Menurut seorang staf HR yang tak mau diungkapkan jati dirinya–ala-ala berita televisi–salah satu tugas terberat divisi HR adalah saat mulai membuka rekrutmen karyawan baru. Seakan-akan, para staf HR ini sedang diserahi tugas untuk menentukan masa depan perusahaan, begitu katanya.
Coba yang sekarang bekerja sebagai staf HR, bener nggak nih, pernyataan mengenai kerepotan rekrutmen karyawan baru di atas? Boleh curhat deh di kolom komen yah!
Memang, proses rekrutmen karyawan baru–dalam hal ini, utamanya, hiring–bisa dibilang kurang lebih seperti memilih kucing dalam karung. Hanya berdasarkan apa yang tertulis di secarik kertas yang diberi judul Curriculum Vitae, perusahaan harus bisa memilih dengan tepat, orang seperti apa yang akan diajak bergabung.
Tapi, zaman sekarang, penilaian berdasarkan sekadar kertas Curriculum Vitae saja nggak cukup. Entah mengapa, sekarang makin susah saja menemukan karakter calon karyawan yang bisa diandalkan, sesuai kebutuhan perusahaan. Pintar saja enggak cukup. Semakin banyak tuntutan agar calon karyawan yang akan bergabung kemudian bisa memberikan performa kerja yang baik.
Mengikuti perkembangan zaman, berikut 3 tren rekrutmen karyawan baru masa kini yang harus diketahui–baik oleh pihak perusahaan yang merekrut maupun calon karyawan yang sedang melamar pekerjaan.
1. Soft skill menjadi faktor penentu
Jelas, tingkat kecerdasan calon karyawan baru itu penting. Makanya di iklan lowongan kerja, kadang ada yang meminta syarat minimal IPK dalam proses rekrutmen karyawan baru ini–apalagi jika menargetkan pada para fresh graduate.
Kenapa? Karena tingkat kecerdasan akan berbanding lurus dengan kemampuan melogika dan kecepatan untuk belajar. Tapi, sekarang, itu saja enggak cukup.
Ada beberapa soft skill yang penting juga untuk dipertimbangkan, yaitu:
- Kreativitas. Soft skill pertama ini nanti akan berpengaruh pada inisiatif dan kemampuan problem solving si karyawan saat harus menyelesaikan tugas.
- Kolaborasi, atau kemampuan bekerja dalam tim. Jelas, karena kalau kita susah bekerja sama dalam tim, ya bakalan akan merepotkan.
- Penyesuaian diri dengan cepat. Karyawan baru selalu dituntut untuk segera menguasai tugas-tugas, sehingga penyelesaiannya juga akan lebih cepat. Hal ini nggak akan tercapai jika kemampuannya untuk beradaptasi rendah.
- Manajemen waktu. Too many works to do in such a little time. Ini kondisi lumrah terjadi di perusahaan mana saja, besar ataupun kecil. Tugas banyak, SDM harus efisien. Makanya penting untuk punya skill manajemen waktu yang mumpuni, kalau enggak, siap-siap saja ketinggalan dan keteteran.
- Manajemen keuangan. Kemampuan calon karyawan untuk mengelola keuangan pribadinya akan berpengaruh pada motivasi dan produktivitasnya selama bekerja. So, apakah dia selalu menghabiskan gaji setelah beberapa hari menerimanya, ataukah dia punya tabungan serta punya tujuan finansial yang jauh ke depan, itu bisa jadi hal krusial yang harus diperhatikan oleh rekruiter.
2. Fleksibilitas menjadi budaya baru
Tak hanya para pekerja remote saja yang meminta fleksibilitas dalam bekerja. Di zaman now, bahkan para karyawan tetap juga cenderung merasa lebih nyaman jika mereka dibiarkan mengatur diri mereka sendiri untuk bekerja, asalkan target kerja tercapai.
Kebanyakan angkatan kerja zaman now–para millenials dan gen Z–cenderung lebih tertarik untuk bekerja di perusahaan startup. Mengapa? Karena lebih fleksibel dari segi waktu dan tempat, di samping gajinya yang besar.
Saat ada lowongan pekerjaan yang mencantumkan “waktu kerja fleksibel”, juga selalu menarik perhatian angkatan kerja zaman now.
Jadi, sepertinya kecenderungan tren dunia kerja memang berubah bukan?
Di sisi lain, fleksibilitas ini juga menjadi tantangan tersendiri, baik bagi divisi HR maupun bagi para karyawan sendiri. Motivasi, mood kerja, dan kedisiplinan dalam manajemen waktu akan mudah lepas kontrol. Hal ini berpotensi terjadi fraud atau kecurangan. Karena itu perlu prosedur-prosedur khusus yang juga harus bersifat fleksibel untuk mengontrol kebijakan ini. Jadi PR dari HR dan para manajer deh.
3. Your social media, your real CV
Zaman now, bener-bener deh, kertas Curriculum Vitae saja tak cukup. Banyak kali kesempatan saya juga melihat sendiri, bagaimana para staf HR dan juga manajer stalking akun-akun media sosial para kandidat, saat tahap rekrutmen karyawan baru dilakukan.
Nggak hanya media sosial, tetapi rekam jejak di mana pun, zaman sekarang bisa dengan mudah dirunut. Bahkan dengan sedikit usaha, para rekruiter juga bisa tahu, ke mana saja kandidat calon karyawan pergi selama beberapa hari terakhir. Hal ini juga bisa jadi catatan tambahan dalam proses rekrutmen karyawan baru.
Jadi, mau melamar kerja untuk mendapatkan dream job? Hati-hati dalam meninggalkan jejak digital, karena jejak digital malahan mampu berbicara lebih banyak ketimbang selembar CV saja.
Tenang, para calon karyawan. Untuk hal-hal lainnya, memang kamu sendirilah yang bisa menolong dirimu sendiri. Namun, soal kemampuan manajemen keuangan, QM Financial bisa banget membantumu. Ikutan kelas kelas finansial online dari QM Financial yuk, supaya skill manajemen keuangan pribadimu meningkat. Saat gaji pertama kamu terima, kamu sudah langsung tahu apa yang harus kamu lakukan. Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial untuk info-info dan tip keuangan yang simpel dan aplikatif.