Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 17 – 18 Februari 2021, Bank Indonesia menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur periode Februari 2021. Salah satu hasil keputusan rapat tersebut adalah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, atau BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) dari 3.75% menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Oleh pelaku pasar, hal ini sebenarnya sudah diperkirakan dan diharapkan.
Dengan demikian, suku bunga acuan BI kini ada di level paling rendah sepanjang sejarah, setelah sebelumnya mencapai 3.75% di bulan November 2020. Keputusan pemangkasan suku bunga acuan ini diambil dengan mempertimbangkan perkiraan pertumbuhan inflasi yang tetap rendah, dan yang paling penting, untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional yang lebih cepat.
Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia
Biaya bunga kredit menjadi murah
Dengan adanya penurunan suku bunga acuan BI ini, maka ada beberapa sektor yang langsung terimbas, seperti perbankan, properti, dan infrastruktur.
Yang pasti, biaya bunga kredit properti dan konstruksi pun dapat ditekan, sehingga dapat mendorong permintaan kredit konsumsi, investasi, dan bisnis. Dengan demikian, bisnis perbankan pun terungkit mengalami peningkatan.
DP 0% untuk kredit kendaraan bermotor
Salah satu poin yang juga disambut baik dalam pengumuman penurunan suku bunga acuan BI kemarin adalah kelonggaran uang muka kredit kendaraan bermotor mulai dari 0% untuk semua jenis kendaraan baru. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Maret 2021 mendatang, hingga 31 Desember 2021.
DP 0% untuk kredit properti
Selain kendaraan bermotor, pihak Bank Indonesia juga melonggarkan loan to value kredit dan pembiayaan properti menjadi 100%. Artinya, siapa pun yang hendak membeli properti—semua jenis properti—mulai Maret 2021 nanti, juga bisa meminta down payment sebesar 0%.
Yes, ini berlaku untuk pembelian segala jenis properti, mulai dari rumah tapak, rusun, ruko, hingga rukan bagi bank dengan kriteria tertentu.
Saham
Di pasar saham sendiri, sudah mulai terlihat adanya potensi aliran dana yang meningkat.
Hal ini wajar sih, lantaran dengan turunnya suku bunga acuan BI ini, investor akan cenderung untuk mengalihkan dana ke instrumen dengan potensi return yang lebih menarik ketimbang instrumen seperti tabungan ataupun deposito yang pasti akan terdampak oleh tren penurunan suku bunga ini.
Karena adanya penurunan suku bunga acuan ini, banyak perusahaan juga lantas berani untuk kembali meminjam dana untuk berbagai upaya surviving, sehingga secara fundamental akan dapat mengerek tren saham emiten sektor tertentu.
Obligasi
Penurunan BI 7 DRR juga berpengaruh pada naiknya harga obligasi. FYI, harga obligasi selalu berbanding terbalik dengan tren suku bunga. Ketika suku bunga turun, maka harga obligasi akan cenderung naik. Demikian pula sebaliknya, ketika suku bunga acuan ditetapkan naik, maka harga obligasi cenderung turun.
Ketika harga obligasi naik, kinerja reksa dana pendapatan tetap—yang proporsi surat utangnya mencapai 80%–ikut terkatrol naik.
Apa Pengaruhnya untuk Keuangan Pribadi?
Tak hanya bisnis dan ekonomi negara yang akan merasakan dampak penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ini, tetapi efeknya juga akan sampai pada kita yang memiliki berbagai tujuan keuangan pribadi.
Beli properti atau kendaraan
Jika kamu memang berencana untuk membeli kendaraan bermotor ataupun properti dengan pembiayaan kredit, maka kamu bisa saja memanfaatkan kelonggaran DP 0% dari Bank Indonesia ini.
Namun sekali lagi, ini akan baik dilakukan jika memang sesuai dengan kebutuhanmu. Jangan dibalik ya, karena ada DP 0% jadi lantas “seolah-olah” butuh beli mobil baru. Yang paling penting adalah kebutuhan, dan kemudian cek kemampuan.
DP 0% memang bagus, tetapi harus dicek juga bagaimana efeknya pada cicilan-cicilan berikutnya. Apakah ini lantas ikut mengerek ketentuan cicilan kredit per bulannya? Jika iya, maka kamu harus membuat rencana skema cicilan utang ke depannya. Cek, agar jangan sampai melebihi rasio utang 30% untuk seluruh kredit yang kamu miliki.
Investasi
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang berefek pada pasar modal dan obligasi juga bisa jadi membuatmu ingin melakukan review dan rebalancing.
Sekali lagi, selalu berpijaklah pada #TujuanLoApa.
Harga obligasi bisa jadi naik, pasar saham bisa jadi rally lagi—terutama untuk sektor-sektor tertentu yang industrinya paling kena dampak penurunan suku bunga acuan ini, misalnya seperti industri otomotif, properti, dan perbankan. Namun, kembali lagi ke tujuan investasimu.
Tak perlu memaksakan diri untuk ikut bereaksi pada pergerakan pasar, jika memang tujuan keuanganmu tidak sesuai. Semua tetap harus dikembalikan pada kebutuhan kita. Cek juga horizon waktunya ya, sehingga kamu bisa mengoptimalkan hasil investasimu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.