Yang ditakutkan akhirnya terjadi juga. Perang Rusia dan Ukraina pecah, dan pada akhirnya, sudah bisa ditebak, seluruh dunia juga bereaksi.
Invasi Rusia dimulai Kamis, tanggal 24 Februari 2022 yang lalu, dimulai dengan sejumlah bombardir serangan ke beberapa kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv. Sampai dengan saat ini, Rusia mengklaim sudah menaklukkan sejumlah wilayah, dan melumpuhkan sebagian besar angkatan perang Ukraina.
Merespons agresi ini, dunia pun menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Rusia, dengan tujuan merusak ekonomi Rusia.
Lalu, apakah peristiwa pecahnya perang Rusia ini juga akan berefek ke Indonesia? Mengingat bahwa kita sekarang masih dalam proses pemulihan ekonomi, wajar saja rasanya kalau kita waswas akan dampak yang bisa terjadi. Apalagi Indonesia juga merupakan salah satu negara yang punya hubungan juga dengan Rusia maupun Ukraina.
So, mari kita lihat bareng.
Dampak Perang Rusia terhadap Indonesia
Meski lokasi perang Rusia dan Ukraina ada nun jauh di Eropa Timur sana, tetapi efeknya bisa terjadi secara global. Terutama di sektor politik dan ekonomi.
1. Harga komoditas naik
Perang Rusia akan membawa dampak kenaikan harga komoditas. Rusia dan Ukraina sama-sama menjalin hubungan dagang dengan Indonesia.
Rusia merupakan produsen minyak bumi, bahan baku pupuk, dan berbagai hasil tambang seperti nikel, aluminium, dan paladium, yang diimpor oleh Indonesia. Minyak bumi saat artikel ini ditulis sudah mengalami kenaikan hingga lebih dari $100 per barrel. Kenaikan harga migas ini sudah kita rasakan, dengan naiknya harga LPG nonsubsidi yang menjadi salah satu barang kebutuhan pokok dapur kita di akhir Februari.
Lumayan ya, bund, naiknya. Rp15.500 per kg sendiri.
Sedangkan, Ukraina adalah sumber impor terbesar gandum bagi Indonesia. Jadi, ya, pasti akan berefek. Barang-barang seperti roti dan mi instan bisa jadi akan terpengaruh produksinya. Dan, gorengan juga, bund! Padahal minyak goreng juga lagi langka banget. Ditambah sebentar lagi bulan Ramadan juga tiba.
Para ibu rumah tangga kudu makin pintar mengelola uang belanja nih.
2. Pemulihan ekonomi akan tersendat
Secara global, banyak negara yang belum lagi bisa pulih dari dampak hantaman pandemi COVID-19. Sebelumnya, banyak pakar ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi global ada di angka kisaran 4% pada 2022 dan kisaran 3% pada 2023.
Namun, dengan pecahnya perang Rusia dan Ukraina, bisa jadi anggaran belanja negara yang sudah tersusun jadi bertambah bebannya. Hal ini terjadi karena banyaknya kenaikan harga komoditas.
3. Suplai bahan kebutuhan akan terhambat
Berita terakhir, salah satu pelabuhan penting yang ada di area Laut Hitam telah rusak, bahkan sejumlah kapal niaga juga rusak dihantam rudal Rusia. Akibatnya terjadi hambatan pengiriman berbagai barang kebutuhan ke seluruh dunia.
Hal ini memang sudah dibuktikan dalam sejarah perang yang pernah ada. Di wilayah-wilayah yang sedang bersitegang, sesuai sejarahnya, pasokan barang-barang kebutuhan akan terhambat. Hal ini pada akhirnya juga akan memengaruhi kenaikan harga komoditas itu sendiri.
Akibat dari dirusaknya fasilitas perdagangan global, maka Rusia akan menerima sanksi lebih berat lagi, dan justru hal ini akan memperburuk kondisi karena harga komoditas juga akan semakin meningkat.
4. Pasar modal berfluktuasi
Pada pembukaan perdagangan bursa Kamis tanggal 24 Februari 2022 pagi, IHSG menunjukkan peningkatan poin yang cukup menggembirakan, yaitu mencapai 6.921,36. Namun, begitu perang Rusia pecah, IHSG rontok ke titik 6.787,38, hanya dalam waktu 4 jam.
Tetapi, ada yang menarik. Saat bursa-bursa saham luar negeri ambruk, ternyata investor asing malah memborong saham-saham Indonesia hingga triliunan rupiah, pada Kamis sore itu.
Nah, kalau dilihat dari sisi sektor ini, ternyata dampak perang Rusia tak semuanya buruk juga ya? Bukannya tak berempati, tetapi ini artinya kita masih ada harapan. Betul? Jadi, mari optimis!
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Well, sudah pasti kita menyayangkan perang Rusia yang akhirnya pecah ini, di saat kita belum lagi selesai mengatasi dampak pandemi berkepanjangan. Dibandingkan dengan pandemi, bukankah sebenarnya perang bisa dihindari? Tapi yah, apa kuasa kita untuk bisa membujuk Putin menghentikan serangannya?
Pada akhirnya, kita hanya bisa berharap, agar konflik tidak meluas. Mengingat Rusia punya backing Tiongkok yang begitu adidaya.
Meski demikian, sebagai ‘rakyat jelata’, kita bisa kok melakukan beberapa hal untuk bersiap jika kondisi ini memburuk ke depannya. Apa saja yang bisa kita lakukan?
Siapkan dana darurat
Dana darurat adalah senjata terampuh untuk melewati masa sulit. Jadi, jangan sampai kendur, yuk, cek dana darurat kamu. Bagaimana posisinya sekarang? Apakah masih aman, dalam jumlah yang ideal? Jika sempat diambil untuk menambal pengeluaran ini itu, yuk, segera ditutup lagi.
Sesuaikan anggaran
Gas LPG naik. BBM berpotensi naik. Minyak goreng langka, tempe mahal. Yuk, disesuaikan lagi anggaran per bulannya. Barangkali kamu perlu untuk menambah pos kebutuhan rutin dalam beberapa waktu ke depan. Pos lifestyle atau investasi bisa dikurangi dulu. Nggak apa-apa, nanti ketika kondisi sudah membaik, kamu bisa gaskeun lagi.
Utamakan kewajiban
Misalnya cicilan utang, bayar pajak dan tagihan, adalah hal-hal yang harus diprioritaskan, termasuk dalam kondisi darurat. Karena jika tidak, dampaknya akan lebih fatal dan semakin memberatkan keuanganmu sehari-hari. Utang, misalnya, bisa dikenakan denda kalau sampai kamu terlambat membayar cicilan. Misalnya juga premi asuransi kesehatan, yang harus disetor sesuai aturannya. Jangan sampai ketika sakit, baru diurus.
Yah, siapa sih yang mengharapkan kondisi memburuk ke depannya? Tidak ada. Namun, kita tetap harus bersiap, bukan, sembari berharap yang terbaik untuk semuanya.
Stay safe ya, secara fisik, mental, dan tentunya, finansial!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!