Menjadi Pembelajar Sejati ala Rahmi Salviviani
Bagi Anda yang tinggal di Pekanbaru, tentu sudah tidak asing lagi dengan Taman Kanak-Kanak (TK) Alifa Kids. TK besutan Rahmi Salviviani ini awalnya didirikan untuk kembali berkegiatan setelah tidak lagi bekerja dan melahirkan anak pertamanya yang bernama Alifa. Bisa ditebak, nama TK ini diambil dari nama anak pertamanya.
Di tahun 2008, Vivi – panggilan akrabnya – mendirikan cabang pertama TK Alifa Kids di Pekanbaru. Kini sudah ada 12 cabang TK Alifa Kids yang tersebar di tiga kota besar. Penasaran bagaimana Vivi membesarkan bisnisnya? Kita ikuti ceritanya yuk!
Hai Vivi, bisa diceritakan bagaimana kisah awal mula TK Alifa Kids berdiri?
Setelah tidak bekerja lagi dan anak pertama lahir, di usia 3 bulan, saya berpikir untuk kembali punya kegiatan. Pendidikan adalah kecintaan saya sejak SMU. Kala itu ada kesan bahwa menjadi pendidik itu ga keren. Tapi saya tetap mengikuti kata hati.
Tak pernah terbayangkan membuka usaha pendidikan usia dini akan seperti ini hasilnya. Ternyata banyak hal berbeda yang saya temukan dalam pengelolaan dan cara pandang ddalam pendidikan ketimbang apa yang saya dapat ketika dahulu bekerja. Seolah pendidikan usia dini itu boleh ala kadarnya dan pelayanan terhadap anak dan orang tua cukup biasa-biasa saja.
Dari sini saya semakin menyadari banyak hal yang perlu diurus dalam pengelolaan pendidikan. Meski pendidikan sangat kental dengan nilai sosial namun bukan berarti boleh diurus ala kadarnya.
Apa kekhasan dan keunggulan TK Alifa Kids?
Alifa Kids menjadi sekolah pendidikan usia dini yang fokus dan percaya pada pentingnya pertumbuhan karakter dari dalam diri anak. Bukan digegas dengan berbagai kepentingan dan selera orang dewasa.
Karakter yang ingin dibangun di Alifa Kids adalah A.L.I.F.A (Amanah, Loyal pada Allah, Inisiatif, Fathonah, Adil). Semua rangkaian pembelajaran adalah dalam rangka menumbuhkan karakter diri ALIFA pada anak.
Keberadaan Alifa Kids sebagian besar hadir untuk para orang tua yang aktif berkegiatan. Daripada menghakimi para orang tua, Alifa Kids memilih untuk menjadi solusi atas kebutuhan mereka yang pastinya menginginkan tumbuh kembang anak mereka terjaga selama mereka berkegiatan.
Bagaimana perkembangan TK Alifa Kids hingga kini?
Hingga saat ini Alifa Kids sudah berjumlah 12 cabang yang tersebar di 3 kota: Pekanbaru, Palembang dan Bandung. Model pengembangan sebelumnya masih dalam manajemen kami. InsyaAllah 2018 ini Alifa Kids mulai melangkah membuka kerjasama dengan para mitra dalam bentuk franchise dengan standar internasional, bukan sekedar menjual merek. Kita ingin hal-hal baik yang sudah dilakukan 10 tahun ini diduplikasi di berbagai kota di Indonesia.
Bentuk kerjasama ini membantu calon mitra yang mempunyai minat dalam bidang pendidikan dan ingin memulainya secara profesional tanpa perlu melangkah dari nol dengan sistem dan pendampingan penuh yang telah kami siapkan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Alifa Kids?
Kekuatan di jasa pendidikan adalah kepuasan pelanggan dan pemenuhan atas janji yang diberikan. Demikian juga dengan apa yang Alifa Kids rasakan di 10 tahun ini. Siswa datang dari referensi para orang tua yang telah menjadi bagian dari Alifa Kids.
Alifa Kids juga memanfaatkan media online berupa website dan media sosial dalam berinteraksi dengan calon konsumen. Teknologi sangat membantu menyebarkan apa saja yang Alifa Kids miliki dan yakini, sehingga dapat menjangkau orang tua yang sudah merasa satu visi dengan Alifa Kids.
Kisah suka dan duka apa yang Mba Vivi alami selama membangun bisnis?
Hal yang paling menantang adalah pengelolaan SDM, terutama guru. Ini saya temukan sejak pertama kali menjalankan usaha ini. Saya menemukan bahwa kesadaran pendidik untuk bekerja profesional itu masih perlu ditumbuhkan. Menjadi seorang pendidik artinya adalah pilihan untuk belajar seumur hidup. Menjadi pendidik bukanlah pihak yang sudah tahu segalanya.
Mengajak rekan-rekan pendidik agar menjadi sosok yang terus relevan di mata anak didik dan orang tua benar-benar menantang. Ini sekaligus menjadi misi penting yang membuat Alifa Kids ingin menjadi bagian dari penggerak perubahan di pendidikan Indonesia.
Tantangan lainnya adalah mengajak orang tua untuk mengembalikan apa esensi pendidikan usia dini. Hal ini jadi penting di tengah tekanan orang tua untuk memiliki anak yang berprestasi secara akademis. Kita harus sama-sama sepakat bahwa prestasi bukan sebatas menang lombang, banyak piala, dan berada di panggung.
Ke depan, apa rencana Vivi untuk Alifa Kids?
InsyaAllah dengan hadir di Pulau Jawa, terbuka kesempatan untuk lebih mudah mengakses ilmu dan sumberdaya agar Alifa Kids bisa terus berbenah. Kami juga mengembangkan model kerjasama kemitraan franchise ini di beberapa kota sembari menemukan mitra-mitra yang bersedia bekerjasama jangka panjang dan menjalankan sistem yang sudah kami siapkan. Develop the new educationpreneur, InsyaAllah.
Selain mengelola Alifa Kids, Mba Vivi saat ini tergabung dalam tim business coach juga ya?
Saya banyak dibantu dan belajar dari berbagai komunitas. Salah satu yang saya dapatkan adalah kemampuan coaching membuat saya percaya bahwa manusia berdaya. Kemampuan yang juga dengan serius saya pelajari dan mendapat sertifikasi dari salah satu lembaga coaching yang besar di Indonesia. Dalam kelompok/ komunitas bisnis, kemampuan ini menjadi modal untuk sesama UKM saling memberdayakan dan sangat menyenangkan.
Dengan kesibukan mengurus bisnis, bagaimana Mba Vivi membagi waktu dengan suami dan dua orang anak Alifa Taqiya (10) & M. Faiq Alfatih (5)?
Suami saya, Satria Putra, turut aktif dalam usaha ini. Kami berdua ada dalam struktur tim kerja Alifa Kids. Kami bekerja dan digaji secara profesional. Di satu sisi, seru ketika suami menjadi partner kerja. Namun di sisi lain, kadang di rumah pun kami masih berdiskusi soal pekerjaan. Status sebagai partner kerja dan partner hidup pun kadang rancu. ☺
Saya percaya bahwa tak ada hidup yang seimbang, melainkan hidup dengan berbagai pilihan serta bertanggungjawab dengan pilihan tersebut. Akan ada sesi yang menjadi haknya keluarga, maka pekerjaan menunggu. Sebaliknya ada sesi di mana fokus saya di pekerjaan maka keluarga yang menunggu.
Anak-anak juga diberikan penjelasan tentang hal ini agar mereka tetap sadar bahwa kami mencintai mereka di tengah tanggung jawab menjalankan pekerjaan. Saya percaya bahwa apapun jenis pekerjaannya, kita hanya akan tampil terbaik jika pekerjaan tersebut dikerjakan dengan kehadiran lahir batin dan tanpa rasa bersalah.
Apa pesan Vivi untuk pembaca QM yang ingin membangun bisnis?
Membangun bisnis adalah sebuah pilihan. Di belakang pilihan, ada tanggung jawab yang melekat. Berbisnislah bukan karena tren ataupun merasa berada di posisi yang lebih berharga ketimbang peran lainnya. Peran terbaik adalah peran yang dilakukan dengan tanggung jawab 100%.
Siapapun yang memilih menjadi pebisnis sejatinya sedang memutuskan menjadi “pelayan” bagi orang lain: bagi tim, konsumen, dan negara. Ada kondisi mental dan kesadaran yang perlu dipersiapkan dengan rasional. Menjadi pebisnis juga merupakan peran dengan tanggung jawab untuk mau belajar berkali-kali lipat dibanding peran lain, menjadi pembelajar sejati. Karena kesalahan kecil bisa berdampak besar.
Inspiratif sekali cerita Vivi dalam membangun dan membesarkan TK Alifa Kids. Ternyata jadi pebisnis itu menuntut kita untuk terus belajar, menjadi pembelajar sejati. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Vivi!
Fransisca Emi | Financial Trainer
***
Tujuan Bisnis: BE+DO=HAVE
Dalam pelatihan-pelatihan bisnis yang dilakukan oleh QM Financial, seringkali kami menjumpai pemilik bisnis yang tidak mengerti arah tujuan bisnisnya sendiri. Padahal, pemilik bisnis adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan bisnis tersebut. Jadi pemilik bisnis perlu menentukan tujuan bisnis agar seluruh tim mengerti arah perjalanan bisnis itu sendiri.
Dalam perencanaan keuangan pribadi, lead trainer Ligwina Hananto dikenal dengan konsep ‘Tujuan Lo Apa’ untuk menetapkan tujuan finansial spesifik yang ingin dicapai seseorang. Dalam perencanaan bisnis, Ligwina Hananto mengenalkan konsep BE + DO = HAVE.
BE DO HAVE adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Erich Fromm, seorang psikolog yang berasal dari Jerman. Sebetulnya konsep ini tidak berhubungan langsung dengan penyusunan rencana bisnis. Dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1976, “To Have or To Be?” – Fromm menuliskan bagaimana manusia cenderung berkonsentrasi pada kebendaan (HAVE), sayangnya melupakan kondisi diri sendiri (BE). Pengertian kebendaan, upaya mencapai kebendaan, dan kondisi jiwa manusia ini dapat kita terjemahkan kembali menjadi logika yang runut sehingga mudah dipahami pemilik bisnis saat menyusun rencana bisnisnya.
HAVE
Have atau kebendaan dapat kita artikan sebagai TARGET. Target adalah hasil yang ingin dicapai dalam bisnis. Bisnis tak boleh dibiarkan ‘mengalir’ begitu saja. Harus ada target yang jelas, spesifik, dan bisa diukur.
Misalnya sebuah bisnis cookies premium home made ingin meningkatkan penjualan cookiesnya dari Rp10.000.000 per bulan menjadi Rp100.000.000 per bulan atau naik 10x lipat dalam jangka waktu 6 bulan. Dari pemaparan target ini, ada ukuran yang jelas berupa nilai omzet dan jangka waktu.
DO
Do atau upaya mencapai kebendaan dapat kita artikan sebagai STRATEGI. Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan? Strategi baru bisa kita susun jika ada target yang jelas, ada ukuran yang hendak dicapai.
Bagaimana cara mencapai target kenaikan omzet sebesar 10 kali lipat dalam jangka waktu 6 bulan? Misalnya pemiliki bisnis berencana memasang iklan di instagram dan menggunakan endorse selebgram.
BE
Be ini tentang kondisi diri si pemilik bisnis beserta karyawannya. Seperti apa kondisi diri pemilik bisnis dan karyawannya saat omzet naik 10 kali lipat? Selanjutnya, kira-kira seperti apa kondisi diri yang dibutuhkan untuk bisa mencapai nilai omzet tersebut?
Untuk memasang iklan di instagram dibutuhkan pengetahuan digital marketing. Untuk bisa menggunakan jasa selebgram pun kita harus punya koneksi. Jangan lupa ada faktor biaya yang cukup besar untuk menjalankan strategi ini. Apakah para karyawannya sudah memiliki kompetensi dan perilaku yang sesuai untuk mencapai target yang besar tersebut?
Dari penjelasan di atas, terlihat pentingnya memiliki ketiga elemen saat menyusun rencana bisnis. Ketiadaan salah satu elemen bisa menyebabkan ketidakseimbangan pengelolaan bisnis.
BE+DO=HAVE
KONDISI DIRI+STRATEGI=TARGET
Sudahkah bisnismu memiliki ketiga elemen tersebut? Mari mulai dengan mencari tahu kondisi diri seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis!
QM Admin –
Berbisnis atau Berdagang?
Sebuah usaha kecil dan menengah (UKM) biasanya dimulai dengan berdagang. Mereka bisa memproduksi barang atau jasa sendiri (sekaligus sebagai produsen) atau mengambil produksi pihak lain. Skala usaha ini ada yang kecil, ada juga yang besar. Ada yang dijalankan secara konvensional maupun digital. Semua bisnis dimulai dari berdagang. Tetapi ternyata tidak semua usaha dagang berkembang menjadi sebuah bisnis.
Sebuah bisnis mempunyai laporan keuangan yang tersusun rapi, terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Sebuah bisnis mampu menetapkan gaji atau komisi yang diterima pemiliknya, meskipun masih dalam jumlah yang kecil. Seorang pemilik bisnis bisa dengan mantap menyebutkan, tahun ini saya untung sebesar Rp100.000.000. Sebesar apapun volume usaha, saat kamu tidak mempunyai laporan keuangan keuangan, sesungguhnya kamu sedang berdagang.
Apa sih perbedaan berbisnis dan berdagang?
Berdagang
Saat berdagang, keuntungan didapat dengan mengambil barang atau jasa dengan harga lebih rendah, lalu menjualnya dengan harga lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kerja dagang ini, maka apa yang disebut ‘untung’ bisa jadi baru di level margin.
Margin adalah selisih antara omzet penjualan dengan biaya produksi. Perhitungan inilah yang lazim digunakan para pedagang. Tidak salah, hanya saja perhitungan seperti ini seringkali hanya menggunakan perhitungan uang kas masuk dan uang kas keluar. Kelemahannya, perhitungan ini sering gagal menghitung banyaknya ongkos yang tidak tercatat alias hidden cost.
Omzet penjualan – Biaya Produksi = Margin
Berbisnis
Dalam berbisnis, ada nilai tambah yang tercipta. Sebuah bisnis beroperasi dengan sebuah sistem. Agar sistem ini bisa bekerja dengan baik, maka ada biaya yang perlu diperhitungkan. Ada dua jenis biaya yang mencerminkan segala macam pengeluaran dari sebuah bisnis. Biaya variabel yaitu semua biaya produksi dan biaya penjualan. Besaran biaya variabel dipengaruhi oleh volume produksi dan penjualan. Jika jumlah produksi naik, biaya variabel juga ikut naik.
Sedangkan biaya tetap adalah semua biaya yang sudah ditetapkan untuk mendukung sistem kerja sebuah bisnis. Besar kecilnya produksi atau penjualan tidak mempengaruhi besaran biaya tetap. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa gedung, gaji pegawai tetap, listrik, air, dll.
Setelah memotong omzet penjualan dengan biaya variabel, pemilik bisnis tidak bisa serta merta mengambil semua margin yang didapat. Setelah dipotong biaya tetap, barulah pemilik bisnis dapat menikmati laba atau bahkan mengalami rugi.
Omzet penjualan – Biaya Variable = Margin
Margin – Biaya Tetap = Laba/Rugi
Jadi, ada di posisi manakah usahamu saat ini? Apakah kamu sedang berbisnis atau berdagang? Bawa usahamu naik kelas dengan mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis #FinClicBisnis, 19-20 April 2018 di Jakarta. Kamu bisa belajar membuat laporan keuangan dan membawa usaha dagangmu menjadi bisnis yang dikelola secara profesional. Daftar di sini atau Whatsapp ke 0811 1500 688 (NITA).
– QM Admin –
Memulai Usaha: Modalnya Dari Mana?
Sebagai karyawan yang bekerja di perusahaan penyedia training – khususnya di bidang edukasi finansial – saya sering bertemu dengan peserta training yang usianya sudah menjelang pensiun. Mayoritas mengatakan bahwa saat pensiun ingin memulai usaha.
Peluang Usaha Musiman: Menjual Kue Lapis Imlek Lewat Instagram
Sebentar lagi tahun baru Imlek tiba. Menjelang Imlek, biasanya muncul usaha musiman, salah satunya adalah hidangan khas Imlek. Kue lapis adalah salah satu hidangan khas saat Imlek. Katanya supaya di tahun baru, berkah dan rejekinya berlapis-lapis. Selain dinikmati sendiri di rumah oleh anggota keluarga, biasanya kue lapis juga menjadi hantaran kepada kerabat. Oleh karena itu, kebutuhan akan kue lapis meningkat tajam menjelang Imlek.
Hei Kamu Pemilik Bisnis UKM! Ayo Belajar Dari Kesaktian TIM SALES Berikut Ini
Apalah arti sebuah bisnis tanpa kesaktian Salesperson. Ini pekerjaan yang sering mendapat cemooh padahal tanpa kesaktian tenaga penjual, mati gaya lah semua bisnis! Kamu pemilik bisnis UKM harus belajar dari cerita yang saya dapatkan saat sedang menunggu pesawat di Bandara Adi Sumarmo, Solo.
related article: Tim Yang Solid
Hari itu saya bertugas di sebuah acara #TelkomselMyBusiness di Solo. Seperti biasa saya tandem dengan Mas Arbain Rambey. Beliau bicara tentang bagaimana tampilan visual bisa mendukung penjualan para pemilik UKM.
Selepas dari acara, kami buru-buru masuk mobil karena harus ke bandara mengejar pesawat ke Jakarta. Kami sampai di bandara tanpa kendala berarti. “Masih banyak waktu nih!” ucap saya waktu itu pada Pak Arbain dan tim yang mengantar kami. Maklum saya termasuk orang yang gelisah kalau mepet sampai bandara.
Setelah selesai check in bagasi, kami berjalan beriringan memasuki area tunggu Departure Gate. Saat itulah saya dan Pak Arbain, dicegat seorang perempuan.
“Silakan Mbak pijat refleksinya! Bisa kaki saja, tambah punggung juga bisa.”
Saya melengos saja. Saya suka pijat refleksi. Enak kayaknya ya dipijat sampai punggung. Tapi mau nunggu pesawat, apa cukup waktunya?
“Cuma 30 menit juga bisa kok Mbak.”
Hmmm. Si Mbak ini kok seperti membaca pikiran saya ya. Ah gak deh. Pesawat saya kan boarding sebentar lagi.
“Garuda masih 1 jam lagi kok Mbak. Jadi cukup waktunya untuk refleksi.”
Ah tapi biasanya tempat kayak gini yang pijat laki-laki. Aku malas.
“Kami ada tukang pijat perempuan juga kok Mbak. Cocok untuk hijaber.”
Eh gimana Mbak?
BERHASIL! Si Mbak yang tanpa ngotot berjualan jasa pijat refleksi ini berhasil menjual jasanya pada saya! Saya pun berbelok mengikuti si Mbak menuju area tempat pijat refleksi. Pak Arbain mengikut di belakang saya.
Selama dipijat, saya terus terpikir atas proses penjualan tadi. Cara si Mbak tadi berjualan sekilas terlihat biasa saja. Tapi sebetulnya dia sungguh SAKTI! Berikut ini kesaktian penjualan si Mbak yang patut kita contoh!
Paham Tentang Produk
Sebuah TIM SALES wajib mengerti produk yang sedang ditawarkan. Bagaimana pun juga, kegagalan berjualan akan dimulai dari kekurangan pengetahuan tentang produk dan jasa. Dalam kasus ini, si Mbak penjual mengerti sekali kalau pijat refleksi itu ada beberapa jenis. Ada yang suka pijat kaki saja, ada juga yang suka sampai ke punggung. Dalam 2 kalimat saja dia sudah menjelaskan jenis pijat tersedia tanpa perlu bunga-bunga.
“Silakan Mbak pijat refleksinya! Bisa kaki saja, tambah punggung juga bisa.”
Harga Bukan Segalanya
Perhatikan teknik jualan si Mbak. Tidak ada sekalipun dia menyebutkan berapa harga pijat refleksi yang sedang ditawarkan pada saya. Sudah pasti pijat refleksi di bandara itu lebih mahal dibandingkan dengan pijat refleksi dekat kantor saya. Tapi bukan itu yang penting. Saat itu saya berada jauh dari lokasi pijat refleksi langganan. Maka cara si Mbak berjualan fokus pada kenyataan bahwa situasi di bandara tidak mengijinkan pijat refleksi 1 jam penuh.
“Cuma 30 menit juga bisa kok Mbak.”
Riset Kebutuhan Pelanggan
Terakhir, ayo dengarkan apa kebutuhan pelanggan. Si Mbak paham betul bahwa situasi di bandara menyebabkan fokus utama pelanggannya adalah ‘jangan sampai ketinggalan pesawat’. Maka si Mbak membuat dirinya relevan dengan mengerti dan hapal jadwal penerbangan yang ada hari itu!
“Garuda masih 1 jam lagi kok Mbak. Jadi cukup waktunya untuk refleksi.”
Lebih daripada itu, si Mbak juga memperhatikan kebutuhan saya yang hijaber dan tidak mau dipijat laki-laki. Si Mbak berhasil mengepung saya – tanpa harus ngotot – dan mematahkan semua kata TIDAK yang terlintas di kepala saya! I was sold!
“Kami ada tukang pijat perempuan juga kok Mbak. Cocok untuk hijaber.”
Jadi gimana? Menurut kamu si Mbak tadi SAKTI gak? Kamu pemilik bisnis perlu banget kan sekarang juga bahas isi artikel ini dengan tim SALES di kantormu. Jangan lupa kalau sedang di Bandara Adi Sumarmo Solo, mampir ke pijat refleksinya ya!
Ligwina Hananto/ @mrshananto / Founder / CEO / Trainer/ Konsultan
related article: A Sales Person
Apakah kamu menghadapi kesulitan bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan?
Daftarkan BISNIS-mu untuk konsultasi dengan Ligwina Hananto.
Kontak WA 08111500688
Pengakuan Seorang Karyawan yang Juga Pemilik Bisnis: Ternyata Cari Uang itu Gampang, Simpannya yang Susah!
Percaya gak kalau cari uang itu gampang? Simpannya yang susah!
Ternyata. Ini hal terkeren yang saya pelajari dari salah satu teman saya minggu lalu.
Apa mata pencaharian kamu? Nah ternyata ini gampang. Cari uang itu dengan mata pencaharian tadi. Kamu mungkin seorang karyawan. Mungkin juga kerja sendiri – freelance, ambil proyek sana sini. Atau kamu memiliki sebuah bisnis. Atau kamu sedang dagang? Apa pun itu, artinya kamu sudah punya penghasilan! Selamat!
related article: Pentingnya (Belajar) Menghasilkan Uang
Tapi ternyata bagian ini gampang. Mau punya berapa setiap bulan? Rp1.000.000? Rp10.000.000? Rp100.000.000? Atau Rp1.000.000.000? Yang akan jadi masalah adalah bagaimana memastikan uang itu ada yang tersimpan!
“Cari uang itu gampang. Simpannya yang susah!”
Begitulah pengalaman seorang teman saya. Saya sampai meminta ijin agar boleh menuliskan pembicaraan kami di suatu sore minggu lalu.
Teman saya ini – sebut saja namanya Citra*. Ia bekerja di sebuah bank asing. Punya posisi cukup tinggi lho. Selain itu, Citra juga punya hobi memasak. Citra termasuk orang yang sangat peduli kesehatan – maka masakan yang ia hasilkan juga sangat khusus, makanan sehat! Dari hobi memasak ini Citra berhasil membuat sebuah usaha kecil, dari rumah, catering makanan sehat. Jadi soal penghasilan, gak ada masalah dong!
Tapi ternyata urusan pengeluaran Citra punya masalah. Sebagai seorang single mother, Citra menanggung semua pengeluaran keluarganya. Keluarga ini ternyata cukup besar. Ada 2 anak remaja dan ibunda yang sudah sepuh tinggal bersama mereka. Citra belum punya rumah di usia lewat 40 tahun. Sehingga buat Citra, setiap tahun adalah perjuangan untuk mengumpulkan dana uang sewa tahun berikutnya.
related article: Atas Nama Cinta
Saya mengusulkan agar Citra melakukan beberapa hal berikut:
Mencatat Pengeluaran Seminggu
- Ini adalah salah satu alat yang dapat memetakan ke mana perginya uang kita. Ini bukan sebuah kegiatan menyenangkan yang inspiratif. Tetapi ini sangat diperlukan untuk kita yang merasa gak bisa menabung dan bingung ke mana uang kita pergi.
- Coba catat apa saja pengeluaranmu dalam satu minggu, Senin sampai Jumat dan Sabtu sampai Minggu. Bagi jenis pengeluaran dalam 4 kategori: menabung atau investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin dan pengeluaran lifestyle. Perhatikan bagian mana yang menurutmu gak penting dan perlu disunat!
- Ini menyebalkan tapi penting. Berapapun penghasilan yang Citra dapatkan dari pekerjaan utama di bank dan dari bisnis kecilnya tidak akan jadi apa-apa jika Citra tidak punya kendali pada pengeluarannya.
Memisahkan Keuangan Pribadi Dengan Keuangan Bisnis
- First rule of business. Keuangan pribadi dan bisnis harus terpisah. Penghasilan bisnis digunakan untuk pengeluaran bisnis. Penghasilan pribadi untuk pengeluaran pribadi. Jadi mulai saja dulu dengan memiliki dua rekening yang berbeda sehingga lalu lintas uang terlihat dengan jelas. Setelah itu bagian Citra untuk bisa patuh menggunakan uang apa untuk pengeluaran apa.
Siapkan Target Usaha
- Biasanya Tujuan Finansial itu disiapkan untuk keuangan pribadi. Misalnya punya tujuan dana pendidikan dan di kasus Citra tujuan dana sewa rumah. Nah sekarang saatnya bisnis pun diberi target supaya dapat memberikan manfaat pada keuangan pribadi! Jadi bisnis makanan sehat Citra sekarang punya peran, harus bisa mengumpulkan uang yang bisa digunakan keluarga Citra untuk sewa rumah tahun depan!
Penutup pembicaraan kami cukup nyelekit. Kalimat berikut datang dari mulut Citra sendiri.
“Win, ngapain punya bisnis kalau gak ada hasilnya ya?”
Ternyata Citra mulai sedih. Ia mulai merasa bisnisnya ini hanya nambah repot saja. Semua plus plus setiap bulan hanya bisa untuk membiayai ongkos produksi dan gaji karyawan. Sementara dirinya sebagai pemilik gak pernah merasa dapat apa-apa. Ini sungguh kenyataan pahit. Saya paling sedih kalau sebuah bisnis harus tutup. Ayo semangat Citra, sekarang saatnya bisnismu punya target peran dalam keuangan pribadimu.
Menurut kalian, apakah Citra perlu menutup bisnisnya?
Berikan jawaban kamu untuk menyemangati Citra dengan mention saya di Twitter dan Instagram lewat akun @mrshananto ya.
Ligwina Hananto/@mrshananto/ Founder/CEO/ Trainer/Konsultan
related article: Plisss… Jangan Sampe Bangkrut!
Apakah kamu menghadapi kesulitan bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan?
Daftarkan BISNIS-mu untuk konsultasi dengan Ligwina Hananto. Kontak WA 08111500688 |
Nilam Sari, Inspirasi Dari Pengusaha Kebab Baba Rafi
Nilam Sari @nilambabarafi menikah dengan Hendy Setiono dan dikaruniai 3 orang anak. Tahun 2003, saat Nilam masih kuliah di Surabaya, mereka mengawali bisnis dari sebuah gerobak di pinggir jalan. Kini, bisnis Nilam dan Hendy telah berkembang pesat menjadi 1200 outlet di 8 negara.
Buat Apa Punya Dana Darurat?
“Kalau udah punya penghasilan sendiri, jangan boros-boros. Uangnya ditabung, dikumpulin sedikit-sedikit, disimpan di deposito atau dibelikan emas, biar kalau kenapa-kenapa, kamu punya pegangan.”