Kalau untuk yang berstatus tetap, yang setiap hari berada di kantor, perusahaan pastinya bisa melakukan banyak hal untuk menjamin kesehatan karyawan dengan mudah. Tapi, bagaimana dengan mereka, para pekerja remote, yang tidak setiap saat bisa hadir di kantor, yang melakukan pekerjaannya di lokasi yang berbeda?
Apakah kemudian perusahaan tidak bisa memberi kebijakan untuk menjamin kesehatan karyawan remote ini?
Pastinya sih bisa. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk menjamin kesehatan karyawan, meski mereka bekerja secara remote. Bagaimanapun, jaminan kesehatan mereka kan menjadi tanggung jawab perusahaan, pun merupakan kompensasi non finansial yang akan membawa efek baik juga bagi perusahaan, bukan?
Berikut beberapa hal yang bisa diberikan ataupun dilakukan oleh perusahaan untuk menjamin kesehatan karyawan yang bekerja secara remote
1. Disertakan dalam BPJS Kesehatan
Berstatus sebagai karyawan, para pekerja remote juga berhak mendapatkan tunjangan berupa keikutsertaan dalam BPJS Kesehatan. Tentu ini tergantung akan kebijakan perusahaan. So, mungkin bisa ditanyakan pada pihak pekerja, apakah mereka sudah menjadi anggota BPJS Kesehatan atau belum. Jika belum, maka pihak perusahaan bisa memfasilitasi.
Jika pekerja remote sudah punya BPJS Kesehatan mandiri, maka pihak perusahaan bisa memberikan tunjangan sesuai peraturan yang berlaku.
Jika dari kantor juga ada tunjangan kesehatan berupa penggantian pengobatan, perusahaan juga bisa memberikan jaminan kesehatan karyawan yang sama untuk pekerja remote. Pun dengan tunjangan-tunjangan lainnya, yang tentunya disesuaikan dengan kebijakan.
2. Pastikan pekerja remote menjaga kesehatan pribadi dengan baik.
Pada umumnya, pekerja remote memilih profesinya dengan alasan fleksibilitas waktu maupun tempat. Mereka bisa menentukan sendiri jam kerja mereka, asalkan target kerja terpenuhi dan pastinya sesuai dengan kesepakatan bersama. Demikian pula dengan tempat bekerjanya.
Ini memang menjadi “keuntungan” bekerja secara remote ya? However, selalu ada sisi kurang menguntungkan juga dari segala hal, ya kan? Begitu juga dengan sistem kerja remote.
Dengan keleluasaan waktu dan tempat ini, perusahaan jadi kurang bisa memonitor cara kerja sang pekerja remote secara langsung. Dengan demikian, harus dipastikan bahwa para pekerja remote benar-benar mau menjaga kesehatan diri mereka sendiri.
Misalnya saja, pastikan mereka tidak hanya bekerja sepanjang hari, tetapi juga rutin berolahraga. Ini penting ya, karena kadang orang begitu nikmat bekerja secara remote hingga lupa akan pentingnya olahraga dan bergerak. Akibatnya hal-hal seperti sakit punggung atau obesitas pun dialami. Banyak masalah kemudian berkembang dari keluhan ataupun penyakit yang dianggap sepele ini.
Begitu juga dengan tempat kerja. Pastikan para pekerja remote ini bekerja dari tempat yang sehat.
3. Jaminan komunikasi yang lancar
Selain jaminan kesehatan fisik, perusahaan juga sebaiknya menjamin kesehatan karyawan secara mental. Lagi-lagi karena tidak selokasi sehingga berakibat kurangnya pantauan, meski disebut bahwa bekerja secara remote ini bisa menekan stres karyawan, namun risiko untuk stres dan depresi karena pekerjaan akan selalu ada.
So, sebelum terlambat, tentukan model dan sistem komunikasi apa yang cocok, agar pihak perusahaan bisa menghubungi pekerja remote dengan mudah dan lancar. Dengan komunikasi yang lancar, maka jika ada sesuatu yang kurang diharapkan terjadi, maka akan lebih mudah diketahui ataupun terdeteksi.
Jadwalkan meeting tatap muka secara rutin. Tak harus secara langsung, tetapi bisa melalui conference call, mungkin? Yang penting, pihak perusahaan bisa melihat wajah si pekerja remote secara langsung, agar dapat lebih mudah mengetahui jika ada yang perlu diperbaiki dari sistem kerja remote ini.
4. Beri batasan
Soal waktu yang fleksibel memang menjadi impian setiap pekerja, sehingga beberapa di antaranya memilih untuk kerja remote, karena waktu kerja bisa diatur sesuai kondisi.
Namun, waktu yang fleksibel juga bisa berarti jam kerja panjang tanpa jeda. Yes, pekerja remote bisa bekerja lebih panjang ketimbang para karyawan tetap yang berangkat ke kantor pukul 08.00 pagi dan pulang pukul 18.00 sore lo! Seorang pekerja remote bisa bekerja sampai belasan jam tiap harinya, bahkan hingga hari Sabtu dan Minggu.
Karena itu, ada baiknya, meski orientasi tetap pada target hasil, namun pihak perusahaan juga memberikan batasan. Bagus sih jika bersepakat untuk bekerja di jam kerja pada umumnya. Namun, jika tidak, maka pastikan jam kerja pekerja remote tidak lebih dari 40 jam seminggu sesuai peraturan pemerintah yang berlaku.
5. Pantau terus
Untuk dapat menjamin kesehatan karyawan remote, tentu saja pihak perusahaan harus memantau terus kondisi mereka. Tidak hanya berorientasi pada hasil semata, tapi juga pantau prosesnya. Memang ada keleluasaan ditawarkan sejauh target bisa dipenuhi, tetapi proses juga akan memengaruhi kualitas hasil lo!
Jadi, pantau terus kondisinya, terus jalin komunikasi yang baik, mulai saat kontrak kerja ditandatangani kedua belah pihak, hingga berakhir nanti.
Nah, nggak ada salahnya juga jika para karyawan remote ini sekali waktu diundang untuk datang ke kantor perusahaan, misalnya jika ada training yang sedang diselenggarakan di kantor. Utamanya, untuk training keuangan pribadi bagi karyawan. Tujuannya, pastinya, untuk meningkatkan keterampilan pekerja remote mengelola keuangan pribadinya. Dengan pengelolaan keuangan pribadi yang baik, pekerja remote juga terhindar dari berbagai masalah serius, termasuk juga masalah kesehatan, seperti halnya karyawan yang lain lo!
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Atau, jika si pekerja remote kesulitan untuk datang ke kantor, perusahaan juga bisa mendaftarkannya untuk ikut kelas-kelas finansial online QM Financial yang bisa diikuti dari mana saja dengan aplikasi Zoom. Follow Instagram QM Financial untuk info-info update-nya ya.