaknya 6 bulan ke depan.
Nah, jika kamu resign, berarti sekarang kamu harus sudah mengurus BPJS mandiri untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama.
3. Tunjangan pensiun
Nah, dana pensiun juga harus kamu pertimbangkan. Dalam artikel Setelah Resign, Ke Manakah Alokasi Dana Pensiun? ini sudah ada sedikit penjelasan mengenai alokasi dana pensiun ketika kita resign dari kantor.
Jika kantormu yang lama mengelola dana pensiunnya sendiri dengan manfaat pasti, kamu bisa ambil dengan perhitungan present value sesuai usia saat kamu resign. Untuk selanjutnya, kamu bisa alihkan ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), atau mulai membuat dana pensiun sendiri saja.
Yuk, baca artikel alokasi dana pensiun setelah resign di atas sampai selesai untuk mendapatkan gambarannya.
4. Fasilitas kredit
Ada beberapa perusahaan yang memberikan fasilitas kredit lunak bagi para karyawannya. Misalnya saja untuk KPR, cicilan kendaraan, bahkan ada juga kantor yang khusus menyediakan koperasi simpan pinjam untuk membantu karyawan dalam berbagai keperluan.
Jika kamu resign, tentu saja, semua fasilitas kredit ini tak akan bisa kamu nikmati lagi.
Jadi, bagaimana? Masih tetap pengin resign dari kantor? Cobalah untuk mempertimbangkan ulang, terutama terkait 4 benefit tersebut. Atau setidaknya, kita harus sudah mempunyai pekerjaan baru dulu sebelum melepaskan pekerjaan lama, dan memastikan kantor baru menyediakan semua fasilitas seperti di atas.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
-Carolina Ratri-
Bekerja di Sektor Keuangan, Kita Akan Menerima Setidaknya 4 Benefit Ini
Bekerja di sektor keuangan–yang meliputi asuransi dan perbankan, dan termasuk di dalamnya adalah bagian teknologi informasi (IT) dan akuntan–tetap menjadi salah satu profesi terpopuler di masa sekarang.
Meski konon, generasi millenial zaman now cenderung lebih suka bekerja di perusahaan startup, apalagi yang sesuai dengan passion. Ada yang bilang, bekerja di sektor keuangan–terutama di bank–bikin kita melupakan mimpi dan passion.
Benarkah? Well, yang pasti, pada kenyataannya pelamar lowongan kerja di bank masih membludak di setiap job fair diadakan. Dan, biasanya selalu dipenuhi oleh para fresh graduate, alias mereka-mereka yang baru saja lulus dari kampus.
Mengapa? Pastinya bukan karena tanpa sebab.
Salah satu alasannya adalah karena perusahaan-perusahaan di sektor keuangan menjamin adanya hal-hal berikut ini pada karyawannya.
Benefit yang Didapatkan Jika Bekerja di Sektor Keuangan
1. Gaji
Seperti yang dilaporkan di Kompas.com, Kelly Services dan Persol Indonesia merilis panduan gaji beberapa posisi jabatan strategis di lingkungan asuransi dan perbankan.
Beberapa di antaranya disebutkan, untuk perusahaan asuransi, mereka yang menjabat sebagai Telemarketing Supervisor dengan ijazah pendidikan terakhir S1 dan masa kerja 3 tahun menerima gaji dalam rentang Rp 4,5 juta-Rp 6 juta.
Sedangkan di lingkungan perbankan, gaji seorang Senior Associate penyaluran kredit dengan ijazah pendidikan terakhir S1 dan masa kerja 2-4 tahun rentangnya berada di antara Rp 20 juta-Rp 25 juta per bulan.
Sedangkan untuk seorang Audit Manager, masih dengan kualifikasi pendidikan terakhir S1 dengan masa kerja 5-7 tahun, maka rata-rata gajinya diperkirakan Rp 15 juta-Rp 30 juta per bulan.
Memang, masih menurut laporan yang sama, dibandingkan dengan perusahaan di sektor lainnya, perusahaan yang bergerak di sektor keuangan menawarkan gaji yang relatif lebih tinggi pada para fresh graduate.
2. Mendapatkan Banyak Fasilitas Tunjangan
Tak hanya gaji, berbagai tunjangan pun diberikan untuk menjamin kesejahteraan karyawan. Tak hanya kesehatan yang diberikan fasilitas berupa tunjangan, bahkan ada dana pensiun yang biasanya juga terkelola dengan baik.
Selain dua jenis tunjangan utama tersebut, masih ada pula tunjangan hari raya, tunjangan cuti, hingga adanya bonus tahunan. Sehingga, bisa jadi nih, take home pay atau gaji yang dibawa pulang setiap bulannya dua kali lipat dari gaji pokok yang disepakati di awal.
3. Kesempatan luas untuk meningkatkan skill
Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri juga terbuka lebar ketika kita bekerja di sektor keuangan, terutama di perbankan. Hal ini dikarenakan bank-bank cukup rajin memberikan training-training untuk membantu meningkatkan kualitas kinerja karyawannya.
Pelatihan yang diadakan sangat menyeluruh, untuk membentuk karyawan-karyawan kompenten yang siap untuk ikut menjadi bagian dari perkembangan bisnis perusahaan itu sendiri.
Kadang seorang karyawan juga ikut training yang sama sampai berulang kali, lantaran tuntutan pekerjaannya. Pastinya kesempatan ini tak selalu ada jika kita bekerja di sektor lain lo.
4. Jenjang karier yang luas
Bekerja di sektor keuangan, prestasi kerja sangat mudah ditelusuri. Jika etos kinerja kita sudah bagus dan tinggi, maka pendakian ke puncak karier pun bisa lebih cepat jika kita bekerja di sektor keuangan, terutama di perbankan ini.
Nah, bagaimana? Apakah Anda juga tertarik untuk bekerja di sektor keuangan? Atau, malahan sekarang Anda sudah bekerja di bank atau asuransi?
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
-Carolina Ratri-
Kerja di Startup Itu Berarti Gaji Besar? Coba Cek 3 Faktanya!
Belakangan semakin banyak millenial yang bercita-cita untuk kerja di startup. Startup apa aja kek, yang penting startup. Meski tetap ada generasi millenial yang berkeinginan melamar kerja di perusahaan konvensional, terutama yang sudah punya nama besar.
Meroketnya nama beberapa startup pioneer, seperti Gojek, Traveloka, Bukalapak dan Tokopedia, sepertinya juga memengaruhi fenomena perubahaan mindset ini. Selain tentunya cara berpikir para millenial yang memang berbeda dengan angkatan kerja sebelumnya.
Salah satu hal yang semakin membuat para millenial mupeng ingin bekerja di startup adalah konon gajinya yang berlipat-lipat kali dari UMR. Wah, benarkah gaji para karyawan startup sampai sedemikian tinggi?
Kelly Services, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa rekrutmen, pernah merilis daftar gaji yang diperoleh oleh karyawan perusahaan ecommerce Indonesia. Berikut bocoran gaji 13 posisinya:
- Sales executive 7 juta
- Merchandising Manager 20 juta
- Content Manager 20 juta
- Sales Manager 20 juta
- Head of Digital Marketing 20 juta
- Platform Manager 25 juta
- Product Manager 25 juta
- IT Operation Manager 25 juta
- UI/UX Manager 30 juta
- Head of Communication & Partnership 40 juta
- Head of Marketing 45 juta
- Head of Operation 50 juta
- Head of Merchandising 50 juta
Wah, kalau melihat daftar di atas, maka tak heran para millenial kepincut untuk bekerja di perusahaan startup ya? Namun, ada yang harus dicermati tuh. Gaji-gaji tersebut adalah milik para petinggi startup, yang berarti untuk naik ke jenjang yang setara, kita pun harus bekerja keras untuk meningkatkan kinerja kita. Betul?
Ada artikel lain lagi yang dilansir oleh Mojok.co, mengenai fenomena kerja di startup ini. Disebutkan bahwa gaji besar ini hanya mungkin ada di perusahaan startup unicorn, yang berarti perusahaan tersebut valuasinya mencapai lebih dari US$1 miliar, atau setara dengan Rp 13 triliun.
Pertanyaannya, apakah semua perusahaan startup valuasinya mencapai angka yang sangat fantastis itu? Jawabannya, tidak. Banyak perusahaan startup yang masih merintis pasar dan bisnisnya, sehingga belum bisa mencapai omzet penjualan yang kemudian dapat diberikan dalam bentuk gaji berdigit banyak pada karyawannya.
Banyak perusahaan startup yang boro-boro punya kantor di lokasi yang tetap, kadang mereka masih “menumpang” di coworking space satu dan pindah ke coworking space yang lain. Ada juga perusahaan startup yang masih menempati kantor di garasi rumah foundernya.
Namun, ada hal lain selain gaji yang mungkin membuat karyawannya tetap betah bekerja di perusahaan startup, ketimbang perusahaan konvensional. Ada beberapa hal yang tetap membuat para millenial tertarik untuk bekerja di perusahaan startup.
Beberapa Fakta Mengenai Kerja di Startup
1. Banyak kenyamanan yang diberikan
Dalam artikel mengenai sektor yang memberikan fasilitas kesehatan terbaik yang lalu, kita bisa melihat ada beberapa perusahaan startup yang memang memberikan kenyamanan yang baik bagi karyawannya.
Belum lagi soal jam kerja, yang konon lebih fleksibel ketimbang perusahaan konvensional yang memberlakukan batasan jam kerja. Bahkan sebagian besar juga mengizinkan karyawan bekerja secara remote, tidak harus berada di satu lokasi untuk bisa bekerja bersama.
Tentu saja, hal ini menjadi nilai plus untuk kerja di perusahaan startup ketimbang bekerja di perusahaan konvensional.
2. Gaji ekuivalen dengan beban kerja
Gaji besar pasti diberikan dengan tuntutan kinerja yang optimal pula. Hal ini juga berlaku di perusahaan startup, tak hanya di perusahaan konvensional.
Dalam perusahan startup, terutama yang masih rintisan, kadangkala karyawan juga harus merangkap-rangkap berbagai jabatan dan tugas. Hal ini terjadi lantaran rata-rata jumlah karyawan perusahaan startup rintisan juga hanya terdiri atas beberapa orang saja demi efisiensi kerja.
3. Siap bersaing dan harus bertumbuh dengan cepat
Tuntutan untuk memberikan kinerja yang optimal bagi para karyawan perusahaan startup ini juga bukan karena tanpa sebab. Seperti yang sudah dilansir oleh Tech In Asia, di Indonesia setiap bulannya ada startup baru. Dan tidak hanya satu, tapi sampai puluhan. Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak perusahaan startup baru dalam satu tahun.
Ini berarti persaingan bisnis akan semakin ketat. Butuh pribadi-pribadi kreatif untuk bisa bertahan, apalagi untuk bisa berkembang dan melejit di antara yang lainnya.
Jadi, apakah kerja di startup itu berarti gaji besar? Mungkin, namun sepadan pula dengan target dan beban kerja yang juga besar.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Ini Dia 4 Sektor yang Memberikan Fasilitas Kesehatan Terbaik
Tak hanya soal memberikan gaji yang besar, perusahaan idaman di zaman now adalah perusahaan yang juga memberikan fasilitas–terutama fasilitas kesehatan terbaik bagi karyawannya.
Memang, stigma sudah bergeser. Kalau dahulu, karyawan merupakan “orang upahan” yang harus memberikan benefit sebesar-besarnya bagi perusahaan tempatnya bekerja. Sekarang, karyawan adalah aset perusahaan yang harus dikelola dengan baik. Karyawan sejahtera menjadi modal bagi perusahaan yang ingin bertumbuh secara sehat.
Salah satu usaha untuk membuat karyawan sejahtera adalah dengan memberikan fasilitas kesehatan yang baik. Tahu nggak sih, sektor mana saja yang memberikan fasilitas kesehatan terbaik bagi karyawannya?
4 Sektor yang Memberikan Fasilitas Kesehatan Terbaik bagi Karyawan
1. Teknologi
Yang pertama adalah sektor teknologi. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor teknologi merupakan perusahaan kekinian yang punya pendapat sama, yakni kesejahteraan karyawan menjadi faktor penentu berkembangnya bisnis mereka.
Google, misalnya. Perusahaan raksasa satu ini, selain menyediakan kantor yang berfasilitas lengkap dengan pusat kebugaran dan berbagai camilan yang bebas dinikmati oleh karyawan, juga menyediakan dokter yang siap di dalam kantor. Kapan pun karyawannya mengeluhkan kesehatan, mereka bisa segera berkonsultasi dengan dokter, yang pastinya dengan ongkos yang dibiayai oleh perusahaan.
Microsoft pun demikian. Perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates ini menyediakan membership gratis bagi karyawan di klub kesehatan, dan juga menyediakan pusat kesehatan dan olahraga di dalam kompleks kantornya.
Banyak pula perusahaan di sektor ini yang memberikan parental leave yang cukup panjang bagi karyawannya–tak hanya yang menjadi ibu baru, bahkan para ayah baru juga bisa menikmati fasilitas ini.
2. Retail Ecommerce
Bisnis retail–terutama yang kini berkembang menjadi ecommerce–nampaknya juga sudah yakin, bahwa kesejahteraan dan kesehatan karyawan menjadi salah satu hal penting yang harus dikelola dengan baik. Tak hanya karyawan, bahkan beberapa perusahaan juga menjamin agar keluarga karyawan pun mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik.
Amazon, misalnya. Perusahaan milik Jeff Bezos ini memberikan 2 program jaminan kesehatan yang unik, yaitu Leave Share, yang memungkinkan pasangan karyawan juga mendapatkan gaji dari Amazon saat harus cuti dengan tanggungan, jika perusahaan tempat pasangan tersebut tidak memberikan fasilitas cuti ini. Program yang kedua adalah yang dinamakan Ramp Back, yaitu program untuk membantu para ibu baru yang hendak ngantor lagi setelah cuti melahirkan. Selain tentunya juga memberikan asuransi kesehatan penuh bagi karyawannya.
Eventbrite, sebuah perusahaan global marketplace, memberikan tunjangan tambahan sebesar $60 bagi setiap karyawan yang bebas digunakan demi memelihara kesehatan mereka. Boleh digunakan untuk membayar membership di pusat kebugaran, atau dipakai rutin untuk membeli jus yang sehat.
Ikea, perusahaan retail furniture modern yang berbasis di Swedia ini, memberikan fasilitas parental leave baik untuk ayah dan ibu baru selama 4 bulan dengan gaji penuh bagi semua karyawan. Ya, semua karyawan, baik yang bekerja di kantor pusat dan mereka yang bekerja di toko-tokonya yang tersebar di seluruh dunia.
Luar biasa ya?
3. Manufaktur
3M, pabrik besar produsen bahan-bahan kimia ini, memberikan banyak sekali fasilitas kesehatan bagi karyawannya. Mulai dari asuransi kesehatan, memberikan kelas kesehatan gratis, hingga meng-cover biaya bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan.
Yang paling luar biasa, 3M juga punya program khusus bagi karyawan yang kecanduan rokok tapi kesulitan untuk berhenti. 3M akan menyediakan dokter khusus dan konsultan khusus untuk membantu mereka.
4. Keuangan
Banyak perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang juga memberikan fasilitas kesehatan terbaik bagi karyawannya.
American Express, salah satunya, memberikan tambahan cuti dengan tanggungan antara 4 – 8 minggu setelah cuti melahirkan resmi untuk pemulihan, dan memberikan akses langsung ke konsultan laktasi bagi para ibu menyusui. Dan bagi para ibu yang harus menjalani dinas luar, boleh mengirimkan ASI perah ke rumah, dengan biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan.
Bagaimana dengan perusahaan Anda? Apakah sudah memberikan fasilitas kesehatan yang baik untuk karyawan? Atau, masih merasa kesulitan untuk membuat rencananya?
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
-Carolina Ratri-