Lebaran memang cuma setahun sekali, tapi efek belanjanya bisa terasa berbulan-bulan. Bukan cuma soal dompet kosong, tapi juga muncul utang konsumtif di sana-sini gara-gara keinginan lebih besar dari kemampuan.
Biasanya, jenis utang yang muncul setelah Lebaran itu memang utang yang dipakai buat kebutuhan sesaat, bukan investasi atau sesuatu yang menghasilkan. Konsumtif, istilahnya.
Kalau sekarang sudah telanjur masuk ke jebakan ini, jangan buru-buru panik. Masih ada cara buat menyelesaikannya secara bertahap dan terencana.
Table of Contents
Cara Mengelola Utang Konsumtif Sisa Lebaran

Utang konsumtif sisa Lebaran memang enggak bisa dihapus begitu saja. Ingat, berani utang ya harus berani bayar.
Tenang, ada banyak cara sederhana yang bisa dicoba buat mulai membereskan utang ini secara perlahan tanpa harus bikin hidup makin berat. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1. Akui Dulu Pola Borosnya, Biar Enggak Diulang Lagi
Banyak orang terjebak utang konsumtif bukan cuma karena belanja, tapi karena enggak sadar selama ini pengeluarannya lepas kontrol. Makanya, langkah pertama bukan langsung mencari uang, tapi jujur dulu sama diri sendiri. Apa aja sih yang bikin boncos saat Lebaran kemarin?
Biasanya ada pola seperti:
- Belanja baju baru bukan karena butuh, tapi karena ikut-ikutan tren.
- Kasih THR di luar kemampuan cuma biar kelihatan “nggak pelit”.
- Beli hampers mewah buat gengsi.
- Liburan dadakan padahal enggak ada bujet.
- Pakai paylater atau kartu kredit tanpa mikir cicilan bulan depan.
Catat semua pengeluaran itu. Ini penting bukan buat bikin sedih, tapi biar jadi alarm. Kalau nggak disadari, pola ini gampang banget keulang tahun depan.
Baca juga: Menabung Sejak Dini untuk Lebaran: Strategi Keuangan agar Tidak Keteteran Tahun Depan
2. Petakan Semua Utang, Jangan Ada yang Terlewat
Langkah berikutnya adalah menghitung dan mencatat semua utang konsumtif yang masih tertinggal. Ini penting untuk mendapatkan gambaran utuh tentang kondisi keuangan saat ini.
Mulailah dengan mendata utang yang bersumber dari lembaga resmi, seperti utang kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), atau pinjaman online (pinjol). Lanjutkan dengan mencatat utang dari fasilitas paylater, baik yang berasal dari marketplace maupun aplikasi keuangan tertentu. Terakhir, jangan lupakan utang kepada orang terdekat, seperti keluarga, teman, atau tetangga.
Setiap utang tersebut perlu dicatat secara rinci. Tuliskan total nominalnya, tanggal jatuh tempo pembayaran, serta besaran bunga atau biaya tambahan yang berlaku.
Dengan mencatat semua ini secara detail, akan lebih mudah menentukan mana utang yang perlu diprioritaskan untuk segera dilunasi dan mana yang masih bisa dicicil belakangan tanpa menimbulkan risiko denda atau bunga besar.

3. Urutkan Prioritas Pembayaran
Utang enggak bisa dibereskan asal bayar aja. Harus ada urutan, supaya enggak makin berat. Urutannya kira-kira seperti ini:
- Utang berbunga besar (kartu kredit, pinjol, paylater)
- Utang jatuh tempo dekat (biar nggak kena denda)
- Utang ke orang (komunikasikan baik-baik)
- Utang tanpa bunga atau tanpa tenggat (tetap harus diselesaikan, tapi belakangan)
Strategi ini penting supaya enggak buang uang cuma buat bayar bunga atau denda.
4. Rencanakan Pembayaran
Bagian paling penting saat menghadapi utang konsumtif sebenarnya bukan soal seberapa cepat bisa lunas, tapi seberapa realistis cara bayarnya.
Kalau penghasilan memang lagi pas-pasan, enggak perlu memaksakan semua utang harus beres dalam waktu singkat. Alih-alih bikin lega, cara kayak gitu justru rawan bikin kejebak utang baru lagi — entah karena minjem lagi, gesek kartu lagi, atau gali lubang tutup lubang.
Lebih aman kalau pembayaran utang konsumtif dilakukan secara bertahap, rutin, dan sesuai kemampuan. Ada dua strategi yang sering dipakai orang saat menyusun pola bayar utang.
Pertama, snowball method, yaitu fokus melunasi utang yang paling kecil dulu. Setiap kali satu utang selesai, rasanya lebih ringan dan bikin semangat buat lanjut ke utang berikutnya.
Kedua, avalanche method, yaitu fokus melunasi utang dengan bunga paling besar lebih dulu. Cara ini biasanya bikin total biaya utang jadi lebih hemat.
Mana yang paling cocok? Enggak ada aturan baku. Semua balik lagi ke kondisi keuangan masing-masing. Kalau butuh motivasi biar enggak gampang menyerah, metode snowball bisa dipilih. Tapi kalau mau benar-benar hemat biaya, avalanche lebih masuk akal.
Kalau semua utang terasa berat dan enggak mungkin dilunasi sesuai jadwal awal, jangan ragu buat komunikasi ke pihak pemberi utang. Banyak kok lembaga keuangan, bank, atau platform pinjaman online yang bisa diajak negosiasi buat restrukturisasi utang. Intinya, lebih baik terbuka daripada pura-pura sanggup tapi akhirnya menumpuk masalah baru.

5. Koreksi Gaya Hidup, Ini Saatnya Ngerem Dulu
Selama utang belum lunas, gaya hidup memang perlu sedikit direm. Bukan berarti hidup sengsara, tapi lebih ke selektif dalam membelanjakan uang.
Fokus dulu ke kebutuhan pokok:
- Makan sederhana di rumah
- Stop langganan aplikasi hiburan sementara
- Kurangi nongkrong
- Tunda belanja impulsif
Setiap uang yang berhasil dihemat, langsung dialihkan buat bayar utang.
Baca juga: Apa sih Kecerdasan Finansial Itu? Bagaimana Cara Meningkatkannya?
Mengelola utang konsumtif sisa Lebaran memang butuh proses, waktu, dan kesabaran. Nggak harus langsung lunas dalam sekejap, yang penting ada langkah nyata buat membereskannya sedikit demi sedikit.
Kalau pola ini terus dijaga, bukan cuma utang yang selesai, tapi cara mengatur uang pun jadi jauh lebih sehat ke depannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!