Pengantin Baru, Lakukan 5 Langkah Mengatur Keuangan Ini!
Selamat menempuh hidup baru! Begitu akad ataupun janji perkawinan telah diucapkan, maka saat itu pula, sepasang laki-laki dan perempuan menjadi keluarga baru, menjadi pengantin baru. Bahagia, pastinya. Bayangan “live happily ever after” semakin jelas di pelupuk mata.
Begitulah yang sering terjadi. Apalagi dengan persiapan yang menguras energi dan akhirnya bisa menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah, kadang bikin sang pasangan pengantin baru ini lupa bahwa ada banyak hal lain yang lebih penting untuk segera dipikirkan setelah pesta.
Yah, memang. Kadang hidup setelah menikah itu malah dilupakan, padahal justru di situlah awal hidup yang sebenarnya. Banyak PR yang harus segera dipikirkan agar ke depannya hidup kita jadi terjamin.
Sudah bagus kalau pesta pernikahannya enggak pakai utang. So, tinggal menata saja mau gimana hidup ke depannya. Lah, kalau masih menyisakan utang? Ya berarti harus segera dibereskan! Jadikan sebagai top priority, begitu hidup berpasangan sudah mulai.
So, yuk, segera moveon dari pesta-pesta dan juga honeymoon-nya. Segera bersiap untuk menghadapi tantangan baru sebagai pasangan pengantin baru–sepasang suami istri yang sama-sama belajar dari nol lagi.
5 Langkah Mengatur Keuangan Pengantin Baru
1. Bangun komunikasi
Segera luangkan waktu untuk ngobrol berdua soal kondisi keuangan masing-masing. Malahan ya, ngobrol berdua ini sebenarnya sih sudah harus dilakukan sebelum menjadi pengantin baru sih.
Tapi, kalau memang baru sekarang bisa dilakukan, ya enggak masalah. Enggak pernah terlambat untuk tujuan baik kan?
So, segera ajak pasangan kamu untuk mulai ngobrolin uang. Mulailah dari saling terbuka dengan penghasilan masing-masing, apakah ada utang di antara kalian, sudah punya aset apa saja, punya mimpi dan cita-cita apa ke depannya, pengin hidup seperti apa, dan seterusnya.
Jangan khawatir, meski bahasannya serius, tapi sebagai pengantin baru, kalian pasti masih bisa membawa romansa romantis dalam obrolan kalian. Percaya deh. Jadikan sesi ngobrol keuangan ini menjadi salah satu agenda wajib yang rutin dilakukan. Bisa kalian agendakan sambil dinner berdua, atau sambil jalan-jalan, rekreasi, dan sebagainya. Atau mau di rumah saja pas weekend juga bisa kan?
2. Rumuskan tujuan keuangan bersama
Nah, langkah kedua ini lantas menjadi follow up dari ngobrolin soal cita-cita. Bisa jadi, kalian sebagai pengantin baru punya cita-cita dan visi yang berbeda, dan baru ketahuan sekarang.
Enggak masalah, balik lagi ke poin satu di atas: komunikasikan dan kompromikan.
Yes, it’s all about compromizing kok. Nggak ada yang nggak bisa dibicarakan kan? Apalagi kalau ngobrolnya sambil ngadem. Duh.
Jadi, apa yang kalian cita-citakan? Berapa lama lagi target kalian untuk mencapainya? Sudah punya cita-cita dan jangka waktu target, lalu rumuskan jalan menuju ke cita-cita.
Saran sih, sebagai langkah awal pengantin baru, buatlah dulu dana darurat keluarga. Ini adalah hal yang paling penting, dan yang paling mudah untuk dicapai lebih dulu. Baru setelah itu, apakah kalian pengin punya rumah pertama atau mau segera membuat dana pendidikan anak, tergantung pada hasil obrolan kalian.
3. Segera tentukan peran
Sebagai pengantin baru, nantinya kalian harus berbagi peran dalam rumah tangga. Jadi, segera putuskan, siapa membayar apa, siapa berkewajiban apa.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu adalah partner hidup. Sudah seharusnya kalian saling membahu agar bisa segera mewujudkan mimpi dan cita-cita yang sudah dibuat.
4. Buat anggaran
Mumpung masih pengantin baru, segeralah buat catatan pengeluaran keluarga. Kalian bisa membuatnya dengan excel di PC, atau dengan aplikasi smartphone yang sekarang semakin mudah diunduh dan digunakan. Atau mau pakai cara old school: dicatat di buku tulis.
Enggak masalah caranya mau gimana, yang penting kalian mesti punya catatan pengeluaran dan kemudian membuat anggaran untuk belanja sampai tiba waktunya ada penghasilan masuk lagi.
Jangan tunggu sampai minus, baru mencatat ya.
5. Evaluasi dan perbaiki terus
Evaluasi catatan keuangan itu penting, untuk mengetahui apakah ada yang perlu diperbaiki. Jika memang sudah dibagi tugas, siapa yang bertugas ini-itu, dan kamulah yang bertugas membuat catatan keuangan, maka partnermu pun harus tahu bagaimana kondisi keuangan kalian.
So, kebiasaan untuk mengobrol keuangan seperti yang disebutkan di poin pertama memang harus diteruskan, iya kan? Seenggaknya, kamu bisa mengajak pasanganmu untuk menganalisis, sisi sebelah mana yang harus kalian perbaiki dalam catatan keuangan tersebut.
Nah, gimana? Semoga dengan 5 langkah awal mengatur keuangan pasangan pengantin baru di atas, kamu dan pasanganmu bisa mendapatkan gambaran dari mana harus mulai ya? Kalau sudah mulai, maka seterusnya tentu akan lebih lancar.
Selamat menempuh hidup baru, sekali lagi! Semoga kamu bisa segera moveon dari ingar bingar pesta, dan segera bisa merencanakan hidup yang lebih baik lagi bersama pasanganmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Hobi Belanja Online? 5 Hal untuk Menyelamatkan Dompet dan Tabungan
Survive masa-masa promo belanja akhir dan awal tahun? Bisa menahan diri untuk belanja online, window shopping, pun scrolling feed Instagram online shop selama banjir diskon di akhir dan awal tahun kemarin?Selamat! See? Meski hobi belanja online, sebenarnya kita bisa kok mengendalikan diri, yes?
Yah, namanya juga sudah hobi, kegemaran untuk belanja online ini memang mesti dikendalikan. Ya bagus sih kalau memang punya tabungan untuk memanjakan hobi yang satu ini. Tapi kalau enggak? Wah, runyam juga.
Bagaimanapun, hobi memang rekreasi. Saat kita berbelanja–baik itu offline maupun online–otak akan mengeluarkan hormon kebahagiaan bernama endorfin dan dopamin. Hal inilah yang membuatmu merasa begitu happy dan content, setelah berbelanja. Apalagi sekarang belanja makin mudah, bisa dilakukan sambil rebahan di rumah kan? Nggak perlu pakai pergi bermacet-macet atau capek keliling mal. Tinggal jari aja dimainin, scroll sana sini di online shop atau marketplace. Nggak sadar tombol “masukkan ke keranjang” kepencet terus.
Terus abis checkout, tinggal menata hati aja, ketika ngecek saldo tabungan di rekening.
Makanya nih, hobi memang bikin hepi, tapi jangan lupa, kebutuhan hidup yang lain juga sangat penting. Apa kabar masa depan, kalau uang habis melulu gara-gara hobi belanja online?
Jadi gimana dong?
Ya, itu tadi, meski hobi belanja online, coba deh kendalikan diri. Boleh kok punya hobi belanja online, tapi juga harus ingat bahwa ada banyak kebutuhan lain yang juga penting untuk dipikirkan.
5 Langkah Kendalikan Diri untuk Kamu yang Hobi Belanja Online
1. Hanya beli yang benar-benar butuh
Lagi-lagi, kita mesti bertanya, apakah barang yang mau kita beli secara online itu benar-benar kita butuhkan atau sekadar keinginan semata?
Apalagi barang tersebut jenisnya sama dengan yang barang yang sudah kita miliki. Misalnya saja, mau beli baju di marketplace. Coba dicek dulu ke lemari, apakah kita benar-benar memerlukan baju yang ingin dibeli itu? Atau, sebenarnya kita cuma lapar mata saja?
Pertanyaan ini benar-benar bisa membantu kok, kalau memang kita butuh untuk mengingatkan diri sendiri. Tak terkecuali ketika kita sedang berusaha mengendalikan diri dari hobi belanja online.
2. Masukkan wishlist, enggak harus segera checkout
Nah, ini juga bisa dilakukan sih. Saya sendiri juga sering melakukannya. Nafsu belanja kadang memang luar biasa. Apalagi kalau habis gajian, atau invoice baru saja cair. Wah, berasa banget jadi #horangkayah.
Akhirnya window shopping, dan apa aja yang kelihatan lucu masuk deh ke keranjang belanja.
Well, salah satu “keuntungan” hobi belanja online dibanding belanja offline adalah kita enggak harus checkout saat itu juga, lalu bayar. Kita boleh kok, masuk-masukin barang ke keranjang, tanpa checkout. Beda dengan belanja offline. Begitu barang-barang masuk ke keranjang belanja atau troli, saat keluar dari toko atau supermarketnya, ya mestilah kita harus bayar.
Belanja online kan enggak. So, nanti, kalau memang “sudah waras”, sudah bisa mempertimbangkan mana yang memang butuh dan mana yang keinginan semata, bisa kok itu barang-barang kita hapus dari keranjang belanja.
(Lalu, diganti dengan barang-barang yang lain lagi)
3. Bikin buyer board
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk me-“reminder” diri sendiri ketika nafsu hobi belanja online mulai muncul adalah dengan bikin buyer board.
Sediakan satu media, bisa papan atau whiteboard, atau apa pun deh. Lalu tulis, atau tempelkan gambar/foto barang-barang yang kita punya. Tempatkan papan ini di tempat yang bisa kita lihat. Lalu, tuliskan alasan mengapa kita pengin punya atau membeli barang-barang tersebut, mengapa kita membutuhkannya, dan apa efeknya jika kita enggak memiliki barang tersebut.
Dari situ akan terlihat deh, barang itu urgent atau enggak untuk kita miliki. Biasanya sih, kita lantas sadar, ternyata barang itu enggak penting-penting amat. Seenggaknya, kita bisa menunda untuk membelinya.
4. Gunakan jurus hemat belanja
Kalau memang sudah diputuskan, bahwa barang yang kita incar itu urgent, penting banget, enggak bisa ditunda untuk dibeli, maka segera lakukan jurus hemat berikutnya.
Jurus hemat belanja online:
- Bandingkan harga satu toko dengan yang lainnya, marketplace satu dengan yang lainnya.
- Perhitungkan ongkos kirim. Kalau memilih toko yang satu kota dengan alamat pengiriman tentunya akan lebih hemat kan?
- Belanjalah bareng-bareng, misalnya satu kantor pesan di satu online shop yang sama biar bisa patungan ongkos kirim.
- Pergunakan kupon atau voucher yang kadang ditawarkan.
- Hati-hati jebakan belanja, misalnya seperti belanja 2 gratis 1. Kalau butuhnya hanya satu barang, ya belanjalah satu barang saja.
5. Ingat-ingat tujuan keuangan yang sudah kita rencanakan
Nah, ini sih biasanya juga manjur banget kalau dilakukan saat kita hendak mengendalikan diri dari hobi belanja online: ingat-ingat tujuan keuangan yang sudah kita rencanakan.
Kan sayang, kalau uang buat liburan ke luar negeri harus diambil hanya demi sepotong dua potong baju–yang sebenarnya kita masih punya banyak? Atau, kan sayang uang yang ditabung demi beli apartemen pertama harus berkurang demi belanja gadget terbaru terus?
Hayo, ingat-ingat lagi tujuan keuanganmu, dan pakailah ini sebagai senjata untuk mengendalikan diri.
Nah, itu dia beberapa jurus mengendalikan diri dari hobi belanja online. Mudah? Pasti enggak! Tapi, pasti bisa kamu lakukan jika kamu memang sudah punya niat yang kuat.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatur Keuangan Fresh Graduate dalam 7 Langkah
Akhirnya lulus kuliah juga, dan mulai bekerja! Setelah memberikan selamat pada diri sendiri–bahwa sekarang sudah bisa mandiri–kamu pun harus mulai bersiap untuk mengatur keuanganmu. Mengatur keuangan fresh graduate seperti ini memang agak tricky sih, kelihatannya. Lantaran sebelumnya mungkin kamu sepenuhnya disupport oleh orang tua, dan sekarang kamu harus mulai bisa memenuhi kebutuhanmu sendiri.
Tapi, yaqinlah, pasti bisa! Dengan kekuatan bulan, dan baca artikel ini sampai selesai.
7 Langkah Mengatur Keuangan Fresh Graduate
1. Tentukan tujuan keuangan
Sebagai pendatang baru di dunia kerja, mungkin akan ada fasenya kamu harus menraktir semua orang dengan gaji pertamamu. Ya, enggak apa, bolehlah. Kamu dapat pahala juga karena bikin orang lain senang, plus kamu akan dapat doa juga dari mereka supaya pekerjaan dan kariermu akan lancar.
Tapi, jangan berlarut-larut hura-hura unfaedah-nya ya. Kelar acara traktiran, kamu harus segera merencanakan beberapa hal demi mengatur keuangan. Sebagai fresh graduate, PR kamu banyak sekali.
Nggak usah bingung, mulailah dari menentukan #TujuanLoApa. Selalu mulai dari tujuan keuangan. Kamu pengin apa? Kamu pengin hidup seperti apa? Apa saja yang pengin kamu raih, cita-citakan, impikan? Jadikan hal-hal tersebut sebagai tujuan keuangan, dan kemudian tentukan target waktunya.
Setelah ada tujuan dan target waktu, maka kamu pun bisa merencanakan langkah demi langkah untuk mewujudkannya.
2. Punyai gaya hidup yang wajar
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat kita berusaha mengatur keuangan fresh graduate adalah gaya hidup yang kurang wajar. Seperti apa misalnya?
Coba lihat di artikel 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet ini. Itu hanya 7 di antaranya saja. Masih ada banyak “dosa” keuangan lain yang sering banget kita lakukan sebagai seorang fresh graduate.
Biasanya sih penyebabnya karena kita merasa masih muda, masih merasa punya waktu yang cukup untuk hura-hura hore-hore–yang ternyata malah berbuntut huru-hara.
Jadi, ayo disadari sejak awal, bahwa penting untuk punya gaya hidup yang sewajarnya. Dengan demikian, berapa pun gaji kamu, akan bisa dikelola dengan baik.
3. Punyai kebiasaan menabung
Menabung ini enggak secara otomatis menjadi kebiasaan setiap orang. Perlu perjuangan banget lo, untuk bisa mulai punya kebiasaan menabung.
So, kalau kamu mau gape mengatur keuangan fresh graduate, punyai kebiasaan ini sekarang juga.
Rasio tabungan yang ideal adalah 10% dari penghasilan. Ini persentase minimal. Kalau memang kamu belum banyak tanggungan, pun bisa memiliki gaya hidup yang wajar–dengan gaji UMR pun–kamu bisa menabung lebih dari itu.
4. Biasa mencatat
Kebiasaan mencatat pengeluaran ini juga merupakan kebiasaan yang kelihatannya sepele tapi malah sering pada malas melakukannya.
Padahal dengan mencatat pengeluaran–plus membuat anggaran berdasarkan catatan pengeluaran untuk bulan berikutnya–bisa membuat keuanganmu menjadi lebih terkendali lo.
So, untuk mengatur keuangan fresh graduate–yang mungkin sekarang gajinya juga belum seberapa–ada baiknya kamu mulai dengan mencatat pengeluaranmu dalam satu bulan. Lalu gunakan catatan ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya.
5. Bijak berutang
Mungkin kamu akan ditawari untuk apply kartu kredit pertamamu. Mungkin juga kamu akan mulai pengin liburan ke luar negeri, dengan menggunakan PayLater. Mungkin juga kamu akan pengin ganti smartphone baru, menggantikan smartphone lawas yang dibelikan oleh orang tua.
Yes, godaan untuk berutang akan semakin besar begitu kamu memiliki pendapatan sendiri. Jadi, bijaklah.
Berutang boleh, tapi kamu harus bijak mempertimbangkan–apakah utangnya produktif? Atau konsumtif semata? Bisa enggak misalnya keinginan kamu itu dibeli dari uang hasil tabungan? Jadi, memang kamu harus menabung dulu.
Ingat, kamu “hanya” punya porsi cicilan berutang maksimal 30% dari penghasilan ya. Jadi, be wise!
6. Belajar produk investasi
Jangan menunda investasi. Bahkan, berinvestasi seharusnya sudah kamu lakukan sejak kamu menerima gaji pertama. Tujuannya, sudah pasti untuk mewujudkan semua tujuan keuanganmu, seperti poin satu di atas.
Zaman sekarang, menabung untuk tujuan keuangan saja enggak cukup. Apalagi jika tujuan keuanganmu itu butuh jumlah uang yang besar. Pengin punya rumah pertama, misalnya. Kalau hanya mengandalkan menabung, keburu harga properti naik berkali-kali lipat.
So, langkah selanjutnya dalam mengatur keuangan fresh graduate adalah dengan mempelajari produk-produk investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Harus selalu ingat ya, no pain no gain, high risk high return.
7. Tambah pengetahuan literasi keuangan
Nah, sembari mewujudkan rencana-rencana yang sudah kamu susun, ayo, tambah lagi pengetahuan literasi keuanganmu.
Kamu bisa mendapatkannya dari banyak cara sih; baca buku, baca artikel online–seperti artikel-artikel di web QM Financial ini–dan sumber-sumber lain, juga bisa follow akun-akun media sosial yang sering bagi-bagi ilmu gratis seputar dunia keuangan. Kamu bisa follow akun Instagram QM Financial juga lo! Atau, kamu juga bisa ikut kelas finansial online.
Nah, sederhana saja kan ternyata, mengatur keuangan fresh graduate itu? Tapi, meski sederhana, kalau enggak segera kamu lakukan, maka ya akan memengaruhi masa depanmu juga lo.
Jadi, ayo segera mulai lakukan langkah-langkah mengatur keuangan fresh graduate di atas sekarang.
Semangat ya!
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Membuat Resolusi Tahun Baru yang Realistis
Bagaimana tahun barumu? Apakah kamu sendiri bisa memproyeksikan bahwa tahun ini akan menjadi baik untukmu, terutama dari segi keuangan? Sudah membuat resolusi tahun baru?
Belum? Kenapa? Masih bingung? Males karena toh nanti lama-lama juga lupa, seperti tahun-tahun sebelumnya?
Resolusi tahun baru memang sangat terdengar klise ya? Sepertinya juga hanya sekadar janji manis saja di awal tahun. Setelah tahun berjalan, sudah deh, lupa semua! Padahal resolusi tahun baru itu bisa jadi goals baik untuk hidup kita sendiri lo.
Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang-orang, hingga resolusi tahun baru mereka jadi sekadar janji manis adalah ketika mereka membuatnya, mereka enggak membuat resolusi tahun baru yang realistis.
Misalnya saja. Ukuran baju sekarang XXXL. Lalu penginnya tahun ini ukuran baju bisa menyusut, ke ukuran M. Niatnya sih bagus, tapi kurang realistis. Kecuali memang punya tekad kuat banget dan sudah punya rencana yang sangat matang, rasanya sangat mustahil bisa menyusutkan ukuran baju dari XXXL ke M.
Bukannya enggak mungkin tercapai, tapi ya kenapa enggak kita mulai dengan membuat resolusi tahun baru yang realistis saja dulu, supaya mudah kita menyusun rencana?
Begini caranya.
5 Langkah Membuat Resolusi Tahun Baru yang Realistis
1. Tujuan yang nyata
Selalu awali dengan #TujuanLoApa.
Buat kamu yang sudah lama follow QM Financial di media sosial, atau sering baca-baca artikel di situs ini, pasti sudah tahu apa arti jargon ini. Sudah hafal malah ya, karena setiap kali selalu disebut.
Kenapa? Ya karena semua hal yang ingin kita rencanakan itu akan baik adanya kalau diawali dengan membuat tujuan yang jelas. Begitu pula saat kita membuat resolusi tahun baru.
Jadi, tujuan keuanganmu tahun ini prioritasnya di mana?
2. Mulai dari langkah kecil
One step at a time.
Sudah siap mulai membuat resolusi tahun baru? Kamu bisa mulai dari hal yang paling sepele, tapi bisa membawa perubahan besar. Atau, kamu bisa mulai menyusun dari yang paling urgent atau prioritas.
Misalnya saja, kamu bisa mulai dengan mencatat pengeluaran. Ini langkah kecil kan? Tapi banyak orang yang sering malas atau lupa melakukannya. Padahal dengan langkah kecil ini, berbagai perubahan kondisi keuangan ke arah yang lebih baik bisa kamu usahakan lo.
Kalau yang top priority, misalnya saja, kembalikan pinjaman uang pada sahabatmu, atau saudara, atau keluarga. Mereka orang terdekatmu, dan dengan mengembalikan uang yang kamu pinjam, kamu juga baru saja melakukan usaha untuk memperbaiki hubungan baik kamu dengan mereka.
3. Tulis di tempat yang mudah dilihat kembali
Membuat resolusi tahun baru memang sepele, dan mudah terlupakan. Tapi hal ini terjadi, kalau resolusi tersebut hanya kamu buat dalam pikiranmu saja.
Kalau benar-benar pengin mewujudkannya, coba tuliskan apa saja resolusi tahun barumu lalu taruh di tempat yang mudah terlihat. Misalnya, ditulis di kertas lalu ditempelkan di kulkas dengan magnet. Biar semua orang di rumah juga tahu kalau kamu punya niat baik tahun ini, dan siapa tahu kan mereka bisa membantu?
Atau, kamu bisa membagikannya di media sosial, kalau kamu memang seorang social media junkies.
Yang pasti, dengan sering-sering melihatnya, maka kamu akan selalu ingat kalau kamu punya niat baik tahun ini.
4. Komitmen
Saat membuat resolusi tahun baru, maka itu berarti kamu sedang berjanji dengan dirimu sendiri. Pengin kan, jadi lebih baik di tahun ini?
Kalau iya, maka komitmen itu penting. Katakan pada diri sendiri, “Ini janji pada diri sendiri. Kalau bisa terpenuhi, maka diri sendiri juga yang akan mendapatkan hal baik serta keuntungannya.”
5. Siap untuk belajar
Sebagai salah satu langkah untuk mencapai tujuan, kamu harus siap untuk belajar. Karena pada prosesnya nanti, kamu pasti akan banyak menghadapi kesulitan dan rintangan. Dengan semangat belajar, kamu pasti bisa menyelesaikan semua masalah.
So, niatkan hati untuk belajar lebih baik. Belajar itu bisa di mana saja, dari mana saja, pada siapa saja kan? Bahkan bisa belajar dari kesalahan yang kita buat sendiri juga.
It’s ok untuk melakukan kesalahan, yang penting bisa jadi pelajaran untuk ke depannya. Ingat juga akan beberapa kesalahan keuangan yang sudah kamu lakukan di tahun lalu, dan perbaiki di tahun ini.
Nah, selamat membuat resolusi tahun baru ya! Yang penting, harus selalu ingat, bahwa setiap niat baik harus diiringi dengan doa.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Resolusi Tahun Baru 2020 untuk Kondisi Keuangan yang Lebih Sehat
Selamat tahun baru 2020! Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik dibandingkan tahun 2019 kemarin! Sudahkah kamu mereview bagaimana kondisi keuanganmu di 2019? Adakah yang ingin kamu perbaiki di tahun 2020 ini? Bisa jadi resolusi tahun baru yang oke tuh, kalau kamu punya rencana keuangan yang baik untuk dijalankan tahun ini.
Kalau kondisi keuangan kamu di tahun 2019 kemarin masih belum sehat, maka sekaranglah waktu yang tepat untuk menyusun resolusi tahun baru, agar kondisinya menjadi lebih baik. Enggak perlu muluk-muluk atau terlalu jauh kok.
Coba kamu simak saja 7 resolusi tahun baru, yang sudah dirumuskan oleh QM Financial berikut ini. Mungkin bisa memberimu ide, atau bisa saja langsung dimasukkan sebagai salah satu daftar resolusi tahun baru kamu.
7 Resolusi Tahun Baru untuk Kondisi Keuangan yang Lebih Sehat di Tahun 2020
1. Mencatat
Buat yang di tahun-tahun sebelumnya–enggak cuma di tahun 2019–malas mencatat kondisi keuangan, yuk, sekarang mulai ubah kebiasaannya.
Mulailah dari mencatat pengeluaranmu setiap hari, baik yang dengan uang cash maupun cashless. Punyai satu buku agenda khusus untuk mencatat, atau kamu juga bisa memanfaatkan aplikasi di smartphone kamu. Mana saja yang nyaman, boleh.
2. Punyai tujuan keuangan yang riil
Kalau kamu belum punya tujuan keuangan di tahun 2019, maka di tahun 2020 ini kamu seharusnya sudah mulai punya.
Apa sih yang pengin kamu capai? Tetapkan tujuan jangka pendek (< 5 tahun), menengah (5 – 10 tahun), hingga jangka panjang (> 10 tahun) versi kamu. Wujudkan mimpi-mimpimu, dan perhitungkan apakah kamu perlu biaya untuk mewujudkan semua keinginanmu itu.
Jadikan ini sebagai tujuan keuanganmu yang riil. Setelah kamu mempunyai tujuan, tentunya akan mudah untukmu membuat rencana untuk benar-benar mewujudkannya kan?
3. Punyai gaya hidup yang lebih baik
Barangkali kamu punya kebiasaan atau gaya hidup yang kurang sehat di tahun 2019?
Nah, ini waktu yang baik juga untuk mengubahnya. Termasuk jika kamu punya kebiasaan kurang sehat dalam hal keuangan.
Mungkin kamu mulai rajin lagi ke gym, supaya iuran membership-mu enggak sia-sia? Atau, misalnya saja, iya kamu sudah bisa menabung atau berinvestasi Rp500.000 per bulan di tahun 2019. Tapi kamu juga menghabiskan uang rata-rata Rp1.300.000 buat ngopi dan nongkrong setiap bulan.
Well, gimana kalau untuk tahun 2020 ini, kamu ubah kondisinya? Kamu menabung Rp1.300.000 setiap bulan, dan buat nongkrong, cukuplah dengan Rp500.000 saja?
Tentunya kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisimu secara riilnya ya. Yang pasti, buat dirimu sendiri lebih sehat tahun ini. Dengan begini, kamu juga akan lebih cepat mencapai tujuan keuanganmu yang sudah kamu tetapkan seperti di poin kedua di atas.
4. Bebas utang konsumtif
Lalu bagaimana dengan kondisi utang di tahun 2019? Apakah masih banyak utang konsumtif yang enggak perlu?
Yuk, perbaiki sebagai resolusi tahun baru di tahun 2020! Coba buka lagi review keuanganmu untuk 2019 yang lalu. Apa saja sih yang kamu beli dengan cara utang atau mencicil? Apakah barang tersebut memang kamu butuhkan, sedangkan harganya cukup mahal sehingga kamu perlu untuk berutang?
Atau kamu hanya pengin saja belanja? Karena ada promo cashback? Bisa belanja bonus planner?
Ubah kebiasaan belanja impulsif–apalagi dengan berutang–di tahun 2020 yuk!
5. Mulai/tambah aset investasi
Buat yang sudah mulai investasi di tahun 2019 kemarin, bravo! So, tahun ini, kamu harus bisa melanjutkan rencana investasimu. Bahkan, sebagai resolusi tahun baru, kamu bisa menambah aset investasi lagi.
Kalau kemarin sudah mulai dengan reksa dana, bagaimana jika tahun ini kamu mulai investasi saham?
Kalau seumpama, tahun kemarin kamu belum mulai investasi karena berbagai alasan, maka tahun ini juga tahun yang baik untuk mulai lo!
6. Belajar keuangan lebih banyak
Agar kondisi keuanganmu lebih baik di tahun 2020, maka ada baiknya juga kamu belajar lebih banyak lagi mengenai literasi keuangan.
Mungkin kamu bisa mengusulkan ke pihak HR di kantor tempat kamu bekerja untuk mengadakan pelatihan karyawan khusus untuk keuangan? Enggak cuma kamu sendiri kan yang bisa belajar. Belajar ramai-ramai itu seru banget lo!
QM Financial bisa banget menolong perusahaanmu untuk mengadakan training keuangan, agar karyawan semakin terampil mengelola keuangan pribadi masing-masing.
7. Tambah penghasilan
Nah, ini juga bisa menjadi salah satu resolusi tahun baru yang oke nih, demi kesehatan keuangan di tahun 2020.
So, kamu punya hobi apa? Kamu bisa mulai dari hobi kamu itu lo, untuk menambah penghasilan. Kelola waktu luangmu, biar enggak cuma nongkrong-nongkrong unfaedah doang. Siapa tahu, bisa buat nambah tabungan kan?
Nah, sudah ada 7 resolusi tahun baru untuk kondisi keuangan yang lebih sehat di tahun 2020. Kamu punya resolusi yang lain? Mau share dengan QM Financial? Boleh lo, langsung ditulis saja di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Yuk, Review Pengelolaan Keuangan Pribadi di Akhir Tahun 2019
Sebentar lagi, 2019 berakhir. Dan, kita akan segera harus menyambut datangnya 2020. How do you feel, gaes? Excited untuk tahun yang baru? Ataukah malah deg-degan? Lalu, bagaimana dengan pengelolaan keuangan pribadi kamu di tahun 2019 kemarin?
Apakah ada pertumbuhan yang baik? Sudahkah kamu melakukan semua rencana keuangan yang mungkin sudah kamu buat di awal tahun dulu? Ataukah, masih ada beberapa hal yang belum bisa optimal kamu lakukan?
Yes, akhir tahun begini memang menjadi waktu tertepat untuk melakukan review terhadap pengelolaan keuangan pribadi, dan keuangan keluarga jika kamu sudah berkeluarga. Kita lihat, apakah rencana-rencanamu sudah terlaksana dengan baik, tujuan finansialmu semakin dekat terwujud, ataukah kamu perlu melakukan beberapa perbaikan di tahun depan?
Lalu, apa saja yang harus direview? Mari kita lihat satu per satu.
Lakukan Review Pengelolaan Keuangan Pribadi Akhir Tahun terhadap 5 Hal Berikut!
1. Cash flow
Cek buku catatanmu. Seharusnya di sana tercatat 5 pos pengeluaran, yang terdiri atas cicilan dan tagihan, investasi, kebutuhan rutin, sosial, dan lifestyle. Adakah yang kurang seimbang di antara kelimanya?
Yang pasti sih, jika pengeluaran lifestylemu jauh lebih besar ketimbang investasi, maka ada baiknya kamu ulik lagi rencana anggaranmu untuk tahun depan. Masa sih, pengeluaran lifestyle rata-rata sampai Rp6 juta per bulan, sedangkan investasi kamu hanya bisa Rp500 ribu saja setiap bulan, misalnya? Seharusnya sih bisa lebih. Coba lakukan restrukturisasi pos pengeluaranmu ya.
Cek juga pendapatanmu, dan juga kalau perlu proyeksinya tahun depan. Apakah kamu masih saja merasa kalau gajimu cuma numpang lewat doang? Kalau iya, ya mesti kamu review dan cek lagi di catatan pengeluaranmu.
2. Kinerja Investasi
Sudah berinvestasi apa saja di tahun 2019 ini? Sudah bertambahkah portofolio kamu? Atau setidaknya, seberapa pertumbuhan nominalnya? Apakah positif? Atau, malah negatif?
Kinerja investasi yang negatif bisa jadi juga bukan kesalahanmu semata lo. Bisa juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi pasar modal yang sangat fluktuatif di tahun ini, salah satunya.
Meski demikian, kamu tetap bisa melakukan review terhadap pengelolaan investasinya. Dengan kondisi yang penuh kejutan seperti itu, apakah kamu perlu untuk melanjutkannya di tahun depan, ataukah perlu mengganti produk investasimu?
Untuk hal ini, kamu sendiri yang tahu ya. Jadi, lakukan review dengan saksama, karena uangmu adalah tanggung jawabmu pribadi. Bukan tanggung jawab manajer investasi, bukan tanggung jawab financial planner-mu, bukan pula tanggung jawab perusahaan sekuritas.
Apalagi kalau setahun ini kamu sudah ikut kelas-kelas finansial online QM Financial. Pastinya pengetahuanmu seputar investasi bertambah dong, sehingga kamu pasti bisa melakukan review akhir tahun dengan baik.
3. Aset
Sudah bertambah aset apa saja tahun ini? Apakah aset yang sudah kamu miliki sekarang ini mampu memberimu pendapatan tambahan?
Jika belum, mungkin nggak nih menambah aset di tahun 2020 yang dapat memberimu pemasukan sampingan?
Jangan sampai kamu terlalu banyak membeli aset yang justru menggerogoti kesehatan keuanganmu lantaran kamu membelinya dengan berutang, tapi tidak bisa menambah positif neraca keuanganmu. Kalau banyak yang begini, mungkin tahun depan kamu harus banyak-banyak mempertimbangkan setiap kali bernafsu untuk membeli sesuatu, kebutuhankah atau sekadar keinginan?
4. Rasio Kesehatan Keuangan
Seharusnya sih aset-asetmu bisa menutup rasio utang yang kamu punya. Kalau enggak, ya berarti harus dicek lagi nih rasio kesehatan keuanganmu, sebagai bagian dari review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun.
Kamu pasti sudah tahu kan, bahwa ada 3 rasio kesehatan keuangan, yaitu rasio cicilan utang, rasio menabung atau investasi, dan rasio likuiditas. Lakukan review terhadap keuanganmu di tahun 2019, apakah ketiga rasio itu sudah terpenuhi dengan baik.
Kalau belum, segera buat perencanaan agar keuanganmu lebih sehat di tahun 2020 mendatang.
5. Review terhadap Tujuan Keuangan
Setelah semua kamu lakukan, yang terakhir harus kamu cek dalam review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun ini adalah posisimu terhadap tujuan keuangan yang sudah pernah kamu tentukan sebelumnya.
Are you getting there, or not?
Berapa pertumbuhannya, kalau perlu dibandingkan dengan posisi review akhir tahun 2018–jika kamu juga sudah melakukan review di akhir tahun 2018. Bagaimana posisinya? Bertumbuh, atau justru malah melangkah mundur dari tujuan awal?
Jika memang butuh perbaikan, maka segeralah merencanakan apa saja yang harus dilakukan di tahun 2020 untuk membuatnya jadi lebih baik. Mengubah tujuan keuangan (lebih tepatnya: menyesuaikan) juga enggak salah lo!
Menurut saya sih, review pengelolaan keuangan pribadi di akhir tahun seperti ini menyenangkan. Mengapa? Karena kita jadi tahu, seberapa dekatkah kita dengan tujuan dan cita-cita kita? Kalau masih jauh, jadi menambah motivasi untuk genjot lebih kenceng. Kalau sudah dekat, juga jadi bahan bakar buat ngegas.
So, apa pun kondisinya tetap semangat ya! Segera rumuskan rencana keuangan baru untuk dilakukan di tahun 2020 yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Joker & Mental Health: Apakah Kecemasan Finansial Juga Berpengaruh pada Kesehatan Mental?
Pas banget dunia sedang merayakan World Mental Health Day 10 Oktober lalu, saya juga menyempatkan diri untuk nonton film Joker. Berbekal review dari beberapa akun film di Twitter yang saya follow, dan juga rekomendasi teman-teman moviegoers, saya berangkat ke bioskop dengan sedikit keraguan: apakah saya akan baik-baik saja selepas nonton film satu ini nanti?
Ternyata, ya saya baik-baik saja. Namun, tak pelak film Joker jadi membuat saya berpikir (terlalu) jauh mengenai kesehatan mental, terutama yang berawal dari anxiety atau kecemasan yang berlebih.
Anxiety Awal Semua Penyakit Mental?
Kalau sudah nonton filmnya, pasti bisa merasakan bahwa penyakit Pseudobulbar Affect yang diderita oleh Joker akan muncul gejalanya saat yang bersangkutan sedang mengalami kecemasan. Saat dia ditegur oleh ibu-ibu di bus, saat dia menyaksikan 3 orang sedang ngebully seorang perempuan yang naik kereta sendirian, saat dia diminta naik panggung standup comedy, dan seterusnya. Gejalanya muncul selalu di saat yang tidak tepat.
Nah, bayangkan kalau pada dasarnya kita punya tingkat kecemasan yang berlebih, seperti Joker yang selalu mendapatkan perundungan dari sekitarnya. Sudah begitu, dia juga dipermalukan dan disiarkan di televisi lagi. Bisa jadi gejala PBA yang diderita oleh Joker yang diakibatkan oleh cedera otak itu akan terus terjadi.
Anxiety atau kecemasan memang rasa-rasanya hampir selalu menjadi akar masalah dari setiap gangguan kesehatan mental. Rasa cemas berlebih ini lantas bisa jadi stres, depresi, hingga memicu penyakit-penyakit mental lain bermunculan. Kalau mau dianalogikan dengan penyakit tubuh, mungkin bisa dibandingkan dengan tekanan darah tinggi ya?
Ah, entahlah. Saya toh bukan psikolog maupun dokter. Semuanya saya hubungkan berdasarkan logika sederhana seseorang yang kadang suka merasa cemas berlebihan dan hobi overthinking.
Tapi, sebenarnya hal ini bisa saja terjadi pada setiap orang. Yakin deh setiap dari kita punya kecemasan terhadap sesuatu—hanya saja levelnya berbeda dan juga kita masing-masing punya cara untuk mengatasinya.
Lalu, Bagaimana dengan Kecemasan Finansial?
Memangnya, apa yang biasanya membuat orang merasakan cemas secara finansial?
Ya, sepertinya sama saja sih: kalau nggak punya duit. Duit untuk apa? Itu dia yang mungkin berbeda untuk setiap orang. Ada yang cemas nggak punya duit untuk makan besok pagi, untuk sekolah anak-anak, untuk beli rumah sendiri, untuk liburan, untuk bekal pensiun, dan sebagainya.
Apakah kamu masih punya satu dua hal yang menjadi pangkal kecemasan finansialmu sekarang ini?
Jujur sih, kalau saya masih concern tentang dana pensiun. Rasanya saya masih belum punya bekal apa pun sampai sekarang, padahal yang namanya waktu itu semakin merangkak mendekati senja. Iya, saya telat sih sadar bahwa saya butuh dana pensiun. Saat sadar, ya langsung saja ambil beberapa langkah untuk mengamankan masa depan saya itu.
Pertanyaannya: jika kita mengalami kecemasan finansial, lalu diabaikan atau dianggap remeh, mungkinkah kemudian bisa mengakibatkan kesehatan mental kita terganggu?
Jawabannya: mungkin banget. Misalnya saja, cemas akan masa pensiun. Sampai hampir tiba masa pensiun, kita tetap tidak bisa memastikan bahwa kita akan baik-baik saja setelah ini. Gimana dong rasanya? Stres? Bisa jadi banget. Selanjutnya? Entahlah. Hanya waktu yang menjawab, apakah kita akan baik-baik saja.
Karena itu, setiap orang mestinya mencegah kecemasan finansial ini terjadi. Bagaimana caranya?
1. Pastikan kita punya rencana keuangan
Adalah penting bagi setiap orang untuk punya rencana keuangan. Kapan sebaiknya orang mulai punya rencana keuangan? Secepatnya, sejak ia bisa menghasilkan uang sendiri.
Saya telat punya rencana keuangan. Tapi terlambat masih lebih baiklah, ketimbang tidak ada sama sekali sampai sekarang. Setidaknya, kalau boleh dibilang, saya sudah mengurangi satu tingkat level kecemasan finansial yang berpotensi membuat kesehatan mental saya terganggu.
So, bagaimana denganmu? Apa kecemasan finansial terbesar kamu? Kalau sudah ketemu akar permasalahannya, segera deh susun rencana keuangan. Selalulah berawal dari #TujuanLoApa, dan kemudian kamu bisa merencanakan jalan menuju tujuan keuangan itu.
2. Pastikan kita punya pengetahuan literasi keuangan yang cukup
Rencana keuangan enggak akan jalan tanpa pengetahuan keuangan yang cukup. Mungkin malah ngeblank, dan akan jadi masalah kecemasan baru lagi.
Misalnya, saya tahu bahwa problem utama kecemasan finansial saya adalah enggak punya dana pensiun. Tapi, dengan apa saya bisa membuat dana pensiun? Padahal, kebutuhan dana pensiun itu bisa miliaran!
Nah, kan. Jadi stres lagi deh.
Makanya punya pengetahuan keuangan yang cukup ini penting banget. Berbekal pengetahuan, kita jadi mengenali berbagai produk keuangan yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan kita.
Butuh membuat dana pensiun? Berarti coba ikutan kelas investasi. Belajar dari ahlinya langsung kalau perlu. Butuh dana pendidikan? Berarti coba ikut kelas dana pendidikan. Dan, kebetulan banget kan, QM Financial selalu punya kelas finansial online untuk berbagai tujuan keuangan.
Nah, buruan daftar makanya. Biar nggak ketinggalan, sebelum negara api penyakit mental menyerang, seperti halnya Joker.
3. Stick to our financial goals
Tetap berpegang pada tujuan keuangan kita juga akan menyelamatkan kita dari kecemasan finansial. Kalau enggak? Wah, bisa-bisa ambyar semua. Kejadian deh, misalnya, gaji besar utang juga besar lantaran gaji naik lifestyle juga naik.
Percuma juga sudah membuat rencana dan punya pengetahuan yang cukup mengenai seluk-beluk keuangan, kalau kita sendiri enggak disiplin dan konsisten memegang tujuan keuangan kita. Bener nggak?
So, ayo, kita atasi kecemasan finansial kita masing-masing. Jangan tunggu sampai parah, kayak Joker.
Follow Instagram QM Financial agar mendapatkan tip-tip keuangan praktis dan aplikatif, ikut nonton kalau lagi ada Instagram Live yang membahas berbagai masalah keuangan, dan join di kelas-kelas finansial online-nya.
Sampai ketemu di kelas!
Hari Keluarga Internasional
Keluarga merupakan narasi penting di dalam kehidupan. Tujuan dari memperingati Hari Keluarga Internasional ini adalah untuk mengakui pentingnya keluarga dan untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah yang mempengaruhi keluarga di seluruh dunia.
#FinClic Hindari Tips Ngaco Membeli Reksa Dana
Financial Clinic (FinClic) merupakan sebuah talkshow radio pada tahun 2006 di salah satu stasiun radio di Jakarta. Kemudian berkembang menjadi FinClic seminar series, FinClic Tweet series di twitter dan sekarang di Instagram.
Apakah Ligwina Hananto, lead financial trainer QM Financial anak reksa dana banget? “Well, enggak juga sih. Jadi kalau masih ada yang beraggapan kalau reksa dana di bawah saham, let me tell you something, saham itu di bawah bisnis. Jadi, kalau mau main “kasta-kastaan”, sebenarnya hierarki tertinggi adalah menjadi pemilik dari berbagai bisnis. Jangan setia pada produk, setialah pada tujuan finansial. Kalau produk cocok dengan tujuan finansial ya dipakai, kalau tidak ditinggalkan,” ujarnya.