Jika membicarakan pengeluaran keluarga, selain dana pensiun, dana pendidikan adalah porsi yang signifikan. Pastinya, setiap orangtua ingin memberikan akses pada pendidikan terbaik untuk putra-putrinya. Sayangnya, biaya pendidikan di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dengan tingkat inflasi yang cukup fantastis pula. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan.
Menyiapkan dana pendidikan bukan berarti Anda harus mengorbankan kebutuhan lainnya seperti dana pensiun, aset aktif, dana modal usaha dan lain-lain. Jika Anda ingin memastikan bahwa dana pendidikan putra-putri Anda terpenuhi dengan baik dan siap pada waktunya, hindari 5 kesalahan berikut:
1. Tidak memulai sejak dini
Seperti dana pensiun, dana pendidikan termasuk tujuan finansial yang memiliki jangka waktu fixed alias tidak dapat ditunda. Semakin bertambah usia anak, maka semakin berkurang waktu yang Anda miliki untuk mempersiapkan dana pendidikannya. Berinvestasi lebih awal memberi lebih banyak waktu agar uang Anda bekerja dengan maksimal. Coba pertimbangkan 2 contoh pada grafik dibawah ini.
Keduanya memberikan ilustrasi jika Anda berinvestasi sejumlah total 102 juta pada produk dengan asumsi imbal hasil 10% per tahun. Yang membedakan, pada Garis Merah, investasi dilakukan sebesar 500 ribu per bulan selama 17 tahun atau sejak anak lahir sedangkan pada Garis Biru, investasi dilakukan sebesar 2,125 juta per bulan saat anak berusia 12 tahun atau ketika anak lulus SD.
Dengan nilai total yang sama, investasi yang dilakukan sejak anak lahir atau investasi dengan jangka waktu lebih lama menghasilkan total dana sebesar 266 juta, sedangkan investasi yang dilakukan setelah anak lulus SD menghasilkan 164 juta.
Menyiapkan dana pendidikan memang bukan perkara mudah, terutama diawal masa membangun keluarga karena Anda punya banyak tujuan finansial lainnya seperti dana rumah, dana mobil, dana melahirkan dan lain-lain. Namun, semakin awal Anda memulainya, walaupun dengan jumlah yang belum maksimal, semakin banyak waktu untuk uang Anda untuk bekerja dan mencapai hasil maksimal.
2. Menggunakan referensi masa lalu
Kebanyakan orangtua yang saya temui seringkali menggunakan pengalaman pribadinya sebagai referensi dalam mendidik putra-putrinya. Sayangnya, berkaitan dengan tujuan finansial, referensi ini dapat merugikan Anda karena ada faktor inflasi yang harus dipertimbangkan.
Inflasi secara sederhana adalah kenaikan harga barang dan jasa, termasuk biaya pendidikan. Di Indonesia, angka inflasi terbilang cukup tinggi sehingga jika Anda menggunakan referensi pengalaman Anda dan tidak membandingkan target dana yang ingin Anda capai dengan data aktual dan memperhitungkan faktor inflasi, besar kemungkinan dana yang Anda siapkan tidak dapat memenuhi kebutuhan biaya pendidikan putra-putri Anda.
Perhatikan tabel dibawah ini.
Sebuah perguruan tinggi terkemuka di Bandung, pada tahun 2000 membutuhkan biaya sebesar 12 juta untuk 4 tahun kuliah, namun pada tahun 2016, perguruan tinggi yang sama mengenakan biaya sebesar 80 juta untuk 4 tahun kuliah. Artinya, kenaikan biaya pendidikan atau inflasi sekolah tersebut adalah sebesar 13% per tahun. Dengan asumsi inflasi yang sama, pada tahun 2022, biaya tersebut naik menjadi 162 juta, tahun 2025 menjadi 232 juta dan seterusnya.
Semakin panjang jangka waktunya, kebutuhan dananya semakin besar. Dalam menyiapkan dana pendidikan, semakin tinggi asumsi inflasi yang Anda gunakan, semakin tinggi pula target dana yang harus Anda capai. Walaupun terlihat berat, jika Anda berhasil mencapainya, kebutuhan dana pendidikan Anda akan terpenuhi dengan baik.
3. Salah membeli produk
Tidak dapat dipungkiri bahwa istilah pendidikan banyak dimasukkan ke dalam strategi pemasaran berbagai macam produk untuk meningkatkan daya jualnya. Hal ini berlaku juga untuk berbagai macam produk keuangan seperti asuransi dan tabungan.
Tidak ada yang salah dengan produk-produk semacam ini selama Anda sebagai konsumen mengerti isinya dan membelinya karena sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan yang ingin Anda siapkan. Sayangnya, prakteknya tidaklah demikian. Banyak orang langsung membeli produk semacam ini hanya karena ada kata pendidikan di dalamnya tanpa memahami skema produknya dengan detil.
Gawatnya lagi, mereka mengandalkan sepenuhnya produk tersebut mampu menjamin bahwa dana pendidikan yang mereka butuhkan nantinya akan terpenuhi dengan baik tanpa memonitor dan membandingkan hasil investasi atau tabungannya dengan kondisi aktual biaya yang dibutuhkan.
Dalam perencanaan keuangan yang baik, produk keuangan melayani tujuan finansial Anda, bukan sebaliknya. Pahami dulu kebutuhan dan kemampuan finansial Anda baru kemudian mencari dan membeli produk keuangan yang sesuai. Jika Anda sudah terlanjur memiliki produk semacam ini, segera periksa isinya dan pastikan bahwa produk tersebut benar-benar dapat membantu Anda menyiapkan dana pendidikan dengan baik.
4. Berhutang
“Apakah Anda ingin menyiapkan dana pendidikan putra/putri tercinta? Ingin memastikan buah hati mendapatkan pendidikan di sekolah terbaik? Kami punya solusinya untuk Anda. Kredit tanpa agunan dari bank kami memberikan bunga ringan dan proses mudah.”
Apakah Anda memperhatikan bahwa iklan semacam ini semakin sering muncul di radio atau majalah? Sama seperti produk keuangan dengan embel-embel kata pendidikan, penawaran hutang pun mulai menggunakan atribut pendidikan karena berhutang merupakan solusi yang paling sering diambil orangtua ketika mereka butuh dana segera untuk memenuhi kekurangan atau kebutuhan dana pendidikan.
Sayangnya, banyak pihak yang akan mengambil keuntungan dari ketidaksiapan para orangtua menyediakan dana pendidikan sehingga mulai bermunculan promo-promo semacam ini terutama menjelang tahun ajaran baru. Ada pula perusahaan-perusahaan start-up yang ikut mengisi celah dengan menyediakan produk mirip student loan yang umum digunakan orangtua di Amerika. Pinjam sekarang, membayar nanti ketika anak sudah bekerja atau lulus.
Terdengar menggiurkan? Tahukah Anda jika bunga pinjaman semacam ini tinggi sekali? Dan, walaupun ada jangka waktu minimal 2 tahun untuk membayar pinjaman Anda, perhitungan bunganya dimulai dari tanggal Anda meminjam dana.
Idealnya, kemampuan mencicil hutang diperhitungkan dengan penghasilan Anda hari ini, bukan penghasilan masa depan karena kita tidak pernah mampu menjamin kemampuan finansial kita dimasa yang akan datang akan mulus sesuai rencana.
Jika berhutang memang solusi yang harus Anda ambil dan tidak ada lagi pilihan lainnya, bijaklah memilih sumbernya dan pastikan Anda memiliki rencana matang bagaimana membayar cicilannya. Periksa dengan seksama tingkat bunga dan jangka waktu agar tidak membebani anggaran rutin Anda secara berlebihan.
5. Tidak berdiskusi dengan anak
Pada usia berapakah Anda mulai melibatkan pendapat anak ketika memilih sekolah? Pada umumnya, diskusi dan keputusan mengenai hal ini baru akan diambil kemudian ketika anak sudah mendekati jenjang yang dimaksud, namun hal ini sangat mempengaruhi besarnya dana pendidikan yang Anda siapkan.
Berikut contoh biaya pendidikan tinggi di beberapa universitas terkemuka di Indonesia pada tahun 2016.
Sebagai contoh, jurusan kedokteran pada beberapa universitas negeri menunjukkan biaya pendidikan yang sangat berbeda. Demikian pula mengenai jurusan. Ada beberapa jurusan yang hanya ditawarkan oleh universitas tertentu sehingga Anda tidak memiliki banyak pilihan.
Hal-hal ini tentunya sangat mempengaruhi keputusan Anda dalam memilih universitas tujuan. Ada baiknya Anda melibatkan anak dalam berdiskusi agar universitas yang dipilih sesuai dengan kemampuan finansial Anda. Penting juga untuk diingat bahwa biaya pendidikan bukan satu-satunya komponen dalam pendidikan tinggi.
Ada biaya hidup jika anak Anda nantinya akan tinggal terpisah di kota lain dan ada pula biaya penunjang lainnya seperti biaya buku, komputer dan lain-lain. Akan lebih baik jika dana pendidikan yang Anda siapkan dapat pula digunakan untuk memenuhi sebagian biaya lain-lain tersebut. Tidak ada salahnya memberi pengertian pada anak mengenai kemampuan finansial Anda dalam membiayai pendidikan mereka terutama jika ada komponen hutang di dalamnya.
Kesimpulannya, mempersiapkan dana pendidikan anak bukanlah perkara mudah. Diperlukan proses perencanaan keuangan yang baik dan cermat agar dana yang tercapai sesuai dengan kebutuhan Anda nantinya. Hindari 5 kesalahan diatas dan pastikan Anda memulai sedini mungkin agar tersedia cukup waktu bagi uang Anda untuk bekerja dan berkembang dengan maksimal. Semoga berhasil!
Yasmeen Danu, CFP®/QM Planner