Menikah di Rumah atau di Gedung? Ini Plus Minusnya
Salah satu pos terbesar saat kita sedang membuat anggaran acara pernikahan adalah biaya sewa gedung. Apalagi jika tanggal yang kita pilih adalah tanggal cantik atau unik, tanggal nikahnya sejuta umat. Atau, pengin lokasi yang strategis, kapasitas besar, dekorasi mewah. Sudahlah, harga bisa melangit banget. Makanya kadang muncul opsi selain menyelenggarakan resepsi pernikahan di gedung: mendingan menikah di rumah aja apa?
Ini juga dulu yang menjadi pertimbangan salah satu teman yang hendak menikah di tanggal 09-09-09. Karena hampir semua gedung yang biasa menjadi venue pernikahan full booked, maka keputusan akhirnya mereka mengadakan semua tahapan upacara menikah di rumah, termasuk upacara adat hingga resepsi.
Nah, untuk membantumu mempertimbangkan, berikut ada beberapa plus minus opsi menikah di rumah atau sewa gedung pernikahan.
Menikah di Rumah
Plusnya menyelenggarakan acara pernikahan di rumah:
- Tak perlu khawatir full booked, bahkan di tanggal-tanggal cantik dan unik. Kamu bisa menyelenggarakan acara di hari baik apa pun. Jika di hari yang sama, tetamu juga harus menghadiri acara pernikahan yang lain, biarkan saja mereka sendiri yang mengaturnya bukan?
- Kamu bisa lebih menghemat pengeluaran di pos sewa gedung yang bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung lokasi dan jenis gedungnya. FYI, untuk bisa menggelar pesta pernikahan di Half Patiunus, kamu perlu menyediakan dana sekitar Rp100 – 200 juta/paketnya. Sedangkan, kalau mau yang lebih terjangkau, misalnya di gedung Museum Purna Bhakti Pertiwi, kamu perlu merogoh kocek sekitar Rp5 juta untuk sewanya.
- Waktu acara tidak terbatas. Kamu boleh saja mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam–dengan catatan sudah seizin RT/RW. Rumahmu sendiri ini kan? Bebas!
- Bisa lebih banyak mendapat bantuan tetangga. Biasanya kalau di kampung-kampung–kayak kampung saya–kalau ada salah satu warga yang punya hajat, se-RT yang bantuin; mulai dari masak, keamanan, penerima tamu, dan lain sebagainya. Memang tidak ada kewajiban uang jasa, tetapi kita sebagai yang punya hajat ya mesti tahu dirilah ya. Biasanya ada sedikit uang saku buat keamanan, yang buat masak ya nanti boleh kalau mau bawa tupperware dari rumah, dan sebagainya. Pastinya sih enggak sebesar uang jasa vendor pernikahan.
Minusnya menyelenggarakan acara pernikahan di rumah:
- Jelas lebih repot persiapannya. Sewaktu ada saudara yang menikah di rumah dulu, rumahnya sudah mulai disiapkan sejak beberapa bulan sebelumnya, termasuk merenovasi bagian-bagian tertentu, mengecat ulang, dan sebagainya. Tentunya ini opsional sih. Kalau memang rumahnya sudah dirasa cukup representatif, enggak harus direnovasi juga kan? Dan, biaya renovasi rumah itu juga enggak sedikit lo.
- Area di rumah juga lebih terbatas, enggak kayak gedung yang memang dipersiapkan untuk menampung orang banyak. Jadi, ya mesti pinter-pinter atur waktu kunjung tamu, atur parkir mobil dan kendaraan lain, juga atur sirkulasi gerak tamu. Karena kalau enggak, duh, jadi kayak sarden kegencet di dalam kaleng. Apalagi kalau rumahnya enggak seberapa besar.
- Pos pengeluaran sewa gedung memang bisa dicoret, tapi butuh pos pengeluaran lain, misalnya sewa tenda, tambahan kursi, plus dekorasi.
- Beres-beres setelah pesta juga melelahkan lo, jadi harus diperhitungkan juga.
Menikah dengan Sewa Gedung
Plusnya mengadakan resepsi pernikahan di gedung:
- Area lebih lega, tentu saja. Bisa disesuaikan dengan jumlah tamu yang ingin kita undang. Undangan 300, berarti cari gedung yang muat menampung setidaknya 1000 orang. Undangan 500, berarti mencari gedung yang lebih besar lagi, mungkin yang berkapasitas 1500 orang. Dan seterusnya.
- Hemat energi dan tenaga, karena biasanya gedung pernikahan juga ada yang menawarkan sepaket dengan dekorasi, bahkan katering. Lumayan juga kan, enggak perlu atur sana-atur sini lagi. Serahkan saja pada ahlinya, kita bisa fokus pada kesakralan upacara saja.
- Biasanya lokasinya juga cukup strategis, sehingga memudahkan tamu yang akan datang.
- Bersih-bersih? Nggak kayak menikah di rumah, sudah ada orang yang bertugas di gedung pernikahan. Setelah acara selesai, kita bisa langsung pulang atau capcus bulan madu.
Minusnya menyelenggarakan pesta pernikahan di gedung:
- Pastinya, kamu harus menyediakan dana yang cukup besar, berbeda dengan acara menikah di rumah. Untuk sekelas Balai Sarbini, Hotel Mulia, dan sejenisnya sudah pasti harga sewanya mencapai ratusan juta rupiah. Kalau mau yang lebih murah, ya kamu bisa menyewa gedung-gedung milik pemerintah, misalnya Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta atau gedung Aula Sudirman Makodam Jaya yang harga sewanya paling banter Rp10 juta saja untuk waktu 6 jam.
- Risiko full booked di tanggal-tanggal tertentu, sehingga mungkin kamu harus memilih tanggal baik yang lain daripada yang lain.
- Dalam satu hari, bisa saja ada 2 acara resepsi. Sehingga waktunya pun jadi terbatas dan sempit banget. Misalnya, acara resepsimu siang hari pukul 12.00, sedangkan malamnya pukul 19.00 sudah akan dipakai lagi, berarti setidaknya pukul 15.00, dekorasi pestamu sudah harus dibersihkan, baik acara sudah selesai atau belum.
Nah, sudah ada banyak pertimbangan plus dan minusnya menikah di rumah atau mengadakan resepsi di gedung. Kamu pilih yang mana? Pastinya sesuaikan dengan bujet yang sudah kamu buat dan juga kemampuan finansialmu ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menikah = Megah = Mahal ?
Sampai saat ini gue sendiri sudah bertemu dengan cukup banyak klien yang mau menikah. Kalo ketemu klien single atau yang ingin menikah biasanya gue akan nanya “Ga bikin tujuan untuk Dana Menikah?”. Bermula dari pertanyaan itu, baru deh ngobrol lebih jauh mengenai Dana Menikah.
Dari semua klien yang gue temui yang kebanyakan cewek dan ngobrol tentang dana menikah, banyak yang mengatakan mereka tidak ingin mengadakan pernikahan yang besar-besaran sampai mengeluarkan dana ratusan juta rupiah. Mereka lebih ingin kalau ada lebih dana, lebih baik untuk DP rumah, mobil, atau untuk tabungan pendidikan anak nanti.
Menurut gue, menikah itu tidak perlu megah karena prosesi sakralnya ada di saat akad nikah. Di situlah proses inti dalam pernikahan. Resepsi hanya “publikasi” ke teman dan saudara bahwa kita sudah melangsungkan pernikahan. Jadi menurut gue, agak gak make sense kalau biaya menikah sampai ratusan juta dalam kurang waktu seminggu. Padahal setelah pernikahan tersebut, ada hari-hari setelahnya bahkan tahun-tahun setelahnya yang lebih membutuhkan biaya.
Pentingnya bagi para single untuk menyiapkan dana menikah
Tidak bisa dipungkiri memang, masih banyak juga yang masih berharap orang tuanya yang akan menanggung biayanya. Tapi menurut gue inilah saatnya sebagai seorang anak tidak membebani orang tua dan bisa membuktikan kepada mereka kalau kita sudah bisa mandiri. Toh, kita juga sudah punya penghasilan sendiri. Jadi seharusnya kita mampu membiayai pernikahan kita sendiri.
Buatlah perkiraan jangka waktu berapa lama lagi akan menikah (walaupun dalam faktanya banyak juga yang meleset). Perkirakan juga berapa nominal yang ingin dipersiapkan untuk mencapai tujuan ini.
Lalu untuk instrumennya, jangka waktu 1 – 3 tahun bisa menabung atau berinvestasi di Reksadana Pasar Uang. Untuk jangka waktu 3 – 5 tahun gunakan Reksadana Pendapatan Tetap, dan di antara 5 – 10 tahun bisa menggunakan Reksadana Campuran.
Oke, sekarang bagaimana tahapannya untuk merencanakan Dana Menikah?
– Bicarakan dengan pasangan mengenai konsep acara pernikahan, dari konsep ini nantinya akan lahir cost yang harus disiapkan
– Bicarakan mengenai pembagian porsi untuk biaya pernikahan, misalnya pihak wanita yang membayar tempat resepsi dan pihak pria yang menanggung biaya catering
– Jangan sungkan untuk berbicara dengan orang tua sejak jauh hari mengenai biaya pernikahan ini. Ada pasangan yang benar-benar ingin membiayai pernikahaannya sendiri, namun tidak menutup kemungkinan bila orang tua akan membantu biaya pernikahannya nanti. Pengalaman dari seorang klien, mereka sudah menghitung budget pernikahan mereka. Ternyata pada hari H biaya tersebut membengkak karena orang tua mereka ingin mengundang lebih banyak rekannya.
Coba tanyakan kepada orang tua, apakah mereka ingin membantu biaya pernikahan? Kalau iya, berapa nominalnya. Karena dari nominal ini kita bisa langsung berhitung.
– Yang gak kalah penting adalah survey tempat dan bertanya ke teman-teman yang sudah menikah mengenai biaya dan vendor. Dari sini lo bisa membandingkan harga dan kualitas dari berbagai vendor.
– Coba bernegosiasi dengan teman-teman atau saudara yang sekiranya mempunyai usaha yang berkaitan dengan persiapan pernikahan. Contoh teman yang punya percetakan bisa di- lobby untuk mengurangi cost cetak undangan, teman yang berprofesi sebagai fotografer bisa membantu dokumentasi, saudara yang punya usaha catering bisa membantu konsumsi pada saat pernikahan, dll. Bantuan dari kalangan terdekat ini bisa membantu untuk meringankan biaya pernikahan.
Ada salah satu ide dari klien gue waktu itu mengenai konsep pernikahan. Dia bilang, “Menurut gue, bisa aja ngadain akad di rumah dan untuk merayakan dengan teman-teman, adain aja makan bareng di restoran mana kek. Kan bisa se-simple itu sebenarnya”.
Banyak konsep dan ide sebenarnya untuk menikah. Jadi tidak harus megah atau glamour. Ingat! Kehidupan setelah resepsi pernikahan jauh lebih panjang dan butuh lebih banyak biaya.
Semoga lo bisa menemukan ide dan konsep yang sesuai dengan budget pernikahan lo nantinya.
Good luck!
@gugiabdel | sales