Sebentar lagi, bulan Ramadan tiba nih. Nggak kerasa ya? Pastinya, umat muslim di mana pun akan merasa bahagia sekali, karena bisa menjumpai bulan suci ini lagi tahun ini. Meskipun, yah, kondisi belum berbeda jauh dari Ramadan setahun yang lalu. Nah, mumpung momennya pas, ngomogin soal mengelola keuangan pribadi secara syariah yuk!
Cara menyusun dan mengelola keuangan pribadi secara syariah sudah pasti akan berbeda dengan mengelola secara konvensional. Nggak hanya pada penggunaan produk keuangan yang harus memenuhi prinsip syariah, tetapi juga pada beberapa hal lainnya.
Hal ini disebabkan karena perencanaan keuangan secara syariah tak hanya dibuat untuk memungkinkan kita memenuhi kebutuhan duniawi saja, melainkan juga dapat memenuhi kebutuhan saat kita sudah berada di akhirat nanti.
Seperti apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan secara syariah ini? Ikuti artikel ini sampai selesai ya. Kamu juga boleh menambahkan nanti jika ada yang kurang.
5 Langkah Mengelola Keuangan Pribadi secara Syariah
1. Rezeki halal
Prinsipnya, umat muslim di mana pun wajib menaati perintah agama untuk hanya mengonsumsi makanan halal. Karena makanan yang kita konsumsi ini akan dibeli dengan uang yang kita dapatkan sebagai penghasilan, maka seyogyanya rezeki juga harus bersumber dari sumber yang halal.
Dan, seperti yang kamu tahu, bahwa rezeki kita bisa berasal dari banyak sumber, mulai dari pekerjaan sehari-hari, side hustles, ataupun rezeki dari hasil berinvestasi.
Seperti apa itu penghasilan yang halal? Yaitu penghasilan yang diperoleh dengan cara yang tidak melanggar aturan—baik aturan hukum maupun aturan agama—tanpa mengandung prinsip ketidakjelasan (gharar), riba, spekulasi (maysir), dan tidak diperoleh dengan cara melakukan tindak kejahatan.
Rezeki yang halal adalah rezeki yang harapannya akan membawa berkah baik jika dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Karenanya, sebelum dapat mengelola keuangan pribadi dan kemudian membuat rencana keuangan secara syariah, kita harus pastikan dulu, bahwa penghasilan kita berasal dari sumber yang halal.
2. Utamakan kewajiban/membayar utang
Utang akan dibawa mati, demikianlah yang diajarkan oleh agama. Utang akan dicatat dan akan terus dicatat jika tak dilunasi sampai akhir hayat kita. Utang harus diselesaikan di dunia, dan jangan sampai dibawa mati.
Karenanya, pembayaran utang menjadi hal utama dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah.
Secara khusus, ajaran agama Islam memang tidak pernah melarang kita untuk berutang, tetapi pastinya harus dikelola dengan baik, jika memang tak bisa dihindari sama sekali.
Boleh saja kita berutang, tetapi hanya jika benar-benar butuh, atau dalam kondisi yang sangat darurat.
3. Bujet untuk zakat, infaq, dan sedekah
Di QM Financial sendiri, kita telah membagi pengeluaran kita ke dalam 5 pos, yakni pos belanja rutin, investasi dan tabungan, cicilan utang, sosial, dan lifestyle.
Dalam ajaran Islam, ada kewajiban bagi umat muslim untuk membayar zakat di setiap tahunnya. Begitu juga ada kewajiban untuk membayar infaq dan sedekah, sebagai upaya untuk mensucikan harta yang dimiliki.
Dalam syariat Islam, kita percaya bahwa pada setiap rezeki yang kita peroleh, ada 2.5% bagian yang menjadi hak orang lain. Dengan demikian, kita wajib menyisihkannya dan kemudian memberikannya pada mereka yang berhak.
Dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah, pengeluaran untuk zakat, infaq, dan sedekah ini merupakan bagian dari pengeluaran sosial yang harus dibuat anggarannya, agar kita tak sampai lalai dalam memenuhinya.
So, sisihkanlah penghasilan sesuai peraturan yang berlaku, dan penuhi kewajiban kita pada mereka yang berhak.
4. Buat rencana keuangan komprehensif agar dapat mewujudkan tujuan yang sesuai perintah agama
Dalam mengelola keuangan pribadi, adalah penting bagi kita untuk menyusun rencana keuangan dengan terlebih dahulu menentukan tujuan keuangan. Yes, seperti yang selalu QM Financial sebutkan: #TujuanLoApa. Begitu juga dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah. Tujuan keuangan menjadi salah satu hal terpenting yang harus ditentukan sejak awal kita membuat rencana.
Namun, berbeda dengan penyusunan rencana keuangan konvensional biasanya, untuk menentukan tujuan keuangan secara syariah, ada perintah agama yang wajib untuk kita patuhi. So, jangan lupa untuk selalu mempertimbangkan setiap perintah agama ini dalam penyusunan rencana keuangan kita ke depannya.
Seperti apa misalnya?
Contohnya, saat menyusun rencana untuk masa depan anak. Tak hanya memperhitungkan biaya persalinan, biaya-biaya hidup bagi anak, juga dana pendidikan, kita juga harus membuat rencana keuangan untuk kebutuhan Aqiqah.
Aqiqah akan membutuhkan biaya yang tak sedikit, ya kan? Syaratnya adalah dua kambing untuk anak laki-laki, dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Sedangkan harga kambing—saat artikel ini ditulis—mencapai jutaan untuk satu ekornya.
Hal lain misalnya seperti persiapan biaya sunat bagi anak laki-laki. Atau, kebutuhan lain untuk keluarga, misalnya untuk biaya umrah atau ibadah haji, juga kebutuhan untuk berkurban setiap tahunnya.
5. Buat rencana waris
Yang terakhir ini juga wajib dibuat rencananya dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah, yaitu membuat rencana waris.
Umat Islam percaya, bahwa pembagian waris dan membuat wasiat akan menghindarkan kita dari perseteruan karena harta di antara para ahli waris.
Nah, demikianlah 5 hal yang harus diperhatikan jika kamu ingin mengelola keuangan pribadi secara syariah dengan baik.
Tentunya, artikel ini belum bisa menjelaskan seluruhnya secara detail. So, akan lebih baik bagi kamu jika mengikuti kelas finansial online, yang lebih khusus lagi untuk membahas berbagai hal soal mengelola keuangan pribadi secara syariah ini. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.