Di awal tahun, banyak yang bersemangat menetapkan resolusi tahun baru dengan harapan besar. Namun, tak jarang, resolusi ini berakhir dengan berhenti menjadi sekadar wacana.
Hayo, apakah hal ini juga berlaku untukmu?
Ya, penyebabnya bisa macam-macam sih. Salah satunya adalah kurangnya perencanaan yang matang. Tanpa rencana yang terstruktur, resolusi memang akhirnya hanya menjadi sekumpulan harapan tanpa dasar yang jelas.
Selain itu, motivasi yang naik turun juga menjadi penghalang. Semangat yang menggebu di awal tahun bisa meredup seiring berjalannya waktu, membuat resolusi terabaikan. Lama-lama ya jadi lupa.
Penyebab lainnya adalah target yang muluk-muluk alias enggak realistis. Iya sih, namanya cita-cita alias mimpi. Konon katanya, kalau mimpi itu belum menakutkanmu sendiri, maka mimpi tersebut tidak cukup besar.
Tapi, kan kita juga harus menyadari bahwa kita juga punya keterbatasan. Menetapkan tujuan yang terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan saat ini cenderung menimbulkan kekecewaan dan akhirnya menyerah.
Faktanya, berdasarkan data yang terkumpul, enggak sedikit kok yang gagal memenuhi resolusi tahun baru. Angka ini menggambarkan betapa banyaknya tantangan yang dihadapi dalam menjaga komitmen terhadap perubahan yang ingin dicapai di tahun baru.
Table of Contents
Cara agar Resolusi Tahun Baru Tak Sekadar Wacana
Terus gimana dong? Enggak usah bikin resolusi gitu?
Ya, pada dasarnya, enggak ada yang mewajibkan untuk bikin resolusi tahun baru. Tapi, sewajarnya jadi manusia, kita itu selalu ingin menjadi lebih baik dari versi terdahulu. Karena dengan menjadi lebih baik, itu artinya kita bertumbuh. Betul?
Nah, salah satunya adalah dengan membuat resolusi tahun baru. Supaya enggak berakhir jadi wacana doang, ya perlu ada usaha dan upaya dong.
Menetapkan Resolusi yang Realistis dan Terukur
Kunci sukses dari setiap resolusi tahun baru terletak pada kemampuannya untuk dirumuskan secara SMART – Specific, Measureable, Attainable, Relevant, dan Time Bound. Alias spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu.
Nah, garis bawahi pada “dapat dicapai” alias attainable.
Resolusi itu harus realistis dan dapat dicapai, agar tidak menimbulkan rasa frustrasi karena kita mengalami kesulitan untuk mewujudkannya. Lihat kemampuan diri, dan capailah dengan kemampuanmu itu.
Sebagai contoh, misalnya resolusi adalah untuk keuangan menjadi lebih sehat. Menerapkan prinsip SMART, resolusi ini bisa dirumuskan menjadi: “Dalam enam bulan ke depan, saya akan mulai menabung 10% dari gaji saya yang Rp5 juta per bulan. Ini berarti setidaknya menyisihkan Rp500.000 setiap awal bulan, dan langsung autodebet ke salah satu produk reksa dana.”
Dengan resolusi yang jelas, terukur, realistis, relevan, dan terikat waktu ini, kamu akan memiliki panduan yang lebih jelas dan terstruktur untuk mencapai tujuan keuanganmu.
Membuat Rencana yang Detail
Setelah paham, bahwa resolusi itu harus SMART, maka selanjutnya kamu wajib juga untuk mendefinisikan tujuan secara spesifik. Semakin detail rencanamu, maka akan semakin mudah untukmu mewujudkan resolusi tersebut.
Misalnya, tujuannya adalah menabung Rp10 juta dalam satu tahun. Dari sini, dapat dibuat rencana langkah demi langkah. Kalau perlu, kamu tentukan hendak menabung berapa setiap bulannya atau setiap minggunya.
Kamu bisa mengikuti challenge menabung ini nih. Untuk setiap nominal yang kamu tabung, kamu bisa mencoretnya. Di akhir 2024 nanti, pasti Rp10 juta bisa terkumpul.
Nah, setelahnya, kamu juga bisa menetapkan milestones atau tonggak pencapaian untuk memonitor kemajuan. Dalam contoh menabung Rp10 juta, milestones bisa ditetapkan setiap tiga bulan untuk mengevaluasi apakah tabungan telah mencapai sekitar Rp2.5 juta atau belum. Jika belum, ini adalah kesempatan untuk menyesuaikan strategi, mungkin dengan menemukan cara lain untuk mengurangi pengeluaran atau mencari sumber pendapatan tambahan.
Pentingnya menetapkan batas waktu dalam rencana keuangan adalah untuk menciptakan rasa urgensi dan menjaga fokus. Dengan batas waktu, kamu akan lebih cenderung menghindari penundaan. Juga, batas waktu membantu dalam melakukan evaluasi berkala dan membuat perubahan yang diperlukan untuk tetap berada di jalur yang benar menuju pencapaian tujuan keuangan.
Menjaga Motivasi
Nah, ini nih ya, bisa jadi bagian yang tersulit. Gimana caranya agar termotivasi terus?
Kan dalam perjalanannya nanti, pasti bakalan ada aja hambatannya. Pasti enggak akan mulus-mulus saja kan? Kalau kita enggak bisa memotivasi diri sendiri, peluang resolusi untuk jadi sekadar wacana saja pasti akan membesar.
Untuk mengatasinya, langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi rintangan atau hambatan tersebut. Misalnya, rintangan bisa berupa kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, penghasilan yang tidak stabil, atau keadaan darurat yang tidak terduga.
Nah, kalau kamu sudah tahu apa yang bakalan menjadi hambatan, kamu bisa lebih mudah untuk merumuskan strategi untuk mengatasinya. Misalnya, jika masalahnya adalah pengeluaran berlebihan, solusinya bisa jadi membuat anggaran yang lebih ketat dan menetapkan batasan pengeluaran.
Untuk menjaga motivasi, penting untuk memiliki pandangan jangka panjang terhadap tujuan keuangan. Mengingatkan diri sendiri tentang manfaat jangka panjang dari mencapai tujuan ini dapat menjadi dorongan yang kuat. Misalnya, jika tujuan adalah untuk membayar utang, ingatlah bagaimana kebebasan finansial akan meningkatkan kualitas hidup. Atau, kalau kamu ingin mengumpulkan Rp10 juta untuk dana darurat, bayangkan ketika nanti kamu bisa tidur lebih tenang karena punya dana cadangan sebesar Rp10 juta.
Catat Perkembangan, Review, dan Sesuaikan jika Perlu
Dalam perjalanan untuk mewujudkan resolusi itu, kamu perlu memantau kemajuannya. Dengan begitu, enggak hanya hanya memberikan gambaran jelas di mana posisi kamu di perjalanan tersebut, tetapi juga memberikan kepuasan dan motivasi ketika melihat kemajuan yang telah dicapai.
Salah satu cara untuk merekam perkembangan adalah dengan menggunakan aplikasi keuangan atau lembar kerja Excel. Update secara rutin, misalnya setiap minggu atau bulan, untuk memastikan bahwa semua informasi tetap akurat dan up-to-date.
Penting juga untuk menyesuaikan rencana keuangan sesuai kebutuhan. Dunia keuangan—dan kehidupan kita sendiri—selalu berubah kan? Dinamis.
Misalnya, jika terjadi penurunan pendapatan, mungkin perlu untuk mengurangi jumlah tabungan bulanan. Atau, jika terjadi keadaan darurat yang memerlukan dana tambahan, rencana pembayaran utang mungkin perlu disesuaikan. Penyesuaian ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan situasi saat ini dan proyeksi masa depan.
Waktu yang tepat untuk meninjau dan menyesuaikan rencana keuangan adalah ketika terjadi perubahan signifikan dalam keuangan atau kehidupan pribadi. Contohnya, kalau ada perubahan pekerjaan, perubahan dalam tanggungan keluarga, atau peristiwa tak terduga lainnya yang berdampak pada keuangan.
So, mengubah resolusi tahun baru dari sekadar wacana menjadi kenyataan membutuhkan komitmen, perencanaan, dan adaptasi yang terus-menerus.
Namun, dengan langkah-langkah di atas, tujuan kamu akan menjadi lebih terukur dan realistis. Ingatlah, keberhasilan tidak selalu terletak pada pencapaian akhir, tetapi juga pada perjalanan yang dilalui dan pembelajaran yang didapatkan di sepanjang jalan.
Yuk, jadikan tahun ini sebagai tahun di mana resolusi tidak hanya tinggal wacana, tetapi menjadi bagian dari kisah sukses kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!