Adakah di antara kamu yang kini sedang menjalani long distance marriage?
Long distance marriage adalah kondisi hubungan pasangan suami istri yang setelah menikah harus tinggal secara terpisah, bisa lain kota atau bahkan lain negara. Biasanya hal ini disebabkan oleh tuntutan pekerjaan, dinas, dan berbagai kondisi lainnya.
Kondisi ini umumnya tidak dijalani hanya dalam waktu sebentar. Bahkan ada yang harus menjalani hubungan long distance marriage ini sampai bertahun-tahun. Jika sebelum menikah, hal ini sudah disiapkan dan sudah sepakat, tentu tidak akan ada masalah berarti. Namun, ternyata banyak juga yang tidak siap.
Salah satu masalah terbesar dalam kondisi long distance marriage ini adalah soal keuangan. Kebayang kan, ketika sebuah keluarga harus berjibaku mengurus “dua rumah tangga”. Satu rumah tangga saja kadang terasa begitu berat.
Ditambah lagi, ada data dari Journal of Sex & Marital Therapy yang mengungkapkan fakta, bahwa tinggal berjauhan menjadi salah satu alasan perceraian yang paling umum. Banyak responden mengaku, bahwa hal ini membuat pengelolaan keuangan rumah tangga menjadi kurang transparan, hingga sering kali terjadi masalah.
Meski demikian, kadang seperti blessings in disguise, pasangan long distance marriage ini—karena keadaan—malah jadi terbiasa untuk hidup prihatin, hemat, dan serba perhitungan. Umumnya mereka terbiasa menabung, karena berharap bisa lebih sering berkumpul.
So, bisa kita simpulkan, bahwa komunikasi memang menjadi hal terpenting, terutama jika menyangkut keuangan dalam rumah tangga. Ini tak hanya terjadi pada pasangan long distance marriage, tetapi yang tinggal serumah pun tak luput dari hal yang sama.
Atur Keuangan Pasangan Long Distance Marriage
Buat gambaran detail
Gambaran detail mengenai apa? Mengenai kondisi satu sama lain.
Misalnya, masing-masing tinggal di mana? Di lingkungan seperti apa? Bagaimana kebiasaan di sana? Bagaimana harga-harga barang kebutuhan pokoknya? Punya sendiri atau sewa? Bagaimana akses transportasinya? Bagaimana kebutuhan makannya? Apakah mau masak sendiri setiap hari, atau bagaimana?
Selain seputar lingkungan tempat tinggal, juga jangan lupa untuk survei transportasi antarkota, yaitu dari kota pasanganmu ke kota tempat tinggalmu. Untuk bolak-balik, butuh biaya berapa? Cek juga jadwal kerja, apakah memungkinkan untuk bertemu dalam periode tertentu? Jika tidak, apa yang bisa dilakukan agar tetap terasa dekat? Mungkin ongkos komunikasi yang ditambah; memperbanyak video call atau pakai aplikasi meeting?
Buat rencana detail untuk masing-masing pihak, dan harus diketahui oleh pihak yang lainnya. Perhitungkan dengan lebih saksama jika beda negara ya. Pastinya akan berbeda sekali.
Buat kesepakatan
Setelah masing-masing ada gambaran, buatlah kesepakatan. Tentang apa? Ya, semuanya, terutama soal pos pengeluaran dan anggaran belanja rumah tangga. Misalnya, pertimbangkan apakah perlu membuat rekening bersama di samping memiliki rekening pribadi? Rekening bersama nantinya bisa dipakai untuk pengeluaran bersama, misalnya untuk setiap kali bertemu, atau jika ada keperluan bersama lainnya.
Lalu sepakat berbagi peran. Karena ada dua rumah tangga, kemungkinan masing-masing akan punya pengeluaran kebutuhan sendiri-sendiri. Sepakatilah bagaimana pengaturannya. Misalnya soal uang sewa tempat tinggal. Bagaimana dengan kebutuhan anak-anak? Apakah akan membuat rekening khusus lagi?
Jaga agar komunikasi tetap lancar
Kuncinya memang pada kompromi dan kesepakatan. Jadi, buat waktu untuk mengobrol. Memang enggak mudah, karena yang hidup seatap pun kadang juga menemui kesulitan untuk bisa ngobrolin keuangan dengan pasangan, apalagi ini terpisah. Kalau dua-duanya enggak berkomitmen, ya memang akan lebih sulit.
So, ongkos komunikasi memang akan lebih banyak. Jadi, diatur ya, supaya tetap terkendali tetapi tetap lancar. Pilih cara berkomunikasi yang paling nyaman. Kalau memungkinkan, jadwalkan kapan mau video call supaya masing-masing enggak mengganggu jadwal kerja, misalnya. Kan, kalau beda negara, kemungkinan juga akan beda zonasi waktu.
Kepercayaan
Kalau mau sukses dalam hal ini, ya kepercayaan pada pasangan harus dibangun dengan baik. Apalagi soal keuangan ya—belum termasuk hal-hal lainnya lo.
Menyadari bahwa long distance marriage adalah bukan hal yang mudah adalah penting, saling terbuka adalah koentji. Ketidakpastian akan terus dihadapi, jadi kebutuhan akan dana darurat menjadi sangat penting. Apalagi di masa-masa awal, bakalan terasa berat.
Rajin menabung dan investasi
Tetap miliki cita-cita dan mimpi bersama, lalu jadikan sebagai tujuan keuangan. Boleh atas nama anak, boleh atas nama suatu saat nanti kamu dan pasangan akan melewati juga fase long distance marriage ini. Kalian akan pensiun bersama, sejahtera dan mandiri.
Untuk mewujudkan semua impian itu, berinvestasilah. Duduk bareng, dan pilihlah instrumen yang sesuai. Sepakati, mau seberapa banyak berinvestasi, dan ke mana.
Punya cita-cita dan mimpi bareng ini jadi semacam janji, dan bisa memperkuat ikatan suami istri. Jadi, boleh saja hidup terpisah. Tapi mimpi punya bersama. Tsah.
Harus menjalani long distance marriage, tetapi memiliki keuangan yang sehat. Mungkin ini bisa jadi silver lining untuk kondisi yang berat itu. Kalau dengan jalan ini lantas bisa mencapai tujuan keuangan lebih cepat dan lebih baik, kenapa tidak? Betul?
Nah, itu dia beberapa tip mengatur keuangan rumah tangga untuk pasangan long distance marriage. Mungkin saja kondisi setiap pasangan berbeda, tetapi semoga tip tersebut bisa sedikit memberi inspirasi untuk tetap bertahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!