Beli Rumah Pertama: Apakah Sekarang Waktu yang Tepat?
Pandemi COVID-19 yang meluas mau tak mau memengaruhi industri properti juga. Baru-baru ini, banyak pengembang perumahan memberikan “diskon”, mulai dari diskon DP rumah, diskon bunga, hingga menggratiskan biaya-biaya administrasi. Hmmm, lalu apakah sekarang waktu yang tepat untuk beli rumah pertama?
Ya, kalau kamu memang memiliki kondisi keuangan yang sehat, tidak sedang terlibat dengan utang yang terlalu banyak–masih dalam batas ideal, dana darurat juga sudah aman, dan memang sudah punya tujuan keuangan dana rumah pertama yang mantap, ya kenapa enggak?
Berikut beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan untuk membeli rumah pertama di masa-masa krisis seperti ini.
5 Pertimbangan yang Harus Dipikirkan untuk Membeli Rumah Pertama di Masa Krisis
1. Beli rumah adalah keputusan jangka panjang
Apa yang harus selalu diingat adalah beli rumah–apalagi rumah pertama–adalah keputusan jangka panjang. Jadi, memang seharusnya dipertimbangkan dengan bijak, dengan berpedoman pada tujuan keuangan jangka panjang pula.
Unless kita punya privilege untuk bisa membeli rumah secara cash keras (yang mana juga bukan merupakan hal yang tak mungkin), kita harus memilih opsi untuk mengambil kredit kepemilikan rumah alias KPR. KPR, meski ada pilihan tenor singkat (yang berkonsekuensi cicilannya akan sangat besar), akan butuh bertahun-tahun untuk bisa dilunasi.
Nah, jangan sampai cicilan panjang ini berakibat pada kondisi kesehatan keuangan kita nantinya, sehingga kita harus benar-benar memperhitungkannya dengan saksama.
2. Beli rumah sesuai kebutuhan
Yes, kuncinya ada pada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.
Akan ada momen-momen “emosional” saat hendak membeli rumah pertama. Misalnya kayak, duh, kebunnya bagus banget! Cukup luas, rumputnya seger, hijau. Dan sebagainya.
Bagus memang, tapi kalau kita sendiri bukan orang yang bakalan sempat mengurusi kebun, ya kebayang deh, kalau rumah ini nanti jadi milik kita. Bakalan sempat enggak mengurusi kebun yang bagus dan luas itu? Jangan-jangan malah jadi berantakan dan gersang karena kita sibuk, nggak sempet ngurus.
Yang seperti ini bakalan sering terjadi ketika kita mulai survei fisik rumah. So, sebaiknya tentukan kebutuhan sejak awal. Kalau perlu, bikin list spesifikasi rumah yang dicari, agar bisa dilihat lagi kalau-kalau sering “emosional” kalau lagi survei rumah.
3. Manfaatkan platform jual beli rumah online
Sekarang banyak sekali platform jual beli rumah online yang bermunculan. So, cukup membantu kita untuk survei dulu sebelum benar-benar membeli rumah pertama kita.
Di platform jual beli rumah ini, kamu bahkan bisa melihat spesifikasi dan fasilitas rumah dengan cukup lengkap. Kamu juga bisa mendownload brosur-brosurnya secara langsung, dan kalau ada pertanyaan bisa langsung dihubungkan juga dengan pengembang.
Beberapa platform juga menyediakan informasi rumah bekas yang dijual. Kamu juga bisa mempertimbangkannya lo, karena kan kembali ke kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Kalau memang pas dengan kebutuhan dan kemampuan, kenapa enggak beli rumah bekas kan? Mungkin bisa jadi alternatif, ketimbang kita memaksakan diri membeli rumah baru tetapi kurang sesuai dengan kondisi kita sendiri.
Catatlah semua informasi penting yang didapatkan dari riset online kamu ini. Baru kemudian kalau sudah shortlisted, kamu bisa janjian bertemu dengan pengembang atau penjual rumah untuk sekalian melihat-lihat rumah yang diincar.
4. Pilih pengembang yang bereputasi baik
Setiap pengembang perumahan sebenarnya diwajibkan untuk mendaftarkan diri mereka di sistem registrasi pengembang milik Kementrian Pekerjaan Umum. Untuk bisa terdaftar dalam sistem ini juga tak mudah, karena ada berbagai syarat yang harus dipenuhi. Antara lain pengembang yang bersangkutan harus tergabung dalam asosiasi pengembang yang resmi.
Maka, ini bisa jadi salah satu cara untuk kita mengecek apakah pengembang (calon) rumah kita itu cukup bereputasi atau tidak. Klik saja link yang sudah ditautkan di atas, dan cek dengan nama pengembangnya.
Cara lain adalah dengan melakukan googling. Ya, ini memang cara paling ampuh memang untuk mencari informasi, termasuk mengecek reputasi pengembang rumah. Kalau ada berita bahwa pengembang tertentu pernah terlibat masalah serius, maka sebaiknya diperhatikan.
5. Pertimbangkan secara matang
Memang ada banyak sekali aspek yang harus dipikirkan untuk bisa membeli rumah pertama. Yang sudah disebutkan di atas baru dari sisi rumahnya saja, belum lagi soal pendanaan.
Kalau mau ambil kredit KPR, maka kamu harus juga survei berbagai program KPR yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga keuangan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya, dan bandingkan satu sama lainnya.
Lalu, jangan lupa juga memikirkan biaya lain-lain di luar harga rumah itu sendiri. Mulai dari biaya administrasi, biaya balik nama, pajak, dan juga soal perabotan. Jangan sampai diabaikan, dan kemudian jadi bikin jantungan karena ternyata habisnya banyak juga.
Pengin bisa lebih detail dalam menghitung kebutuhan dana untuk membeli rumah pertama kamu? Coba cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial deh. Siapa tahu ada kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu ini.
Kalau kebetulan enggak ada, kamu juga bisa ambil yang kelas private 1 on 1, biar bisa curhat langsung dengan para trainer QM yang terampil. Atau, mau belajar kelompok sampai dengan 10 orang? Bisa pilih Kelas Family!
Demikian sedikit tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk membeli rumah pertama di masa krisis seperti sekarang. Semoga bermanfaat ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kelas Online Keuangan yang Bisa Kamu Ikuti di Masa New Normal
Hi, Planners! Saat masa pandemi COVID-19 mulai merebak di bulan Maret, QM Financial enggak bosan-bosannya mengajak kamu untuk mengecek kembali kondisi keuangan–terutama arus kas–agar kamu bisa menyesuaikan dengan kebiasaan baru. Sekarang, kita sudah mulai masuk ke masa new normal, maka kamu pun perlu untuk menyesuaikannya lagi dengan ikut beberapa kelas online keuangan yang materinya khusus diolah untuk kebutuhann di masa yang baru ini.
Yup, sebagai financial planners untuk diri sendiri, kita memang enggak boleh berhenti menyesuaikan kebiasaan keuangan dengan kondisi ya. Begitu berhenti, sudah pasti deh, ada banyak hal yang akan dikorbankan atau ‘hilang’.
Jadi, mari belajar lagi untuk mengatur keuangan kita secara lebih baik lagi dengan ikutan beberapa kelas online keuangan berikut ini.
5 Jenis Kelas Online Keuangan yang Bisa Kamu Ambil di Masa New Normal dari QM Financial
1. Kelas Online Pengelolaan Keuangan Rutin
Yang rutin selalu menjadi basic untuk pengelolaan yang lebih baik nantinya. So, take your time untuk upgrade ilmu-ilmu keuangan basic mulai dari sini:
- Kelas Blueprint of Your Money: kelas yang akan memberimu ilmu untuk meletakkan fondasi keuangan yang kuat, melalui konsep Blueprint of Your Money–sebuah konsep keuangan original dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial.
- Kelas How to Manage Your Cash Flow: kelas online yang akan mengajakmu menyusun rencana keuangan yang lebih komprehensif dan menyeluruh, mulai dari caranya melakukan financial check up hingga mengecek rasio kesehatan keuanganmu sendiri.
- Kelas How to Set Your Financial Goals: karena hidup tanpa tujuan akhirnya tak akan membawa kita ke mana-mana, demikian pula dengan keuanganmu. Adalah penting untuk merumuskan tujuan finansial secara realistis, tetapi butuh strategi juga agar bisa mengatur agar semua bisa terpenuhi dengan baik. Semua bisa kamu pelajari di kelas online ini.
- Kelas Get to Know Your Investment Products: kelas yang harus banget kamu ambil setelah kamu menentukan tujuan finansialmu.
2. Kelas Online buat yang Pengin Mencapai Tujuan Finansial
Orang boleh punya sebanyak mungkin tujuan finansial, dan pengin mewujudkan semuanya sekaligus. Iya, boleh banget kan?
Tapi, kan mesti diatur keuangannya, karena yang namanya kebutuhan hidup pada dasarnya akan selalu lebih banyak dari penghasilan kita. Dan, memang ada banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan finansial, dan QM Financial menawarkan beberapa di antaranya.
So, buat kamu yang tahun ini atau dalam waktu dekat pengin merencanakan punya rumah atau mulai membangun dana pendidikan anak, di bulan Juli ini ada 2 kelas online yang ditawarkan untuk kamu ikuti, yaitu Kelas Dana Pendidikan dan Kelas Dana Rumah Pertama.
Kok cuma dua?
Iya, tunggu saja lagi untuk jadwal bulan berikutnya. Siapa tahu, akan ada kelas tujuan finansial yang lain lagi. Tenang saja. Atau, kamu bisa usulkan kelas keuangan seperti apa yang kamu butuhkan dan tulis di kolom komen, and we will see what we can do!
3. Kelas Online untuk Masa Depan Lebih Terjamin
Untuk mewujudkan masa depan yang lebih terjamin, kamu butuh mendapatkan cara yang paling tepat. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan finansialmu, maka kamu perlu mencari cara untuk mewujudkannya dengan segera.
Ada 2 hal yang harus kamu lakukan untuk memastikan masa depan yang lebih terjamin ini (lepas dari apa pun tujuan finansialmu), yaitu berinvestasi dan mempunyai proteksi.
Nah, buat kamu, berikut kelas online keuangan yang bisa diikuti:
- Kelas Menghitung Kebutuhan Investasi. Sekali lagi, tujuan tanpa ada rencana, maka sekadar mimpi. Rencana, tanpa tindakan nyata, maka ya tinggal rencana. Mulailah dengan menghitung kebutuhan hingga didapatkan angka secara realistis. Dengan kebutuhan yang jelas, itu berarti separuh dari rencana keuangan sudah terjalani.
- Kelas Memilih Reksa Dana: kelas online khusus bagi yang memilih reksa dana sebagai jalan ninja untuk mewujudkan tujuan finansial.
- Kelas Asuransi. Ada 2 asuransi yang akan dibahas secara mendalam, yaitu asuransi kesehatan dan asuransi jiwa–dua jenis asuransi terpenting dan terwajib yang harus kamu miliki, karena percuma saja kamu punya rencana keuangan yang terinci dan detail, jika dirimu sendiri tak terlindungi untuk bisa mewujudkannya.
4. Kelas Online buat yang Pengin Makin Pinter Keuangan
Buat kamu yang benar-benar pengin mewujudkan mimpi untuk menjadi financial planner untuk diri sendiri dan juga untuk keluarga, kamu mesti banget ambil beberapa kelas online untuk menuju level keuangan tingkat dewa ini.
Tenang, kalau kamu sudah lulus kelas basic dan intermediate, kamu pasti bisa menyerap semua ilmu di kelas ini dengan cukup mudah kok.
Di sini ada kelas online khusus untuk mereview reksa dana, kelas yang membahas aset aktif secara khusus, dan kelas yang akan menunjukkan gimana cara membuat rencana keuangan yang komplit tanpa rumit.
5. Kelas Curhat
Buat kamu yang pengin curhat finansial, QM Financial juga menyiapkan “jalur khusus”. Ada kelas online private 1 on 1, yang memungkinkanmu untuk curhat finansial secara pribadi dengan trainer QM Financial yang bisa dipilih.
Atau, kamu ajak saja seluruh keluarga atau teman-temanmu untuk ikutan kelas online yang diperuntukkan kelompok kecil, yang bisa diikuti sampai 10 orang 1 kelasnya. Jadi, kamu boleh ajak tante, om, saudara sepupu, teman kantor, teman arisan, teman nongkrong, teman se-RT, dan yang lainnya untuk ikutan juga.
Topiknya bebas pilih, dengan jadwal yang kamu tentukan sendiri.
Nah, gimana? Semakin banyak pilihan kelas online keuangan yang bisa kamu ikuti kan?
Kelas-kelas ini bisa kamu ikuti melalui handphone ataupun laptop, bisa sambil rebahan atau sambil mengurus anak. Santuy abis, dengan modul yang pasti mudah diserap dan dipahami.
Segera daftarkan dirimu sendiri sekarang di sini!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Haruskah Mengubah Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Tengah Pandemi COVID-19?
Paruh pertama 2020 sudah terlewati, dan kita masih berada di tengah pandemi COVID-19. Sudah pasti, ini jauh dari rencana kita. Resolusi tahun baru yang kita buat di akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 kemarin, apa kabar? Termasuk yang soal keuangan. Pasti banyak tujuan keuangan jangka panjang dan pendek yang harus disesuaikan nih.
Bisa dibilang, pandemi ini tak hanya mengubah cara dan kebiasaan hidup kita hari ini saja, tetapi bisa dibilang, akan memengaruhi masa depan kita juga. Ya, gimana enggak, taruh saja soal investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Yang sudah menaruh dana pensiun di instrumen saham, misalnya, harus menghadapi masalah portofolio investasi yang perkembangannya kurang menyenangkan.
Tapi, untunglah, ini adalah tujuan keuangan jangka panjang, sehingga kita masih bisa optimis. Lagi pula, banyak pakar menjamin, bahwa di tahun 2022, pandemi ini sudah benar-benar bisa dikendalikan, dan pasar serta ekonomi akan bertumbuh positif lagi. Fingers crossed!
Jadi, perlukah kita mengubah rencana dan tujuan keuangan jangka panjang, menengah, dan pendek, sehubungan dengan “berubahnya” kondisi pasar instrumen investasi?
Mari kita lihat.
Apa Kabar Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Masa Pandemi?
Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan atau mimpi yang ingin kita capai minimal 10 tahun mendatang. Biasanya yang termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang ini adalah dana pensiun.
Kamu perlu ingat, bahwa gejolak dan fluktuasi akan selalu ada di pasar modal, karena itu seharusnya kamu enggak usah terlalu khawatir. Kamu bisa melihat sejarah statistiknya, bahwa gejolak pasar modal itu juga sering banget terjadi di tahun-tahun terdahulu. Tahun 1998 dan 2008 kita juga pernah mengalami penurunan ekonomi yang sangat signifikan. But yet, kita berhasil melaluinya dengan baik.
So, kita harus optimis, bahwa krisis ekonomi akibat pandemi ini juga akan terlewati dengan baik.
Jadi, tetap tenang adalah kunci. Apalagi jika kamu punya keranjang telur di banyak tempat, dan juga dana daruratmu aman. Tujuan keuangan jangka panjang akan baik-baik saja. Kamu bisa memilih untuk menunggu atau melanjutkan investasimu, tapi ingat, gunakan dana yang memang ditujukan untuk investasi, bukan dana kebutuhan hidup sehari-hari ya.
Sesuaikan Tujuan Jangka Keuangan Pendek
Yang harus kamu pantau dengan ketat justru adalah tujuan keuangan jangka pendek dan menengah. Bagaimaa kondisinya saat ini? Apakah masih sesuai dengan rencana?
Jika memang perkembangannya kurang sesuai dengan harapan, maka kamu harus segera memikirkan alternatif solusinya.
Misalnya saja, dana liburan. Hmmm, tampaknya kita tidak akan bisa jalan-jalan ke Jepang, Korea, dan Eropa dalam waktu dekat kan ya? Nah, kamu bisa tetap menyimpannya di tujuan keuangan yang sama–dana liburan–atau kamu bisa mengalihkannya untuk memperkuat jaring pengamanmu di dana darurat. Toh, kamu bisa membuatnya lagi tahun depan, mungkin, ketika kondisi memang benar-benar sudah memungkinkan.
Contoh lain, dana pendidikan anak yang mungkin paling jauh 5 tahun lagi akan dipakai. Masihkah perlu dipertahankan di instrumen dengan risiko tinggi? Ataukah, harus dipindahkan?
Sesuaikan semuanya dengan kebutuhanmu ya.
Susun Ulang Prioritas
Kebutuhan akan selalu lebih besar daripada kemampuan. Hal ini selalu berlaku di situasi apa pun, baik ketika ekonomi sedang baik-baik saja, ataupun di kondisi sulit seperti sekarang.
Jadi perubahan kondisi harus kita respons dengan penyesuaian prioritas juga. Salah satu yang harus diprioritaskan ulang di saat-saat seperti ini adalah dana darurat. Pastikan bahwa sudah benar-benar aman.
Lalu susun prioritas di tujuan keuangan jangka pendek, karena the new normal akan membatasi kita di hal-hal tertentu. Tujuan keuangan jangka panjang juga harus dipastikan aman ya, seperti di poin pertama.
Ubah Gaya Hidup dan Kebiasaan yang Kurang Pas
Pandemi COVID-19 memberi kita banyak pelajaran, termasuk pelajaran keuangan.
Ada yang merasa nyesel karena malas membangun dana darurat, dan sekarang ketika harus kehilangan penghasilan jadi kelabakan? Ada yang merasa nyesel, kenapa menunggak iuran BPJS Kesehatan, dan sekarang harus terikat utang karena butuh biaya pengobatan?
Ya sudah, enggak perlu terlalu lama bapernya. Sekarang segera bangun, duduk di kursi, menghadap ke meja, dan susun rencana. Ubah kebiasaan dan gaya hidup yang menurutmu kurang pas kemarin; bagaimana supaya bisa lebih hemat, dan bisa memperbesar rasio menabungmu. Gaya hidup yang mana yang harus kamu ubah, sesuaikan, dan gaya hidup mana yang bisa kamu teruskan.
Kamu sendiri yang bisa memutuskan ya.
Selalu Kembali ke #TujuanLoApa
Jadi, mau apa pun kondisinya, mau tujuan keuangan jangka panjang maupun jangka pendek, selalu kembali ke #TujuanLoApa.
Ketika tujuan keuangan harus disesuaikan, tanyakan lagi pada diri sendiri, “Tujuannya mau ke mana sih?”, baru mundur ke garis start (masa sekarang). Tarik horizon waktunya, hitung kebutuhannya.
Begitu juga ketika mengevaluasi satu tujuan keuangan apakah sudah sesuai dengan rencana, kembalilah lagi ke #TujuanLoApa yang sudah ditentukan di awal. Baru cek kondisi sekarang, dan kemudian cek apakah masih dalam horizon waktu yang sudah ditentukan di awal.
Jika ya, kamu bisa teruskan. Jika tidak, maka kamu bisa segera mencari alternatif solusi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pembagian Dividen: Apa yang Harus Kamu Tahu?
Meski pasar saham tampak sangat volatile–naik turun manja galau–tapi beberapa emiten tampak tetap pada komitmennya, memenuhi agenda pembagian dividen tahun ini.
Apakah kamu salah satu investor yang beruntung termasuk dalam daftar pemilik saham yang akan menerima pembagian dividen tahun ini? Kalau iya, selamat ya!
Sementara, sebagian lainnya mungkin masih belum terlalu paham tentang dividen, bagaimana mekanisme pembagiannya, dan gimana tip terbaik untuk mengelolanya. Nah, kita bahas khusus dalam artikel kali ini ya. Yuk, simak sampai selesai, karena ini penting untuk kamu ketahui jika kamu punya rencana untuk investasi saham.
Apa Itu Dividen?
Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dividen berarti:
bagian laba atau pendapatan perusahaan yang besarnya ditetapkan oleh direksi serta disahkan oleh rapat pemegang saham untuk dibagikan kepada para pemegang saham.
sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Nah, sudah cukup jelas sih sebenarnya, apa arti dari dividen.
Dividen adalah laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang kemudian dibagikan kepada seluruh investor atau pemilik saham dalam satu periode tertentu.
Begitu sederhananya.
Biasanya pembagian dividen ini dilakukan setahun sekali, meskipun ada juga perusahaan terbuka baik hati yang membagikan dividen dua kali setahun. Namun, ada juga perusahaan terbuka yang tidak memiliki agenda pembagian dividen sama sekali selama bertahun-tahun. Jadi, semua memang tergantung pada kebijakan perusahaan–yang didukung oleh keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Bagaimana Proses Pembagian Dividen Berjalan?
Kalau mau dirinci secara singkat, proses pembagian dividen adalah sebagai berikut:
- Pihak perusahaan emiten akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk membahas laporan keuangan tahunan.
- Dalam Rapat Umum Pemegang Saham itu akan terlihat jika ada laba, dan kemudian diputuskan apakah laba tersebut akan dibagikan kepada investor. Jika ternyata tidak ada laba, maka ya enggak ada pembagian dividen. Begitu pun jika perusahaan membutuhkan dana untuk keperluan ekspansi dan pengembangan bisnis, maka bisa saja diputuskan tidak ada pembagian dividen untuk periode tersebut.
- Setelah itu, perusahaan akan menentukan nama-nama penerimanya, jika memang diputuskan ada pembagian dividen tahun ini.
- Menentukan sistem distribusi dividen kepada penerimanya, melalui KSEI ataupun broker tempat investor membeli saham.
- Penentuan waktu kapan pembagian dividen akan dilakukan, biasanya didahului dengan pengumuman secara terbuka. Dalam pengumuman ini biasanya disebutkan declaration date (tanggal pengumuman), date of record (tanggal pencatatan pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen), cum-dividend date (tanggal aktivitas terakhir perdagangan untuk dihitung haknya dalam pembagian dividen), ex-dividend (tanggal berakhirnya perhitungan hak dividen), dan payment date (tanggal pembayaran dividen).
- Penghitungan pajak yang harus ditanggung oleh masing-masing investor, dan sekaligus pemotongannya.
Setelah itu, proses “perjalanan” dana dividen pun dimulai, sesuai hak investor, yang diperhitungkan dari jumlah saham yang dimiliki.
Biasanya sih, kalau dana sudah masuk ke rekening RDN, kita akan mendapatkan notifikasi via email.
Jenis Dividen
Perlu kamu tahu, bahwa dividen juga ada beberapa jenis, yaitu:
- Dividen tunai: dividen dalam bentuk uang tunai yang dibayarkan melalui rekening dana nasabah. Jenis dividen inilah yang paling banyak dibagikan.
- Dividen saham: dividen yang dibagikan dalam bentuk tambahan saham dalam kepemilikan kita.
- Dividen skrip: pembagian dividen dalam bentuk surat utang.
- Dividen properti: pembagian dividen dalam bentuk aset.
So, kamu sendiri pernah menerima jenis dividen yang mana aja tuh?
Apa yang Harus Kamu Lakukan Ketika Sudah Menerima Pembagian Dividen?
Tentu saja, tergantung kebutuhanmu. Ingat pada #TujuanLoApa.
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan dengan dana dividen yang sudah kamu terima:
- Kamu belikan saham yang sama kembali, sehingga menambah jumlah saham yang kamu miliki.
- Kamu belikan saham lain dengan performa yang lebih baik, setelah melakukan analisis teknikal dan fundamental.
- Kamu transfer ke rekening dana pribadi, dan kamu alokasikan menjadi dana darurat.
- Kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau alokasikan untuk menambah tujuan keuangan yang lain.
Banyak hal pastinya bisa kita lakukan dengan dana yang diperoleh dari pembagian dividen, terlepas besar kecilnya nominal dividen tersebut. Pertimbangkan dengan saksama ya, itu hasil usahamu sendiri lo! Dan bukan uang kaget.
So, pergunakanlah dengan bijak.
Mau belajar mengelola investasi dan hasil investasimu? Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Itaewon Class: Belajar Keuangan untuk Menjamin Masa Depan Sendiri
Sudah nonton drama Korea, Itaewon Class? Saya sendiri sebenarnya bukan penggemar drama Korea garis keras, meski sudah menonton beberapa film Korea dan jadi favorit juga. Tetapi, ada yang istimewa dari drama Korea satu ini, yang membuat saya akhirnya meluangkan waktu untuk menontonnya, di sela-sela agenda nonton ulang serial Friends sejak season 1 episode 01.
Ya, ini adalah sebuah kisah perjuangan seseorang setelah keluar dari penjara, membangun bisnis selangkah demi selangkah, demi sebuah tujuan “mulia”.
Mengikuti perjalanan Park Saeroyi dalam Itaewon Class, ternyata ada banyak sekali pelajaran keuangan yang bisa kita ambil. Apa saja?
Belajar Keuangan dari Drama Korea Itaewon Class
1. Menabung!
Kita sudah sering mendapatkan nasihat, bahwa menabung itu penting. Sedikit-sedikit menjadi bukit.
Kalau masih perlu contoh, kita bisa melihat dari Park Saeroyi, yang alih-alih menghabiskan uang setelah ayahnya meninggal, dia justru menabung uang tersebut hingga mampu membeli sebuah gedung dan membangun DanBam, sebuah pub di kota Itaewon, demi bisa “mengalahkan” Jangga Co.
Ya, memang selalu ada motivasi di balik setiap hal baik sih. Saeroyi mungkin punya misi balas dendam, tetapi kita juga punya pandemi yang bisa jadi motivasi untuk mulai menabung hari ini lo. Nggak mau kan, jika terjadi hal seperti ini lagi ke depannya, dan kamu masih saja berkutat dengan kesalahan yang sama: Nggak punya dana darurat?
2. Hargai pekerjaanmu
Nggak masalah untuk bekerja di kapal penangkap ikan laut dalam, atau jadi waiter di restoran, kerjaan adalah kerjaan. Dan, dari drama Itaewon Class ini, kita bisa belajar menghargai setiap pekerjaan yang kita punya.
Ingat adegan ketika Saeroyi memberi Hyun-yi gajinya dua kali dan mendorong Hyun-yi untuk mau bekerja lebih keras? Atau mengapa Oh Soo-ah tidak meninggalkan Jangga Co.?
Ternyata, tidak ada pekerjaan untuk kecil atau terlalu besar kalau kamu tahu prioritas hidupmu.
Saat ini, mungkin kita enggak terlalu enjoy dengan pekerjaan yang kita miliki. Tapi, hey, at least kita punya pekerjaan kan? Banyak dari mereka yang kurang beruntung di luar sana; harus kehilangan pekerjaan akibat pandemi.
Seenggaknya, meski dipotong, bulan ini kita bisa membayar tagihan dan membeli barang yang kita butuhkan, bukan?
3. Miliki asuransi
Mr. Park, bapaknya Saeroyi, mendapat kecelakaan dan meninggal mendadak ketika Saeroyi masih terbilang remaja. Ternyata, beliau sudah menyiapkan asuransi yang kemudian bisa dipakai oleh Saeroyi untuk membangun masa depannya.
Hmmm, sudah mengikuti Itaewon Class sampai selesai, masa masih belum sadar juga akan arti pentingnya asuransi jiwa, kalau sudah begini?
Yuk, buat kamu yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga, coba deh, pikirkan orang-orang yang kamu cintai, yang hari ini menggantungkan hidupnya padamu. Masa sih, mau membiarkan mereka sedih berkepanjangan, susah sepanjang hidup? Contohlah Mr. Park.
4. Miliki tujuan keuangan jangka panjang
Park Saeroyi punya plan untuk 15 tahun ke depan lo!
Drama Itaewon Class mengajari kita untuk berpikir dan membuat rencana keuangan jangka panjang. Seperti Park Saeroyi yang tahu betul apa yang diinginkannya, dan kemudian menyusun rencana matang untuk mencapainya.
Nggak harus langsung rencana untuk 15 tahun ke depan juga kok. Kita bisa mulai dari bulan depan sebisa mungkin sudah enggak pakai dana darurat buat hidup lagi. Tahun depan, sudah bisa mengganti dana darurat yang sudah kepakai. Lima tahun lagi, sudah bisa membayar DP rumah, dan mulai membayar cicilan KPR, dan seterusnya.
Yang penting, tentukan judulnya, nominalnya, dan tentukan pula jangka waktunya. Dari situ, kita bisa merencanakan step by step untuk mewujudkannya. Just like Park Saeroyi.
5. Belajar investasi
Park Saeroyi memang punya mimpi besar. Tetapi mengingat latar belakangnya, dia tahu dia tidak akan bisa mendapatkan uang yang cukup untuk merealisasikan rencana 15 tahunnya itu.
So, Saeroyi pun belajar investasi. Ia berusaha mendiversifikasi asetnya dengan berinvestasi di saham.
Nggak pernah terlambat untuk belajar investasi. Lihat saja bagaimana Saeroyi mampu (secara realistis) menumbuhkan uangnya di Itaewon Class, dia mampu menyehatkan keuangannya dengan passive income.
Tapi, saham memang memiliki risiko yang cukup tinggi. Apalagi di masa-masa pandemi seperti ini. Karena itu, belajar, belajar, dan belajar. Pahami risikonya, berinvestasilah secara bijak.
Itu dia, beberapa pelajaran keuangan yang bisa kita dapatkan dari Itaewon Class. Kamu masih bisa menemukan pelajaran lain dari serial drama Korea ini? Yuk, share di kolom komen ya!
Buat yang belum nonton, boleh coba nonton deh. Seneng banget bisa menonton film atau serial yang bisa memberi insight soal hidup seperti Itaewon Class ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi di Masa Sulit, Apa yang Harus Dilakukan? Terus atau Hold?
Hingga saat ini, kondisi pasar saham Indonesia juga belum pulih, meskipun sudah beberapa kali mengalami penguatan. Apa kabar kamu yang telah investasi di pasar saham? Apakah investasi di masa sulit seperti ini membuatmu frustrasi?
Mungkin terdengar klise, tapi nasihat untuk tidak panik tetaplah menjadi saran yang terbaik saat ini. Karena dengan enggak panik, pastinya kita lantas bisa berpikir dengan lebih baik; mencari penyebab masalah, mencari alternatif solusi, dan akhirnya bisa action menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin pula.
Lalu, apa yang harus dilakukan sekarang? Mengingat masih belum kondusifnya kondisi perekonomian–beberapa media dan ahli keuangan bahkan sudah mengeluarkan prediksi bahwa akan terjadi resesi besar-besaran secara global?
Investasi kita perlu dilanjutkan, dihentikan, atau malah cairkan semua saja sebelum loss lebih banyak? Well, kalau menurut Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial sih, personal finance is very personal–tidak pernah ada satu solusi untuk semua masalah. Setiap solusi harus disesuaikan dengan masalahnya, sehingga setiap orang bisa jadi punya alternatif berbeda-beda karena sangat tergantung pada kondisi masing-masing.
So, untuk investasi di masa sulit, inilah yang harus kamu lakukan.
1. Cek lagi tujuanmu
Ingat lagi, apa tujuanmu ketika awal melakukan investasi. Untuk tujuan keuangan apa, kamu mulai berinvestasi; dana pensiun, dana liburan, DP rumah, dana pendidikan anak, atau tujuan keuangan lain?
Karena begitulah cara investasi yang benar, juga investasi di masa sulit. Pertama kali yang harus kamu lakukan adalah selalu dengan memberikan judul (baca: tujuan) pada investasimu. Tanpa adanya judul, kamu pasti akan kesulitan untuk konsisten, pun akan rentan terserang panik ketika nilai investasimu tidak sesuai dengan harapan.
Jika kamu memiliki beberapa tujuan keuangan sekaligus, coba dicek lagi, investasi untuk tujuan keuangan apa yang “terancam”? Kamu pasti juga ingat dengan prinsip diversifikasi investasi kan, sehingga kamu pun memiliki beberapa instrumen sekaligus. Jadi, cek instrumen mana dengan tujuan keuangan apa yang harus dievaluasi karena nilainya menurun ya.
2. Cek juga jangka waktumu
Cara investasi kedua yang benar adalah dengan menentukan berapa lama kamu harus berinvestasi untuk mencapai tujuan keuanganmu.
Jangka waktu investasi kan ada 3; jangka pendek ( 3 – 5 tahun), jangka menengah (5 – 10 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 10 tahun). Adanya horizon waktu ini akan menentukan ketika kita memilih produk investasi. Ada produk yang memang cocok untuk jangka pendek, ada yang bagus kinerjanya untuk jangka menengah, pun ada yang sesuai untuk menjadi kendaraan menuju tujuan keuangan jangka panjang.
Jika tujuan keuanganmu masih jangka panjang, dengan dana darurat yang cukup (kita akan bahas di poin berikutnya), maka kamu bisa melanjutkan investasi di masa sulit ini. Tetapi, jika tujuan keuanganmu jangka pendek, dengan dana darurat yang cukup, maka lebih baik hold dulu. Kamu bisa saja mempertimbangkan untuk memindahkan dananya ke instrumen lain yang lebih aman.
Selalu cek dan perhitungkan lagi untung dan ruginya ya, dan sesuaikan dengan kondisimu.
3. Cek dana darurat
Nah, sembari mengecek kondisi investasi di masa sulit, kamu juga harus mengecek dana daruratmu. Karena, rutinitas kita berubah, cara hidup kita sekarang juga berubah, arus kas berubah, maka dana darurat pun menjadi bagian terpenting dari pengelolaan keuangan kita.
Akan sangat baik adanya jika kamu memiliki dana darurat yang cukup di tengah ketidakpastian seperti ini, dalam bentuk cash atau yang disimpan dalam instrumen-instrumen yang likuid.
So, sebelum kamu melakukan apa pun dengan investasimu, pastikan dana daruratmu aman.
4. Mau terus investasi? Cek kondisi pasar
Setelah melalui beberapa tahap pengecekan, dan memastikan kondisi keuanganmu telah aman, maka barangkali sekarang kamu sudah memiliki keyakinan bahwa kamu ingin tetap meneruskan investasimu.
Selalu ada dua sisi dalam setiap hal, termasuk investasi di masa sulit. Kondisi ekonomi memang sedang menurun drastis, banyak kekhawatiran timbul di sana-sini. Namun, seiring waktu, kalau kamu amati, ada beberapa sektor yang justru “diuntungkan” dengan situasi seperti ini, seperti consumer goods, telekomunikasi, hingga sektor kesehatan.
So, jika kamu memang berniat menambah portofolio, lakukan langkah analisis fundamental dan teknikal yang diperlukan, sebelum memutuskan mau investasi apa.
Ingat, setiap keputusan dalam berinvestasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor.
5. Selalu ingat prinsip-prinsipnya
Yes, selalu ingat prinsip-prinsip berinvestasi–yang harus kamu pegang betul-betul terutama jika kamu pengin meneruskan investasi di masa sulit seperti ini, yaitu:
- Diversifikasi, jangan menaruh telur-telur di keranjang yang sama.
- Pakai uang ‘dingin’, jangan pakai uang yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk jangan utak-atik dana darurat.
- Setiap keputusan investasi adalah tanggung jawab pribadi.
- Sesuaikan dengan profil risikomu sendiri.
- Selalu kembali pada #TujuanLoApa setiap kali menimbang untuk mengambil keputusan investasi.
Semoga artikel ini bisa sedikit membantumu untuk memutuskan, hendak meneruskan investasi di masa sulit ataukah hold dulu ya.
Dan, semoga kondisi ini juga cepat berlalu dan semua pulih seperti sediakala.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Perlu Diwaspadai Sejak Awal
Masa-masa masih berstatus pengantin baru itu rasanya memang luar biasa: bahagia, excited, … membuncah aja gitu semuanya. Bener nggak? Tapi eh tapi … jangan kelamaan terlena. Sepulang dari honeymoon, ada beberapa PR yang harus segera dikerjakan. Salah satunya masalah keuangan. Yes, masalah keuangan pengantin baru ini kadang malah sudah menghantui sejak sebelum pesta pernikahan dimulai lo!
Kok bisa? Iya, misalnya saja masalah utang. Nah lo. Misalnya kayak salah satu (atau malah kedua) pasangan membawa utang lajang, atau misalnya utang biaya pernikahan yang harus segera diselesaikan.
Adduh! Kalau sudah begini, rasa bahagianya jadi “terkontaminasi” deh.
Well, take a deep breath, atur napas, tenangkan diri. Mari kita lihat dulu beberapa masalah keuangan pengantin baru yang sering muncul yang mesti diwaspadai–untuk kemudian dicari jalan keluarnya.
5 Penyebab Masalah Keuangan Pengantin Baru yang Harus Diwaspadai Sejak Awal
1. Merahasiakan kondisi keuangan masing-masing
Masalah keuangan pengantin baru yang pertama ini contohnya sudah sempat disebutkan di atas. Misalnya, setelah menikah dan jadi pengantin baru, baru deh ketahuan masing-masing punya utang yang mencekik.
Duh. Masalah besar kalau ini sampai kejadian.
Seharusnya, masalah kondisi keuangan ini justru harus dibicarakan sejak sebelum pernikahan dilangsungkan. Tapi, misalnya terlambat, ya sudah, sekaranglah waktunya untuk duduk berdua dan ngobrol. Tinggalkan jaket egonya ya.
2. Anggap tabu membicarakan masalah keuangan
Mungkin ini kalau zaman dulu ya maklum. Semacam ada perasaan sungkan untuk ngomongin duit. Takut dibilang matre, kali ya? Tapi, untuk zaman now, ini justru jadi potensi masalah keuangan pengantin baru yang bisa berefek domino panjang.
Bukannya matre, tapi kita hidup mesti realistis. Harus ada rencana, supaya enggak deg-degan. Harus punya proteksi, biar terlindungi. Harus punya cita-cita, supaya jadi lebih baik lagi. Betul nggak?
Dan semua rencana, proteksi, serta cita-cita itu butuh uang. Sekali lagi, uang memang bukan segalanya, tapi buat hidup, segalanya butuh uang. Jadi, jangan tabu ngobrol soal duit. Banyak loh, yang harus direncanakan dengan duit berdua ini.
3. Hidup tanpa rencana jangka panjang
Besok ya dipikirin besok saja. Sekarang kita pikir dulu hari ini.
Emang bener sih, manusia itu hidup di masa sekarang. Konon kan katanya gitu ya? Tapi, ini enggak berlaku untuk keuangan. Kamu dan pasangan kamu akan hidup berdua sampai tua lo (berharapnya selalu begitu kan, sebagai pengantin baru?).
Jadi, ayo, segera duduk berdua dan buat rencana jangka panjang. Mau hidup seperti apa ke depannya? Bagaimana nanti dengan anak-anak? Bagaimana nanti dengan kita kalau sudah tua? Mau diisi apa saja nih sepanjang hidup keluarga nih?
Jangan biarkan masalah keuangan pengantin baru yang ketiga ini terlalu lama tak terselesaikan.
4. Malas mencatat
Mencatat pengeluaran dan pendapatan, tentu saja. Padahal ini penting banget!
Catatan keuangan keluarga akan bermanfaat ketika nanti kita harus mengevaluasi rencana-rencana mana yang sudah bisa dijalankan dan mana yang harus terus diusahakan. Juga, untuk melihat apakah semua tujuan keuangan sudah mulai kelihatan hilalnya. Pun untuk mereview, aset apa saja yang sudah kita miliki, nanti setelah hidup berkeluarga selama beberapa, beberapa belas, dan beberapa puluh tahun.
Jadi, jangan anggap remeh masalah keuangan pengantin baru keempat ini ya. Sebaiknya, mulailah segera membuat catatan keuangan yang sederhana. Bisa diawali dari mencatat berapa uang yang dikeluarkan setiap harinya, mulai dari jajan sampai parkir mobil. Lalu direkap semuanya di akhir bulan sesuai pos-posnya, baru kemudian kita bisa mengevaluasi apakah kondisi keuangan keluarga sudah sehat. Setelah itu, kita bisa melanjutkan dengan membuat anggaran untuk bulan berikutnya.
5. Tidak saling percaya
Biasanya masalah keuangan pengantin baru yang kelima ini akan terjadi sebagai akibat dari masalah seperti yang dijelaskan di poin 1 dan 2 di atas. Yes, akar permasalahannya sebenarnya cuma satu, yakni komunikasi.
Komunikasi yang tidak lancar bisa menjadikan kedua belah pihak menjadi tidak saling percaya. Kalau dibiarkan terjadi, bakalan susah juga nih untuk bisa berbagi peran secara adil dan berimbang antara pasangan suami istri.
Nah, bagaimana? Apakah kalian masih mengalami kelima akar masalah keuangan pengantin baru di atas? Kalau iya, segera sadari kondisinya dan ambil beberapa tindakan untuk memperbaiki. Jangan tunda lagi ya, semua ini demi hidup keluarga juga ke depannya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tanda Keuangan Keluarga Tidak Sehat
Senang deh, akhirnya banyak yang semakin sadar pentingnya merencanakan keuangan–terutama keuangan keluarga–untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Tapi, bagaimana kalau kondisi keuangan keluarga tidak sehat?
Yep, sebelum beranjak ke mana-mana, sebaiknya memang kita harus memastikan dulu bahwa kondisi keuangan keluarga kita sehat. Kalau ternyata kondisi keuangan keluarga tidak sehat, ya susah juga untuk bisa mewujudkan rencana-rencana keuangan kita kan?
Kadang kondisi keuangan keluarga tidak sehat ini justru (sengaja) diabaikan. Entahlah kenapa–mungkin supaya terlihat baik-baik saja, sama seperti orang lain? Atau, mungkin enggak tahu cara mengatasinya bagaimana?
Tapi, apa pun penyebabnya, kita memang mesti sadar dulu, jika ada kondisi yang kurang sehat pada keuangan keluarga kita. Lalu, segera ambil tindakan untuk memperbaikinya satu per satu. Setelah kondisinya membaik, maka selanjutnya kita akan lebih mudah merencanakan segala hal untuk keluarga. Betul?
Jadi, apa saja tanda keuangan keluarga tidak sehat?
1. Enggak punya catatan keuangan
Padahal catatan keuangan ini penting, untuk melihat seberapa lancar cash flow kita sehari-hari, hingga bisa dianalisis dan dievaluasi secara berkala. Bisa ketahuan nih di sini, kalau keuangan keluarga tidak sehat.
Kalau catatan keuangan keluarga saja tidak punya, lalu dari mana kita bisa mengetahui, seberapa banyak kita sudah mengeluarkan uang dan seberapa banyak kita sudah bisa menabung?
Jangan-jangan, karena terlalu asyik mengeluarkan uang untuk keperluan ini itu, ternyata posisi neraca keuangan kita negatif. Aduh! Makin enggak sehat deh!
Jadi, ayo, miliki dulu catatan keuangan keluarga–mau ditulis di buku tulis biasa boleh, di aplikasi smartphone oke, atau mau pakai software semacam Excel juga bisa. Pilihlah yang paling nyaman.
2. Porsi utang lebih dari 30% penghasilan, dan didominasi oleh utang konsumtif
Dari catatan keuangan keluarga di poin pertama, kita bisa tahu posisi porsi utang kita. Amati, apakah cicilannya masih dalam batas 30% penghasilan bulanan?
Jika masih di bawah batas 30%, cermati lagi, apakah utang-utang tersebut adalah utang produktif–yang artinya aset yang didapatkan dari utang merupakan aset yang dapat memberikan nilai tambah pada diri kita sendiri? Ataukah, mostly merupakan barang-barang konsumtif, yang dibeli karena takut nggak ngehits atau kekinian?
Kalau masih lebih banyak konsumtifnya, nah, ini berarti keuangan keluarga tidak sehat. Ada baiknya dievaluasi lagi deh. Lalu, cari jalan untuk segera dilunasi.
3. Nggak bisa menabung
Berapakah proporsi menabung saat ini? Apakah sudah minimal 10% dari penghasilan bulanan? Kalau belum, berarti ada yang harus diperbaiki.
10% merupakan angka minimal porsi menabung setiap bulannya demi keuangan keluarga yang sehat. Seharusnya sih, angka persentase ini aman. Bahkan untuk yang bergaji UMR pun seharusnya tetap punya tabungan.
Kalau enggak bisa menabung, jelas menunjukkan keuangan keluarga tidak sehat. Coba cermati dari catatan keuangan. Ke mana saja perginya uang? Jangan-jangan keluarga kamu juga enggak tahu uangnya buat apa saja.
4. Nggak punya tujuan keuangan
Kalau enggak bisa menabung, maka besar kemungkinan tujuan keuangan akan sulit dicapai. Atau, malahan enggak bisa menabung karena enggak punya tujuan keuangan?
Hati-hati lo. Kalau kita enggak punya tujuan keuangan, maka itu jadi salah satu sebab utama keuangan keluarga tidak sehat. Jadi, nanti kalau tiba waktunya harus menyekolahkan anak, misalnya, kita jadi kelabakan mencari biaya. Ujung-ujungnya, berutang.
Atau, enggak punya dana pensiun. Wah, nanti kalau sudah berada di masa pensiun, dari mana kita hidup? Menggantungkan diri pada anak-anak kita, dan menjadikan mereka sebagai sandwich generation?
5. Rasio likuiditas aset kurang dari 6 x penghasilan
Salah satu indikator kesehatan keuangan adalah rasio likuiditas aset adalah minimal 6 x penghasilan bulanan. Jadi, berapakah aset lancar kita–uang tabungan, reksa dana pasar uang, deposito, dan sebagainya–itu yang bisa dengan segera dicairkan kalau ada kondisi darurat? Apakah bisa mencapai 6 x penghasilan?
Kalau enggak, ya berarti keuangan keluarga tidak sehat. Coba cek lagi, apa saja yang bisa dialihkan menjadi aset lancar ya.
6. Nggak punya proteksi
Kenapa enggak punya proteksi? Apakah merasa tidak butuh, ataukah karena sebab lain?
Tanda keuangan keluarga tidak sehat terlihat saat sang pencari nafkah dalam keluarga tiba-tiba *knocks on wood* terkena musibah–apa pun itu bentuknya–dan kemudian kondisi keluarga jadi oleng karena kehabisan uang.
Padahal ya, namanya musibah. Dia enggak pernah mengenal situasi, cuaca, dan kondisi. Mau datang, ya datang saja tanpa diundang. Kapan pun bisa terjadi.
Jika kita sampai tidak punya proteksi–dengan alasan apa pun–maka itu berarti kita membahayakan keluarga kita. Jadi, ayo, dicermati. Enggak harus semua segera di-cover, prioritaskan dulu yang penting.
7. Saling merahasiakan hal keuangan dengan pasangan
Nah, ini nih. Sekian lama sudah hidup berdua, kok masih saja saling merahasiakan kondisi keuangan masing-masing? Tapi, hal ini bisa saja terjadi.
Yah, balik lagi sih. Semua kembali ke niat dan komitmen masing-masing. Seharusnya saluran komunikasi pasangan suami istri–terutama soal keuangan–sudah mulai dibuka lebar sejak masih pengantin baru. Seharusnya, tidak ada rahasia keuangan di antara berdua.
Tapi, yah, kondisi memang bisa saja berbeda. Namun, rahasia seperti ini bisa memperparah kondisi keuangan keluarga tidak sehat.
So, please, no rahasia. Yang belanja melebihi bujet, coba deh bilang. Yang punya utang tambahan, coba juga untuk sharing. Kan, niat membangun keluarganya berdua, ada masalah juga sebaiknya dihadapi berdua.
Nah, jadi, mana saja tanda keuangan keluarga tidak sehat yang masih terjadi sampai sekarang? Beresin dulu, yuk!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Setelah Lama Menikah, Pasangan Suami Istri Harus Cek 5 Hal Keuangan Ini
Sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, biasanya apa sih yang selalu jadi bahan obrolan? Rencana sekolah lanjutan untuk anak? Rencana pensiun mau ngapain aja?
Yes, sebagai pasangan suami istri yang telah lama menikah, pastinya kita harus tetap memelihara komunikasi yang baik satu sama lain, bahkan seharusnya jalan komunikasi semakin baik lantaran sudah begitu lama berkeluarga. Iya kan? Yang dulu, saat masih menjadi pasangan pengantin baru masih tergagap-gagap, sekarang sudah biasa.
Tapi kadang, karena sebegitu biasanya, justru malah makin jarang mengobrol serius berdua. Apalagi sudah ada anak-anak yang “ngerecokin”–dalam arti baik ya. Kadang rasanya susah banget untuk sekadar sendirian berdua saja ngobrol sana-sini sama pasangan.
Apalagi ngobrolin keuangan keluarga. Beugh. Rasanya nggak sempat lagi.
Padahal, seiring waktu berjalan, banyak hal yang harus selalu pasangan suami istri pantau ketika mereka sudah lama menikah, termasuk keuangan keluarga. Kalau dulu, saat masih berada di awal masa pernikahan sudah pernah mengobrol berdua tentang apa saja yang pengin dijadikan cita-cita keluarga, sekarang waktunya untuk me-review, apa saja yang sudah didapatkan dan apa yang masih harus diperjuangkan.
Jadi, sebagai pasangan suami istri yang sudah lama menikah, hal keuangan apa saja nih yang harus diobrolkan lagi?
1. Cek aset yang dimiliki sekarang
Sudah berapa tahun menjadi keluarga, seharusnya sih sudah ada sedikit aset yang terkumpul. Betul nggak? Jadi, mari kita cek aset apa sajakah yang berhasil kita miliki sejak kita mulai membangun keluarga hingga sekarang.
Kamu bisa cek:
- Posisi tabungan di bank
- Posisi kepemilikan surat berharga
- Posisi investasi lainnya, misalnya kamu sempat berinvestasi di P2P Lending, dan sebagainya.
- Posisi kepemilikan properti
- Posisi kepemilikan barang lain yang bisa menjadi aset pribadi
Nah, coba bicarakan berdua ya, karena seharusnya sebagai pasangan, kalian masing-masing harus tahu posisi aset real kalian ini.
2. Cek kondisi utang
Apa saja utang yang masih ongoing sampai dengan hari ini? KPR? Kredit kendaraan? Beberapa kredit panci dan blender?
Pastikan satu sama lain tahu, utang apa saja yang harus menjadi beban keluarga, dan kapan utang ini harus diselesaikan. Pastikan juga, bahwa posisi cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan bulanan ya. Jika sudah melebihi batas, maka cari cara untuk bisa mengurangi porsi cicilan utang ini. Coba cek artikel mengenai cara efektif melunasi utang ini ya?
Hal ini juga penting untuk dilakukan jika ternyata–karena suatu keadaan tertentu–kita belum juga dapat melunasi utang, sedangkan masa pensiun semakin dekat. Wah, mesti segera dicari cara ya, jangan sampai di masa pensiun kita masih terbebani oleh utang.
Karena itu, masalah kondisi utang ini adalah salah satu hal keuangan yang harus dibicarakan oleh pasangan suami istri secara periodik atau rutin.
3. Cek rasio tabungan
Rasio tabungan terideal adalah 10% dari penghasilan per bulannya. Jadi, apakah sampai saat ini, kamu dan pasangan kamu masih dapat menabung minimal 10% dari penghasilan bulanan kalian? Atau, kurang? Atau malah lebih?
Jika masih stagnan di 10%, mungkin enggak kalau ditambah lagi porsinya? Kalau misalnya posisi menabung sekarang kurang dari 10%, apa yang menjadi penyebab kurangnya porsi ini? Adakah hal-hal yang bisa dilakukan untuk menambah porsinya? Nah, terus, kalau lebih gimana? Ya, bagus! Keep going!
4. Cek rasio likuiditas
Hal keuangan berikutnya yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang telah lama menikah adalah rasio likuiditas, yaitu perbandingan antara pengeluaran bulanan dengan aset lancar yang sudah dimiliki sampai sekarang.
Yang termasuk aset lancar itu apa? Adalah uang tunai, tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, dan sebagainya–yang bisa dicairkan ke dalam bentuk uang tunai dalam waktu singkat. Likuiditas ini paling ideal besarnya 3 – 6 kali pengeluaran bulanan.
Bisa dibilang, posisi rasio likuiditasmu ini adalah posisi real dana daruratmu. Dana darurat akan menjadi “payung” jika suatu saat ada kendala dalam hidup kita. Namanya juga darurat kan?
So, likuiditas ini penting juga untuk dicek secara periodik, bagi pasangan suami istri. Jangan sampai kecolongan, karena sering dipakai untuk kondisi darurat, tapi lupa diganti ya.
5. Cek posisi tujuan keuangan
Dan, akhirnya, apa kabar tujuan keuangan yang dulu pernah dibuat saat masih pengantin baru? Semoga masih tetap istikhomah dan konsisten berjuang mencapainya.
Adakah tujuan keuangan yang sudah berhasil diwujudkan? Banyak sih harusnya. Apa saja? Coba dibikin daftar, supaya bisa menambah motivasi untuk mencapai tujuan keuangan lain yang belum terlaksana.
Itu dia beberapa hal keuangan yang harus dicek oleh pasangan suami istri yang sudah lama menikah secara periodik dan rutin.
Sudah punya kebiasaan ngobrolin 5 hal di atas belum sama pasangan? Kalau belum, hayuk, segera diawali deh kebiasaan baik ini ya. Bermanfaat banget lo, agar bisa konsisten di jalur yang sudah disepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.