Perusahaan berbasis teknologi terbesar saat ini? Sudah pasti semua orang akan menjawab, Google! Raksasa teknologi ini bisa dibilang “penguasa dunia”. Banyak orang mendapatkan manfaat dari Google, pun banyak pula yang pengin bekerja di Google. Tambahan lagi, konon, suasana dan etos kerja di Google adalah yang terbaik saat ini.
Kita nggak bisa memungkiri. Misalnya saja dari sisi jaminan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, Google sangat memperhatikannya. Google menilai, bahwa etos kerja dan performa karyawan berkaitan erat dengan kesejahteraan, kesehatan, dan juga kompetensi karyawan.
Karena itu, Google selalu menganggap karyawan sebagai aset utama perusahaan dan menjadikannya sebagai prioritas.
Mau tahu lebih jauh? Mari kita lihat beberapa hal yang dilakukan oleh Google untuk membangun suasana dan etos kerja optimal bagi karyawannya.
3 Rahasia Terbesar Google Membangun Suasana dan Etos Kerja yang Optimal
1. No micromanaging
Apa sih artinya micromanaging ini?
Menurut kamus, micromanage berarti “control every part, however small, of (an enterprise or activity)“. Sedangkan menurut Wikipedia:
In business management, micromanagement is a management style whereby a manager closely observes and/or controls the work of his/her subordinates or employees. Micromanagement is generally considered to have a negative connotation, mainly due to the fact that it shows a lack of freedom in the workplace.
Micromanaging berarti gaya manajemen dengan kontrol ketat terhadap apa pun yang dilakukan oleh karyawan hingga kemudian tak bisa memberikan kesempatan pada karyawan untuk berinovasi dan berimprovisasi. Micromanaging dipercaya bisa merusak etos kerja dan mematikan kreativitas, lantaran karyawan tidak diberikan wewenang untuk menyelesaikan masalah yang timbul.
Di awal berdirinya, sekitar tahun 2002, Google tak punya struktur organisasi. Tak ada posisi manajer maupun bawahan. Namun seiring waktu Larry Page, sang founder, merasakan betapa repotnya jika ia menjadi satu-satunya pengambil keputusan di perusahaan rintisan tersebut. Lantas ia merekrut beberapa orang untuk menjadi leader, yang bertugas mengoordinasi dan memfasilitasi aspirasi staf Google.
Cerita ini lebih lengkap bisa dibaca di situs Harvard Business Review. Di sana ada cerita perkembangan manajemen Google, dari mulai beberapa orang hingga sekarang memperkerjakan 37.000 orang.
Google percaya, dengan kebebasan berpikir dan berinovasi–tanpa ada praktik micromanaging–sikap saling menghargai antarkaryawan justru akan terbentuk, skill problem solving karyawan meningkat, etos kerja membaik, pun bisa menghasilkan ide-ide brilian yang siap dieksekusi bersama.
2. Be a good communicator
Dalam sebuah tim, komunikasi menjadi salah satu core kerja sama. Tanpa komunikasi yang baik, mustahil kerja sama yang baik juga bisa dicapai. Tanpa kerja sama yang baik, mustahil pula target bisnis perusahaan bisa diwujudkan.
Karyawan, para manajer, stakeholder, dan semua unsur yang terlibat dalam perputaran bisnis memang harus bisa bersinergi dengan baik, jika ingin perusahaan bisa maju dan berkembang.
Semua etos kerja berawal dari komunikasi.
Google menyadari penuh akan hal ini. Tahun 2011, Google merekrut Sebastien Marotte, dari Oracle, untuk meningkatkan sales. Begitu datang Marotte langsung tancap gas untuk memenuhi target sales yang diberikan padanya. Tapi, usahanya gagal. Marotte lantas ambil langkah mundur sejenak. Ia melakukan introspeksi, dan menyimpulkan bahwa ada yang salah dengan caranya berkomunikasi. Ia memperbaiki kesalahannya tersebut, dan di tahun berikutnya target sales Google bisa dicapai, bahkan lebih!
Cerita ini juga ada di artikel di situs Harvard Business Review yang sudah ditautkan di atas. Komunikasi, hal kecil yang kadang disepelekan, namun bisa berdampak besar pada etos kerja.
3. Kesejahteraan dan kompetensi karyawan adalah yang utama
Sudah bukan rahasia pula, bahwa Google sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya sebagai aset utama perusahaan. Salah satunya, Google menyewa tim medis khusus–lengkap dengan dokternya–untuk berkantor di dalam headquarter, demi melayani keluhan-keluhan kesehatan para karyawan.
Selain itu, Google juga menyediakan berbagai fasilitas kebugaran di dalam kantor. Mulai dari gym hingga area permainan, yang bebas digunakan oleh para karyawannya kapan pun mereka merasa jenuh dengan pekerjaan.
Selain dari sisi kesehatan, Google juga rutin mengevaluasi dan meningkatkan kompetensi karyawan.
Sekitar tahun 2011, Google meluncurkan program pengembangan SDM yang dinamai Project Oygen, untuk membantu meningkatkan etos kerja karyawan. Program ini lantas berkembang menjadi sebuah program komprehensif yang mengukur perilaku manajemen utama dan mengolahnya melalui proses komunikasi yang lebih intens dan pelatihan secara menyeluruh.
Di dalam Project Oxygen, ada program yang namanya Start Right–sebuah program workshop selama 2 jam khusus untuk para manajer baru. Juga ada Manager Flagship–yang terdiri atas beberapa paket workshop untuk meningkatkan etos kerja para manajer dalam topik-topik yang lebih spesifik. Sampai dengan saat ini, ada puluhan program pelatihan dipunyai oleh Google yang dilakukan secara rutin oleh tim instruktur khusus.
Kalau mau mengikuti cerita perkembangan bisnis Google, memang tak akan habis dalam sehari. Begitu panjang dan menarik. Banyak sekali hal yang bisa diadopsi dan diterapkan juga untuk mengembangkan perusahaan kita.
Anda tertarik untuk memberikan edukasi literasi keuangan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja karyawan di perusahaan Anda seperti halnya Google? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] sesukses Ria Ricis atau Atta Halilintar adalah bagaimana hitung-hitungan iklan yang berlaku di Google. Kok Google? Iya, kan Youtube ini punyanya Google. So, kalau mau jadi content creator di Youtube, […]