Mengelola perusahaan itu bukan hal mudah. Siapa pun pasti mengamini. Nggak cuma harus menjaga berputarnya roda bisnis supaya terus lancar, para pengelola perusahaan juga mesti mengelola sumber daya manusia di dalamnya dengan baik. Sudah dikelola dengan baik pun, kecurangan karyawan masih saja kerap terjadi.
Yes, meng-handle sumber daya manusia di dalam sebuah perusahaan–dengan kata lain, karyawan–memang butuh seni tersendiri. Tak hanya harus memikirkan kesejahteraan mereka, tapi juga mencegah terjadinya kecurangan karyawan.
Kecurangan karyawan seperti apa saja sih yang sering terjadi di perusahaan-perusahaan?
5 Jenis Kecurangan Karyawan yang Sering Terjadi
1. Kecurangan terhadap aset
Kecurangan karyawan ini terjadi biasanya berupa penyalahgunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, atau semacamnya.
Misalnya saja, difasilitasi laptop dengan spek terbaik dari kantor, tentunya untuk mengerjakan tugas-tugas agar hasilnya bisa maksimal. Ternyata–karena satu dan lain hal–si karyawan punya side job yang kurang lebih bidang yang sama, dan menggunakan laptop tersebut dengan prioritas ke side jobnya, alih-alih untuk tugas utamanya.
Nah, ini sudah menyalahi pastinya ya.
Kasus lain lagi. Misalnya seorang purchaser, berwewenang untuk membeli bahan baku produksi ke vendor lain. Karena satu dan lain hal, uang, cek, atau alat pembayaran apa pun ditahan, tidak disampaikan pada vendor, tapi malah dipakai untuk kepentingan pribadi dulu. Hingga akhirnya, proses produksi pun terhambat.
Kasus pertama di atas biasanya dimasukkan ke dalam kategori noncash misappropriation, yaitu kecurangan karyawan yang tidak berhubungan dengan uang atau cash. Sedangkan kasus kedua disebut cash misappropriation, yaitu kecurangan karyawan terkait keuangan.
Mana yang lebih merugikan? Dua-duanya merugikan perusahaan, tentunya. Perusahaan perlu membuat prosedur khusus jika sampai keduanya sering terjadi di kantor.
2. Kecurangan karyawan terhadap laporan keuangan
Bentuk kecurangan kedua ini juga sering dijumpai lo. Misalnya saja, memalsukan bukti transaksi. Contohnya lagi untuk seorang purchaser, berwewenang untuk membelanjakan kebutuhan barang produksi. Membeli cat sebanyak 1 kg sesuai yang tertulis di nota, padahal yang dibelikan hanyalah 1/2 kg saja. Atau, bisa juga menambah nominal. Misalnya, beli kain Rp500.000, tapi ditulis di nota Rp600.000.
Laporan keuangan memang menjadi hal paling rentan untuk dicurangi dalam perusahaan. Memang butuh SDM yang benar-benar qualified dan terpercaya untuk bisa mengelolanya dengan baik. Makanya nggak heran, banyak perusahaan yang masih menerapkan sistem micro management untuk keuangannya.
3. Korupsi
Korupsi ini kadang rancu dengan kecurangan karyawan terkait laporan keuangan di atas. Iya, kadang overlapped sih.
Tapi, korupsi ini juga punya beberapa bentuk, yaitu kolusi dan nepotisme, serta suap.
Kolusi dan nepotisme ini biasanya terkait dengan adanya conflict of interest para karyawan. Misalnya saja, seorang karyawan, selain bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi desain interior, di rumah juga membuka bisnis pembuatan perabotan rumah yang customized. Akhirnya, dengan cara tertentu, dia mengalirkan semua proyek interior ke bisnis pribadinya sendiri. Jika kemudian hal ini merugikan perusahaan, maka bisa dibilang karyawan tersebut melakukan fraud atau kecurangan.
Kasus lain, misalnya saja, kantor butuh seseorang yang punya skill manajerial untuk mengelola satu divisi. Seseorang yang sudah mempunyai jabatan penting lantas mengusulkan keluarganya untuk menempati posisi strategis tersebut. Namun, ternyata, yang direkomendasikan belum punya skill yang memadai.
Sedangkan fraud yang berupa suap, ini sepertinya sudah pada tahu sih yang seperti apa. Suap juga akan banyak merugikan perusahaan, jadi waspadai betul akan timbulnya fraud ini.
4. Kecurangan terkait personalia
Kecurangan karyawan terkait manajemen personalia ini misalnya, izin sakit tapi ternyata malah pergi solo traveling. Atau, menyalahgunakan waktu kerja yang fleksibel, dan sebagainya.
Kebanyakan ini terjadi dan karena masalahnya (dianggap) kecil-kecil simpel sepele gitu akhirnya jadi kebiasaan. Nanti akan terasa efeknya ketika kinerja tak lagi efektif dan produktivitas berkurang. Biasanya akan berbuah pada review tahunan yang buruk.
Kebiasaan melakukan fraud keempat ini memang seperti menyimpan bom waktu sih. Nggak kerasa di keseharian, tapi tiba-tiba meledak di akhir.
5. Kecurangan terkait etika kerja
Fraud ini bisa terjadi, ketika seorang karyawan mencoba untuk bekerja sama dengan pihak lain demi keuntungan pribadi, dengan membocorkan informasi yang seharusnya menjadi rahasia perusahaan. Biasanya sih terkait dengan strategi bisnis, strategi pemasaran hingga penentuan harga produk, proses produksi, dan lain sebagainya.
Kecurangan karyawan ini biasanya juga diperparah dengan tindakan si karyawan yang menerima “upah” untuk informasi yang diberikannya.
Duh, kalau melihat berbagai bentuk kecurangan karyawan di atas, rasanya kok mengerikan semua ya? Kenapa kok bisa setega itu melakukan kecurangan pada kantor yang sudah menggajinya seperti itu?
Well, banyak sih alasannya. Salah satu alasan terbesarnya adalah si karyawan butuh uang.
Yes, “butuh uang” ini memang kadang menjadi akar segala kesulitan dan masalah yang timbul di kehidupan kita. Tapi, ya, siapa sih yang enggak butuh uang? Semua orang juga “butuh uang” kan? Tapi, kebutuhan akan uang ini bisa kok dimanifestasikan dalam bentuk yang positif.
Yang pertama, tentu dengan mengatur gaji yang sudah diterima supaya cukup sampai saatnya gajian lagi. Karena itulah, training keuangan bagi karyawan itu penting.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan kamu? Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial atau cek web Event QM Financial untuk info-info kelas online terbaru.
QM Financial
Related Posts
3 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] divisi HR–untuk berupaya mencegah atau meminimalkan peluang terjadinya fraud karyawan, termasuk suap dan gratifikasi. Dari mana perusahaan bisa memulai? Bisa dari segi finansial, yaitu […]
[…] didukung adanya “kebutuhan mendesak” dan disebabkan oleh moralitas yang tipis, seorang karyawan bisa saja dengan sengaja melakukan fraud sehingga merugikan perusahaan. Menerima suap, gratifikasi, memalsukan laporan keuangan, dan […]
saya ingin membaca lebih lanjut mengenai berita tersebut