Salah satu permasalahan keuangan yang sering terjadi di antara para karyawan–selain gaji yang dirasa tak pernah cukup–adalah terlilit utang.
Tapi yah, kadang dalam hidup, utang memang perlu sih. Apalagi jika utangnya memang dilakukan demi mendapatkan barang bernilai tinggi yang di depannya akan menolong hidup kita. Ingat, kan ada 2 jenis utang, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Nah, yang perlu diwaspadai adalah uang konsumtif ini, yang biasanya berisiko membuat para karyawan terlilit utang yang tak berkesudahan.
Utang memang enggak dilarang, tapi ingat kan, akan 3 syarat utang sehat? Yaitu:
- Jelas utangnya buat apa
- Periode pembayaran utang yang cocok
- Kondisi keuangan kita sehat
Utang tak sehat bakalan jadi monster yang akan diam-diam menghancurkan hidup kita, sampai-sampai juga menghancurkan karier kita lo. Ada tuh penelitian yang mengungkapkan, bahwa ada kecenderungan sebanyak 66% orang-orang kelas pekerja terlilit utang, hingga menimbulkan stres dan produktivitas kerja jadi menurun. Hal in kemudian merugikan pihak perusahaan di mana mereka bekerja, sampai USD 450 per harinya. Wah, berarti bisa jadi hal ini juga terjadi di Indonesia.
Sebenarnya apa saja sih, yang membuat para karyawan atau orang-orang kelas pekerja ini rentan terlilit utang?
3 Hal atau Kebiasaan yang Bisa Membuat Para Karyawan Rentan Terlilit Utang
1. Bisnis yang gagal
Namanya orang, wajar kalau pengin usaha. Apalagi untuk tujuan yang bagus. Hanya saja, untuk merintis usaha atau bisnis, memang diperlukan rencana yang matang terutama soal modal. Ada sih bisnis yang bermodal kecil, tapi seiring waktu rasanya wajar juga kalau kita pengin mengembangkannya supaya lebih besar dengan menyuntikkan lebih banyak modal.
Bagi karyawan, bisnis sampingan bisa jadi bekal saat pensiun kelak, di samping pekerjaan utama. Harapannya, tentu saja, saat kelak sudah pensiun, bisnis sudah jalan sehingga bisa menikmati masa pensiun sejahtera.
Tapi, bisnis bisa sukses, bisa pula gagal. Bisnis gagal tak jarang menyisakan utang karena dipakai buat modal. Akhirnya karyawan harus membayar utang bisnis sampingan yang gagal itu dengan gaji dari pekerjaan utama.
2. Lifestyle melebihi anggaran
Ini yang biasa terjadi pada para first jobber. Merasa bangga lantaran bisa mendapatkan gaji sendiri, lantas membuat lupa diri. Bisa beli ini itu, yang dulu–saat masih mahasiswa–bagai tak terjangkau. Gadget tercanggih, liburan, ngopi tiap pekan, belanja ini itu, sampai kalau dihitung-hitung yang tersisa buat hidup sehari-hari tinggal sedikit. Boro-boro nabung deh.
Apalagi kalau kartu kredit di tangan. Wah, rasanya semua-mua mau dibeli. Lalu nggak terasa, limit kartu kredit pun terlintasi. Ouch.
Ini juga tak hanya terjadi di kalangan first jobber. Pernah ada yang viral juga tuh di media sosial, seorang karyawan gaji 10 juta habis untuk ngopi doang. Ckckck.
Well, terlilit utang karena lifestyle itu bukan cara hidup yang cerdas. Ingat, bahwa ada 2 jenis utang? Nah, lifestyle ini nih yang termasuk dalam utang konsumtif. Utang yang tidak akan memberi nilai balik pada kita.
3. Tidak punya dana darurat dan proteksi
Siapa yang bisa menjamin hidup akan lancar terus? Sepertinya nggak ada ya? Hidup memang nano-nano sih. Sekarang happy, besok tak ada yang tahu. Roda bisa cepat sekali berputar. Hari ini sukses, bisa saja besok tertimpa musibah hingga akhirnya terlilit utang.
Banyak karyawan belum sadar akan pentingnya dana darurat, yaitu dana yang–seperti namanya–akan bisa dimanfaatkan saat kondisi darurat. Misalnya saja tiba-tiba jatuh sakit, kecelakaan, atau terancam PHK.
Tak hanya belum sadar akan pentingnya dana darurat, tapi juga masih banyak yang menunda untuk punya proteksi. Sehingga saat jatuh sakit atau kecelakaan, tak ada dana yang bisa dipakai pun tak ada asuransi yang bisa melindungi. Akibatnya bisa ditebak, meminjam uang menjadi solusi tercepat lantaran situasi darurat, lalu tahu-tahu saja terlilit utang.
Padahal, saat sudah pulih dari sakit atau terkena kecelakaan, kita juga belum tentu bisa langsung kembali bekerja kan? Apalagi kalau kondisi sempat parah. Perlu waktu panjang untuk pemulihan. Masa iya, akan hidup dari utang? Ouch!
See? Utang memang momok bagi siapa pun. Bagi seorang karyawan, terlilit utang tak hanya bisa memengaruhi diri sendiri, tapi bisa saja kantor dan rekan-rekan kerja juga kena imbasnya. Bayangkan, kalau tiba-tiba saja kantor didatangi oleh debt collector. Duh, sudah malu, pasti juga tak enak karena jadi penyebab kekacauan.
Karena itu, edukasi literasi keuangan karyawan itu penting. Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] Baca juga : Jadi Karyawan dan Terlilit Utang […]