Investasi Saham Tanpa FOMO: 5 Cara untuk Melakukannya
Kami di QM Financial sering merasa sedih, ketika membaca atau mendengar berita mengenai terjebaknya banyak orang dalam berbagai bentuk investasi yang tak bertanggung jawab. Termasuk adalah investasi saham.
Memang, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang dikatakan dapat memberikan keuntungan yang relatif besar, sehingga banyak orang pun tergiur.
Tapi sayangnya, hal ini tak dibarengi dengan kedewasaan dalam berinvestasi. Pasalnya, saat kita memutuskan untuk mulai berinvestasi—terutama pada instrumen dengan risiko tinggi—maka akan ada faktor psikologis yang harus dikendalikan. FOMO, atau fear or missing out, adalah salah satunya.
Apa Itu FOMO?
FOMO, atau fear of missing out, adalah perasaan takut atau khawatir yang berlebihan akibat ketinggalan tren atau update kekinian.
FOMO pertama kali diperkenalkan sebagai istilah untuk menyebut perasaan cemas atau berlebih yang dirasakan seseorang, ketika tahu bahwa orang-orang di sekitarnya bisa berkumpul, tanpa dirinya. Misalnya, ketika kamu tahu, bahwa semua rekan kerjamu diundang pesta pernikahan atasan di kantor, sedangkan kamu tidak menerima undangan sama sekali. Nah, perasaan ‘left out’ itulah yang disebut sebagai FOMO.
Meski bisa saja disebabkan oleh berbagai hal, tetapi rata-rata FOMO dikaitkan dengan kecanduan media sosial.
Ya enggak heran sih, karena media sosial sekarang menjadi salah satu sumber berita (dan ajang pamer) terbesar akhir-akhir ini. Jadi salah kalau main media sosial? Ya, pastinya enggak salah. Hanya saja, kembali pada kita bagaimana memanfaatkannya.
Tanpa ada kecerdasan dan kebijakan yang menyertai, media sosial memang bisa menjerumuskan. Kayak yang terjadi pada kasus investasi saham selama pandemi. Jumlah investor baru yang meningkat ternyata juga dibarengi oleh angka kerugian yang juga bertambah. Semua karena postingan dan berita di media sosial yang hanya ditelan begitu saja, tanpa dicermati dan dicerna dengan baik.
FOMO dan Investasi Saham
Investasi saham sendiri—seperti yang sudah kita pelajari—memiliki risiko yang tinggi. Risikonya berupa risiko pasar, yaitu ketika harga atau nilainya anjlok dalam tempo yang cukup cepat, selain juga bisa meningkat tajam dalam hitungan jam saja.
Roller coaster ini, kalau untuk investor yang sudah senior sih B aja. Tapi, bagi pemula, bisa menyebabkan panic attack, yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk panic selling ataun panic buying.
Nah, inilah yang bahaya. FOMO. Serbatakut; takut ketinggalan nggak kebagian cuan, takut juga rugi terlalu banyak.
Mengatasi FOMO saat Investasi Saham
Jadi gimana dong ya? FOMO bisa dikatakan sebagai ‘gangguan emosi’ jika dalam konteks investasi saham. Karena merasa FOMO, kita jadi takut ketinggalan tren, hingga melupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menganalisis kondisi saham. Akibatnya, bisa terjadi salah beli. Pastinya, hal ini akan menimbulkan kerugian. Besar ataupun kecil, kerugian dalam investasi saham, ya tetaplah kerugian. Seharusnya, hal ini bisa dihindari.
Karena itu, penting bagi kita untuk bisa mengatasi FOMO jika ingin berinvestasi saham.
1. Sadari risiko investasi
Setiap instrumen investasi akan menyimpan risiko, dan hal ini berbanding lurus dengan potensi keuntungannya. So, ketika kamu berinvestasi pada instrumen yang memberikan potensi keuntungan besar, seperti saham, kamu juga harus siap dengan segala risikonya yang tinggi.
Ini sudah dalil, dan merupakan basic knowledge banget buat investor pemula di semua instrumen.
Masalahnya, keuntungan yang besar inilah yang sering kali menjadi penyebab utama timbulnya FOMO. So, coba deh, mindset-nya dibuat benar terlebih dulu. Bahwa risiko akan meningkat, seiring potensi keuntungan yang besar. Siap enggak menerima segala risikonya, kalau seumpama mengejar profit yang tinggi seperti ini?
Kalau tidak, nah, ini bisa jadi rem buatmu agar tidak FOMO.
2. Balik ke #TujuanLoApa
Yes, ini akan selalu jadi “senjata” ampuh untuk kembali ke track, saat kita tergoda untuk berjalan ke arah yang lain.
Tujuan pertama mau investasi itu untuk apa sih? Untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, … dan lainnya?
Investasi tanpa tujuan, pada akhirnya pasti akan sia-sia belaka. Memiliki tujuan investasi yang pasti, akan menghindarkanmu dari sekadar ikut-ikutan apa yang lagi tren. Punya rencana investasi yang komprehensif akan membuatmu tetap bisa berada di jalur yang benar, dan tidak akan membahayakan tujuan keuanganmu sendiri karena pengin coba ini dan itu.
3. Endapkan berita dan cerna dengan baik
Berita dan isu-isu biasanya adalah pemantik timbulnya FOMO. So, kalau mau supaya FOMO-nya nggak muncul, ya hindari membaca berita-berita atau isu-isu yang enggak jelas sumbernya. Jika memang sumbernya tepercaya, maka kamu juga sebaiknya mencernanya dulu dengan baik, sebelum bereaksi.
Jika bombardir isu membuatmu terus menerus merasa cemas akan rencana investasimu—hingga tergoda untuk FOMO—segera tinggalkan dulu media sosial. Hindari dulu membaca berita, kalau perlu jeda sejenak dari internet.
Lakukan hal lain yang mengasyikkan, sembari mengendapkan segala berita dan isu yang ada, sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih untuk mengambil keputusan.
4. Cek statistik
Data tak pernah bohong, betul? Karena itu, jika kamu melihat lonjakan harga pada instrumen investasi saham tertentu, coba deh cermati statistik harga yang selama ini ada. Di situ, kamu akan melihat, apakah kenaikan itu tren sesaat semata, ataukah memang fundamental yang memengaruhinya?
Jika terlihat hanya tren semata, maka lebih baik kamu hindari saja. Kecuali jika kamu berniat (dan berkemampuan) untuk trading jangka pendek, demi mengejar keuntungan singkat.
5. Evaluasi
Kita sudah banyak melihat, betapa orang banyak yang terjebak kerugian akibat FOMO. So, ada baiknya, kamu tak mengulangi kesalahan yang sama.
Lakukan evaluasi terhadap rencana keuangan dan realisasinya sampai sejauh ini; apakah ada yang perlu disesuaikan, atau semua masih berkembang sesuai harapan? Jika masih berkembang, maka ada baiknya kamu biarkan investasimu bertumbuh sesuai rencana. Jangan diutak-atik, kecuali ada situasi dan kondisi yang berubah lagi.
So, investasi saham tanpa FOMO? Harus!
FOMO bisa banget dihindari dengan 5 hal di atas. jadi, sudah enggak ada alasan lagi buat takut ketinggalan dapat cuan.
Teruslah belajar dan membuka pikiranmu akan perubahan dunia investasi, agar kamu kemudian bisa membuat rencana yang sesuai, tanpa harus terjebak FOMO.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Tanda Terbesar Perencanaan Keuangan Pribadi Kamu Sudah Oke Bats
Setuju kan, kalau kita harus punya perencanaan keuangan pribadi yang baik, agar kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita ke depannya?
Sebagian besar dari kamu, mungkin sekarang sudah mengaku memiliki perencanaan keuangan pribadi sesuai kondisi masing-masing. Kamu sudah punya tujuan finansial, melakukan budgeting, membangun dana darurat, dan sebagainya. Lalu, bagaimana? Apakah sekarang kondisi keuanganmu lebih baik? Apakah perencanaan keuangan yang kamu buat sudah oke?
Coba lihat yuk, tanda-tanda apa saja yang menampakkan bahwa perencanaan keuangan pribadi yang kamu miliki sudah oke dan sesuai untukmu.
Tanda-Tanda Perencanaan Keuangan Pribadi Kamu Sudah Oke
1. Punya tabungan yang cukup
Tanda pertama bahwa perencanaan keuangan pribadi kamu sudah oke adalah ketika kamu sudah punya tabungan yang cukup, yang tidak lagi kamu sabotase sendiri untuk hal-hal yang kurang berfaedah.
Punya tabungan yang cukup buatmu sama pentingnya dengan belanja untuk kebutuhan. Jadi, kamu memang sudah mengalokasikannya, dan merealisasikannya dengan baik.
Ini juga artinya kamu sudah punya dana darurat, yang meski mungkin belum memenuhi jumlah ideal, tetapi sudah ada, dan sudah siap untuk kamu gunakan sewaktu-waktu jika mendesak.
2. Terbiasa membayar tagihan tepat waktu
Ya, kenapa enggak tepat waktu, karena semua sudah ada alokasinya? Betul nggak? Kalau bisa malahan segera dibayar, supaya beban menjadi lebih ringan. Kamu bisa terhindar dari denda atau biaya administrasi, dan bunga tambahan yang enggak perlu.
Dengan lunasnya semua kewajiban—bayar tagihan listrik, air, pulsa, sampai cicilan utang—di awal, itu artinya uang yang tersisa tinggal dikelola saja untuk kebutuhan selama satu bulan, atau sampai gajian berikutnya.
Khawatir nggak bisa membayar tagihan atau mencicil enggak pernah ada dalam perencanaan keuangan pribadi kamu.
3. Cash flow lancar dan positif
Perencanaan keuangan pribadi kamu sudah baik kalau cash flow kamu sudah cukup lancar. Artinya, penghasilan dan pengeluaran berimbang. Atau bahkan, sudah positif. Artinya, penghasilan lebih besar daripada pengeluaran.
Mengapa? Karena kamu punya bujet untuk setiap pengeluaran. Begitu kamu menemukan hal-hal yang kurang efisien dan efektif di dalamnya, kamu bisa segera tahu dan bisa langsung menyesuaikan diri.
4. Aman dari utang
Saat kamu sudah melakukan perencanaan keuangan pribadi dengan baik, maka kamu juga akan bisa mengelola utang dengan baik.
Utang memang tak dilarang, tetapi sebaiknya tidak dilakukan sembarangan. Setidaknya, kamu harus yakin bahwa kamu bisa mengembalikan pinjamannya. Terus, caranya yakin gimana? Ya, dengan membuat perencanaan keuangan dengan baik. Hitung penghasilan, dan proyeksikan cicilannya. Bisa enggak kamu berkomitmen membayarnya sampai tuntas?
Yes, berani punya utang, berarti berani bayar. Hanya itu satu-satunya solusi untuk bisa lepas dari utang kan? Tanpa perencanaan keuangan pribadi yang baik, utang akan jadi batu sandungan dalam hidup.
5. Bisa investasi rutin setiap bulan
Investasi rutin selayaknya kebutuhan buatmu, karena itu kamu mengalokasikannya dengan baik di awal bulan, alih-alih menginvestasikan uang sisa belanja.
Kamu juga dapat melakukan review terhadap investasimu, karena rencana investasinya sudah ada. Kamu tinggal mencocokkannya antara apa yang direncanakan dengan yang terjadi di lapangan. Jika memang belum berkembang sesuai harapan, kamu bisa mencari solusi yang terbaik tanpa harus “mengorbankan” tujuan finansialmu.
Seiring waktu, kamu juga akan lebih memprioritaskan investasimu ketika memang ada peluang. Misalnya, alih-alih uangnya dipakai untuk liburan, kamu akhirnya malah menggunakannya sebagai DP rumah atau apartemen. Kamu tahu apa yang kamu butuhkan dan mana yang keinginan belaka.
6. Punya asuransi yang lengkap
Jika perencanaan keuangan pribadi kamu sudah oke, maka kamu pasti juga sudah punya alokasi khusus untuk iuran premi asuransi, baik asuransi kesehatan, asuransi jiwa jika memang perlu, dan asuransi lain yang mungkin kamu butuhkan.
Kamu sadar pentingnya asuransi adalah untuk melindungi aset-asetmu, sehingga harus banget masuk juga dalam budgeting rutin, baik bulanan maupun tahunan.
Nah, setelah melihat 6 tanda di atas, lalu gimana? Apakah perencanaan keuangan pribadi kamu juga seperti yang sudah dijabarkan di atas? Sudah? Maka, selamat! Kamu tinggal konsisten saja menjalankan apa yang sudah kamu lakukan sekarang.
Belum? Tak perlu khawatir. Masih ada waktu untuk memperbaikinya, dan selalu akan ada peluang untuk belajar perencanaan keuangan pribadi dengan lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Level Literasi Keuangan yang Harus Kamu Tahu
Kita harus mengakui, bahwa beberapa kasus investasi bodong dan juga kasus pinjol yang masih terus terjadi belakangan tak lepas dari masih rendahnya literasi keuangan masyarakat kita.
Namanya juga usaha, para oknum penyelenggara investasi bodong pastilah menawarkan berbagai iming-iming agar kita tertarik dan kemudian ikut bergabung dalam skemanya. Ada yang berjanji memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada instrumen lain, ada juga yang menjanjikan keuntungan pasti dan teratur layaknya gaji, sampai ada juga yang mengklaim, bahwa investasinya akan memberi return yang sangat cepat.
Mendengar klaim-klaim ‘lebih tinggi’, ‘lebih pasti’, dan ‘lebih cepat’ membuat banyak orang jadi tergiur untuk menyetorkan dana. Padahal, ketiga hal tersebutlah yang tak akan pernah ada dalam sebuah skema investasi yang benar.
Pada akhirnya, para korban baru sadar ketika tak ada satu pun janji yang terealisasi. So, siapa yang harus disalahkan? Yah, enggak usah menyalahkan pihak lain. Lebih baik, fokus pada diri sendiri: sudahkah kita memiliki tingkat literasi keuangan yang baik, sehingga bisa memfilter hal-hal tak wajar itu?
Seharusnya sih bisa.
Apa Sih Literasi Keuangan Itu?
Pemerintah sendiri sih sudah memiliki berbagai aturan dan hukum yang sah untuk melindungi masyarakat dari upaya-upaya penipuan seperti ini. Tapi ya, sepertinya semua hukum tersebut akan percuma saja, kalau kita sendiri tak berusaha juga meningkatkan literasi keuangan kita.
Pasalnya, oknum yang bermaksud jahat itu biasanya juga kreatif. Mereka akan selalu bisa menemukan cara agar tujuannya tercapai. Dan, kitalah yang menjadi sasarannya. Bisa apa kita kalau literasi keuangan kita rendah?
Sebenarnya apa sih literasi keuangan itu?
Otoritas Jasa Keuangan, atau OJK, sendiri memberi definisi, bahwa literasi keuangan adalah pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memengaruhi kualitas pengambilan dan pengelolaan keuangang demi meningkatkan kesejahteraan kita dalam hidup.
Ada juga definisi dari Organization for Economic Co-operation and Development, atau OECD, yang menjelaskan bahwa literasi keuangan adalah pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep risiko keuangan, sekaligus juga keterampilan untuk menerapkannya demi membuat keputusan finansial yang efektif dalam meningkatkan financial wellbeing.
Tingkat Literasi Keuangan yang Rendah Membuat Orang Lebih Mudah Terlibat Masalah
Sampai dengan tahun 2019, OJK mencatat bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yaitu sebesar 38% saja, dengan inklusi 76%. Ini artinya, dari 100 orang Indonesia, baru sebanyak 38 orang saja yang sudah memiliki pemahaman yang cukup baik soal finansial.
Meski terbilang rendah, tetapi sebenarnya rasio ini justru meningkat, karena di tahun 2016, tingkat literasi kita hanyalah sebesar 29.7%, dengan indeks inklusi keuangan sebesar 67.8%
Rendahnya rasio literasi ini menghasilkan begitu mudahnya orang tergiur iming-iming investasi yang tak masuk akal, berutang ke pinjol ilegal sampai tak terkendali, over-belanja, dan sebagainya, yang akhirnya menyebabkan mereka menjadi tak punya tabungan, tak punya rencana masa depan, sampai terlihat kesulitan keuangan yang besar sampai-sampai membahayakan kesehatannya.
Apakah hal tersebut yang kita inginkan? Pastinya sih enggak.
Segala macam iming-iming investasi bodong dan pinjol bisa kita tolak, jika kita punya bekal pengetahuan keuangan yang cukup.
3 Level Literasi Keuangan
Lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto, menjelaskan bahwa ada 3 level literasi keuangan yang harus dilalui ketika orang mulai belajar mengelola finansialnya.
Awareness
Level ini merupakan level paling dasar, dan terjadi ketika orang mulai sadar akan kondisinya yang kurang baik secara finansial dan butuh untuk belajar lebih banyak. Niat untuk menjadi lebih baik secara finansial mulai timbul pada level ini; dari mulai enggak peduli kemudian berubah menjadi lebih care terhadap masa depan sendiri.
Biasanya orang akan mulai mencari-cari tahu apa saja yang bisa dipelajari untuk membuat kondisi keuangan lebih baik. Ia akan mulai mencari informasi mengenai berbagai sumber belajar. So, di sini ia akan mulai follow akun-akun yang suka berbagi tip keuangan dasar, biasanya sih dimulai dari yang gratis-gratis dulu.
Knowledge
Pada level ini, seseorang sudah mulai mengerti dan paham, bahwa ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa meningkatkan literasi keuangannya.
Ia mulai paham beberapa produk keuangan, dan bisa mulai memilih mana yang paling sesuai untuk dimanfaatkan. Ia juga mulai bisa bercerita pada temannya, bahwa ia tahu produk A, B, C, dan D, dan apa fungsinya masing-masing, tetapi sebenarnya ia sendiri belum mencobanya. Seenggaknya belum semua atau secara lengkap.
Action
Setelah minat dan sudah cukup paham, maka level literasi keuangan selanjutnya adalah action. Di sini seseorang mulai mempraktikkan apa yang ia ketahui. Ia akan tahu dari mana ia bisa mulai, dan ia mulai dengan cermat sembari belajar lebih banyak lagi.
Pada level ketiga ini, seseorang sudah bisa dikatakan memiliki tingkat literasi keuangan yang baik.
Nah, bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu merasa masih sering tergoda oleh berbagai iming-iming yang bisa bikin tabungan jebol? Mulai dari iming-iming investasi return cepat, belanja impulsif, utang tak terkendali, dan sebagainya?
Jika memang demikian, ayo, segera ajak dirimu sendiri untuk segera sadar, bahwa pengetahuan finansial itu sangat penting untuk kita miliki demi masa depan dan hidup yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelonggaran Terjadi, Perencanaan Keuangan Seperti Apa yang Cocok untuk Era Pascapandemi?
Ini berita baik memang, ketika sejumlah daerah di Indonesia sudah mulai melonggarkan pembatasan akibat pandemi. Bahkan secara nasional sendiri pun, Indonesia sudah membuka gerbang bagi warga negara asing. Pemulihan ekonomi secara bertahap terjadi, dan jadi PR lagi nih soal perencanaan keuangan pribadi kita supaya bisa beradaptasi lagi dengan masa yang baru.
Di awal pandemi, sebagian dari kita harus membolak-balikkan rencana keuangan, gara-gara kondisi yang berubah. Kemudian, ketika virus corona sudah mulai dapat dikendalikan—meski belum sepenuhnya terjinakkan—kita juga harus melakukan review terhadap perencanaan keuangan kita lagi.
Ya, memang harus begitu. Pasalnya, hidup kita kan dinamis, rencana harus bisa mengikuti kondisi ketika kita harus menjalani hidup. Enggak masalah rencana terus berubah, yang penting tujuannya pasti dan kita fokus pada tujuan tersebut.
Setuju nggak?
So, buat kamu nih, mungkin bingung juga. Mesti apanya nih yang diulik? Perencanaan keuangan seperti apa yang cocok untuk sekarang? Yuk, ikuti beberapa tip berikut.
Perencanaan Keuangan di Masa Pascapandemi
1. Personal finance is very personal
Pertama, kamu harus selalu ingat, bahwa personal finance is very personal. Tidak pernah ada solusi atau rencana keuangan yang bisa berlaku sama untuk semua orang. Setiap orang punya kebutuhannya masing-masing, dengan kondisi masing-masing juga.
Karena itu, untuk pertanyaan perencanaan keuangan seperti apa yang cocok dijalankan di masa pascapandemi? Jawabannya, tergantung kondisi pribadi masing-masing.
So, silakan dicek beberapa hal berikut:
- Berapa penghasilanmu saat ini? Bagaimana kondisinya dibandingkan sebelum dan selama pandemi kemarin? Apakah ada grafik yang bagus?
- Berapa pengeluaranmu saat ini? Bandingkan juga dengan kondisi sebelum dan selama pandemi, seperti halnya penghasilan.
- Bagaimana rasio utang, menabung, dan likuiditasmu? Apakah masih dalam batas ideal?
Jawaban-jawaban dari pertanyaan di atas akan memberimu gambaran, perencanaan keuangan seperti apa yang harus kamu miliki ke depannya. Kamu bisa melakukan financial check up lagi untuk memastikannya.
2. Buat yang realistis
Tak perlu terburu-buru, buatlah perencanaan keuangan yang sesuai dengan kemampuanmu. Misalnya gimana?
Misalnya, jika saat ini penghasilanmu belum benar-benar pulih, maka kamu tak perlu memaksakan hal-hal yang di luar kemampuanmu. Jika memang perlu, buatlah tujuan-tujuan jangka pendek saja dulu. Mungkin tiga bulan ke depan, atau enam bulan ke depan? Bahkan untuk satu bulan ke depan pun enggak masalah. Yang penting, setiap rencana harus bisa kamu realisasikan, karena memang sesuai dengan kemampuan.
Mungkin teman-temanmu sudah mulai berencana untuk liburan ke luar negeri. Jika memang kamu belum mampu, maka kamu tak perlu ikut membuat rencana yang sama. Mungkin akan lebih baik bagi kamu untuk mengembalikan dulu dana darurat yang kemarin sempat terpakai di masa krisis. Atau mungkin akan lebih bermanfaat kalau kamu mulai membeli polis asuransi jiwa sekarang, kalau kemarin belum punya.
Tetap ingat ya, biaya hidup bisa diatur, gaya hiduplah yang mahal.
So, pastikan sekarang kamu memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik daripada sebelumnya. Tambahkan pos kesehatan secara tersendiri jika perlu, karena ini adalah pos yang sekarang harus menjadi prioritas utama kita.
3. Tetap perhatikan jaring pengamanmu
Ngomong-ngomong soal dana darurat, bagaimana kondisinya? Apakah kemarin memang sempat terpakai di masa krisis? Kalau iya, kamu harus bersyukur bahwa kamu memilikinya. Sekarang, waktunya untuk memulihkannya lagi.
Kalau tadinya belum ideal, coba sekarang fokus supaya bisa mencapai jumlah dana darurat ideal.
Begitu juga dengan asuransi. Coba cek apakah masih bisa meng-cover kebutuhanmu? Pastikan kamu paham betul apa yang ada dalam polis asuransi ya, terutama terkait coverage perlindungannya. Jangan sampai kamu merasa “tertipu” pada akhirnya, hanya karena kamu enggak membaca polis dengan saksama.
4. Apa kabar utang?
Pastikan pembayaran utang tetap menjadi prioritas utamamu. Pastikan rasio utang masih dalam batas ideal ya, yaitu maksimal 30% dari penghasilan.
Jika memang belum memungkinkan, jangan membuat utang baru. Lebih baik fokus untuk menyelesaikan utang yang sudah ada.
5. Mulai gas investasi lagi!
Yang terakhir, yuk, gas investasi lagi! Pastinya ini kalau kondisimu sudah memungkinkan ya, artinya dana darurat, asuransi, dan cicilan utang sudah aman, juga kamu sudah mengalokasikan biaya kebutuhan hidup.
Dengan demikian, tinggal alokasi investasi nih, kalau bisa ditambah lagi ke depannya. Sekali lagi, sesuaikan dengan kondisi dan situasi kamu sendiri.
Nah, gimana? Sudah siap menghadapi masa-masa pascapandemi. Semoga perekonomian kita semua segera pulih seperti sedia kala, bahkan lebih baik lagi ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengelola Keuangan Remaja: Apa Pentingnya, dan Bagaimana Cara Mengajarkannya?
Masa remaja itu bisa dibilang sebagai masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa inilah, seseorang mulai belajar banyak hal yang kemudian bakalan menjadi bekalnya untuk menjalani masa-masa dewasa nantinya. Nah, salah satu hal yang seharusnya mulai dipelajari di masa remaja adalah keterampilan untuk mengelola keuangan.
Mengapa pengelolaan keuangan ini harus dipelajari sejak remaja?
Tentu saja, demi masa depan nanti. Kamu tahu kan, bahwa kebiasaan baik itu seharusnya dimulai sejak dini. Demikian juga dalam hal mengelola keuangan. Dengan memiliki kebiasaan ini sejak remaja, diharapkan nantinya remaja akan terbiasa untuk menabung, bijak dalam mengeluarkan uang, bisa menentukan tujuan keuangan dan membuat rencana keuangan sendiri. Dengan demikian, mereka juga dapat menghindarkan diri mereka sendiri dari berbagai masalah keuangan, sejak dini.
Tapi, belajar mengelola keuangan memang bukan perkara mudah, apalagi untuk para remaja. Hal ini disebabkan karena di usia ini, remaja cenderung masih belum punya kesadaran yang cukup akan pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan.
Salah satu hal yang menghambat hal ini adalah kesibukan sekolah di zaman sekarang yang luar biasa. Pihak lingkungan pendidik sendiri juga belum banyak mengakomodasi kebutuhan ini dalam kurikulum sekolah. Begitu juga dengan di rumah, remaja belum banyak mendapat kesempatan untuk mempelajari life skill ini sejak dini. Bisa jadi karena memang belum dibiasakan, atau juga karena orang tua yang sama-sama kurang kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan ini.
Jadi, apa yang harus dilakukan dulu kalau pengin mulai memberikan pelajaran untuk mengelola keuangan untuk remaja ini sekarang? Sebenarnya cukup sederhana, dan enggak berbeda jauh dengan pembelajaran keterampilan bagi yang sudah dewasa. Ikuti langkah-langkah berikut ini ya.
Mengelola Keuangan untuk Remaja
1. Memahami konsep MBBM
Mengelola keuangan di masa remaja bisa dimulai dengan memahami konsep menghasilkan uang, belanja bijak, berbagi dengan sesama, dan menabung. Atau yang sering kita sebut dengan MBBM.
Remaja mesti sudah paham, bahwa untuk mendapatkan uang itu tidaklah dengan cuma-cuma, tetapi harus ‘ditukar’ dengan kerja keras dan cerdas. Nantinya, hal ini akan menjadi bekal mereka untuk bisa mandiri.
Setelah mendapatkan uang, maka yang berikutnya adalah soal memenuhi kebutuhan hidup. Yes, soal berbelanja dengan bijak. Sudah bukan rahasia lagi bukan, bahwa soal belanja ini kadang juga masih menjadi jebakan tersendiri bagi kita yang sudah dewasa? Yes, karena itu akan baik sekali, jika remaja sudah mulai belajar bagaimana cara belanja dengan bijak, sesuai dengan kebutuhan.
Tak kalah penting adalah soal berbagi, karena ini nantinya akan memupuk sikap empati dan solidaritasnya terhadap sesama. Dan, akhirnya, remaja juga harus berkenalan dengan tabungan.
2. Mulai biasakan mencatat
Pengelolaan keuangan, baik saat remaja maupun dewasa nanti, literally adalah soal cash flow. Prinsip terbesarnya adalah berusaha agar cash flow jangan sampai negatif. Harus positif terus.
Nah, bagaimana cara tahu cash flow kita negatif atau positif? Yes, dengan mencatat.
Ajarkan cara mencatat uang yang masuk dan keluar. Uang masuk untuk remaja mungkin adalah uang saku dari orang tua. Atau mungkin sudah mulai side hustling? Bagus! Catatlah uang yang didapatkan dari side hustling ini di bagian uang masuk.
Uang pengeluaran terdiri atas jajan, mungkin juga termasuk membeli alat tulis—kalau memang dibeli sendiri, tidak dibelikan oleh orang tua, dan berbagai keperluan lainnya.
Dengan adanya catatan uang masuk dan keluar, kemudian bisa dilihat berapa rasio uang masuk dibandingkan uang keluar. Jika masih positif, maka harus dipertahankan. Jika negatif, maka harus dicari bocornya di sebelah mana, untuk kemudian dicari solusi untuk “menambal” bocor tersebut.
3. Berhemat dan hidup sesuai kemampuan
Masa remaja kadang memang rentan akan peer pressure; keinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial, adu gengsi, adu keren, adu kekinian, menjadi hal keseharian yang biasa dijalani oleh para remaja.
Sudah pasti, hal ini juga akan memengaruhi kesehatan keuangan remaja. Hal ini bahkan bisa jadi akan terus dialami hingga dewasa. Jika diabaikan berlarut-larut, tentu hal ini akan memengaruhi kehidupan si remaja nantinya.
Di sini dibutuhkan peran pihak luar—misalnya dari orang tua atau pihak pendidik—untuk memberi kesadaran mengenai pentingnya menghargai uang. Ajak si remaja untuk menyadari bahwa setiap orang punya jalan hidup dengan opsi masing-masing, sehingga tak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Berikan pemahaman akan pentingnya memiliki tujuan hidup dan cita-cita. Juga bahwa dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita itu akan membutuhkan biaya yang tak sedikit—bahkan harus dipersiapkan jauh-jauh hari karena nominalnya yang besar.
Alih-alih membelanjakan uang untuk berbagai hal yang hanya bisa dinikmati saat ini, lebih baik ajarkan hidup hemat dan menabung demi masa depan.
Mengajarkan soal mengelola keuangan pada remaja bukan hal yang mudah. Sementara di lingkungan pendidikan formal hal ini belum terwadahi dengan baik, maka peran untuk mendampingi si remaja akan berada di pundak orang tua.
Bukan tugas yang mudah, tetapi orang tua selalu bisa meminta bantuan pada yang lebih ahli, agar tugas pendampingannya lebih terarah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Darurat dan Tabungan: Beda atau Sama?
Kamu pasti sudah tahu, betapa pentingnya memiliki tabungan dan membangun dana darurat yang ideal dalam rencana keuangan. Dengan adanya dua hal ini, keuangan di masa depan yang lebih aman.
Tapi ternyata, masih banyak yang rancu mengartikan keduanya. Dianggap sama, padahal keduanya punya fungsi yang berbeda.
Apa beda dana darurat dan tabungan? Nah, mari kita bahas dalam artikel kali ini.
Dana Darurat
Mari kita mulai dari pengertian dana darurat.
Dana darurat merupakan cadangan dana yang bisa kita manfaatkan untuk menghadapi kondisi yang darurat. Seperti yang selalu ditekankan oleh trainer QM Financial, bahwa dana ini merupakan salah satu tujuan keuangan yang paling penting dan utama yang harus dipenuhi dulu oleh setiap orang.
Jadi, bisa dibilang, bahwa dana darurat merupakan tulang penopang untuk rencana keuangan. Tanpa adanya cadangan dana ini, rencana keuangan akan dibayangi oleh risiko-risiko yang bisa terjadi di sepanjang perjalanan kita mewujudkan rencana.
Pastinya hal itu tidak kita inginkan, bukan?
Penggunaan Dana Darurat
Tujuan dari dana darurat adalah agar kita mempunyai dana yang cukup, yang bisa dipakai dulu untuk mengatasi masalah yang ada atau ketika muncul kondisi darurat, tanpa harus mengganggu cash flow harian.
Apa sih yang disebut dengan kondisi darurat ini?
Di antaranya:
- Tertimpa musibah, misalnya rumah kena banjir, untuk bersih-bersih dan memperbaiki yang rusak setelah banjir.
- Kehilangan mata pencaharian, misalnya terkena dampak pandemi sehingga bisnis menurun, atau terkena PHK, untuk menyambung napas sampai mendapatkan pekerjaan atau pemasukan lagi.
- Peralatan rusak, misalnya laptop yang biasa dipakai kerja, untuk biaya servisnya.
- Sakit, tetapi belum bisa mengklaim asuransi karena satu dan lain sebab.
Dengan adanya cadangan dana ini, kita bisa mengatasi masalah dan menyambung napas tanpa harus mengambil tabungan, yang mungkin sudah punya tujuannya sendiri.
Berapa Besarnya?
Idealnya, buat kamu yang masih single dan belum ada tanggungan, dana darurat harus mencukupi untuk hidup selama 4 kali pengeluaran bulanan.
Nah, jika kamu sudah menikah, apalagi sudah punya anak, maka besarannya harus disesuaikan juga. Sila cek artikel yang mengulas khusus tentang dana darurat ini ya, supaya lebih jelas.
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk rekening bank, reksa dana, juga deposito, sejauh instrumen tersebut dijamin keamanannya dan bisa dengan cepat dicairkan.
Tabungan
Tabungan adalah dana yang sudah ada peruntukannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan terbesarnya, lantaran dana darurat disimpan untuk “kondisi darurat” tanpa kita tahu kondisi daruratnya seperti apa.
Biasanya tabungan bisa dalam bentuk rekening bank, atau juga bentuk lain. Berbeda dengan dana darurat yang lebih mengutamakan keamanan dan likuiditas—atau kecepatan pencairan—tabungan bisa jadi dalam bentuk investasi, yang artinya dalam dikembangkan dengan potensi imbal yang menjanjikan. Meski demikian, tetap harus juga memperhatikan aspek keamanan dan likuiditasnya.
Besarnya Berapa?
Dalam ilmu mengelola keuangan, biasanya disarankan untuk kita bisa menabung setidaknya 10% dari penghasilan rutin kita setiap bulan. Nah, mau dialokasikan di mana, itu pastinya tergantung kondisi dan tujuan menabung masing-masing.
Target jumlahnya sudah pasti enggak tergantung pada berapa kali pengeluaran bulanan, melainkan secara nominal dengan jelas. Misalnya, satu juta, dua puluh juta, tiga miliar, dan seterusnya.
Penggunaan Tabungan
Tabungan biasanya sudah punya jatah sendiri, mau dipakai untuk apa. Misalnya untuk membeli gadget baru, buat kurban dan ngerayain Lebaran, atau yang lainnya.
Berikut beberapa hal yang biasanya menjadi alasan kita memiliki tabungan:
- Untuk pensiun, kita bisa menabung melalui DPLK, DPPK, atau bisa membuat tabungan sendiri. Dengan saham, misalnya, atau dengan instrumen yang lain.
- Untuk DP rumah, buat yang pengin punya rumah sendiri. Selain memikirkan skema untuk kredit, jika memang mau ambil, DP rumahnya sendiri juga butuh nominal yang enggak sedikit loh!
- Buat nikah, karena sudah enggak zamannya menikah dengan menjadi beban orang tua, betul?
- Liburan, beli mobil, beli gadget baru, dan seterusnya
Nah, itu dia perbedaan mendasar antara dana darurat dan tabungan yang perlu kamu tahu.
Mau tahu lebih banyak tentang dana darurat? Kamu bisa mempelajarinya di Udemy loh! QM Financial punya modul yang mencakup ilmu membangun dana darurat ini di Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Panduan Investasi Saham Online untuk Pemula
Bagi kamu yang baru mau mulai untuk investasi saham online, mungkin kamu akan sedikit bingung. Kebayangnya mungkin kayak di film-film semacam The Wolf of Wall Street gitu ya?
Enggak kok. Itu mah dramatisasi film dan kerjaan para broker. Untuk kita, investor ritel, enggak seperti itu cara kerjanya.
Investasi saham online itu mudah banget, dan siapa saja akan dengan mudah melakukannya. Didukung dengan teknologi yang sudah berkembang, investasi (dan trading) saham sekarang itu semudah kamu scroll Instagram. Asal ada modalnya—alias dananya—beli saham itu semudah kamu belanja skincare di marketplace.
So, ini dia panduan buat kamu yang baru pertama hendak investasi saham online.
Panduan Investasi Saham Online
1. Tentukan tujuan, buat rencana
Tentu saja, kita harus mulai dari #TujuanLoApa, untuk mendefinisikan untuk apa hasil investasi kita nanti akan dimanfaatkan. Tanpa tujuan, aktivitas investasi tidak akan optimal, karena ini artinya tidak ada target yang harus dicapai. Tidak adanya target, akan membuatmu sulit untuk disiplin dan konsisten.
Padahal kunci dari investasi adalah keduanya, demi mencapai tujuan besar hidupmu.
So, tentukan dulu tujuan investasi saham kamu; mau dipakai untuk apa? Dana pensiun? Dana pendidikan anak? Dana lanjut S2?
Selanjutnya, buat rencana, kapan kamu memerlukan dana dari hasil investasimu? 5 tahun ke depan? 10 tahun, 20 tahun? Dengan demikian, kamu akan tahu seberapa butuh persiapannya, dan juga kamu bisa tahu seberapa besar kamu harus berinvestasi setiap bulannya.
Ini ibarat kamu bersiap untuk pergi ke Surabaya, dari Jakarta. Memilih naik kereta, berarti kamu harus bersiap perjalanan sekian belas jam. Artinya, kamu akan duduk di dalam kereta selama itu, dan apa yang bisa kamu lakukan agar waktu tak terbuang percuma?
2. Buka rekening sekuritas
Sekuritas akan menjadi perantaramu saat investasi saham online, karena yang boleh bertransaksi di bursa adalah mereka yang sudah menjadi anggota bursa.
Jadi, pilihlah dengan saksama:
- Resmi terdaftar di BEI dan OJK
- Pastikan bereputasi baik, tak pernah terlibat masalah yang terlalu besar. Kalau soal suspensi ataupun kena teguran BEI, rerata perusahaan sekuritas mana pun juga pernah mendapatkannya. So, kamu harus lihat per kasusnya.
- Syarat pembukaan dan operasional rekening yang mudah dan praktis, jangan membebani dirimu sendiri dengan prosedur ribet.
- Biaya transaksinya kecil, atau bahkan Rp0
- Menyajikan data realtime, yang bisa kamu cek dengan mudah
Lakukan survei kecil-kecilan, dengan menelusuri Google maupun akun-akun media sosial mereka. Cek apakah pernah ada komplain? Bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah yang terjadi? Dan sebagainya.
Sekuritas kan menjadi partner kamu dalam investasi saham online, jadi pilihlah dengan bijak ya.
3. Instal aplikasi di smartphone
Instal aplikasinya di smartphone. Seharusnya sih ini mudah saja kamu lakukan untuk investasi saham online.
Sesudahnya, kamu akan perlu untuk membuat rekening sekuritas terlebih dulu. Syarat dan ketentuan buka rekening bisa berbeda antara sekuritas yang satu dengan yang lain. Jadi cermati dulu ya, dan penuhi semua syaratnya. Ada yang cukup minta foto identitas diri, dan harus ber-selfie memegang identitas tersebut. Ada yang meminta fotot buku tabungan juga. Ada pula yang meminta verifikasi melalui video call, dan sebagainya.
Karena itu, penting untuk tahu syarat dan ketentuan buka rekening ini di awal kamu memilih sekuritas. Pilihlah yang enggak ribet, dan sesuai dengan kebutuhanmu.
4. Setor deposit
Selanjutnya, kamu perlu untuk menyetor sejumlah deposit ke rekening dana investasi yang sudah kamu miliki di sekuritas pilihanmu.
Zaman sekarang, modal awal untuk bisa investasi saham online itu juga bisa dari nominal yang kecil banget. Ada sekuritas yang memang menentukan minimal deposit, tetapi ada juga yang tidak.
5. Pilih saham sesuai rencana
Nah, sekarang jika kamu sudah punya rekening sekuritas, juga sudah menyetor deposit, maka kamu sudah bisa mulai untuk investasi saham online.
Beberapa hal yang harus diingat:
- Mulailah dengan nominal kecil dulu; nominal yang kamu akan rela ketika nilainya harus turun sesuai pergerakan pasar.
- Belajar kelola emosi dengan baik, karena dalam perjalanan investasi saham online nanti, kamu mungkin akan harus berhadapan dengan situasi-situasi dadakan bak roller coaster.
- Belajar strategi investasi dengan benar, agar kamu bisa mengoptimalkan imbalnya.
- Jangan mudah tergoda dengan hot stocks, yaitu saham-saham yang dapat dipermainkan harganya, sesuai frame story yang terjadi di luar pasar saham itu sendiri.
- Pelajari saham incaranmu, hindari membeli saham yang produknya tak kamu pahami. Hanya beli saham dari perusahaan yang kamu kenal betul.
- Pastikan dana darurat dan asuransimu aman.
Nah, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai seluk beluk investasi saham online, yuk, gabung di Special Class Saham. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Powered by:
Gaya Hidup Childfree Dipilih karena Dana Pendidikan Anak yang Tinggi?
Dunia maya heboh dengan gaya hidup childfree yang dipopulerkan oleh salah satu influencer. Jadi topik hangat deh di mana-mana, dan tentu saja, diwarnai dengan pro dan kontra.
Bagaimana dengan kamu? Kamu termasuk tim pro atau tim kontra? Atau, bodo amat, asal nggak ngerugiin orang lain?
Yah, yang namanya gaya hidup memang jadi hak setiap orang buat memilih mana yang akan dijalani, betul? Dan, memang, asalkan tidak membuat rugi pihak lain, juga sehat untuk diri sendiri, ya kenapa enggak dijalankan?
Alasan Seseorang Memilih Childfree
Childfree adalah keputusan untuk tidak punya anak oleh pasangan yang sudah menikah. Keputusan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, sudah lama banyak yang memang memutuskan untuk tidak punya anak setelah menikah, meskipun ini menjadi unpopular opinion di Indonesia yang budaya nenek moyangnya masih kental. Cuma ya, tadinya—entah karena alasan privacy, atau juga karena peran media sosial—nggak seheboh ini.
Sebenarnya keputusan untuk childfree atau pilihan yang lainnya, itu menjadi privilege masing-masing pasangan. Tapi apa yang mendasari sepasang suami istri memutuskan untuk childfree alias tak punya anak? Ada beberapa alasan sih:
- Masalah kesehatan, karena mungkin salah satu pasangan kesehatannya rentan jika punya anak
- Tak siap mental menjadi orang tua, karena yah, memang berat banget tuh tuntutan untuk menjadi orang tua.
- Ingin fokus pada karier
- Masalah finansial
Nah, yang menarik tentu saja alasan terakhir. Of course, QM Financial akan membahasnya dari sisi finansial, karena QM Financial bukan konsultan pernikahan, apalagi tempat praktik dokter kandungan.
Biaya-Biaya Punya Anak
Kita sudah mafhum, bahwa biaya untuk punya anak itu tidaklah murah. Mulai dari saat ibu hamil, sampai nanti ketika anak selesai kuliah, selama itu pula semua hal yang terjadi pada anak menjadi tanggung jawab orang tua.
Ada beberapa biaya yang kemudian muncul, begitu kita memutuskan untuk punya anak.
1. Biaya kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan
Dari mulai program hamil, selama masa kehamilan, hingga menjelang persalinan, orang tua harus siap dengan berbagai biaya, mulai dari biaya kontrol dokter, vitamin-vitamin, asupan gizi yang baik, dan sebagainya. Biaya kontrol dokter bisa saja gratis, kalau kontrolnya ke puskesmas. Tapi biaya lain, tetaplah ada.
Tiba saatnya bersalin, kalau bisa melahirkan secara alami sudah pasti akan terjangkau. Tapi, kalau ada masalah kesehatan, ya mesti siap operasi. Ini belum termasuk ongkos rumah sakitnya.
Pascapersalinan, ibu dan bayi juga akan butuh perawatan ekstra. Belum lagi kalau butuh jasa babysitter, daycare, atau ART juga kan?
2. Biaya kebutuhan dasar anak
Mulai dari pangan, sandang, papan, hingga kenyamanan, sudah pasti harus dipenuhi oleh orang tua yang baik.
Di sini termasuk juga kebutuhan hiburan untuk anak, yang ternyata tak dikategorikan ke biaya kebutuhan pokok, tapi justru banyak juga bujetnya. Ajak anak-anak main, jajan, mainan, ini itu, … yang nominalnya kadang kecil, tapi karena cukup sering ya, jadinya lumayan juga. Dengan childfree, pasangan sudah pasti hanya perlu fokus pada kebutuhan berdua saja.
3. Biaya pendidikan
Nah, ini nih, yang sepertinya paling banyak dinilai menjadi yang terbesar dari semua biaya yang muncul begitu punya anak. Kita juga nggak bisa memungkiri kok, kalau biaya pendidikan di Indonesia kian mahal dari tahun ke tahun. Dan maklum banget, jika ada yang memutuskan childfree untuk menghindari biaya di sisi ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, rata-rata inflasi yang timbul dari sektor pendidikan periode 2009 – 2019 mencapat 3.75%. Tapi pada praktiknya, kita bisa melakukan survei sendiri, dan biaya pendidikan itu naik antara 10-20% setiap tahunnya.
Kenapa biaya pendidikan bisa begitu mahal? Nah, ini sudah pernah kita bahas pada artikel sebelumnya. Boleh diintip ya.
Sebenarnya, untuk biaya pendidikan, ini bisa loh kita siapkan lebih dulu, sehingga tak memberatkan ketika sudah waktunya untuk menyekolahkan anak, dan tak harus membuat keputusan untuk childfree. Kapan mulai bisa dipersiapkan? Sesegera mungkin. Kalau bisa, bahkan, sejak ibu mulai hamil.
Bisa kok, bisa, asalkan disiplin dan rencana keuangannya sudah komprehensif. Bahkan, kita juga bisa merencanakan dana pendidikan anak, sekaligus membuat rencana untuk tujuan finansial lain, seperti punya rumah hingga dana pensiun.
Gimana ya, caranya membuat rencana dana pendidikan anak yang baik? Apa saja pilihan cara menyisihkan uang? Lalu, bagaimana triknya supaya selain dana pendidikan anak terpenuhi, kebutuhan hidup yang lain juga tercukupi, sementara penghasilan orang tua pasti bukannya tak terbatas juga.
Nah, gabung saja yuk, di kelas Dana Pendidikan di Financial Clinic Online Series QM Financial. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Soal Donasi Uang dan Jadi Relawan, Orang Indonesia Ternyata Juara! – Survei Terbaru dari CAF
Charities Aid Foundation, atau CAF, sebuah lembaga amal internasional di Inggris, merilis laporannya baru-baru ini yang bertajuk World Giving Index, atau WGI 2021, atau yang disebut juga Laporan Indeks Kedermawanan Dunia. And, surprise! Masyarakat Indonesia ternyata menjadi yang terdepan soal donasi uang dan menjadi sukarelawan.
Yes, bahkan di tengah masa pandemi COVID-19 seperti ini sekalipun, ternyata tak menyurutkan kita untuk berbagi dalam berbagai bentuk dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan.
Orang Indonesia Paling Rajin Donasi
CAF memang secara rutin mengeluarkan laporan seperti ini selama lebih dari satu dekade, dan memberikan data riil bagaimana orang-orang dari berbagai negara terpanggil untuk mau menolong sesamanya.
Tentunya, laporan ini jadi menarik lantaran saat ini kita berada di situasi sulit, ketika semua orang sama-sama merasakan dampak akibat pandemi. Banyak orang kehilangan pekerjaan, jatuh sakit, hingga terlilit masalah keuangan.
Dalam laporannya ini, CAF memberikan skor 69 untuk masyarakat Indonesia, melonjak tajam dari skor 59% pada laporan WGI tahun 2018. Indonesia menjadi yang tertinggi pada 2 dari 3 indikator, yaitu donasi (83%) dan menjadi sukarelawan (60%). Indikator ketiga adalah menolong orang asing, yang sayangnya Indonesia tidak menjadi yang tertinggi juga.
Para peneliti CAF sepakat, kedermawanan orang Indonesia tak ada tandingannya di dunia. Apalagi di ASEAN, sangat jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Bisa dibilang, 8 dari 10 orang Indonesia donasi uang di tahun 2021, dan skor niat menjadi sukarelawan 3 kali lebih besar daripada skor global.
Mau Donasi Uang Sekarang Gampang, Soalnya!
Kedermawanan orang Indonesia didukung pula oleh ekosistem crowdfunding yang memang berkembang seiring pesatnya kemajuan teknologi. Di zaman yang dituntut serbacepat, serbamudah, dan serbapraktis seperti ini, orang-orang mau donasi uang juga maunya yang gampang-gampang aja. Sekarang ada KitaBisa, Benih Baik, WeCare, bahkan di dompet-dompet digital atau di marketplace juga adaaa … aja yang bisa dipakai untuk berbagi dengan sesama.
Fenomena ini tentunya mesti kita syukuri, ya kan? Bayangkan, kita semua kena dampak, kita semua mengalami kesulitan, dan harus berjuang dengan cara masing-masing di tengah pandemi, tapi masih sempat mikirin orang lain. Bahkan dengan senang hati membantu loh. Sudah pasti ini adalah kebiasaan bangsa yang besar, ya kan?
So, kamu pastinya mau dong ya, melanjutkan kebiasaan baik ini; membantu teman-teman yang membutuhkan dengan donasi uang, beri bantuan dalam bentuk apa pun, atau menjadi relawan?
Satu hal yang harus kamu perhatikan—terutama jika kamu memang suka donasi uang—kamu harus memastikan keuanganmu sendiri tetap sehat. Pasalnya, ya kalau ternyata kamu sendiri masih belum sehat keuangannya, kebiasaan yang seharusnya baik ini bisa malah jadi bumerang buatmu.
Tetap Rajin Donasi Uang dan Bantu Sesama dengan Cara Ini
1. Jadikan sebagai bagian dari rencana keuangan
Di QM Financial, kita memang membagi pos pengeluaran ke dalam 5 kategori, yaitu belanja kebutuhan, cicilan utang, investasi, sosial, dan lifestyle. Nah, berbagai donasi uang dan bentuk sumbangan lainnya ini adalah termasuk dalam pos pengeluaran sosial.
Besarnya bisa menyesuaikan. Biasanya sih kita menentukan 2.5% karena berdasarkan perhitungan zakat bagi yang beragama Islam. Namun, kalau kamu mau menambahkan porsinya, tentu akan baik sekali. Sesuaikan dengan kondisimu, dan yang pasti, jangan sampai melebihi kemampuan finansialmu ya.
2. Cari cara donasi yang paling asyik
Misalnya saja, kamu bisa donasi uang dari sisa diskon belanja online. Seharusnya kamu belanja dan membayar Rp200.000, tetapi karena ada diskon, cashback, plus gratis ongkir, kamu pun hanya perlu membayar Rp150.000. Nah, sisa diskon bisa deh kamu donasikan pada mereka yang membutuhkan.
Dengan begini, kamu senang karena bisa dapat diskon, plus bisa donasi uang sekalian. Simpel kan?
Carilah cara yang paling asyik, yang membuatmu bisa berbagi dengan rasa bahagia. So, kamu akan berbagi dengan ikhlas juga. Apa yang paling menyenangkan kalau bisa membantu dengan ikhlas hati, ya kan?
3. Tak selalu harus dalam bentuk uang
Biasanya, banyak yang menganggap donasi uang itu adalah yang paling mudah. Yang menerima biasanya juga lebih suka, karena uang bersifat lebih fleksibel.
Tetapi, tak selamanya harus berdonasi dalam bentuk dana juga kok. Bisa juga berupa barang atau hal lain, sepanjang memang diperlukan oleh mereka yang akan menerima donasinya.
Misalnya, korban banjir, korban kebakaran, biasanya akan kehilangan banyak pakaian. Kalau kamu punya pakaian yang masih bagus tapi sudah jarang kamu pakai, kamu bisa donasikan pada mereka. Sekalian decluttering rumah kan ya? Konon, decluttering juga bagus untuk kesehatan mental loh!
Senang rasanya kalau masyarakat tetap bisa berbagi meski masih dalam masa krisis begini. Mari kita semangat lagi, agar bersama-sama bisa keluar dari masa sulit ini. Dengan berbagi beban, kita pasti bisa melakukannya.
Perbanyak donasi uang, barang, atau bisa juga berbagi dalam bentuk lainnya. Apa pun yang kamu berikan pasti akan berarti bagi mereka. Yang penting, jangan menyulitkan dirimu sendiri juga, apalagi dari segi finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!