Sebagian dari kita–orang-orang yang berstatus sebagai karyawan ini–mungkin percaya bahwa pengalaman kerja merupakan hal penting, bukan hanya untuk kemajuan karier namun juga untuk menambah wawasan. Adalah wajar kalau kemudian kita mencoba berbagai hal dan selalu ingin mencari kesempatan yang lebih baik. Namun, kalau terlalu sering pindah kerja, maka bisa-bisa HRD akan menganggap kita sebagai kutu loncat.
Hmmm, sebenarnya, kecenderungan menjadi kutu loncat lantaran terlalu sering pindah kerja ini lebih berindikasi ke positif atau negatif sih? Mari kita telaah lebih lanjut.
Menjadi Kutu Loncat dan Sering Pindah Kerja, Apa Pengaruhnya?
1. Dari sisi karyawan
Dibutuhkan periode waktu tertentu bagi seorang karyawan untuk mempelajari bidang atau bagian tertentu, sampai ia dinyatakan kompeten, mahir, hingga akhirnya ia berhak dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Makin sederhana peran, tanggung jawah, pekerjaan, dan tuntutan koordinasi dengan pihak lain, makin cepat pula karyawan menguasai bidang tersebut sampai ke level advanced. And, vice versa.
Begitu pun semakin pandai karyawan, semakin ia memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar, dan semakin banyak pula support dari perusahaan, maka ia juga semakin cepat menjadi kompeten di bagian tersebut. Hal ini juga berlaku sebaliknya.
Bila jam terbang kita sebagai karyawan di satu bagian dalam perusahaan dinyatakan mencukupi oleh pihak perusahaan, maka kemungkinan kita sudah kompeten dan sudah bisa melalui bagian tersebut. Namun bila jam terbang kita sebenarnya belum mencukupi–apalagi kalau masih banyak PR, catatan, dan saran peningkatan performance di bagian tersebut–maka kalau kita meninggalkan bagian tersebut terlalu cepat dan pindah kerja, bisa dikatakan sebenarnya kita belum siap.
Dengan demikian, meski pengalaman sudah ada, tapi pendalamannya belum memadai. Pada akhirnya, jika hal ini terlalu sering terjadi–kita kerap pindah kerja dan menjadi kutu loncat–bisa saja kita tak pernah sampai ke level terampil atau advanced tersebut. Kita akan selalu menjadi “pemula”, dan bisa saja saat kita mulai dinyatakan terampil, ternyata usia sudah mengharuskan kita untuk pensiun. Ouch.
2. Dari sisi perusahaan
Setiap perusahaan pasti membutuhkan karyawan yang mampu menuntaskan tanggung jawab dan pekerjaan dengan cara yang tepat, memproduksi dengan benar, dan menghasilkan output yang sesuai dengan yang diharapkan.
Setiap perusahaan juga lebih membutuhkan karyawan yang baik dan berkomitmen tinggi terhadap pekerjaan, tanggung jawab, dan organisasi.
Apalagi perusahaan yang berorientasi profit, mereka cenderung akan cepat menerima dan mempromosikan karyawan yang dapat berpikir secara strategis. Perusahaan–tak bisa dimungkiri–juga perlu mendapatkan profit, serta perlu meluaskan market share mereka, bukan?
Dari sini sudah terlihat, jika kita cenderung menjadi kutu loncat dan sering pindah kerja lalu ingin melamar kerja di suatu perusahaan, maka kita harus lebih jeli membidik perusahaannya. Kira-kira perusahaan dengan profil seperti apa yang bisa terbuka menyambut karyawan bertipe kutu loncat dan sering pindah kerja ini sebagai karyawan baru?
Kalau kita memang sudah mampu berpikir strategis, taktis, memiliki nilai jual tinggi sehingga mampu menarik profit lebih bagi organisasi, maka pastinya hal ini bisa menjadi keunggulan tersendiri. Perusahaan yang memang mengutamakan kriteria karyawan seperti ini akan memprioritaskan kita, sehingga desain pengembangan bisnis perusahaan pun akan relatif lebih pendek. Perusahaan akan memperhitungkan mutual benefit apa yang bisa digali dari kedua belah pihak dalam waktu sesingkat mungkin.
Sementara bagi perusahaan yang membutuhkan karyawan berkomitmen tinggi pada organisasi untuk tumbuh dan berkembang bersama, maka kita perlu meyakinkan mereka dalam proses seleksi dengan lebih ekstra. Hal apa saja sih yang bisa menjadi pertimbangan kita sehingga kita cenderung hanya mau tinggal sebentar dan kemudian segera pindah kerja? Dalam waktu relatif singkat itu, kontribusi apa yang dapat kita berikan secara maksimal pada perusahaan?
Jadi, sebaiknya, apa yang harus kita lakukan?
Akan lebih baik jika kita fokuskan lagi pada apa yang ingin diraih dalam karier, dan susun strategi sesuai dengan keinginan tersebut supaya lebih banyak manfaatnya bagi kita ke depan. Agar semakin mumpuni secara profesional, maka selalu bekali diri dan buktikan bahwa–sebagai karyawan–kita:
- Dapat mengelola, memimpin proyek dengan koordinasi yang cukup luas dengan hasil baik
- Taktis memanfaatkan sumber-sumber yang ada di dalam dan luar organisasi, sesuai aturan perusahaan, sehingga selalu dapat menampilkan performa kinerja yang optimal.
- Memiliki networking luas yang dapat menunjang penuntasan kerja dan perluasan bisnis perusahaan.
- Peka terhadap kebutuhan pelanggan dan stakeholders perusahaan, memiliki etos kinerja yang baik.
- Cepat belajar, cepat paham kebijakan perusahaan, terkait peran kita sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut.
Lakukan review terhadap career goals secara periodik dari waktu ke waktu. Ketahui tantangan dan keuntungan apa saja yang akan kita terima dalam masa karier kita dalam perusahaan itu. Telaah lagi keuntungan dan kerugiannya kalau niat untuk resign dari kantor mulai timbul.
Karena pengalaman sebenarnya tak hanya bisa didapatkan dengan bekerja di tempat yang berbeda-beda. Kita bisa memaksimalkan dan upgrade diri melalui pengalaman dari perusahaan yang sama, jika kita memang mempunyai inisiatif yang besar untuk melakukannya.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.