Pernah nggak sih merasa selalu kurang, padahal tabungan ada, investasi ada, aset ada, gaji tinggi? Sering kan? Ternyata, di dunia psikologi, hal tersebut ada namanya loh. Namanya hedonic treadmill.
Hal yang sama juga terjadi, misalnya ketika kita baru beli gadget baru. Beli yang fiturnya tercanggih. Saat pertama kebeli, rasanya pasti senang sekali. Rasanya kayak enggak akan beli lagi deh. Namun ternyata, ketika ada versi yang lebih baru lagi, ya kita inden lagi, untuk bisa mendapatkan yang terbaru.
Nah itu juga ternyata adalah efek hedonic treadmill.
Yes, treadmill bukan sembarang treadmill. Kalau treadmill yang itu bisa bikin badan sehat, treadmill yang ini justru bikin kesehatan keuangan jadi terancam.
Gimana? Sounds familiar kan? Kamu juga sering mengalaminya kan?
Table of Contents
Apa Itu Hedonic Treadmill?
Hedonic treadmill adalah konsep yang menyatakan bahwa tingkat kebahagiaan seseorang, setelah mengalami peningkatan atau penurunan akibat suatu peristiwa, pada akhirnya akan kembali ke tingkat semula sebelum peristiwa tersebut terjadi.
Artinya, meskipun kita bisa merasa sangat bahagia atau sangat sedih, lama-kelamaan perasaan itu akan memudar. Kita akan kembali ke tingkat kebahagiaan yang biasa kita rasakan sebelumnya.
Contohnya, setelah pindah ke rumah baru, kita mungkin akan merasa senang dengan interior yang bagus di rumah tersebut. Namun, rasa senang itu akan berangsur-angsur berkurang setelah kita terbiasa.
Karena itu, seperti yang dijelaskan dalam sebuah penelitian, segala upaya untuk meningkatkan kebahagiaan bisa saja tidak akan berhasil dalam jangka panjang.
Dalam hal kesejahteraan finansial, kita juga sering enggak menyadari bahwa kita terperangkap dalam hedonic treadmill ini. Misalnya, dapat kenaikan gaji atau aset baru, ya kita merasa senang. Bahagia. Tapi, kebahagiaan kita itu hanya bersifat sementara.
Akhirnya, kita mungkin merasa tidak lebih bahagia atau puas daripada sebelumnya. Fenomena ini dikenal sebagai adaptasi hedonic.
Bias kognitif dari adaptasi hedonic ini menunjukkan bahwa kepuasan materi enggak memberikan kebahagiaan jangka panjang. Kecuali jika kita benar-benar memahami alasan mengapa kita melakukan aktivitas ekonomi tersebut.
Tanpa motivasi yang jelas, kita akan terus mengumpulkan harta dan mencari barang lain untuk dibeli demi mendapatkan kepuasan sementara.
Siklus ini dapat menjadi lingkaran setan yang mengganggu kesejahteraan finansial kita karena kita akan secara terus-menerus merasa kurang.
Baca juga: Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
Cara Mengatasi Hedonic Treadmill
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi fenomena hedonic treadmill. Kita coba lihat yuk.
1. Meningkatkan Kesadaran Diri
Sadari dan kenali pola adaptasi hedonic dalam kehidupan kita. Coba refleksikan setiap kali kita merasa kebahagiaan dari pembelian baru mulai memudar.
Hindari membeli secara impulsif. Setiap kali ingin mengeluarkan uang untuk “membeli kebahagiaan”, coba tanyakan lagi pada diri sendiri, apa tujuan untuk membeli barang tersebut? Dengan menyadari pola ini, kita bisa lebih bijak dalam membuat keputusan finansial.
2. Punya Tujuan Keuangan
Nah, punya tujuan keuangan bisa bikin hedonic treadmill bisa agak ditekan. Karena, kalau punya tujuan, cita-cita, atau mimpi besar, pastinya akan jadi prioritas kan? Kita juga umumnya mau “mengorbankan” senang-senang sekarang demi tujuan besar tersebut.
Makanya, punya tujuan keuangan bisa menjadi “rem” buat perasaan hedonic treadmill ini. Fokus pada tujuan membantu mengalihkan perhatian dari konsumsi jangka pendek dan memberikan motivasi yang lebih besar.
3. Mengembangkan Rasa Syukur
Praktikkan rasa syukur secara rutin. Menghargai apa yang kita miliki saat ini, alih-alih terus-menerus menginginkan lebih, dapat membantu meningkatkan kebahagiaan.
Ingat, kita sudah diberi rezeki yang cukup dan layak. Salah satu cara mensyukurinya adalah dengan mengelolanya sebaik mungkin.
4. Menghindari Perbandingan Sosial
Batasi perbandingan diri dengan orang lain, terutama di media sosial. Perbandingan sosial sering kali memperburuk rasa puas diri dan memicu keinginan untuk memiliki lebih banyak. So, stop membandingkan diri dengan orang lain, dan fokus pada perjalanan dan pencapaian pribadi.
5. Investasi dalam Pengembangan Diri
Menghabiskan uang dan waktu untuk pengembangan diri, seperti kursus, hobi baru, atau kegiatan yang meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kita, dapat memberikan kepuasan yang lebih besar loh. Selain itu, manfaatnya pun bisa kamu rasakan dalam jangka waktu yang lebih lama dan berkelanjutan.
So, setelah baca artikel ini, jangan lupa segera cek kelas keuangan QM Financial ya. Segera pilih sesuai dengan kebutuhanmu. Investasi banget tuh.
6. Mengelola Harapan
Kadang kita punya pengertian yang berbeda-beda tentang kebahagiaan. Tapi, jangan sampai kita mengejar kebahagiaan yang sebenarnya kosong atau semu. Menetapkan harapan yang realistis bisa membantu kita menemukan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan sejati bukan datang dari banyaknya barang yang kita miliki, tapi dari makna dan tujuan hidup, hubungan sosial yang baik, serta kesejahteraan mental dan fisik.
7. Berbagi dengan Orang Lain
Memberikan sumbangan atau membantu orang lain dapat meningkatkan perasaan bahagia dan bermakna. Berbagi kebahagiaan dengan orang lain sering kali memberikan kebahagiaan yang lebih abadi dibandingkan dengan konsumsi pribadi.
Baca juga: Selalu Merasa Gaji Tak Cukup, Begini Cara Mengatur Uang yang Jitu
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita bisa mengurangi dampak negatif dari hedonic treadmill dan menciptakan kebahagiaan yang lebih berkelanjutan dan bermakna.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] Baca juga: Hedonic Treadmill: Mengapa Masih Selalu Merasa Kurang Padahal Sudah Banyak Uang? […]