Supermarket Giant Tutup! 5 Hal yang Harus Kita Lakukan jika Perusahaan Tempat Kita Kerja Berhenti Beroperasi
Cukup mengejutkan sih, beritanya: supermarket Giant tutup beberapa gerainya di Jakarta per tanggal 28 Juli 2019. Salah satu jaringan supermarket PT Hero Supermarket Tbk ini menutup 6 gerai, menyusul penutupan 26 gerai ritel Hero lain yang sebelumnya terjadi.
Pengurangan gerai ini bukan tanpa sebab. Menurut berita yang dirilis oleh CNN Indonesia, jaringan supermarket Giant tutup setelah mencatat penurunan penjualan sampai sebesar Rp9,84 triliun hanya di kuartal ketiga tahun lalu. Akibatnya, pihak manajemen mengaku, telah mem-PHK 92% karyawannya. Ini berarti tak kurang dari 500 orang berubah status dari karyawan menjadi pengangguran. Ouch!
Peristiwa supermarket Giant tutup ini bisa menjadi satu bukti lagi, bahwa hal yang sama (perusahaan merugi, hingga harus mengakhiri operasionalnya) bisa terjadi pada perusahaan mana pun. Kalau dalam kasus Giant ini, mereka telah mengalami penurunan penjualan hingga triliunan sehingga mengakibatkan kerugian. Ada banyak penyebab lain yang bisa terjadi, yang menjadi penyebab sebuah perusahaan harus melakukan efisiensi–bahkan sampai menutup kantor. Penurunan penjualan hanya salah satu di antaranya.
Pastinya, keputusan untuk menutup gerai supermarket Giant dan merumahkan ratusan pekerjanya ini tidak hanya diambil dalam semalam saja. Tentu ada proses pertimbangan matang sebelumnya, meski akhirnya keputusan pahit inilah yang diambil.
Memang ada sisi lain yang disambut gembira dari ditutupnya supermarket Giant ini. Ada cuci gudang dengan diskon sampai 50% untuk semua item! Pokoknya, semua harus terjual habis sebelum supermarket Giant tutup tanggal 28 Juli mendatang. Wah, ya yang seneng ya ibu-ibu pasti. Nggak heran, sudah beberapa hari ini antrean beberapa gerai supermarket Giant yang akan ditutup jadi mengular.
Tapi, bagaimana kabar para karyawan yang terkena PHK? Barangkali keputusan ini akan berat bagi mereka, tapi pastinya tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain menerimanya. Dan, setelah ini, apa yang harus dilakukan? Kondisi pasti akan lebih berat, bukan? Karena itu, para karyawan–supermarket Giant pada khususnya, dan para tenaga kerja lain pada umumnya–memang harus siap untuk segala kemungkinan. Bahkan yang terburuk sekalipun, seperti halnya kasus supermarket Giant tutup ini.
5 Hal yang Harus Kita Lakukan Jika Kantor Tempat Kita Berhenti Beroperasi–Seperti Kasus Supermarket Giant Tutup
1. Selalu siap dana darurat
Nggak ada yang pengin mendapatkan musibah. Tapi, persiapan untuk segala situasi–yang terburuk sekalipun–adalah koentji, karena segala hal yang ada di hidup ini nggak ada yang pasti.
Dana darurat is a must. Saat kita masih menerima gaji, sisihkanlah sebagian dana untuk menjadi dana darurat. Untuk serba-serbi dana darurat, bisa membaca artikel mengenai Dana Darurat di situs ini secara lebih lengkap.
Jadi, jangan tunda lagi untuk bikin pos dana darurat. Meski kita baru saja diterima bekerja di suatu perusahaan, menyisihkan gaji untuk dana darurat harus menjadi hal pertama yang dilakukan. Jangan tunggu sampai terlambat.
So, ayo, mulai sekarang buat dana darurat kalau belum ada. Jangan nunggu seperti kasus supermarket Giant tutup terjadi.
2. Manfaatkan dana pesangon dengan bijak
Saat karyawan diputus hubungan kerja oleh perusahaan tempat ia bekerja, maka karyawan tersebut berhak atas sejumlah pesangon. Hal ini sudah diatur dalam pasal 156 ayat 2 Undang – Undang no. 13 tahun 2003, sehingga jika ada perusahaan yang lalai membayarkannya, maka perusahaan tersebut bisa diancam sejumlah sanksi dan denda.
Pesangon ini terdiri dari beberapa komponen, seperti perhitungan upah yang didasarkan pada masa kerja karyawan, uang penghargaan, dan uang pengganti hak-hak karyawan, misalnya seperti jatah cuti tahunan yang belum diambil. Sehingga kadang, uang pesangon yang diterima ini justru lebih banyak beberapa kali lipat dari gaji atau upah yang diterima setiap bulan ataupun secara periodik sebelumnya.
Uang yang diterima memang banyak, tetapi jangan cepat senang dulu, karena itulah upah terakhir yang diterima. Selanjutnya, manfaatkan dana pesangon itu dengan bijak, untuk menyambung hidup seterusnya sebelum mendapatkan pekerjaan kembali.
3. Prioritas cicilan
Yang pertama harus segera dibereskan tentu saja cicilan utang, jika ada. Jadi, ayo dicek, kurang berapa banyak lagi KPR-nya, atau kredit motornya? Atau masihkah ada utang kartu kredit yang tertunda?
Segera atur, dan lunasi. Setidaknya, saat-saat belum mendapatkan pekerjaan lagi, kita nggak akan dibebani oleh utang, itu saja sudah memperingan hidup.
4. Cari peluang dari hobi
Hobi adalah salah satu hal yang bisa kita andalkan untuk mencari uang di saat-saat yang sulit. Makanya, meluangkan waktu untuk melakukan dan memperdalam hobi meski di sela-sela kesibukan itu penting. Kalau BPJS adalah asuransi terhadap kesehatan, hobi adalah asuransi terhadap pekerjaan.
Berbahagialah mereka yang selalu bisa mengerjakan hobi meski hanya di saat weekend. Sudah mengurangi stres, bisa jadi salah satu bekal juga kalau sewaktu-waktu kondisi paceklik.
Jadi, jangan remehkan keberadaan hobi.
Yuk, yang sekarang belum terkena PHK–seperti halnya kasus supermarket Giant tutup–coba dilihat-lihat lagi pernah punya hobi apa? Cobalah ditekuni, syukur-syukur bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan sampingan. Lumayan banget lo!
5. Segera ubah gaya hidup dan atur ulang pengeluaran
Nah, yang terakhir ini tak kalah penting. Barangkali selama punya gaji dan pemasukan yang cukup sebelumnya, kita punya gaya hidup yang tinggi. Kalau kasusnya sama dengan supermarket Giant tutup begini, masa iya masih mau royal membelanjakan uang?
Coba dibuka lagi catatan pengeluarannya, lalu teliti. Apa nih yang bisa dikurangi, atau dihemat? Yang biasa ngopi di warung kopi, ya bikin saja kopi sendiri di rumah. Yang biasa makan di luar setiap weekend, masak sendiri saja dulu setiap hari. Yang selalu merencanakan liburan setiap bulan, ya coba ditunda dulu.
Saatnya berhemat di semua pos.
Kalau sudah ada kasus seperti supermarket Giant tutup begini, kadang kita baru mengerti arti pentingnya keterampilan mengatur keuangan. Iya nggak? Makanya, sebelum terlambat, bekali diri sendiri dengan berbagai pengetahuan untuk mengelola keuangan pribadi. Ini juga merupakan tanggung jawab perusahaan lo, untuk memberikan bekal pengetahuan mengelola keuangan pribadi untuk karyawan.
So, perusahaan tempat Anda bekerja sudah pernah melaksanakan training keuangan untuk karyawan belum? Kalau belum, mengapa tak coba Anda usulkan? Jangan takut untuk mengusulkan diadakan training demi meningkatkan kompetensi diri.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Hal Pentingnya Mengelola Manajemen Keuangan yang Baik dalam Perusahaan
Bisa dibilang, bahwa kesehatan sebuah perusahaan itu sebagian besar ditentukan oleh sehat atau tidaknya manajemen keuangan di dalamnya. Apalagi di zaman sekarang, persaingan bisnis makin ketat, sehingga tak hanya harus bisa meningkatkan kualitas produk untuk dapat memenangkan hati pelanggan. Tetapi, juga didukung oleh usaha untuk mengelola manajemen keuangan perusahaan yang optimal.
Manajemen keuangan perusahaan ini meliputi berbagai kegiatan keuangan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pengelolaan, pemeriksaan, pengendalian, pencarian, pelaporan, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh perusahaan.
Manajemen keuangan perusahaan itu utamanya meliputi 3 macam aktivitas:
- Penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.
- Perolehan dana, yaitu aktivitas tentang bagaimana mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
- Aktivitas pengelolaan, yaitu pengalokasian dan pengelolaan dana dalam bentuk aktiva seefisien mungkin, setelah dana diperoleh.
Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan bertugas mengelola keuangan dalam segala unsur dan segi. Rumit tentu saja, lantaran keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
Lalu, mengapa perusahaan harus dapat mengelola manajemen keuangan dengan baik? Karena manajemen keuangan punya fungsi penting dalam beberapa hal berikut ini.
1. Perhitungan aset
Manajemen keuangan yang dikelola dengan baik akan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan mengenai aset-aset yang dipunyai dan aset mana saja yang akan dibutuhkan.
Dengan mengelola manajemen keuangan yang baik, perusahaan dapat melihat aset mana yang bisa menghasilkan return yang baik bagi perusahaan saat membelinya. Antara dana yang dikeluarkan dan return yang diharapkan akan bisa diprediksi keseimbangannya, sehingga pada akhirnya nanti aset ini tidak akan merugikan perusahaan, namun justru berkembang baik sehingga bisnis perusahaan pun tumbuh dengan baik pula.
Jika manajemen keuangan sudah dikelola secara efektif, perusahaan bahkan tidak perlu meminjam ataupun menambah modal untuk membeli aset baru.
2. Arus kas yang baik
Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang mempunyai arus kas yang baik. Arus kas yang baik dihasilkan dari usaha perusahaan untuk mengelola manajemen keuangan dengan baik pula.
Dengan arus kas yang baik, segala kegiatan keuangan dalam operasional sehari-hari akan lancar pula; mulai dari membayar sewa gedung, membayar alat-alat komunikasi, pembayaran vendor, semua akan lancar terjadwal, sesuai dengan anggaran.
Arus kas yang baik juga dapat menjamin keseimbangan antara jadwal piutang dan jatah jatuh tempo dana yang terutang.
3. Untuk menstabilkan harga produk
Jangan salah. Manajemen keuangan perusahaan yang baik juga akan menjamin harga produk akan stabil.
Dengan mengelola manajemen keuangan secara efisien, perusahaan dapat mencoba melakukan berbagai cara untuk menekan ongkos operasional sehari-hari hingga seefektif mungkin, seperti pengendalian pemakaian listrik dan telepon. Atau, lebih memilih membeli bahan baku dalam jumlah banyak untuk mendapatkan potongan harga yang lumayan, dengan pembayaran terjadwal. Atau juga, membayar upah pekerja secara borongan alih-alih membayar secara harian.
Dengan efisiensi operasional sehari-hari ini, perusahaan dapat menekan biaya produksi sehingga harga produk pun bisa lebih stabil dan cenderung lebih terkendali, terutama di saat-saat harga-harga di pasaran naik. Kalau harga produk kompetitif, pastinya penjualan pun akan baik pula, bukan?
4. Perencanaan pajak yang baik
Jika perusahaan mengelola manajemen keuangan dengan baik, maka perencanaan pajak pun akan bisa dilakukan dengan baik pula.
Perencanaan pajak ini penting ya, demi membuat estimasi perpajakan yang harus dibayarkan setiap periodenya. Dengan manajemen keuangan yang baik, perusahaan akan dapat membayar pajak tepat waktu, sehingga denda pajak yang diberlakukan jika terlambat membayar pun bisa dihindari.
Pajak tanpa denda, pastinya juga akan lebih ringan bagi keuangan perusahaan.
5. Menjamin kesejahteraan karyawan
Selain berpengaruh pada proses operasional produksi, manajemen keuangan perusahaan yang baik akan menjamin kesejahteraan karyawan.
Tak hanya gaji yang besarnya sesuai dan tepat dibayarkan pada waktunya, tetapi perusahaan yang dapat mengelola keuangan perusahaan yang baik juga akan memberikan berbagai benefit untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Mulai dari penyediaan asuransi kesehatan dan keselamatan kerja, bisa juga memberikan fasilitas kredit tanpa bunga untuk perumahan bagi karyawan, hingga adanya car ownership program.
Sepertinya mustahil kan, perusahaan dapat memberikan semua itu untuk karyawan jika tidak bisa mengelola manajemen keuangan dengan baik?
Agar bisa mengelola manajemen keuangan perusahaan yang lebih baik, Anda bisa hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Kebiasaan Para Pekerja di 6 Negara Paling Produktif di Dunia
LinkedIn pernah mengadakan survei terhadap 18.000 pekerja di 26 negara, termasuk Indonesia, mengenai kondisi dan kebiasaan para pekerja pada umumnya. Hasil survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 84% pekerja di Indonesia (sekitar tahun 2014 itu) merasa puas dengan pekerjaan yang mereka miliki saat ini.
Namun, ada kebiasaan para pekerja yang juga terdata–yang menjadi sisi lain dari kondisi para pekerja ini. Ternyata, kepuasan terhadap pekerjaan ini tidak serta merta menjamin kesetiaan para pekerja pada si pemberi kerja, dalam hal ini perusahaan tempat mereka bekerja. Jika mereka mendapatkan tawaran kesempatan untuk menjajaki karier yang lebih baik ataupun tunjangan dan benefit yang lebih tinggi, maka tak tertutup kemungkinan mereka akan melompat ke perahu yang lain itu.
Hmmm. Menarik ya, faktanya?
Lalu, bagaimana dengan kondisi dan kebiasaan para pekerja di negara lain, utamanya negara-negara yang dikenal orang-orangnya sangat produktif? Samakah dengan kondisi dan kebiasaan para pekerja di Indonesia? Mari kita lihat.
Kondisi dan Kebiasaan Para Pekerja di 6 Negara Paling Produktif di Dunia
1. Amerika Serikat
Secara umum, budaya kerja dan kebiasaan para pekerja di Amerika dipuji karena menekankan pada kreativitas. Banyak perusahaan yang memprioritaskan sisi imajinatif dan rasa ingin tahu karyawan sehingga mereka menciptakan ruang kerja berdesain unik.
Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana bekerja yang nyaman dan stimulatif untuk membantu para pekerjanya memiliki ide-ide yang lebih baik.
Kita juga bisa mencontoh kebiasaan para pekerja dan budaya kerja mereka. Jangan ragu untuk mengubah tata letak kubikel agar lebih kreatif dan berwarna. So, coba lakukan langkah kecil ini hari ini, supaya kita termotivasi bekerja lebih baik lagi.
2. Swedia
Peneliti di Departemen Ekonomi di Goteborg University, Swedia, mengatakan bahwa memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan menambah wawasan adalah hal yang sangat penting dan menjadi kebiasaan para pekerja di Swedia.
Hampir seluruh perusahaan yang ada di sana selalu mendorong dan mendukung para pekerjanya untuk melanjutkan pendidikan ataupun mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Bahkan, para pekerja juga didorong untuk memperdalam hobi masing-masing, untuk kebaikan bisnis perusahaan juga.
Menarik banget ya?
3. Norwegia
Negara lainnya dengan ranking tinggi di OECD Better Life Index adalah Norwegia. Di negara ini, budaya kerja ditandai dengan berlakunya flat structure, atau non-hierarki. Wah, ini baru nih, karena di Indonesia, hal yang seperti ini kayaknya jarang (atau bahkan, belum pernah) ditemui.
So, buat yang baru bekerja di Norwegia, barangkali akan sulit membedakan antara atasan dan anak buah, karena semuanya berfokus pada kesetaraan.
Selain itu, kebiasaan para pekerja lainnya di Norwegia yang cukup menarik adalah perusahaan selalu berusaha untuk memberdayakan karyawannya dengan kemandirian dan menghargai prestasi individu. Hal ini sesuai dengan studi yang pernah dilakukan oleh California State University, yang menyebutkan bahwa kebiasaan para pekerja untuk mandiri dalam bekerja ini akan meningkatkan semangat mereka untuk menyelesaikan tugas.
4. Australia
Sebuah studi lain menunjukkan, bahwa tiga dari empat pekerja di Australia merasa puas terhadap pekerjaan mereka. Ada beberapa alasan. Salah satunya adalah kebiasaan para pekerja di Australia dalam menjunjung tinggi kejujuran.
Penelitian dari University of Montreal menunjukkan, bahwa ada hubungan positif antara kesejahteraan dan kejujuran para pekerja di tempat kerja masing-masing. Jika para pekerja merasakan keterbukaan dan kejujuran di tempat kerja, maka mereka pun akan merasa bahwa keberadaan mereka di kantor dianggap berarti.
Well, secara teori sih memang ya, bersikap jujur ini nampak mudah saja. Tapi pada praktiknya, hmmm … susah. Setuju nggak? Tapi seharusnya tetap bisa kok dijadikan sebagai kebiasaan para pekerja di Indonesia juga. Kita bisa memulainya dengan tidak menutupi sesuatu yang tidak menyenangkan yang terjadi di kantor. Misalnya saja, jangan menutupi ketidakmampuan kita dalam menyelesaikan satu tugas. Jika kita jujur, maka pastinya rekan kerja akan bisa turun tangan membantu kita, bukan?
5. Spanyol
Kebiasaan para pekerja di Spanyol adalah mereka memulai hari di pukul 09.00 dan berakhir di pukul 19.00, dengan istirahat panjang selama dua jam, mulai dari pukul 14.00.
Saat makan siang pun, para pekerja akan berhenti total dari pekerjaannya dan menikmati waktu untuk rileks to the fullest. Mereka akan menghindari segala topik percakapan yang berhubungan dengan pekerjaan. Mereka pun tidak akan membuat janji meeting antara pukul 14.00 hingga pukul 16.00, demi terpenuhinya waktu istirahat mereka.
Menurut Prof. John Traugakos dari University of Toronto, istirahat adalah kunci untuk memastikan produktivitas jangka panjang dan menghindari burn out.
Hmmm, apa kabar kita, para pekerja di Indonesia? Lunch biasa banget sambil meeting kan ya? Istirahat pukul 12.00 – 13.00, biasa banget kalau dihabiskan dengan tetap berada di kubikel untuk menyelesaikan pekerjaan. Bahkan, jangan salah, pekerjaan juga dibawa pulang untuk dikerjakan sambil santai di atas kasur. Ehem.
6. Denmark
Ternyata, para pekerja Denmark adalah termasuk ke dalam daftar pekerja paling bahagia sedunia lo. Hal ini berkaitan dengan jumlah benefit luar biasa yang mereka dapatkan dari hasil kerja mereka.
Selain itu, menurut laporan Randstand Workmonitor, orang-orang di Eropa Utara menunjukkan kepuasan bekerja yang tinggi karena merasa sangat cocok dengan posisi masing-masing saat ini. Menurut survei, hampir setengah pekerja di seluruh dunia merasa overqualified untuk pekerjaan yang mereka lakukan saat ini. Tapi, para pekerja di Denmark hanya 28% merasakan hal yang sama.
Nah, gimana nih? Sampai di sini, sudah “gatal” belum dengan kondisi dan kebiasaan diri sendiri dalam bekerja? Sudah mikir, “Dih, pantes aja jadi nggak produktif sehari-harinya!” belum?
Well, kita bisa juga kok mengubah kebiasaan kita dalam bekerja mulai hari ini, mengikuti beberapa kebiasaan para pekerja di negara-negara paling produktif di atas. Misalnya, kita bisa mulai dengan menambah wawasan baru dengan mengikuti training ataupun workshop yang pas dengan kebutuhan.
Untuk training keuangan, Anda bisa mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
Promosi Karyawan dan 7 Hal yang Menjadi Pertimbangan Perusahaan
Di artikel yang lalu, kita sudah membahas mengenai promosi jabatan dari sisi karyawan. Nah, berlanjut nih kali ini, kita masih akan bahas mengenai promosi karyawan, tapi dari sisi perusahaan–yang umumnya diwakili oleh divisi HR.
Jadi, apa saja yang biasanya menjadi pertimbangan pihak perusahaan untuk memutuskan apakah sekarang saatnya memberikan promosi karyawan? Mari kita lihat satu per satu.
7 Hal yang umumnya menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan
1. Loyalitas
Seorang karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap perusahaan, pastilah ia akan bertahan dalam kontribusinya untuk tugasnya dalam waktu yang lama. Semakin lama ia berkecimpung di bidang yang sama, di perusahaan yang sama, maka logikanya ia akan mencapai level keahlian tertentu.
Promosi karyawan yang diberikan pada karyawan yang loyal akan memberikan kesempatan regenerasi karyawan. Yang loyal dan ahli mendapatkan posisi jabatan lebih tinggi, sedangkan ada tenaga kerja baru yang akan menggantikannya di posisi sebelumnya.
Regenerasi berarti ada penyegaran baru, dan bisa jadi bisa mengubah konsep bisnis perusahaan ke arah yang lebih baik.
2. Motivasi
Inisiatif akan sangat diperlukan dalam team work. Kalau ada salah seorang atau beberapa karyawan yang kurang inisiatif, sudah pasti laju pekerjaan akan terhambat.
Agar selalu punya inisiatif, seorang karyawan harus mampu melakukan self-motivation. Kalau ia tidak bisa memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kinerja, wah … sudah pasti stuck deh. Satu orang karyawan stuck, yang lain akan kena juga imbasnya.
Karena itu self-motivation itu penting, agar karyawan mau berusaha untuk lebih baik lagi.
3. Solutif
Seseorang yang akan diserahi tanggung jawab dan wewenang lebih tinggi sudah pasti akan menghadapi permasalahan yang juga lebih kompleks dan rumit. Jika ia tidak punya kemampuan untuk mencari solusi yang terbaik untuk setiap masalah yang muncul, maka itu berarti ia tidak kompeten diserahi tanggung jawab yang lebih besar.
Tak hanya mampu menyelesaikan masalah, sikap solutif berarti juga harus kreatif, dan terbuka terhadap masukan dari orang lain.
4. Tingkat pendidikan
Ada perusahaan yang mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu untuk bisa memberikan promosi karyawan ke jenjang karier yang lebih tinggi. Ini ada kaitannya dengan tingkat kompetensi karyawan itu sendiri juga. Harapannya–sudah pasti–dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, maka karyawan tersebut diharapkan punya pemikiran yang lebih baik.
Dengan pemikiran yang lebih baik, sudah pasti ia akan mampu diserahi tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi.
5. Komitmen secara profesional
Komitmen secara profesional ada kaitannya loyalitas karyawan, seperti yang sudah disebutkan di poin pertama di atas.
Jika seorang karyawan dianggap kurang menunjukkan komitmen secara profesional–sering bolos kerja, tidak membereskan pekerjaan sesuai target, ataupun melakukan tindakan indisipliner lainnya–pasti tidak akan dianggap layak untuk mendapatkan promosi jabatan.
Sudah bisa dibayangkan, nantinya saat ia mendapatkan tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar, ia juga nggak akan perform, kan? Jadi, wajar rasanya, jika perusahaan berpikir berkali-kali untuk memberikan promosi karyawan padanya.
6. Komunikasi yang baik
Tak hanya dibutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendapatkan promosi karyawan, keterampilan berkomunikasi juga menjadi salah satu hal pertimbangan penting bagi perusahaan.
Dan, nggak bisa dimungkiri ya, kalau soft skill yang berupa keterampilan berkomunikasi yang baik ini tidak dimiliki oleh semua orang. Kadang pun, satu orang bisa berkomunikasi dengan baik dengan si A, tapi tidak demikian halnya ketika ia harus berkolaborasi dengan si B.
Tak hanya mampu berkomunikasi dengan baik dengan sesama rekan kerjanya yang lain, seorang karyawan yang layak mendapatkan promosi adalah mereka yang juga bisa berkomunikasi dengan baik dengan pihak di luar perusahaan–terutama jika si karyawan tersebut nanti akan menangani pelanggan secara langsung, misalnya seperti di bagian marketing. Wah, kemampuan komunikasi menjadi pertimbangan utama deh.
7. Manajemen yang baik
Pastinya, kemampuan manajemen menjadi yang terpenting dari semua pertimbangan perusahaan untuk bisa memberikan promosi karyawan.
Tak hanya mampu mengelola kinerja dalam divisinya sendiri, seorang karyawan yang hendak dipromosikan juga harus punya manajemen diri pribadi yang baik. Karena jika tidak, hal ini akan berimbas pada kinerjanya secara profesional di kantor.
Apa contoh manajemen diri yang baik ini? Misalnya saja, kemampuan si karyawan untuk mengelola keuangan pribadinya. Kesehatan keuangan pribadi karyawan berkaitan erat dengan performa profesionalnya lo!
Itu dia 7 pertimbangan yang biasanya mendasari keputusan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan.
Terkait dengan poin nomor 7, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk membantu karyawan Anda meningkatkan kemampuan manajemen pribadinya. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Ingin Mendapatkan Promosi Jabatan? 5 Hal Berikut Harus Dijadikan Kebiasaan
Kita sudah sempat membahas sedikit pada artikel mengenai mutasi karyawan kemarin, bahwa salah satu bentuk mutasi yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah memberikan promosi jabatan.
Promosi jabatan bisa menjadi salah satu bentuk reward dari perusahaan terhadap karyawan yang sudah berprestasi dan dinilai mampu untuk berkontribusi lebih banyak dalam pencapaian target dan goals yang sudah ditetapkan. Selain merupakan bentuk apresiasi dan penyerahan tanggung jawab serta tantangan yang lebih besar, promosi jabatan juga kerap diiringi dengan kenaikan gaji.
Nah, yang terakhir ini sih sepertinya yang terutama menjadi penyebab mengapa banyak karyawan memimpikan untuk mendapatkan promosi jabatan dalam perjalanan jenjang karier mereka.
Namun, pastinya nih, nggak setiap orang bisa mendapatkan kesempatan untuk diberi promosi jabatan oleh pihak manajemen perusahaan tempat mereka bekerja ya? Ada banyak hal yang harus dilakukan dan dibuktikan, agar seseorang dianggap layak untuk mendapatkan promosi.
So, jika Anda adalah seorang karyawan dan pengin banget mendapatkan promosi jabatan, coba jadikan 5 hal berikut ini sebagai kebiasaan Anda selama Anda bekerja di kantor
5 Kebiasaan yang harus dilakukan jika ingin mendapatkan promosi jabatan
1. Be a leader
Be a leader dan being bossy adalah dua hal yang berbeda. Untuk bisa mendapatkan promosi jabatan di perusahaan tempat kita bekerja, kita pastinya harus bisa memimpin dengan bijak. Being a leader means kita bisa memotivasi semua orang untuk maju dan berkembang bersama, bisa membangun kepercayaan, bisa berkomunikasi dengan baik, dan percaya diri.
So, tunjukkan kemampuan memimpin yang optimal, meskipun belum berada di jajaran manajerial. Semakin sering kita bisa menunjukkan kemampuan kita untuk memimpin, maka pihak perusahaan akan bisa semakin yakin bahwa kita bisa diberi tanggung jawab yang lebih dari sekarang.
2. Be a team player
Seorang team player cenderung untuk lebih cepat mendapatkan promosi jabatan, alih-alih mereka yang fokus pada diri sendiri.
So, mari jadikan kebiasaan menjadi team player yang baik; memberikan bantuan tanpa diminta jika memungkinkan, tanggap dan responsif, dan pastinya, bertanggung jawab terhadap tim.
3. Mau terus belajar
Kemauan untuk terus belajar ini tidak dipunyai oleh semua orang lo! Semangat belajar biasanya sih akan turun seiring usia kita bertambah.
Tapi hal ini tidak berlaku bagi mereka yang memang career-oriented dan ingin meraih promosi jabatan yang diimpikan. Apalagi di zaman sekarang, saat teknologi berkejaran dengan waktu. Kalau kita malas update wawasan, wah, bhay aja deh! Bakalan stuck di tempat, digantikan oleh mereka yang bisa menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perkembangan teknologi. Bukan nggak mungkin, para millenials nanti akan selalu menjadi staf para generasi Z atau malah generasi A.
Duh!
4. Goal oriented
Setting and achieving goals menjadi salah satu cara terampuh untuk menunjukkan kemampuan kita demi mendapatkan promosi jabatan. Setting goals akan menunjukkan bahwa kita punya komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan, achieving goals–pastinya–akan menunjukkan kapabilitas kita sebagai karyawan.
Bekerja dengan goals akan membuat hasil kerja kita menjadi lebih terukur, yang kemudian bisa kita gunakan sebagai bukti bahwa kita siap untuk menerima promosi jabatan.
So, jadikan ini sebagai kebiasaan untuk setiap tugas dan proyek yang didapatkan. Efektifkan waktu kerja, agar tak terbuang percuma.
5. Konsisten
Kebiasaan yang kelima ini justru menjadi hal terpenting yang harus dilakukan jika ingin mendapatkan promosi jabatan, yaitu konsistensi.
Ya, gimana bisa dipromosikan, kalau kita semangat kerja hanya di satu proyek atau tugas yang kita sukai saja, sedangkan yang kurang kita sukai sama sekali nggak disentuh?
Jangan salah, kasus seperti ini sering kali terjadi lo. Akibatnya, tak hanya kita yang dianggap kurang kompeten, kita juga akhirnya “merepotkan” rekan kerja yang lain, yang harus menyelesaikan tugas tersebut. Seluruh anggota tim jadi kelabakan kan?
So, konsisten di sini berarti kita harus menunjukkan kualitas kinerja yang sama bagusnya setiap saat. Tugas berat pastinya ya? Tapi, demi mendapatkan promosi jabatan, kita pasti bisa mengusahakannya.
Saat kelima hal di atas telah dikembangkan menjadi kebiasaan kita setiap kali mengerjakan tugas di kantor, maka siap-siap saja deh menerima surat keputusan untuk promosi jabatan.
Tapi ingat, kita tidak hanya selesai sampai di sini saja lo. Bakalan masih panjang jalan yang mesti ditempuh demi jenjang karier yang baik. Jangan lupa, untuk juga mengembangkan soft skill yang bisa mendukung kinerja kita di kantor. Misalnya saja, lengkapi diri dengan berbagai kursus atau training yang bisa membuat wawasan dan pengetahuan bertambah.
Untuk training keuangan, Anda bisa mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Mutasi Karyawan: 5 Pertimbangan untuk Memutuskannya
Memetakan keahlian dan keterampilan karyawan dengan kebutuhan setiap bagian dari organisasi dalam perusahaan adalah tugas dari Human Resources. Karena itu, mutasi karyawan adalah hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi perusahaan, dan dilakukan oleh HR demi bisa mencapai komposisi karyawan terbaik.
Apa Arti Mutasi Karyawan?
Mutasi pada dasarnya merujuk pada arti pemindahan, dalam hal ini adalah pemindahan tenaga kerja dari satu bagian ke bagian yang lain. Tapi, sebenarnya mutasi karyawan tidak hanya sekadar memindah tempat bekerja saja, tetapi juga ada pengalihan tugas, transfer dan job rotation karyawan.
Untuk apa? Ya, seperti yang sudah disebutkan di bagian pembuka artikel ini; untuk mencapai komposisi sumber daya manusia yang seimbang dalam sebuah struktur organisasi perusahaan.
Pastinya sudah pada tahu dong, kalau individu itu punya keunggulan dan kelemahan masing-masing ya? Begitu juga dalam struktur organisasi perusahaan, yang terdiri atas banyak kepala yang mengurus bagian dan tugasnya masing-masing. Saat kompetensi individu dan tugas tidak sinkron, maka bisa dipastikan akan ada ketimpangan pemenuhan tugas dan targetnya. Bukan hanya diri sendiri yang akan merasakan efek ketimpangan ini, tapi bisa seluruh bagian dari perusahaan kena.
Salah satu seorang staf HR yang pernah diinterview mengaku, ini memang merupakan salah satu tugas dan wewenang divisi HR yang terberat; lama prosesnya, penuh trial and error, dan berisiko besar.
Ya, memang benar sih, karena namanya manusia. Enggak bisa dipastikan.
Lalu, biasanya, apa saja yang menjadi pertimbangan divisi HR dalam melakukan mutasi karyawan? Mari kita lihat.
5 Pertimbangan untuk Mutasi Karyawan
1. Melengkapi formasi
Adakalanya karyawan di sebuah perusahaan mundur dari pekerjaan, mungkin resign, pensiun, karyawan lamanya dipromosikan, atau bahkan di-PHK. Hal ini bisa menyebabkan adanya satu kekosongan dalam satu bagian di struktur organisasi.
Dengan banyak pertimbangan, maka kemudian diputuskan untuk memindahtugaskan salah satu karyawan ke bagian yang kosong tersebut, untuk melengkapi formasi yang ditinggalkan.
Sepertinya, mutasi karyawan yang seperti ini yang paling lazim terjadi ya?
2. Penyesuaian terhadap keahlian karyawan
Kadangkala pula saat seorang karyawan baru saja diterima kerja dan masuk kantor untuk pertama kalinya, ia masih ditempatkan bagian yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, padahal keahlian si karyawan baru tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh divisi lain sehingga bisa berkontribusi lebih optimal.
Kalau kondisinya begini, bisa saja si karyawan baru tersebut setelah beberapa lama bekerja lantas mengalami mutasi karyawan, dan dipindahtugaskan ke divisi lain di mana ia bisa memanfaatkan keahlian dan keterampilannya dengan lebih baik.
Lalu, bagaimana dengan posisi yang ditinggalkannya? Bisa saja digantikan oleh karyawan yang dimutasi juga, atau mungkin melakukan rekruitmen karyawan baru.
3. Penyegaran organisasi
Biasanya pertimbangan penyegaran organisasi ini dilakukan oleh perusahaan besar yang mempunyai banyak cabang di berbagai kota. Adalah lazim terjadi, misalnya, kepala kantor cabang A dipindahtugaskan ke kantor cabang B, kepala kantor cabang B dimutasi ke kantor cabang C, dan seterusnya.
Dengan adanya rotasi seperti ini, diharapkan akan ada penyegaran dalam kinerja di kantor cabang tersebut, sehingga bisa meningkatkan target perusahaan dengan lebih baik.
4. Promosi
Promosi jabatan merupakan salah satu hal yang dinanti-nantikan oleh mayoritas karyawan yang bekerja di perusahaan apa pun, sepertinya ya? Promosi jabatan bisa berarti sebuah reward terhadap kerja keras dan loyalitas karyawan yang bisa diberikan oleh perusahaan.
Namun, adakalanya promosi jabatan juga disertai dengan mutasi. Misalnya, perusahaan membuka kantor cabang baru di lain kota. Salah satu karyawan yang sebelumnya berstatus staf biasa lantas dipromosikan untuk mengisi posisi manajer di kantor cabang baru tersebut, maka ia akan dipindahtugaskan di kota lain.
Mutasi karyawan ini juga kerap terjadi ya? Meski kadang membawa konsekuensi harus pindah kota, tapi kebanyakan dengan senang hati dimutasikan dengan alasan promosi jabatan ini. Biasanya juga diikuti dengan kenaikan gaji. Hasek!
5. Bentuk punishment
Selain karena dipromosikan, mutasi karyawan juga bisa terjadi sebagai bentuk sanksi atau punishment terhadap karyawan. Biasanya penyebabnya adalah karyawan melakukan tindakan indisipliner, atau tidak bisa mencapai target kerja tertentu, ataupun penyebab lain yang dianggap bisa merugikan perusahaan.
Mutasi karyawan jenis ini biasa disebut dengan istilah demosi. Sang karyawan “diturunkan” statusnya atau jabatannya. Misalnya, sebelumnya adalah manajer pemasaran, lantas menjadi admin. Ouch. Cukup jauh juga ya? :)
Tentu saja, perusahaan sudah mempertimbangkan banyak hal untuk menjalankan mutasi karyawan ini ya, sehingga mau tidak mau, karyawan harus mematuhinya.
Nah, itu dia beberapa pertimbangan perusahaan untuk melakukan mutasi karyawan. Apa pun pertimbangannya, yang pasti tujuannya satu: agar bisa mencapai tujuan baik bersama-sama.
Akan lebih efektif lagi, jika setelah melakukan mutasi karyawan, perusahaan juga menyelenggarakan training-training yang sesuai untuk karyawannya, demi bisa meningkatkan kompetensi dan wawasan mereka supaya lebih baik lagi. Salah satunya dengan mengadakan training keuangan dan HR.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Upah dan Gaji: 4 Perbedaan Mendasar Antara Keduanya
Kita sudah sering bahas tentang upah dan gaji ya? Tapi memang keduanya ini sinonim ataukah beda arti sih?
Upah dan gaji adalah dua hal yang berbeda. Selama ini, memang banyak yang salah kaprah ya, upah dan gaji dianggap sebagai sinonim, tapi ternyata enggak lo! Memang upah dan gaji sama-sama merupakan bentuk imbalan yang diberikan oleh pihak pemberi kerja kepada pekerja, tetapi keduanya punya perbedaan yang prinsip meski tipis-tipis.
Sebagai pekerja dan pencari kerja, kita wajib tahu nih apa beda upah dan gaji, supaya kita pun paham hak dan kewajiban kita kepada pemberi kerja. Harapannya sih ya pada akhirnya, kita jadi bisa mengelola imbalan yang kita terima itu–baik yang berupa upah ataupun gaji–dengan bijak untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari.
Setidaknya ada 5 perbedaan mendasar pada upah dan gaji yang perlu kita tahu. Apa saja?
1. Definisi upah dan gaji
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaji berarti upah kerja yang dibayar dalam waktu yang tetap.
Sedangkan, upah–seperti yang tertulis dalam Undang-Undang no. 13 tahun 2003–berarti hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah dapat diberikan secara tidak tetap, disesuaikan dengan target kerja yang sudah disepakati antara pemberi kerja dan pekerjanya. Sedangkan gaji diberikan secara teratur dalam waktu yang tetap.
2. Komponen penyusun
Komponen penyusun besaran gaji terdiri atas 5 hal: gaji pokok, tunjangan tetap (seperti tunjangan jabatan), tunjangan tidak tetap (tunjangan yang diberikan berdasarkan jumlah kehadiran), uang lembur (jika ada), dan potongan (potongan pajak atau cicilan utang, misalnya).
Kelima komponen itu akan tetap tertulis di slip gaji sampai karyawan resign dari perusahaan. Meski mungkin angkanya akan berbeda, tetapi biasanya tidak terlalu banyak karena adanya tunjangan tidak tetap. Tunjangan tidak tetap ini misalnya tunjangan transportasi yang diberikan hanya jika pekerja datang ke kantor. Kalau cuti atau libur, maka tidak ada tunjangan transportasi.
Begitu juga dengan uang lembur, akan menambah besaran gaji yang diterima oleh pekerja. Sedangkan potongan–biasanya juga bersifat tetap paling tidak sementara waktu–akan menjadi faktor pengurang.
Upah bersifat lebih tidak tetap. Upah bisa diberikan berdasarkan jam kerja, tingkat kehadiran ataupun target kerja harian yang berhasil dicapai si pekerja. Meski lagi-lagi perhitungan tersebut didasarkan pada kesepakatan bersama antara pekerja dan pemberi kerja, namun besaran upah bisa saja berubah dari hari ke hari, juga tak sama antara pekerja satu dengan yang lainnya. Dalam upah bagi para pekerja ini kadang ada juga tunjangan makan ataupun uang lembur, yang diberikan atas dasar kehadiran ataupun jam kerja. Jadi selain upah pokok, juga ada tambahan lainnya.
Upah juga bisa diberikan pada para pekerja lepas, yang bekerja berdasarkan ikatan kerja informal. Biasanya upah yang diterima hanya berdasarkan hasil pekerjaan yang diserahkan pada pemberi kerja. Dalam upah bagi pekerja lepas, tidak ada komponen tunjangan seperti halnya gaji.
3. Status karyawan
Perbedaan upah dan gaji berikutnya berkaitan dengan status pekerja. Setidaknya, kita mengenal 2 strata karyawan dalam struktur organisasi perusahaan, yaitu jajaran staf manajerial dan staf pelaksana, atau yang sering disebut buruh.
Nah, biasanya dari sini saja sudah terlihat. Staf manajerial dibayar dengan sistem gaji, sedangkan buruh dibayar dengan sistem upah.
Gaji akan semakin besar seiring lama kerja karyawan, semakin tinggi jabatannya, dan semakin besar tanggung jawabnya. Sedangkan upah tidak akan dipengaruhi oleh jenjang karier pekerjanya.
4. Waktu pembayaran
Seperti yang sudah disebutkan pada poin pertama perbedaan upah dan gaji di atas, bahwa gaji diterimakan dalam jangka waktu yang teratur. Misalnya, sebulan sekali pada akhir bulan, awal bulan, ataupun tanggal-tanggal tertentu sesuai perjanjian kerja yang disepakati. Ada juga yang dibayarkan lebih lama, misalnya tahunan.
Buruh akan menerima upah lebih tidak tentu waktunya. Bisa menerima harian, mingguan, ataupun bulanan, tergantung kesepakatan dengan pemberi kerja.
Dan, beda lagi dengan pekerja lepas atau freelancer. Pada umumnya, upahnya akan dibayarkan setelah pekerjaan selesai, dengan mengirimkan tagihan pada pemberi kerja. Tapi, ada juga yang menerapkan sistem down payment per project. Jadi, memang tergantung kebijakan masing-masing secara profesional.
So, dari uraian di atas kita jadi bisa menyimpulkan perbedaan upah dan gaji secara sederhana dong ya? Bahwa gaji merupakan bagian dari upah, sedangkan upah belum tentu berupa gaji. Bener nggak?
Sudah tahu perbedaan upah dan gaji, next kita belajar mengatur gaji dan keuangan pribadi kita supaya bisa mencapai tujuan keuangan dengan sukses. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA), untuk mengatur jadwal yang paling baik. Atau, bisa juga ikut kelas finansial online yang sesuai dengan kebutuhan dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
Gaji Naik, Lifestyle Nggak Harus Naik Juga – Coba Pertimbangkan 5 Hal Ini!
Hei, selamat ya, gaji naik! Ciyeee … makan-makan nih, karena negosiasi gaji berhasil! Atau mungkin, mendapatkan promosi ya? Eits! Sebentar, jangan buru-buru langsung undang semua teman untuk ditraktir makan atau ngopi untuk merayakan gaji naik. Tahan dulu, pikir dulu.
Ya, begitulah yang terjadi pada dunia kerja kita ya. Gaji naik means lebih royal dalam mengeluarkan uang. Standar hidup pun naik. Yang tadinya puas pakai netbook dengan spek paling minim, jadi beli Macbook Air. Yang tadinya bawa bekal dari rumah, sekarang mampir aja ke drive-thru atau pesan makanan online. Yang tadinya cukup ngopi sachet, sekarang ngopi mesti ke warung kopi dan minum kopi manual brew.
Salah emang? Enggak sih, nggak salah. Hanya saja, alangkah baiknya kalau dipertimbangkan lagi. Perlukah lifestyle juga naik standarnya kalau gaji naik?
Ada seorang pengusaha yang bertanya pada seseorang yang merupakan karyawan sebuah perusahaan, “Kalau gaji kamu Rp1.000.000, kamu bisa nabung Rp100.000. Lalu kalau gaji kamu naik jadi Rp2.000.000, berapa kamu bisa nabung?”
Saat dijawab, “Rp200.000.”, serta merta sang pengusaha menyergah, “Salah! Kalau kamu bisa nabung Rp100.000 saat gajimu Rp1.000.000, maka saat gajimu Rp2.000.000, kamu seharusnya bisa nabung Rp1.100.000. Gaji naik, boleh. Lifestyle, jangan.”
Hmmm …. Jadi mikir, iya nggak sih?
Jadi, apa yang harus kita lakukan saat gaji naik? Setop niat nraktir teman-teman, setop niat untuk segera ganti gawai atau beli laptop keluaran terbaru. Coba pertimbangkan 5 hal berikut dulu.
5 Hal tentang Gaji Naik tapi Lifestyle Tak Ikut Naik
1. Catat pengeluaran
Ini tip klise di setiap strategi pengelolaan uang untuk siapa pun, di mana pun, kapan pun. Tapi ya memang dari sinilah kita bisa memulai. Termasuk saat harus mengelola keuangan kalau gaji naik, supaya lifestyle nggak ikut naik.
Catat pengeluaran kita dalam satu bulan. Buat catatan ini berdasarkan pengeluaran saat sebelum gaji naik. Lalu, jadikan pengeluaran ini sebagai acuan atau patokan untuk membuat anggaran bulan berikutnya. Lalu, kalau sudah membuat anggaran, ya kita harus disiplin. Sekali dua kali cheating karena terpaksa dan darurat, ya apa boleh buat. Tapi usahakan supaya enggak keterusan.
2. Atur ulang alokasi
Nah, biasanya sih memang beberapa pos pengeluaran jadi bertambah karena jatahnya ditambah. So, coba deh pertimbangkan dan atur ulang alokasi gaji kita.
Mungkin tadinya memang ada keperluan yang tidak tercukupi, dan setelah gaji naik, kita jadi bisa memenuhi. Kalau seperti ini, ya sah-sah saja alokasi gaji untuk kebutuhan jadi naik. Yang penting, sesuaikan dengan persentase pos pengeluaran rutin seperti yang disarankan.
3. Tahan godaan
Saat jumlah saldo di rekening gaji kita naik atau membesar, sudah pasti godaan akan mengikuti kemudian. Kalau sudah begini, banyak-banyak istigfar. Maksudnya, kita harus tahan godaan.
Sekali lagi tanyakan pada diri sendiri, “Sekadar pengin atau benar-benar butuh? Kalau beli, kira-kira manfaatnya apa dan maksimal enggak? Kalau enggak beli, bakalan terhambat enggak kesehariannya?”
Tahan dulu, jangan langsung belanja apalagi sampai impulsif. Saat pengin beli ini itu, tahan dulu barang 2 – 3 hari. Semoga sih, dua atau tiga hari lagi, keinginan untuk belanja barang tersebut sudah berkurang. Tapi berganti dengan barang lain #hloh?
4. Pilah pengaruh
Perilaku konsumtif kadang timbul karena pengaruh lingkungan lo! Bener nggak? Kalau kita berada di lingkungan yang anteng-anteng saja, pasti kita juga akan anteng walau gaji naik. Tapi, ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita yang sering memamerkan gawai terbaru mereka, liburan mereka yang tiada henti, maka pasti godaan untuk seperti mereka makin kenceng.
Hal yang seperti ini sebenarnya wajar. Memang pada dasarnya manusia, suka banget membandingkan diri dengan orang lain, yes? Karena itu, cobalah untuk tetap tenang. Kalau perlu, kurangi berada di sekitar orang-orang yang punya potensi untuk membuat keuangan kita jadi kacau.
Tetap berteman sih enggak masalah, tapi jangan sampai terseret gaya hidupnya.
5. Tambahkan di investasi
Hal terakhir yang harus kita lakukan kalau gaji naik adalah alokasikan pada investasi yang sudah berjalan. Topup reksa dananya, transfer ke rekening dana darurat, beli saham baru, tambah deposito, ataupun melakukan opsi-opsi yang lain.
Dengan demikian, gaji kita yang sekarang besar itu akan termanfaatkan dengan baik dan justru bisa menjadi jaminan bagi masa depan kita.
Nah, supaya makin mantap, coba usulkan pada HRD perusahaan tempat kita bekerja untuk mengadakan training keuangan, agar para karyawannya semakin bijak mengelola uang. Apalagi kalau gaji naik, supaya tidak ada yang terjebak dengan perilaku gaji naik, lifestyle naik.
Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA), untuk mengatur jadwal yang paling baik. Atau, bisa juga ikut kelas finansial online yang sesuai dengan kebutuhan dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
5 Program Peningkatan Kesehatan Karyawan Selain BPJS Kesehatan yang Bisa Ditawarkan oleh Perusahaan
Banyak program bisa dilakukan oleh perusahaan sebagai usaha peningkatan kesehatan karyawan. Beberapa di antaranya adalah penggantian biaya pengobatan dan juga mengikutsertakan karyawan dalam BPJS Kesehatan.
Kalau penggantian biaya obat dan BPJS Kesehatan bisa dibilang sebagai program perawatan saat karyawan sudah sakit, lalu bagaimana dengan tindakan mencegah agar karyawan jangan sampai sakit? Pastinya hal ini juga penting dong ya, seperti kata pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Tentu saja, hal ini penting. Banyak perusahaan yang juga sudah menyadarinya. Microsoft, salah satunya. Perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates ini mendukung peningkatan kesehatan karyawan dengan meng-cover biaya membership di gym. Tujuannya jelas, agar karyawan bisa lebih rutin berolahraga. Lain lagi dengan 3M yang menyediakan program khusus bagi mereka yang mau berhenti merokok.
Lalu, program peningkatan kesehatan karyawan seperti apa yang bisa ditawarkan oleh perusahaan pada karyawan, selain contoh di atas? Ada beberapa nih, yang mungkin bisa dilakukan. Mari kita lihat.
5 Program Peningkatan Kesehatan Karyawan yang Bisa Ditawarkan oleh Perusahaan
1. Ruang kantor yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan
Kebayang enggak, kalau kita harus bekerja di sebuah ruangan yang pengap, jarang dibersihkan, sirkulasi udara kurang, jendela minim, dan gelap?
Pasti tidak akan betah berada lama-lama di dalamnya kan? Apalagi untuk bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, pasti akan sulit. Kondisi ruangan kerja yang tak sehat juga akan banyak menimbulkan penyakit, misalnya alergi.
Meski terlihat sepele, tapi ruang kerja haruslah menjadi hal pertama yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk peningkatan kesehatan karyawan. Pastikan sirkulasi udara lancar, meski saat jam kerja menggunakan AC, terang–akan lebih bagus jika ada waktu-waktu saat sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan–sehingga kita bisa bekerja dengan nyaman, dan kondisinya bersih, bebas debu.
Ini adalah jaminan pertama dalam peningkatan kesehatan karyawan. Kalau kebersihan ruang kerja saja sulit dipenuhi, maka rasa-rasanya program yang lain jadi tak ada artinya lagi.
2. Penyediaan makanan sehat
Beberapa perusahaan–Google, salah satunya–menyediakan free meals alias makanan dan camilan gratis di kantor. Tentu saja nggak sembarang makanan dan camilan, tapi pastinya yang memenuhi syarat kesehatan dan cukup gizi.
Ada lo perusahaan yang memberikan tunjangan khusus bagi karyawan agar bisa membeli healthy juice untuk dikonsumsi setiap hari, dalam usahanya dalam peningkatan kesehatan karyawan. Eventbrite, salah satunya.
Apalagi jika perusahaannya bergerak di industri yang harus beroperasi 24 jam. Pemerintah sendiri juga mewajibkan, agar pihak perusahaan menyediakan makanan cukup gizi yang memenuhi standar kalori tertentu–dan tidak boleh digantikan dengan uang–bagi karyawan yang bekerja malam hari.
3. Tunjangan ikut klub kebugaran
Bill Gates menyertakan karyawannya di gym, agar mereka bisa rutin berolahraga. Perusahaan mana pun bisa menyontek ide ini.
Pihak perusahaan bisa bekerja sama dengan pusat-pusat kebugaran tertentu, agar mendapatkan potongan harga membership bagi karyawan yang ingin memanfaatkan fasilitas di tempat tersebut. Atau, bisa juga perusahaan menyediakan ruangan khusus bagi karyawan yang mau berolahraga di kantor. Tak harus berperalatan lengkap bak gym juga sih, yang penting ada yang untuk kardio dan olahraga beban.
Atau barangkali bisa juga mengadakan zumba atau yoga bareng di hari-hari tertentu, dengan mengundang instruktur profesional. Jika ada di antara karyawan yang memang sudah terbiasa beryoga atau berzumba, bisa juga tuh diminta untuk memimpin kegiatannya. Sungguh sebuah usaha peningkatan kesehatan karyawan yang seru!
4. Jam kerja fleksibel
Zaman makin maju. Bekerja di zaman sekarang tidak selalu berarti setiap hari–from 9 to 5–berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan. Banyak perusahaan zaman now memberlakukan jam kerja fleksibel–bahkan remote–untuk karyawan, karena terbukti jam dan waktu yang fleksibel bisa meningkatkan kesehatan karyawan.
Dengan jam kerja yang fleksibel, banyak karyawan malah lebih produktif dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik sesuai dengan target. Hal ini dikarenakan karyawan dapat menyesuaikan dengan gaya hidup masing-masing, dan dapat mengatur jam istirahat dengan lebih baik.
Selain itu, hal ini justru juga dapat meningkatkan kepercayaan antara pihak manajemen dan karyawan itu sendiri.
5. Manajemen stres
Stres di kantor menjadi salah satu penyebab tingkat sick leave–alias ketidakhadiran karena alasan sakit–menjadi tinggi. Ya enggak bisa dimungkiri sih, karena stres ini bisa dibilang menjadi penyebab segala macam penyakit.
Pihak perusahaan seharusnya juga menaruh perhatian yang lebih terhadap hal ini, jika ingin meningkatkan kesehatan karyawan.
Liburan bareng bisa menjadi salah satu solusi. Agendakan liburan bareng dengan seluruh karyawan (dan keluarganya, jika mungkin) secara periodik. Tak perlu terlalu jauh dan mahal. Coba saja survei ke beberapa lokasi wisata yang masih searea. Asal dilakukan bareng-bareng dengan fun, hasilnya akan sama saja kalau kita bepergian jauh.
Yang penting, semua happy sehingga kondisinya kembali fresh saat harus bekerja lagi.
Nah, dari 5 program peningkatan kesehatan karyawan di atas, mana nih yang belum pernah dilakukan oleh perusahaan Anda? Sudah semua? Great!
Jika tertarik untuk tahu lebih banyak mengenai seluk beluk keuangan korporasi dan juga human capital, hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaji Dirahasiakan atau Tidak? Berikut 3 Pertimbangannya!
Sudah beberapa hari ini, dunia media sosial diramaikan oleh gaji. Kalau tak salah, keramaian ini awalnya berasal dari diskusi alokasi gaji pertama. Dari sini kemudian ada beberapa orang yang dengan terbuka dan sukarela membocorkan angka gaji yang mereka terima, hingga akhirnya yang menjadi topik hangat adalah apakah sebaiknya angka gaji dirahasiakan atau tidak?
Seperti biasa, para netizen punya pendapat sendiri-sendiri. Kubu terbelah. Ada yang berpendapat bahwa gaji itu boleh saja tidak dirahasiakan. Dengan berbagi, siapa tahu kita mendapat insight yang lebih baik. Sedangkan yang lain bilang, bahwa seharusnyalah gaji dirahasiakan, karena gaji adalah urusan pribadi. Nggak patut rasanya kalau digembar-gemborkan.
Gaji Oh Gaji
Hmmm, kalau dilihat-lihat, berbagai pendapat di atas datang dari para penerima gaji ya? Bagaimana dengan para pemberi gaji, alias para bos, pengusaha, dan pihak perusahaan–dalam hal ini diwakili oleh HRD? Apakah menurut mereka, seharusnya gaji dirahasiakan ataukah angka-angka itu layak diperbincangkan secara terbuka?
Sebenarnya ada banyak hal yang memengaruhi besaran gaji ini, sehingga gaji seharusnya tak hanya dilihat sebagai deretan angka semata yang tertulis di atas kertas, yang kemudian bisa disebutkan angkanya di media sosial.
Dalam besaran gaji, ada penghargaan dari perusahaan terhadap pekerjanya. Dalam angka gaji, ada keringat dan pembelajaran terus menerus dari seorang karyawan. Ingat, bahwa dalam komponen gaji sendiri ada banyak elemen yang memengaruhi juga, sehingga bisa saja satu karyawan dengan lainnya berbeda angka gaji, padahal posisinya sama. Beban divisi dan individual saja bisa berbeda.
Apakah adil jika karyawan yang punya tanggung jawab lebih besar, mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien, dibayar dengan angka yang sama dengan karyawan lain yang kurang perform meski posisinya sama? Rasanya tidak.
Namun, biasanya perusahaan memang punya kebijakan sendiri-sendiri. Seperti halnya kepribadian karyawan juga bisa berbeda-beda. Ada yang terbuka, ada yang lebih suka menjaga privacy demi etika.
Tetapi, lain pihak, informasi angka gaji ini juga penting didapatkan oleh karyawan, untuk mengetahui apakah mereka ini sudah diberi imbalan yang sesuai dengan keluaran kerja yang mereka hasilkan.
Jadi, gimana dong?
Setidaknya ada 3 hal yang menjadi pertimbangan, apakah perlu gaji dirahasiakan atau tidak, terlepas dari kebijakan perusahaan dan pendapat masing-masing individu karyawannya.
Perlukah Gaji Dirahasiakan? 3 Pertimbangan:
1. Motivasi atau demotivasi?
Sebagian orang berpendapat, bahwa nggak perlulah gaji dirahasiakan. Dengan berbagi angka gaji, kita jadi tahu, apakah kita sudah dibayar sesuai dengan porsinya. Dan, dengan mengetahui gaji sesama karyawan lainnya–terutama yang berkaitan dengan insentif–motivasi untuk bekerja lebih keras akan timbul. Harapannya, kalau karyawan yang kurang perform tahu bahwa ada karyawan lain yang digaji lebih besar karena bisa memberikan kontribusi lebih banyak, maka ia akan termotivasi untuk bisa lebih baik lagi.
Masalahnya, siapa yang bisa menjamin karyawan tersebut bisa termotivasi dengan baik lalu bisa meningkatkan kinerjanya? Menurut seorang HRD staf yang sempat diinterview, bisa saja yang terjadi adalah sebaliknya. Si karyawan malah terdemotivasi, hingga malah timbul perasaan negatif terhadap perusahaan. Yang lebih parah lagi, malah jadi krisis kepercayaan diri pada karyawan sehingga ada berbagai dampak kurang baik untuk perkembangan ke depannya.
Pastinya, hal ini harus dicegah kan? Nah, salah satu pencegahannya adalah memilah informasi apa yang sebaiknya di-share dengan karyawan secara terbuka, dan mana yang sebaiknya dibicarakan dalam kalangan terbatas. Kalau soal gaji, ada yang menyarankan, kalau fixed pay lebih baik tetap menjadi privacy masing-masing, namun variable pay bisa dibicarakan dengan lebih terbuka di antara karyawan.
2. Apakah menimbulkan ketidaknyamanan?
Salah satu hal lagi yang bisa menjadi bahan pertimbangan, apakah perlu gaji dirahasiakan antar karyawan, atau bahkan antarteman (termasuk disebar di media sosial) adalah apakah akan menimbulkan ketidaknyamanan atau tidak.
Satu contoh saja. Dalam satu perusahaan, satu divisi, bisa saja (dan boleh saja) perusahaan memperkerjakan dua karyawan atau lebih, dengan gaji yang berbeda. Apa yang membuat berbeda? Banyak hal, misalnya saja senioritas ataupun performa kerja, belum lagi kalau ada kebijakan-kebijakan lain dari perusahaan yang tergantung pada kondisi dan situasi perusahaan itu sendiri.
Jika kemudian perusahaan memutuskan agar besaran gaji dirahasiakan, maka bisa jadi maksudnya supaya tidak terjadi perselisihan ataupun persaingan tidak sehat antar karyawan. Sudah pasti, perusahaan mana pun ingin agar karyawannya bisa bekerja sama dan bersinergi demi mencapai tujuan bersama bukan?
Begitu juga kalau di pihak para karyawan sendiri. Memang adalah hak masing-masing untuk tetap pengin gaji dirahasiakan, atau dengan senang hati membaginya dengan orang lain. Yang pasti harus dipertimbangkan adalah apakah akan menimbulkan ketidaknyamanan di depan, baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri?
3. Tujuan informasi
Ada kalanya karyawan memang butuh informasi angka gaji orang lain. Untuk apa? Misalnya untuk negosiasi gaji dengan atasan. Dengan data angka gaji yang real dan list tanggung jawab yang jelas, pastinya karyawan akan bisa berargumen lebih baik mengapa seharusnya ia naik gaji.
Kalau tujuan informasinya untuk riset seperti ini, pastinya sah-sah saja jika karyawan yang bersangkutan bertanya angka gaji pada karyawan lain ataupun pada teman yang posisi dan tanggung jawabnya sama dan bekerja di perusahaan lain. Tapi bukan berarti angka gaji disebutkan secara terbuka juga, melainkan melalui obrolan pribadi. Lewat jalur pribadi WhatsApp, misalnya.
Jadi, apa nih yang bisa kita simpulkan?
Well, gaji dirahasiakan atau tidak, itu kembali ke pribadi masing-masing sih. Namun, sebaiknya pertimbangkan dengan saksama, karena topik gaji ini memang sensitif–setidaknya di Indonesia. Dengan mempertimbangkan 3 hal di atas, pastinya kita semua bisa memutuskan dengan bijak, apakah sebaiknya gaji dirahasiakan atau tidak.
Bagi pihak perusahaan dan pemberi gaji, sebaiknya juga tetap bijak menentukan sikap. Akan lebih bagus jika karyawan diberikan edukasi yang baik mengenai pengelolaan keuangan yang baik, agar bisa mengalokasikan gaji masing-masing dengan bijak pula. Jika karyawan bisa mengelola gaji dengan baik, mereka tidak akan merasa gaji kurang, sehingga kecenderungan untuk membanding-bandingkan gaji satu sama lain pun akan bisa dikurangi.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!