Saat ini, kota-kota besar memang menawarkan peluang yang lebih banyak dibandingkan daerah di sekitarnya. Hal inilah yang mendasari seseorang untuk pergi meninggalkan kampung halamannya. Bagi yang sudah menikah, terkadang anak dan suami/istri pun rela ditinggal, sehingga terpaksa tinggal berjauhan di dua kota yang berbeda.
Tentunya banyak pertimbangan yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Misalnya saja, istri sudah nyaman dengan profesinya, baik bekerja maupun memiliki usaha sendiri di daerah asal. Adanya support orangtua untuk mendampingi membesarkan anak-anak juga bisa menjadi pertimbangan. Hal lain adalah biaya hidup keluarga di kota yang baru (apalagi di kota besar) dibandingkan dengan tinggal di daerah asal. Kadang, ada pula pertimbangan kondisi orangtua yang sudah semakin tua dan tidak ada yang menemani, dan sebagainya.
Pindah ke tempat baru dengan membawa serta keluarga bukanlah hal mudah. Tingginya biaya hidup di kota besar seringkali mengharuskan suami maupun istri untuk bekerja. Sementara bagi pasangan muda, terutama di kota besar seperti Jakarta, mendapatkan asisten rumah tangga (ataupun baby-sitter) merupakan momok yang menakutkan. Sudahlah tidak mudah mendapatkan yang cocok dan bisa dipercaya untuk mengasuh anak-anak, kalau sudah ketemu yang cocok pun, bisa tiba-tiba berhenti bekerja karena satu dan lain hal.
Pernah memperhatikan sindrom setelah libur Lebaran? Banyak ibu bekerja yang mengeluhkan asisten rumah tangga yang belum kembali dari kampung halaman atau yang tidak ada kabarnya, padahal para ibu ini sudah harus kembali bekerja. Nggak heran, seorang rekan kerja saya bilang, ternyata ditinggal asisten rumah tangga lebih galau daripada diputusin pacar, hehe..
Memang, tinggal di dua kota yang berbeda membuat kita harus sedikit berkorban. Kangen dengan keluarga tentunya tidak terelakkan, dan sebagai solusinya, frekuensi ‘pulang’ tentunya lebih sering, misalnya satu atau dua bulan sekali. Namun, dari sisi pengeluaran, biaya ini bisa jadi memberatkan, terutama apabila jadwal pulang bersamaan dengan long weekend atau musim liburan. Jangan khawatir, dengan perencanaan keuangan yang baik, ini bisa diatasi, kok.
Nah, berikut ini adalah beberapa tips agar kondisi keuangan kita terencana dengan baik, keluarga nyaman dan kita pun tetap tenang bekerja, walaupun sementara ini harus terpisah jarak.
Tips yang terpenting adalah jaga KOMUNIKASI dengan pasangan, termasuk mengenai kondisi keuangan keluarga.
1. Pahami kondisi keuangan keluarga, sepakati bersama tujuan keuangan dan pembagian peran
Pastikan kamu dan pasangan memahami dengan baik mengenai kondisi keuangan keluarga, serta telah menyepakati tujuan keuangan bersama.
Untuk rumah tangga di dua kota yang berbeda, biasanya pos pengeluaran yang cukup besar adalah biaya perjalanan pulang (atau berkunjung). Rencanakan dengan baik, termasuk apabila memang budgetnya terbatas, usahakan waktu bepergian tidak bersamaan dengan musim liburan.
Biaya yang juga mungkin terjadi karena tinggal berjauhan adalah biaya komunikasi, misalnya telepon. Untunglah kecanggihan teknologi sudah sangat membantu, sehingga biaya ini bisa ditekan, misalnya dengan penggunaan Whatsapp, Skype, Facetime dan sebagainya.
Walaupun tinggal berjauhan dengan pasangan, pastikan komunikasi tetap berjalan dengan baik dan ada pembagian peran yang jelas dalam pengelolaan keuangan mulai dari pengeluaran, pembayaran cicilan, menabung dan berinvestasi untuk mencapai tujuan keuangan, ya!
2. Akses ke dana darurat
Dana darurat adalah hal yang mutlak diperlukan, dengan besaran bervariasi mulai dari 4 hingga 12 kali pengeluaran bulanan, sesuai dengan kondisi keluarga. Biasanya, dana ini disimpan dalam bentuk tabungan, deposito maupun emas. Nah, ketika kamu dan pasangan tidak tinggal di kota yang sama, pastikan kalian berbagi akses ke dana darurat ini.
3. Asuransi kesehatan
Apabila pasangan tidak tinggal di kota yang sama, tentunya ketika terjadi kondisi anak harus dirawat di rumah sakit, pasti akan jauh lebih banyak hal yang harus ditangani. Karenanya, pertimbangkan untuk menggunakan sistem cashless, agar lebih praktis. Pastikan pula kelengkapan administrasi misalnya kartu peserta asuransi dan berkas-berkas yang diperlukan mudah diakses. Jangan sampai ketika dalam keadaan darurat anak harus masuk rumah sakit, namun kartu peserta asuransi dan berkas-berkas yang diperlukan ternyata berada di sang ayah yang tinggal di kota yang berbeda.
Nah, mudah-mudahan dengan beberapa tips tersebut, kamu dan keluarga yang sementara ini harus tinggal berjauhan bisa terbantu, ya! Semoga bermanfaat!
Syaiful Anwar / Finance Officer