5 “Penyakit” yang Bikin Anak Muda Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Jadi anak muda sekarang tuntutannya banyak. Betul? Dari mulai soal karier, jodoh, sampai soal perencanaan keuangan. Ya maklum sih, anak muda kan harapan bangsa. Tsah.
Iya, kok memang berat. Apalagi kalau dari si anak muda itu sendiri punya “penyakit”. Penyakit apa? Penyakit keuangan yang disebabkan oleh banyak hal. Ada yang memang literasinya kurang, atau ya karena memang merasa masih muda—masih berhak untuk senang-senang, menikmati hidup. Nanti ya dipikirkan nanti saja.
Pada akhirnya, kalau yang bersangkutan enggak sadar juga akan penyakitnya, boro-boro bisa membuat perencanaan keuangan, hidup pun hanya paycheck to paycheck. Memang tak semua gaya hidup paycheck to paycheck akibat adanya penyakit ini. Namun, yang punya penyakit berikut pada umumnya akan hidup paycheck to paycheck, terlilit utang, dan gagal dalam perencanaan keuangan untuk masa depannya sendiri.
Penyakit apa sajakah itu?
5 Penyakit yang Bikin Perencanaan Keuangan Gagal
1. Kebiasaan lapar mata
Lihat ini, beli. Lihat itu, eh lucu, beli. Belanja secara impulsif, menuruti kata hati dan keinginan, tanpa berpikir panjang.
Yang punya penyakit ini, jangankan bisa membuat perencanaan keuangan yang komprehensif. Sering sabotase tabungan sendiri malah. Uang yang dikumpulkan untuk apa, jadinya apa. Maunya cuma beli pasta gigi sama sabun, eh, pulang bawa baju, sepatu, sampai tas.
2. YOLO
You only live once. Begitu kepanjangan YOLO ini.
Sebenarnya, jargon ini digunakan untuk memotivasi agar kita tak menyia-nyiakan peluang bagus atau kesempatan emas yang datang pada kita. Sayangnya, akhir-akhir ini justru maknanya jadi bergeser.
Jadi pembenaran, bahwa hidup hanya sekali, maka kita berhak untuk bersenang-senang terus setiap waktu. Tanpa ingat menabung, tanpa sadar juga bahwa banyak risiko hidup yang harus dihadapi ke depannya. Pun, enggak sadar, bahwa masih ada masa depan yang panjang, yang seharusnya jadi kesempatan untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Semua karena “hari ini masih bisa hidup, maka ayo, senang-senang.”
3. FOMO
Fear of Missing Out, begitulah. Alias, enggak mau ketinggalan tren. Lihat orang-orang heboh apa, pengin ikutan.
Zamannya ramai pada liburan luar negeri, ikut liburan. Trennya beli tas branded, ikutan beli. Ramai orang-orang antre inden smartphone tercanggih, enggak lupa ikut inden juga. Zamannya orang-orang beli kripto atau NFT, tentu saja enggak mau ketinggalan.
Tujuannya satu: supaya dianggap keren dan mendapatkan pujian. Padahal, ya, enggak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dampak dari FOMO ini bisa sangat merugikan kita loh. Yang tadinya berharap untung, tapi akhirnya buntung, tidak sadar risiko yang dihadapi, hingga bisa terjerat utang, karena pada dasarnya orang-orang FOMO juga tidak sadar akan kemampuan diri sendiri.
4. Latte Factor
Latte factor adalah pengeluaran kecil yang kita lakukan setiap hari, bahkan bisa sampai beberapa kali sehari, tetapi sayangnya kita enggak sadar bahwa ketika diakumulasikan ternyata menjadi sangat besar.
Contohnya adalah biaya ngopi setiap pagi sambil jalan ke kantor, pesan makanan online terus, biaya admin bank, parkir, dan sebagainya. Pengeluaran-pengeluaran ini sebenarnya bisa dihemat jika kita mau loh, tetapi enggak kita lakukan karena berbagai sebab.
Di QM Financial, kita mengenalnya sebagai ‘bocor halus’. Ibarat ban yang mengalami bocor halus, kita enggak menyadarinya hingga akhirnya ban benar-benar kempis bin gembos, kehilangan tekanan. Apalagi jika ditambah kita malas mencatat pengeluaran, saat itulah kita baru bertanya-tanya, ke mana ya perginya uang? Enggak terasa.
5. Tarsok Tarsok
Tarsok tarsok alias bentar besok bentar besok. Artinya, hobi menunda. Istilah keren zaman now: procrastinating. Menunda mulai belajar keuangan, menunda mulai membuat perencanaan keuangan, menunda berinvestasi, dan sebagainya.
Kadang hal ini kita lakukan karena kita enggak tahu cara memulainya, atau justru merasa takut kalau nantinya gagal. Padahal, kalau kita gagal merencanakan, maka saat itu pula kita berencana untuk gagal loh. Jika kita menunda perencanaan, maka kita tidak akan pernah memulai apa pun.
Agar Tak Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Gagal dalam perencanaan keuangan bisa cukup fatal akibatnya. Pasalnya, dalam sebuah perencanaan keuangan, biasanya akan terangkum berbagai cita-cita, tujuan hidup, bahkan janji pada diri sendiri untuk memberikan kualitas yang baik pada hidup kita sendiri.
Mumpung masih berstatus anak muda, akan lebih baik jika kita berpikiran jauh ke depan, karena apa yang akan kita dapatkan di masa depan nanti merupakan hasil dari apa yang kita rencanakan sekarang.
Mulai sekarang
Yuk, jangan menunda lagi. Apa yang bisa kamu lakukan sekarang, sekecil apa pun itu, bisa mengubah masa depanmu nanti. Mulai belajar keuangan, mulai membuat rencana keuangan.
Enggak perlu terlalu jauh, kamu bisa mulai dari langkah-langkah kecil dulu. Misalnya, tahu dulu prinsip dasar dari Blueprint of The Money, lalu tahu ciri keuangan yang sehat. Dengan begitu, kamu bisa memperbaiki dulu kondisinya, baru kemudian belajar lagi langkah-langkah berikutnya.
Kamu bisa belajar di FCOS QM Financial, karena sudah disusun sedemikian rupa secara berjenjang, sehingga kamu akan merasa dituntut step by step sesuai kondisi dan kemampuan.
Yang penting, mulai dulu sekarang.
Pengendalian diri
Kalau melihat sebagian besar “penyakit” di atas, akar masalah terbesarnya sebenarnya cuma satu: pengendalian diri.
Belanja impulsif, pengin senang-senang saja di masa sekarang, nggak mau ketinggalan tren, mengeluarkan uang sedikit demi sedikit setiap hari, semua itu berkaitan dengan kemampuan kita dalam mengendalikan diri sendiri.
Dengan adanya perencanaan keuangan, kamu akan punya kontrol mengenai apa yang perlu diprioritaskan dan yang bisa ditunda. Bisa jadi, kamu memiliki penyakit-penyakit di atas karena kamu tidak punya perencanaan keuangan yang baik. Jadi bener kan, bahwa kamu merencanakan untuk gagal?
Disiplin
Kalau sudah punya rencana keuangan, maka selanjutnya yang kamu perlukan adalah disiplin diri. Ini adalah koentji agar semua rencana bisa diwujudkan dengan sukses.
Nah, gimana? Pengin sembuh kan, dari segala penyakit di atas? GWS ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Jangka Pendek: Pengertian, Contoh, dan Tip Terbaiknya
Namanya hidup, harusnya sih ada tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, nggak jarang kita perlu biaya. Nggak selalu sedikit malah, kadang buat mewujudkan apa yang kita mau, butuh biaya besar. Karena itu, kita butuh membuat perencanaan keuangan pribadi. Pasalnya, nggak cuma buat cita-cita, kita perlu juga untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini. Nah, di sinilah kita membagi perencanaan keuangan menjadi dua: perencanaan jangka panjang dan perencanaan keuangan jangka pendek.
Untuk perencanaan keuangan jangka panjang, kita sudah membahasnya di sini. Boleh dibaca lagi ya, kalau misalnya lupa atau memang belum dibaca.
Perencanaan Keuangan Jangka Pendek: Apa Maksudnya?
Pastinya kita punya rencana-rencana. Misalnya saja, pengin pensiun nanti tinggal di kampung halaman, punya lahan luas buat ditanami berbagai sayuran. Mau masak, tinggal petik. Nah, untuk mewujudkannya, kamu perlu membuat rencana keuangan. Karena pensiunnya 20 – 30 tahun lagi, maka ini termasuk perencanaan keuangan jangka panjang.
Nah, kalau misalnya, kamu pengin liburan ke Labuan Bajo tahun depan. Butuh tiket sekian juta PP, butuh sekian juta lagi untuk hotel, sekian juta untuk jalan-jalannya, sekian ratus ribu untuk makan, total semuanya butuh sekian juta untuk liburan, dan harus dipenuhi setahun ke depan. Ini namanya perencanaan keuangan jangka pendek.
Perencanaan keuangan jangka pendek adalah step by step cara kita mengatur keuangan demi mewujudkan keinginan yang harus segera dipenuhi dalam waktu kurang dari 3 tahun. Bisa dua tahun, satu tahun, bahkan beberapa bulan ke depan.
Jangan salah, meski hanya pendek, tujuan finansial ini perlu dibuatkan rencana loh. Namanya juga manusia, ya kan? Sumber daya kita (baca: uang) itu terbatas. Sedangkan maunya banyak. Mesti beli makanan dan minuman untuk hari ini, kudu menyiapkan pensiun beberapa puluh tahun ke depan, pun harus berlibur juga dan keperluan lain 2 – 3 tahun ini supaya happy!
Berbagai Tujuan Finansial Jangka Pendek
Apa saja sih tujuan keuangan yang termasuk ke dalam jangka pendek? Ya, semua yang hendak kamu lakukan atau wujudkan dalam waktu kurang dari 3 tahun. Bisa jadi:
1. Dana darurat ideal
Dana darurat ideal itu kan antara 4 – 12 kali pengeluaran rutin bulanan, tergantung banyaknya tanggungan. Ini bukan jumlah yang kecil loh. Misalnya, untuk keluarga dengan 2 anak, idealnya itu 12 kali pengeluaran bulanan. Kalau pengeluaran bulanan Rp10 juta, artinya dana darurat idealnya Rp120 juta!
Tapi, dana darurat memang penting sekali, sehingga angka ideal ini memang harus diusahakan. Enggak harus sekaligus, kamu bisa membuat target bertahap. Misalnya, setahun ini harus bisa 4 kali pengeluaran bulanan dulu. Tahun depan bisa 8 kali, dan seterusnya.
2. Menikah
Dana menikah juga bisa menjadi salah satu tujuan yang harus didukung dengan perencanaan keuangan jangka pendek, jika akan dilaksanakan kurang dari 3 tahun.
Tentukan bujetnya dengan menghitung kebutuhan, lalu baru ditarik ke saat ini. Nantinya, akan ketemu deh berapa banyak dana yang harus dikumpulkan setiap bulan untuk mencapai target bujet.
Yuk, dihitung, biar nggak perlu terlalu tergantung orang tua kalau memang sudah serius.
3. Lanjut S2
Buat yang mau lanjut S2, kalau mau mulai kurang dari 3 tahun lagi, boleh loh dimasukkan ke perencanaan keuangan jangka pendek. Sekolah itu butuh biaya banyak, karena itu bener banget kalau harus direncanakan dengan baik.
Cari informasi selengkap dan sedetail mungkin tentang biayanya, agar kemudian kamu bisa membuat rencana keuangan yang komprehensif.
4. Liburan
Liburan harus buat rencana dulu? Iya dong, apalagi kalau liburannya jauh yang berarti biayanya juga akan semakin besar. Liburan yang direncanakan akan membuatmu lebih nyaman, terutama dari segi keuangan. Bukan berarti yang spontan itu nggak bagus ya. Tentu saja, semua kembali pada preferensi masing-masing.
Jika kamu pengin liburan yang aman terkendali, ada baiknya buat rencana dulu. Apalagi jika memang keuangan cukup terbatas, tapi merasa healing itu perlu banget. So, tentukan mau liburan ke mana, biayanya berapa, dan buat rencananya sekarang.
5. Lunasi kartu kredit
Pernah nggak ngebayangin bebas utang kartu kredit? Nyaman banget loh! So, kalau misalnya ini adalah keinginanmu, kenapa tak kamu masukkan ke dalam perencanaan keuangan jangka pendek? Dengan adanya rencana, kamu bisa menjaga konsistensi pelunasan sampai benar-benar tuntas loh.
So, yuk, mulai buat target kapan mau lunas, dan buat rencananya.
Selain 5 tujuan keuangan jangka pendek di atas, tentu masih ada banyak lagi tujuan lain yang bisa kamu rencanakan untuk setidaknya 3 tahun ke depan. Apa pun itu, buat “judul”-nya, tentukan target nominal dan waktunya, lalu buat rencananya.
Tip dan Metode Perencanaan Keuangan Jangka Pendek
1. Tentukan tujuan dan kebutuhan
Tujuan dari perencanaan keuangan ini harus ditentukan dulu untuk kemudian kamu bisa mengetahui kebutuhan biayanya. Baru dari kebutuhan ini ditarik mundur ke saat ini, dan dihitung berapa yang harus kamu sisihkan untuk memenuhinya.
Semoga sampai di sini cukup jelas ya.
2. Cek kondisi keuangan saat ini
Meskipun membuat perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang akan dapat membantumu membuat prioritas sehingga bisa mencukupkan sumber dayanya, tetapi bukan berarti lantas bisa halu. Tetap sesuaikan dengan kemampuanmu ya.
Jangan sampai mengorbankan kebutuhan lain yang sama pentingnya, agar kamu tak menemui kesulitan keuangan ke depannya.
3. Cari instrumen yang sesuai
Setelah mengetahui target nominal dan waktu, selanjutnya kamu bisa mencari instrumen yang sesuai. Karena tujuannya jangka pendek, maka direkomendasikan untuk kamu memilih instrumen dengan tingkat risiko yang paling rendah. Misalnya seperti reksa dana pasar uang, deposito, atau tabungan berjangka.
Begitulah cara membuat perencanaan keuangan jangka pendek yang bisa dilakukan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Adalah Kunci Capai Tujuan Hidup, Ini Maksud dan Alasannya
Apa sih arti sebenarnya dari perencanaan keuangan? Mengutip dari situs Financial Planning Standards Board Indonesia—sebuah lembaga yang mengeluarkan sertifikasi untuk para perencana keuangan—perencanaan keuangan adalah suatu proses pembuatan rencana keuangan dan pengelolaannya, demi mencapai tujuan hidup.
Tujuan hidup seperti apa? Misalnya saja memiliki rumah sendiri, menikah, menyiapkan biaya pendidikan anak hingga jenjang yang tertinggi, menunaikan ibadah, sampai menyiapkan pensiun sejahtera.
Jadi, kalau mau disederhanakan, perencanaan keuangan adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan keuangan sekarang dan di masa depan. Hingga pada akhirnya, seseorang yang memiliki perencanaan keuangan yang baik akan dapat mewujudkan tujuan terbesar dalam hidup: bebas finansial—yang berarti bebas dari utang, dapat memenuhi kebutuhan dengan baik tanpa khawatir mengalami kesulitan keuangan, punya kondisi keuangan sehat, dan akhirnya menikmati hidupnya.
Manfaat Perencanaan Keuangan
Jika melihat dari definisinya, maka manfaat terbesar dari membuat perencanaan keuangan adalah memberikan arah dan arti dari setiap keputusan keuangan yang harus kita ambil. Dengan adanya perencanaan keuangan ini, dan juga keuangan yang dikelola dengan baik, kita bisa melihat bagaimana setiap keputusan yang kita ambil akan berdampak ke aspek hidup kita yang lain.
So, hal ini akan membawa kita untuk dapat mempertimbangkan efek jangka pendek dan jangka panjang atas tujuan-tujuan hidup yang sudah kita rencanakan. Dengan adanya rencana keuangan, kita akan lebih mudah menyesuaikan diri atas perubahan yang terjadi dalam hidup, sekaligus merasa aman karena kita yakin, tujuan dan rencana kita sudah tepat.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perencanaan Keuangan
Faktor paling berpengaruh dalam proses perencanaan keuangan adalah life event, yaitu kondisi dan situasi tempat kita berada sekarang. So, inilah yang membuat rencana keuangan kita bisa berbeda dengan orang lain, karena kita masing-masing punya situasi yang berbeda, pun tujuan finansial yang berbeda.
Beberapa hal yang memengaruhi rencana keuangan antara lain:
- Status: sudah menikah atau belum
- Kondisi pekerjaan: sudah karyawan tetap, pekerja upah harian, atau project based. Belum lagi dari sisi nominal gaji yang diterima, akan lebih luas lagi cakupannya.
- Usia: 20-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya.
- Tingkat pendidikan, karena biasanya jika tingkat pendidikan akan memengaruhi tingkat kisaran penghasilannya
- Kondisi keluarga: jumlah orang yang ditanggung, dan sebagainya
- Kondisi kesehatan, yang akan memengaruhi pengeluaran
- Kondisi ekonomi secara umum, misalnya seperti sedang terjadi pandemi atau krisis, atau mungkin ekonomi sedang bertumbuh dengan baik, dan sebagainya
Life event tersebut bisa saja berubah sewaktu-waktu, yang kemudian membuat kita melakukan penyesuaian terhadap rencana keuangan yang sebelumnya dibuat. Hal ini wajar banget kok, karena hidup kan memang dinamis. So, jangan takut atau khawatir kalau memang butuh membuat rencana keuangan yang baru.
Lalu, bagaimana cara melakukan perencanaan keuangan? Rumitkah? Perencanaan keuangan adalah proses yang sederhana sih sebenarnya. Tetapi memang harus kamu buat dengan cermat, yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan hidupmu.
Jadi, cara melakukan perencanaan keuangan adalah sebagai berikut ini.
Cara Melakukan Perencanaan Keuangan untuk Pemula
1. Tentukan tujuan
Langkah pertama dalam melakukan perencanaan keuangan adalah menentukan tujuan. Dengan adanya tujuan ini, kamu akan dapat memahami alasan mengapa kamu harus membuat rencana keuangan yang realistis dan komprehensif.
Kalau tujuan saja enggak jelas, ya mana bisa kamu berkomitmen dengan rencanamu? Yang ada ya bakalan tergoda ini itu, yang mungkin sama sekali enggak ada hubungannya dengan cita-cita atau kesejahteraan hidup. Uangmu pun habis dengan sia-sia.
Selain itu, tujuan keuangan yang jelas akan membuatmu tahu langkah apa yang harus dilakukan berikutnya, kalau langkah sebelumnya sudah dilakukan.
Misalnya, kamu pengin beli rumah 5 tahun lagi. Setelah mengetahui harga kisaran rumah yang diperhitungkan dengan inflasi, maka kamu tahu bahwa kamu harus menabung Rp5 juta per bulan kalau untuk membeli rumah dengan cash keras. Padahal penghasilanmu Rp8 juta. Melihat kondisinya, sepertinya akan berat buatmu untuk bisa menabung Rp5 juta per bulan. Untuk itu, kamu harus mengubah rencana. Nggak usah cash keras deh, mungkin bisa KPR. Dengan KPR, kamu bisa mencicil dengan Rp2 juta per bulan selama 20 tahun. Ini tentu lebih terjangkau untukmu. Kamu “hanya” perlu menyiapkan dana untuk DP rumah, sekarang.
2. Buat catatan keuangan
Kunci dari suksesnya perencanaan keuangan adalah adanya catatan pengeluaran setiap bulannya, atau secara periodik. Dengan adanya catatan ini—juga catatan penghasilan—maka kamu bisa mengecek kesehatan keuanganmu, untuk memastikan rencana keuangan dapat dijalankan.
Dengan adanya catatan keuangan ini, juga akan lebih mudah bagi kamu untuk memonitor dan mengevaluasi arus kas.
So, buat catatan arus kas, yang meliputi rincian pemasukan dan pengeluaran, juga catatan berbagai aset. Dari sini, kamu bisa mengetahui dengan pasti kemampuanmu dalam hal finansial.
3. Jalani prinsip hidup hemat
Faktor lain yang dapat menyukseskan perencanaan keuangan adalah hemat. Hemat bukan berarti pelit loh ya, tetapi cermat dalam menentukan prioritas.
Misalnya begini. Untuk baju, kalau cuma dipakai di rumah, ya mending beli yang harganya murah meriah. Namun, kalau untuk ketemu klien atau situasi apa pun yang menuntutmu untuk tampil profesional, kamu boleh saja memilih baju branded.
Kasus lain lagi. Kamu memilih untuk menunda traveling ke luar negeri, karena kamu memprioritaskan agar bisa mengumpulkan DP rumah sampai 3 tahun ke depan. Untuk healing, kamu memilih untuk mengunjungi lokasi-lokasi asyik yang ada di kotamu, atau tidak lebih dari radius 20 km, misalnya. Sehingga bisa kamu jangkau dengan lebih mudah dan murah.
4. Utang? Boleh, tapi …
Utang tidak dilarang, tetapi perhatikan 3 syarat utang sehat. Faktanya, utang bisa menjadi solusi keuangan yang baik jika memang diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan bijak. Perencanaan keuangan adalah kunci untuk bisa memastikan bahwa kamu mampu membayar cicilan utang dengan baik.
So, boleh berutang. Sebelumnya, pastikan kamu sudah punya rencana keuangan terutama soal skema mencicilnya. Jangan sampai cicilan melebihi 30% dari penghasilan rutinmu ya.
5. Bangun dana darurat, lengkapi asuransi
Dana darurat ini sangat penting, jadi akan bagus kalau kamu masukkan juga dalam rencana dan tujuan keuangan kamu.
Mengalokasikan dana darurat akan dapat menolong kalau suatu kali kamu harus berhadapan dengan situasi darurat. Misalnya, kehilangan atau berkurangnya penghasilan, tertimpa musibah, atau ada kesulitan lain yang butuh uang untuk memperbaikinya. Cek lagi jumlah ideal dana darurat yang mesti dicapai ya. Tapi kamu enggak harus memenuhinya langsung kok, sesuaikan dengan kemampuan.
Hal lain lagi yang tak kalah penting dalam perencanaan keuangan adalah asuransi yang lengkap. Asuransi lengkap di sini adalah yang memenuhi kebutuhanmu juga. Yang wajib kamu miliki adalah asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, jika kamu adalah tulang punggung keluarga. Carilah informasi lengkap mengenai berbagai produk asuransi yang kamu butuhkan, dan jangan malas baca polisnya.
6. Menabung dan investasi
Menabung dan investasi dapat membantu kamu mempercepat mencapai tujuan keuangan. Ada banyak instrumen yang bisa kamu pilih, mulai dari deposito, emas, reksa dana, saham, P2P lending, hingga kripto jika memang sesuai dengan tujuan dan kemampuan.
Yang pasti, kenali dan pahami cara kerjanya. Jangan hanya berinvestasi karena FOMO. Pasalnya, sekali lagi, perencanaan keuangan adalah soal life event; kondisi dan prioritas hidup kamu berbeda dengan orang lain. Karena itu, rencana keuangan orang lain belum tentu cocok untuk kamu.
7. Monitor dan review
Pemantauan terhadap jalannya eksekusi rencana keuangan ini sangatlah penting. Karena dengan melakukannya, kamu akan tahu mana yang perlu diperbaiki dan mana yang bisa lanjut karena sudah sesuai dengan harapan.
Lakukanlah review secara berkala. Bisa 3 bulan, 6 bulan, atau setahun sekali, untuk mengecek kemajuan rencana keuanganmu.
Nah, itu dia jabaran tentang perencanaan keuangan. Jadi, gimana nih? Setuju kan, kalau perencanaan keuangan adalah kunci untuk mencapai tujuan hidup?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Pribadi: Pengertian, Manfaat, dan Cara Membuatnya secara Sederhana
Perencanaan keuangan pribadi menjadi sebuah proses ketika seseorang berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finansialnya dengan cara membuat target tertentu.
Uang memang bukan segalanya, tapi tanpa uang bagaimana bisa membeli rumah, mendapatkan pendidikan yang terbaik, memenuhi gaya hidup, hingga juga memenuhi keinginan dan impian? Maka perencanaan keuangan pribadi seperti inilah menjadi jalannya. Semua mimpi dapat dicapai dengan sebuah rencana dan strategi. Apalagi mimpi untuk masa depan yang butuh uang, maka perencanaan keuangan adalah solusinya.
Apa Itu Perencanaan Keuangan?
Perencanaan keuangan pada umumnya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu perencanaan keuangan secara kelompok dan perencanaan keuangan secara pribadi.
- Perencanaan keuangan kelompok merupakan suatu tindakan kelompok seperti perusahaan, organisasi masyarakat, atau komunitas untuk mencapai sebuah tujuan melalui pengelolaan keuangan.
- Perencanaan keuangan pribadi adalah suatu tindakan perorangan untuk mencapai kebutuhan hidupnya melalui pengelolaan keuangan secara terencana serta tidak melibatkan orang lain.
Menurut Certified Financial Planning Standards Board Indonesia, perencanaan keuangan adalah suatu tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara terencana. Sebuah rencana keuangan yang komprehensif akan menjadi hasilnya, dan akan menjadi blueprint untuk kita merealisasikannya sesuai prioritas.
Tujuan hidup yang dimaksud di atas bisa berupa membeli rumah, sekolah,memiliki kendaraan pribadi, rumah, kesiapan biaya anak, dana mempersiapkan pensiun, menikah, dan lain sebagainya. Bisa jangka panjang, maupun jangka pendek.
Rumit? Bisa jadi, karena itu kadang kita perlu jasa perencana keuangan. Tetapi, sebenarnya, kalau kita mau belajar dan bisa memahami prinsip besarnya, kita juga bisa menjadi perencana keuangan bagi diri kita sendiri.
Manfaat Perencanaan Keuangan
Membuat perencanaan keuangan—apalagi yang komprehensif—tidak bisa dibilang mudah. Karena itu, QM Financial punya serangkaian kelas online yang perlu banget untuk diikuti, hingga kemudian seseorang bisa membuat perencanaan keuangannya sendiri hingga jauh ke depan.
Perjalanan membuat rencana keuangan enggak akan mudah, karena itu kamu harus menyadari manfaatnya sehingga kamu yakin bahwa hal ini penting untuk dilakukan.
1. Memberi gambaran dengan jelas mengenai kondisi keuanganmu saat ini: sehat atau tidak
Untuk bisa membuat rencana jauh ke depan, kamu harus tahu kondisi kesehatan keuanganmu. Dengan demikian, kamu tahu kemampuan finansialmu sendiri, dan juga apa kebutuhanmu dengan lebih detail dan jelas.
2. Membantu membuat alokasi prioritas
Perencanaan keuangan yang mendetail akan memudahkanmu untuk menentukan prioritas dan kemudian mengalokasikan dana sesuai kebutuhan.
Dengan demikian, pengeluaran pun menjadi lebih efisien dan efektif; tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang kurang penting atau tidak prioritas.
3. Membangun dana darurat
Perencanaan keuangan yang baik akan memungkinkanmu sukses membangun dana darurat hingga dapat mencapai jumlah nominal yang ideal.
Dana darurat merupakan tujuan keuangan pertama yang harus kamu capai dalam suatu rangkaian rencana keuangan, agar bisa menjadi safety net ketika krisis datang.
4. Tahu kebutuhan di masa depan
Dengan memiliki perencanaan keuangan yang komprehensif, kita bisa memproyeksikan berbagai kebutuhan di masa yang akan datang, yang akan membutuhkan biaya tak sedikit untuk memenuhinya. Mulai dari beli rumah, pendidikan anak, hingga pensiun.
Dengan adanya rencana keuangan yang matang, kita bisa memenuhi berbagai kebutuhan tersebut dan terhindar dari kesulitan keuangan yang bisa muncul.
5. Jadi motivasi
Saat kita sudah punya tujuan keuangan yang realistis, berbujet, dan berjangka waktu yang jelas, maka kita pun akan termotivasi terus untuk menjalankan rencana keuangan kita itu.
Kalau harus berubah di tengah jalan, gimana? Ya, enggak masalah. Kalau memang rencananya sudah komprehensif, biasanya perubahan juga tidak akan terlalu drastis. Ulik sedikit, sesuaikan dengan kondisi. Pada dasarnya, hidup juga akan selalu dinamis. So, perubahan rencana itu sudah pasti ada. Tetapi, kalau pada dasarnya sudah lengkap dan jelas, mengubah sedikit tentu enggak akan jadi masalah besar.
Cara Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi Secara Sederhana
Lalu, seperti apa kita harus membuat perencanaan keuangan ini? Ada lima langkah perencanaan keuangan dan penerapannya secara sederhana, sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan keuangan
Tentukan terlebih dahulu tujuan perencanaan yang akan dicapai. Ingat, tujuan keuangan yang baik itu adalah yang punya judul, nominal, dan jangka waktu. Misalnya, judulnya adalah membeli rumah, nominal Rp500 juta, dan target 5 tahun lagi.
Wah, butuh disiplin dong? Pastinya! Akan selalu ada perjuangan, di balik setiap tujuan baik, bukan?
2. Catat kondisi keuangan bulanan
Langkah ini dapat membantu kamu mengetahui kondisi kesehatan keuangan, serta dapat membantu kamu mengontrol dan mengevaluasi pengeluaran.
Caranya kamu cukup mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan keuangan tiap bulan. Jika kamu ingin praktis, bisa mendownload aplikasi keuangan di smartphone.
3. Gunakan rumus dalam mengatur keuangan
Misalnya kamu bisa menggunakan metode Elizabeth Warren yang membaginya menjadi 50-30-20, yaitu 50% pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk hiburan dan keinginan lainnya sebagai self reward, dan 20% untuk tabungan dan investasi.
Atau kamu juga bisa menggunakan formula yang biasa digunakan oleh QM Trainers, yaitu 40 – 30 – 20 – 10; 40% kebutuhan rutin, 30% cicilan utang, 20% investasi, dan 10% untuk lifestyle atau gaya hidup.
Sesuaikan dengan kondisi dan kemampuanmu ya!
4. Mengatur skala prioritas
Pilahlah mana kebutuhan dan keinginan. Hal ini juga membantu kamu mengurangi perilaku konsumtif yang sering dilakukan sehari-hari.
Atur kebutuhan mana yang perlu diutamakan, kalau perlu tekan semua pengeluaran konsumtif yang tidak penting, dan pastikan barang yang kamu beli memang sangat dibutuhkan dengan harga yang sesuai.
5. Punya dana darurat
Mengapa dana darurat penting? Karena hal ini akan sangat membantu jika kamu sedang berada dalam keadaan genting. Apalagi kamu tidak akan tahu ke depannya akan seperti apa.
Jika kamu masih sendiri dan belum menikah, setidaknya harus ada dana darurat 3 kali dari total pengeluaran per bulan. Ingat, dana darurat dan tabungan itu adalah dua hal berbeda, keduanya punya pos masing-masing.
Tip-Tip Perencanaan Keuangan Agar Sukses Tercapai
- Buat perencanaan keuangan realistis yang akan dicapai.
- Lakukan pembukuan kondisi keuangan, bisa dilakukan 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, atau 2 bulan sekali agar kamu tahu grafik atau kondisi keuangan kamu.
- Menghemat semaksimal mungkin.
- Mengeluarkan uang tepat waktu, untuk kebutuhan yang jelas.
- Menyisihkan dana tak terduga.
- Menabung atau berinvestasi.
- Punya dua rekening yang berbeda untuk kebutuhan dan tabungan perencanaan.
- Lakukan asuransi untuk mendapatkan perlindungan terhadap aset—terutama diri sendiri.
- Menentukan strategi.
- Pemantauan keuangan.
- Laksanakan perencanaan keuangan secara konsisten dan disiplin.
Demikian informasi tentang segala hal yang perlu kamu ketahui dalam perencanaan keuangan pribadi. Perencanaan keuangan sejatinya sangat penting diterapkan dalam kehidupan, khususnya secara pribadi agar hidup lebih tertata. Jadi, tunggu apa lagi? Mari lakukan perencanaan keuangan sekarang juga!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang: Apa Artinya dan Bagaimana Membuatnya?
Di tengah ketidakpastian masa depan, kamu punya kesempatan untuk membuatnya lebih terencana dengan perencanaan keuangan jangka panjang. Untuk menerapkannya pun tidak sulit, hanya bermodal konsisten dan disiplin saja.
Kamu mungkin pernah merasa panik saat uang gaji mulai menipis padahal waktu gajian masih panjang. Nah, perencanaan keuangan membantu kamu lebih bijak mengelola arus keuangan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan kamu di masa depan.
Apa Itu Perencanaan Keuangan Jangka Panjang?
Perencanaan keuangan bisa kamu buat untuk waktu pendek dan panjang. Untuk jangka pendek umumnya digunakan untuk mengelola pemasukan dan pengeluaran rutin di kehidupan sehari-hari.
Sedangkan perencanaan keuangan jangka panjang adalah perencanaan tujuan keuangan yang lebih besar dan memakan waktu beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun untuk dicapai. Biasanya melibatkan lebih banyak jumlah uang daripada sasaran jangka pendek.
Contoh tujuan untuk perencanaan jangka panjang misalnya uang pensiun, memulai sebuah bisnis, menabung untuk biaya kuliah anak, dan lainnya.
Perencanaan keuangan jangka panjang mungkin tampak seperti prospek yang menakutkan, terutama jika rasio menabung kita masih rendah. Bahkan mungkin tampak nggak penting banget, kalau kamu masih berusia 20-an. Namun, sebenarnya, semakin cepat kamu memulai perencanaan keuangan jangka panjang ini, semakin banyak yang bisa kamu peroleh untuk mencapai tujuan keuangan.
Lalu, bagaimana membedakan perencanaan keuangan jangka panjang dengan jangka pendek?
Meski berbeda, kedua jenis perencanaan keuangan ini bisa kok dijalankan secara bersamaan. Kamu hanya perlu membuat rencana keuangan harian (perencanaan keuangan jangka pendek) dan rencana keuangan untuk masa depan (jangka panjang).
Yang seterusnya perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya kamu mengalokasikan sumber pendapatan kamu dengan bijak untuk memenuhi keduanya. Ada banyak cara dan metode pengelolaan keuangan yang bisa kamu pelajari.
Contohnya metode atur keuangan 50-30-20. Dengan metode ini, kamu bisa membagi pendapatan dengan alokasi 50% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk tabungan dan investasi, dan 20% untuk lifestyle. Atau bisa juga dengan 40-30-20-10, dengan alokasi 40% kebutuhan rutin, 30% cicilan utang, 20% investasi, dan 10% biaya lifestyle. Sesuaikan saja dengan kondisi dan kemampuanmu.
Kamu nggak harus selalu menggunakan kedua metode di atas juga kok, kalau memiliki pandangan dan cara lain dalam mengaturnya. Tentunya yang memahami kondisi dan strategi terbaik untuk finansial adalah diri kita sendiri, ya kan?
Cara Membuat Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Setelah memahami konsep dari perencanaan keuangan jangka panjang, kini waktunya mencoba menerapkannya dengan beberapa cara berikut ini.
Buat garis besar tujuan keuangan dan target waktu
Ini adalah langkah utama dalam perencanaan keuangan jangka panjang. Kamu perlu merumuskan semua tujuan keuangan dengan rinci, beserta jangka waktunya.
Misalnya, kamu ingin pensiun pada usia 55, dengan usiamu yang 25 tahun saat ini, itu artinya 30 tahun lagi. So, kamu akan perlu menghitung dan membuat anggaran untuk dana pensiun, dengan menyesuaikannya kebutuhan kamu nantinya. Kamu bisa berpatokan dengan pengeluaranmu sekarang, yang kemudian dihitung dengan rumus Future Value dengan memperhitungkan inflasi.
Setelah itu, kamu akan mendapatkan besaran nominal yang kamu perlukan. Nah, baru deh kamu buat rencana keuangan yang sesuai untuk bisa mencapai target nominal tersebut.
Bangun dana darurat
Dana darurat adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan keuangan jangka panjang, agar kamu tidak menggunakan uang investasi atau tabungan ketika terjadi sesuatu yang tak terduga.
Berapa banyak? Ini jumlah idealnya, yang bisa disesuaikan dengan kondisimu:
- Lajang: 4 x pengeluaran bulanan
- Menikah: 6 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 1 anak: 9 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 2 anak atau lebih/Wirausaha/Freelance: 12 x pengeluaran bulanan
Simpanlah dana darurat ini di instrumen-instrumen yang mudah diakses, mudah dicairkan, dan berisiko rendah. Misalnya di reksa dana pasar uang, deposito dengan tenor pendek, atau bisa juga di tabungan bank biasa.
Lunasi utang
Saat kamu membuat rencana keuangan jangka panjang, pastikan bahwa sudah termasuk rencana untuk keluar dari utang. Kamu tidak dapat benar-benar memulai masa depan keuangan dengan tenang jika masih memiliki banyak utang.
So, gunakan strategi pelunasan utang yang tepat, dan konsistenlah agar bisa segera bebas dari utang.
Buat rencana keuangan untuk berinvestasi
Jika salah satu tujuan keuanganmu adalah mendapatkan kebebasan finansial di masa depan, maka dalam menyusun perencanaan keuangan jangka panjang, kamu harus membuat rencana membangun aset yang dapat bekerja sendiri. Dengan begini, kamu akan mendapatkan passive income.
Kenali beberapa sumber passive income yang ada, dan tentukan mana yang paling sesuai untukmu. Mulai dari investasi surat berharga, properti, ataupun bisnis.
Namun, sebelum mulai membangun passive income, adalah penting bagi kamu untuk mengenali juga kemampuan toleransi dirimu sendiri terhadap risiko investasi. Nantinya, hal ini akan memengaruhi perjalanan keuanganmu.
Miliki asuransi yang tepat
Setelah bekerja sangat keras untuk mendapatkan uang, hal terakhir yang diinginkan yaitu menjaga aset tetap aman. Asuransi pada dasarnya merupakan bagian yang penting juga dalam perencanaan keuangan jangka panjang, lantaran dapat melindungi aset jika terjadi sesuatu yang merugikan.
Cakupan asuransi ada banyak, mulai dari mobil, properti, bisnis, dan sebagainya. Namun, yang paling penting untuk dimiliki lebih dulu adalah asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, terutama jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Dengan asuransi, kamu melindungi sesuatu yang sangat penting yang memiliki nilai tinggi untuk memastikan bahwa kamu terlindungi secara finansial.
Hindari pengeluaran berlebihan
Perjalanan untuk mempertahankan perencanaan keuangan jangka panjang yang baik mungkin tidak mudah. Bisa terjadi hal tak terduga dan kamu dapat kehilangan kendali untuk mempertahankan alokasi anggaran. Maka penting untuk punya perencanaan keuangan jangka panjang yang solid, disiplin, dan hindari pengeluaran berlebihan.
Nah, itulah penjelasan terkait perencanaan keuangan jangka panjang. Yuk mulai untuk menerapkan cara dan langkah di atas supaya tujuan keuangan di masa depan dapat kita amankan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Prinsip Perencanaan Keuangan Syariah yang Wajib Diketahui
Konsep keuangan syariah di Indonesia saat ini memiliki potensi yang optimis, terutama di berbagai jasa keuangan. Tapi, kamu juga bisa loh menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan membuat perencanaan keuangan syariah.
Kamu pasti sudah paham seberapa penting perencanaan keuangan dalam kehidupan pribadi maupun keluarga. Sebuah rencana, bisa membuat kita mengubah pola pikir untuk mengelola keuangan dengan baik dan bijak. Terutama dengan prinsip syariah, proses pengelolaan nantinya akan sejalur dengan ajaran agama yang tidak hanya berorientasi pada dunia semata.
Perencanaan Keuangan Syariah, Apa itu?
Tak berbeda jauh dengan konsep secara umum, perencanaan keuangan syariah adalah kegiatan merencanakan, menyimpan, mengatur, dan menginvestasikan harta dengan prinsip syariah Islam.
Selain membantu kelola keuangan, kamu juga diarahkan untuk memanfaatkan harta yang kamu miliki dengan optimal dan bisa memberikan manfaat sesuai dengan ajaran Islam. Mulai dari mengatur arus kas, membuat tujuan keuangan, menggunakan produk syariah, hingga warisan.
Ciri-ciri perencanaan keuangan syariah yang menjadi pembeda dengan konsep umum yaitu tidak melanggar ajaran agama, tidak ada riba, tidak merugikan pihak lain, dan ada akad baik di setiap transaksi yang dilakukan.
Salah satu contoh dalam penerapan syariah dalam arus kas misalnya dengan membuat alokasi zakat, prioritas pelunasan utang, hingga alokasi investasi syariah secara rutin. Sementara tujuan keuangan misalnya seperti ibadah haji ke tanah suci, atau biaya pendidikan anak.
Penggunaan produk-produk investasi dalam perencanaan keuangan syariah misalnya diperhatikan mulai dari sukuk, deposito syariah, atau reksa dana syariah. Di sisi lain, rencana warisan juga harus mengikuti aturan waris dalam Islam.
4 Prinsip Perencanaan Keuangan Syariah
Sejak awal sering disinggung terkait prinsip syariah, sebenarnya apa itu? Dan bagaimana penerapannya dalam perencanaan keuangan? Kamu dapat menerapkan sistem ini di rencana keuangan.
1. Dari Mana Harta Diperoleh
Bagaimana kamu memperoleh harta yang kamu miliki saat ini? Dari mana saja sumber keuanganmu?
Pertanyaan tersebut menjadi dasar dari prinsip pertama. Pasalnya, untuk mengelola keuangan kamu wajib memperhatikan asal usul uang yang kamu dapatkan. Dalam Islam, umatnya diajarkan untuk mengonsumsi makanan halal dan baik.
Hal itu disebutkan dalam Qs. al-Baqarah ayat 168 yang menjelaskan, makanan dalam hal ini diartikan sangat luas, termasuk harta yang kita punya untuk mendapatkan makanan. Apakah itu bersumber dari hal-hal yang baik?
So, bisa dibilang, secara tidak langsung, perencanaan keuangan syariah ini mengimbau kamu untuk mencari uang dari pekerjaan yang halal, baik itu dari gaji, honor, maupun imbal hasil investasi.
2. Bagaimana Harta Dilindungi
Melindungi harta di sini artinya membuat harta kamu bersih dengan cara menunaikan zakat, sedekah atau infak. Selain untuk membersihkan kekayaan, hal ini juga diyakini dapat memperlancar rezeki dan menolak musibah.
Selain itu, kamu juga bisa melindungi harta kekayaan dengan prinsip ta’awun atau tolong menolong yang merupakan bagian dari proteksi syariah.
3. Ke Mana Harta Dikeluarkan
Pengeluaran harta secara syariah yaitu dengan menentukan adil dan objektif menentukan prioritas keuangan. Kamu harus mendahulukan apa yang menjadi kebutuhan primer atau pokok dibanding kebutuhan sekunder.
Dengan begitu, kebutuhan primer seperti makan, tempat tinggal, dan yang keperluan wajib lainnya dapat terpenuhi. Menentukan priorita keuangan erat kaitannya dengan piramida finansial.
Apa itu piraminda finansial?
Piramida finansial yaitu terdiri dari zona aman, nyaman dan mapan. Kamu berada di zona aman ketika cash flow sehat, utang terlunasi tepat waktu, dan kamu punya dana darurat. Sementara mapan, artinya kamu sudah berada di tahap tak lagi mengkhawatirkan masalah finansial.
4. Harta yang Dikelola
Harta yang dimiliki harus dikelola dan dialokasikan ke hal-hal yang bermanfaat dan berdampak baik untuk sesama. Misalnya dengan investasi pada produk syariah berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.
Saat ini sudah banyak instrumen produk syariah yang tersedia, seperti deposito syariah, reksa dana syariah, saham syariah, bahkan kredit pemilikan rumah syariah, dan lainnya pun tersedia.
Tip Membuat Perencanaan Keuangan Syariah
1. Mengelola Aset dengan Baik
Untuk mengelola aset dengan prinsip syariah, kamu harus bisa adil dan seimbang. Selain itu, perhatikan segala hal dari aspek syariahnya.
Kelolah uang dengan baik; jumlah yang kamu keluarkan sebaiknya tidak lebih banyak dari jumlah yang kamu dapatkan. Selain itu juga ingat, bahwa penting untuk melunasi utang sesegera mungkin. Terlalu lama terjerat dengan utang tidak akan baik untuk kondisi finansial kamu. So, pastikan untuk menjauhi riba agar harta yang kamu miliki sekarang lebih berkah.
2. Membuat Tabungan dan Mulai Investasi
Sama halnya dengan penerapan perencanaan keuangan konvensional, kamu harus menabung dan berinvestasi namun dalam prinsip syariah gunakan kaidah Islam mulai dari pembiayaan hingga penggunaan jasa investasi yang sah dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
3. Berzakat
Tip lainnya adalah rutin melakukan zakat, sedekah, atau infaq untuk membersihkan harta kamu dan menjadikannya lebih bermanfaat untuk orang lain. Diajarkan pula dalam prinsip agam Islam, bahwa harta yang kita miliki saat ini sedikitnya milik orang lain di luar sana.
4. Pahami Risiko dan Beli Asuransi Syariah
Banyak hal tak terduga selama manusia hidup. Masalah bisa saja datang silih berganti dan kita harus siap menghadapinya. Untuk mengurangi risiko keuangan, sebaiknya kamu menggunakan asuransi syariah, yang dapat menjamin kerugian ketika kamu ditimpa musibah.
Dengan penjelasan prinsip perencanaan keuangan syariah di atas, kamu tentunya sudah memahami apa saja yang harus diperhatikan dan dilakukan. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk buat perencanaan keuangan sendiri!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga yang Harus Selalu Diingat
Membuat perencanaan keuangan keluarga—harus diakui—sebenarnya tidak sesederhana yang dipikirkan. Apalagi kalau memang bagi yang masih awam, atau memiliki literasi keuangan yang belum begitu baik. Tapi, teteup ya, harus dibuat.
Pasalnya, tanpa punya perencanaan keuangan untuk keluarga, bisa jadi kita hanya berjalan tak tentu arah, atau bahkan hanya jalan di tempat. Akibatnya, masalah keuangan akan lebih rentan terjadi. Perencanaan keuangan keluarga berfungsi layaknya navigasi; kita mau ke mana, pengin hidup seperti apa, ingin meraih apa ke masa depan nanti.
Perencanaan keuangan juga merupakan alat kontrol dan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan; apakah sudah sesuai dengan yang kita inginkan, atau perlu penyesuaian.
Ya, memang sepenting itulah sebuah perencanaan keuangan keluarga.
Untuk mulai membuatnya, yuk, singkirkan dulu pikiran rumit itu. Kita bisa kok membuat perencanaan keuangan keluarga secara sederhana dulu, asalkan ingat 7 prinsip berikut ini.
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga
1. Sepakat dengan pasangan
Keluarga adalah unit kecil, tetapi bisa saja dianggap sebagai organisasi. Dalam organisasi, sudah pasti ada bagian atau divisi-divisinya. Orang yang akan diserahi jabatan tertentu sudah pasti harus tahu apa job desc masing-masing, dan siap bekerja sama dengan divisi yang lain.
Begitu juga dalam keluarga. Sepakati peran dalam keluarga dengan pasangan. Hal ini harus menjadi PR pertama yang diselesaikan. Siapa yang akan bekerja untuk nafkah keluarga, bagaimana membaginya, siapa membayar apa, atau kalau butuh uang harus ke mana, dan seterusnya.
Saling terbuka dan backup adalah kunci lancarnya prinsip perencanaan keuangan keluarga yang pertama ini. Jadi, begitu sudah membangun keluarga, prinsip ini harus dilakukan yang pertama kali.
2. Cash flow lancar dan positif
Besar pasak daripada tiang? Oh no! Perencanaan keuangan keluarga yang baik artinya cash flow lancar dan positif. Ingat, kamu sudah bukan lajang lagi, dan sekarang sudah punya tanggungan—apalagi sudah punya anak. Besar pasak daripada tiang artinya ada masalah dalam pengelolaan keuangan. Artinya, harus ada yang diulik dan disesuaikan.
Lakukan financial check up, buat catatan terutama mengenai:
- Berapa penghasilan yang masuk setiap bulannya? Bisa juga diambil rata-rata jika penghasilannya tidak tetap
- Berapa pengeluarannya setiap bulan?
- Pos pengeluaran mana yang paling banyak menyedot dana?
- Pos pengeluaran mana yang bisa dihemat?
- Bagian mana yang bocor halus?
Cash flow harus positif, artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran, agar ke depannya tidak menjadi beban yang terlalu berat. Jika memang masih negatif, coba diulik apakah ada yang bisa dihemat lagi. Atau, coba mencari pintu rezeki lain demi menambah penghasilan.
3. Utang tidak dilarang, tapi …
Jika pos pengeluaran terbesar kamu adalah cicilan utang, maka hal ini juga harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan keuangan keluarga.
Memang tidak ada yang melarang kita untuk meminjam dana, terlepas dari apa pun penggunaannya. Tetapi tentu saja, harus diperhitungkan dengan cermat. Cicilan utang seharusnya tidak boleh melebihi 30% dari penghasilan rutin setiap bulan. Rasio ini dianggap ideal, karena artinya kamu masih punya 70% penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rutin.
Karena itu, setiap kali ingin meminjam dana—untuk keperluan apa pun—pastikan nantinya cicilan total semua utang tidak lebih dari 30%. Kalau sekarang sudah lebih gimana dong? Cari solusi agar bisa dikurangi sampai 30%.
4. Budgeting adalah koentji
Membuat anggaran untuk pengeluaran rutin adalah hal wajib untuk perencanaan keuangan keluarga yang lebih baik. Dengan anggaran—apalagi jika bisa dibuat secara detail—kamu akan dapat memastikan rencana keuangan direalisasikan dengan baik.
Budgeting juga soal menyusun prioritas, agar kebutuhan masa sekarang dan masa depan sama-sama bisa dipenuhi dengan baik. Dengan budgeting, kita juga tahu jika cash flow kita mengalami gangguan, sehingga bisa mengantisipasinya dengan lebih baik.
5. Investasi di depan
Pastikan memprioritaskan investasi di depan pada perencanaan keuangan keluarga. Bukan di belakang, dengan uang sisa belanja. Pasalnya, tak akan pernah ada yang namanya ‘uang sisa’.
Investasi merupakan ‘kendaraan’, atau ‘alat’, yang dapat membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan. Karena itu, pastikan proprosinya pas. Idealnya sih minimal 10% dari penghasilan rutin. Mau lebih? Tentu lebih baik lagi.
Jadikan investasi sebagai bagian dari rutinitas perencanaan keuangan keluarga, bukan dilakukan sekadar kalau ingat atau pakai uang sisa, agar nantinya tujuan keuangan bisa dicapai dengan baik.
6. Lengkapi proteksi
Proteksi juga merupakan elemen penting dalam perencanaan keuangan keluarga, dan tak boleh diabaikan. Pasalnya, proteksi akan melindungi kamu dan keluargamu dari risiko finansial jika ada musibah atau hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Kadang kita meremehkan adanya asuransi. Tapi, begitu kesulitan sudah datang, baru deh menyesal, kenapa kemarin enggak ambil asuransi.
Meski demikian, beli polis asuransi juga sebaiknya tak sembarangan. Pastikan bahwa polis asuransi yang kamu beli memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bacalah polis dengan saksama, cermati berbagai syarat dan ketentuannya. Jangan sampai ketika nanti harus klaim, ternyata klaim ditolak atau hanya dicover sebagian hanya karena kita kurang paham cara kerja perlindungannya.
7. Review berkala
Prinsip perencanaan keuangan keluarga yang terakhir adalah review yang dilakukan secara berkala. Kamu bisa melakukannya tiga bulanan, enam bulanan, atau mungkin juga tahunan. Sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhanmu.
Cek, apakah semua berjalan sesuai rencana? Atau adakah yang perlu diperhatikan lebih detail lagi? Jika masih jauh dari harapan, di bagian mana yang harus disesuaikan?
Hasil review kamu akan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang berikutnya.
Nah, itu dia 7 prinsip perencanaan keuangan keluarga. Mungkin sudah ada yang melakukan ketujuh prinsip di atas, itu pastinya hal yang sangat bagus. Tinggal dilanjutkan saja, dan disesuaikan dengan tujuan keuanganmu.
Buat yang belum mulai membuat perencanaan keuangan keluarga, tidak pernah ada kata terlambat loh. Kamu bisa mulai membuatnya hari ini juga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah, maka 5 Hal Inilah yang Akan Terjadi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah mengadakan survei untuk melihat tingkatan literasi keuangan Indonesia, dan hasilnya tidak sampai dari 30% masyarakat yang dinilai masuk dalam kategori well literate.
Wah, memprihatinkan dong ya, berarti? Jelas.
Padahal, literasi keuangan adalah hal yang wajib dikuasai oleh masyarakat, bahkan termasuk dari salah satu literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Artinya, jika tidak memiliki keterampilan literasi dasar, maka hal itu akan mempersulit kita sendiri untuk menjalani hidup.
Meski terbilang rendah, dari hasil survei yang dilakukan oleh OJK tersebut dapat terlihat bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mengenal, memahami, dan mampu menggunakan dengan bijak beberapa fitur, instrumen, juga mengerti akan hak dan kewajiban dalam dunia keuangan. Walaupun memang hanya sebagian saja yang bisa menggunakannya dengan baik.
Lantaran itulah, edukasi perihal literasi keuangan Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena jika dibiarkan terus menerus maka akan ada beberapa hal yang muncul sebagai akibat dari rendahnya literasi keuangan tersebut.
Apa Itu Literasi Keuangan?
Sebelum kita membahas mengenai dampak yang akan terjadi jika literasi keuangan Indonesia tidak mengalami peningkatan, ada baiknya kita pahami lagi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan literasi keuangan itu.
Secara umum, literasi keuangan atau financial literacy adalah wawasan dan keterampilan masyarakat untuk meyakinkan lembaga keuangan serta produk keluaran mereka dalam skala indeks.
Menurut Manurung, seorang ahli ekonomi Indonesia, literasi keuangan adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk memutuskan memiliki kebijakan yang efektif dalam memanfaatkan sumber daya keuangan yang mereka miliki.
Dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjendikti), ada 6 literasi dasar yang seharusnya dikuasai oleh setiap orang, yakni literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya, dan literasi finansial, atau literasi keuangan. Mengapa penting? Karena dengan menguasai keenamnya, kita dapat hidup dengan lebih nyaman, sehat dan lebih baik.
5 Hal yang Akan Terjadi jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah
Jika angka literasi keuangan Indonesia yang rendah dibiarkan saja, maka kurang lebih, hal-hal inilah yang akan terjadi:
1.Tidak Ada Tujuan Hidup
Hal pertama yang bisa terjadi sebagai dampak dari rendahnya literasi keuangan Indonesia adalah tidak adanya tujuan hidup.
Ini tentu saja bukan hal sepele, bahkan kalau dibiarkan berlarut-larut, orang bisa saja terdemotivasi karenanya. Akibatnya, masa depan pun terabaikan.
2. Tidak Ada Perencanaan Keuangan
Karena nggak punya tujuan hidup, maka bingung juga sih, kalau punya uang. Pastinya, juga enggak punya rencana keuangan dong.
Tanpa adanya perencanaan yang baik dan matang, uang yang dimiliki bisa habis begitu saja dengan pengeluaran yang tidak seberapa penting. Tanpa perencanaan, akan menjadi sulit untuk bisa menabung dan berinvestasi demi masa depan.
Akhirnya, suka bingung sendiri. Dan, akhirnya membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dirasa lebih sukses.
3. Salah Pilih Instrumen Investasi
Jika ternyata tingkat literasi ekonomi Indonesia masih terus rendah, yang mungkin akan terjadi adalah sering terjadi kesalahan dalam memilih instrumen investasi, dan secara otomatis tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang berpotensial.
Masyarakat bisa saja mengerti apa itu investasi dan bagaimana cara memulainya. Namun hal itu bukan berarti mereka memahami instrumen investasi apa yang sesuai dengan kondisi keuangan dan tujuannya. Jika salah memilih instrumen investasi, maka yang sudah pasti terjadi adalah mereka tidak paham bagaimana cara mengelola investasi tersebut, dan akhirnya malah mengalami kerugian.
Ini buktinya sudah nyata banget, yaitu begitu mudahnya orang Indonesia terpikat investasi bodong.
4. Terkena Investasi Bodong
Nah, ini nih. Hasil paling nyata dari rendahnya literasi keuangan Indonesia.
Investasi bodong seperti money game atau dalam bentuk emas palsu memang masih banyak terjadi di negara ini. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat yang tidak memahami bahwa investasi yang ditawarkan kepada mereka adalah investasi ilegal yang tidak terdaftar di OJK.
Seringnya, masyarakat tergiur dengan iming-iming keuntungan besar yang akan didapatkan, tanpa menyadari bahwa investasi memiliki risiko yang tinggi, apalagi yang ilegal. Jika tingkat literasi keuangan tinggi, maka masyarakat akan bisa mengerti tentang risiko yang wajar bagi setiap bentuk instrumen investasi.
5. Tidak Ada Social Safety Net
Social safety net, atau yang biasa disebut juga dengan jaring keamanan sosial, adalah sebuah tameng untuk antisipasi agar masyarakat tidak mengalami kemiskinan. Jika literasi keuangan Indonesia masih ada di tingkat rendah dan tak ada peningkatan dalam waktu dekat, maka peningkatan kesejahteraan hidup akan lebih sulit diwujudkan.
Seperti yang terjadi masa pandemi ini. Prevalensi penduduk miskin meningkat; banyak yang mengeluhkan kehilangan pekerjaan. Bahkan survei OECD juga menyebutkan, bahwa sejumlah 46% masyarakat Indonesia hanya punya dana darurat untuk seminggu saja.
Miris? Jelas ya. Akibatnya juga bisa dilihat kan? Pandemi belum juga tuntas hingga mendekati 2 tahun, dan banyak dari kita yang mengalami kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Peningkatan literasi keuangan Indonesia harus segera dilaksanakan, mengingat begitu banyak dampak negatifnya yang bisa terjadi pada masyarakat. Dalam hal ini, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, media, dan juga masyarakat sendiri yang mau berpikiran terbuka dan berani mempelajari hal baru demi kemapanan ekonomi pribadi.
Makanya, yuk, kita mulai dari diri sendiri dulu, agar lebih melek literasi keuangan. Belajar lebih banyak, dan manfaatkan deh semua produk keuangan yang ada untuk dapat meningkatkan kualitas hidup kita ke depannya.
Ingat, investasi yang paling mahal dan besar adalah investasi pada diri sendiri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Paling Penting dalam Perencanaan Keuangan Pribadi Adalah Aman dan Nyaman, Seperti Apa?
Saat ini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa konsep perencanaan keuangan adalah hal yang penting untuk diterapkan untuk bisa mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik.
Nggak memungkiri sih. Pasalnya, pengertian dari perencanaan keuangan adalah metode yang digunakan dalam merancang dan mengelola keuangan secara terperinci dan terencana, yang sangat penting untuk dilakukan secara rutin dan terus menerus selama kita hidup demi mencapai beberapa tujuan.
Mengapa kita harus punya tujuan? Ya, bisa dibilang, ketika kita akhirnya mencapai tujuan tersebut, kita akan merasa nyaman, dan aman. Di situlah titik nyaman, alias financial comfort zone, kita.
Lantas, tujuan apa sih yang bila diraih lantas bisa menghadirkan wilayah aman ini? Cukup banyak. Contohnya, bisa beli rumah, beli mobil, bisa menyekolahkan anak sampai setinggi-tingginya, bisa pensiun dengan sejahtera, dan masih banyak lagi. Kamu bisa menambahkan sendiri, dan semua itu bisa didapatkan dari perencanaan keuangan yang benar. Pasalnya, inti dari perencanaan keuangan adalah membangun rasa aman dan nyaman untukmu menjalani hidup.
Sampai di sini sahih kan?
Nah, kalau dilihat-lihat lagi, perasaan nyaman kita untuk hidup itu meliputi 4 hal, yang kemudian menjadi inti dari perencanaan keuangan yang kita lakukan.
4 Kenyamanan yang Menjadi Inti Perencanaan Keuangan
1. Nyaman di Akhir Bulan
Kondisi yang nyaman di akhir bulan maksudnya adalah kamu tidak merasa khawatir saat tanggal gajian masih jauh, karena uang masih cukup leluasa untuk digunakan sehari-hari.
Simpel kan? Tapi jangan salah, banyak orang yang kesulitan loh untuk mendapatkan kenyamanan yang pertama ini.
Hal ini bisa dipengaruhi oleh 2 faktor. Pertama, total pendapatan yang kamu miliki memang lebih besar daripada pengeluaran bulanan. Kedua, kamu sudah punya pengelolaan keuangan yang baik.
Memang, di sinilah inti dari perencanaan keuangan secara keseluruuhan, karena itu di sini juga perlu mulai didapatkan kemampuan mengatur dan mengelola keuangan yang mumpuni.
2. Nyaman dalam Musibah
Membaca kalimat ini kok terasa ambigu, ya? Musibah, kok nyaman? Tenang, maksudnya begini.
Ambil contoh saat ternyata secara mendadak kamu sakit dan dikenai biaya berobat dengan nominal yang besar. Jika kamu sudah berada dalam “titik nyaman”, maka hal ini tidak akan banyak mengganggumu. Kamu siap menjalaninya, karena ada dana darurat, juga ada asuransi kesehatan yang memadai.
Begitu juga untuk berbagai risiko kehidupan lain yang mungkin terjadi. Sakit, kan hanya salah satu risiko. Misalnya ada musibah lain terjadi, iya sih, kamu akan terdampak, tetapi dampaknya tidak akan separah kalau kamu tidak siap.
3. Nyaman Bertumbuh
Bekerja keras memang penting. Namun, bayangkan, bagaimana bila cukup uangmu saja yang bekerja keras untukmu sedangkan kamu bisa santai menjalani hidup bersama orang-orang tercinta?
Hal ini erat kaitannya dengan kesadaran akan pentingnya berinvestasi, soal menumbuhkan aset. Dengan memperhitungkan kebutuhan, kemampuan, tujuan, dan profil risiko, kamu bisa memilih instrumennya dengan baik, sehingga juga bisa kamu manfaatkan sebaik-baiknya untuk pemenuhan kebutuhan hidupmu dan orang-orang yang kamu cintai.
Bahkan di satu titik, kamu bisa pensiun sejahtera, tanpa harus membuat anakmu menjadi sandwich generation.
4. Nyaman pada Nantinya
Nyaman nanti maksudnya adalah untuk di masa yang akan datang.
Karena pada dasarnya, suatu hari kita akan sampai pada titik ketika merasa tidak mampu lagi bekerja. So, kalau perencanaan keuangan kamu sudah baik, maka kamu bisa menikmati masa pensiun dengan nyaman tanpa perlu memikirkan kondisi keuangan lagi. Bahkan, tanpa perlu merasa bingung bagaimana caranya mendapatkan uang lagi.
Kenyamanan ini bisa didapat jika sejak awal kamu mampu konsisten untuk membuat rencana keuangan, dan juga merealisasikannya.
Punya dana pensiun yang sudah terencana dengan baik adalah keuntungan yang sangat besar. Dengan begitu, jika saat pensiun sudah tiba, gaya hidup kamu masih bisa seperti selayaknya saja tanpa perlu ada yang diubah terlalu drastis.
Perencanaan Keuangan Adalah Soal Keamanan dan Kenyamanan
Selain 4 hal di atas, manfaat lain dari perencanaan keuangan adalah juga untuk melindungi keluarga kamu dari berbagai kejadian yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba, agar tidak perlu merasa cemas dan khawatir lagi.
Perencanaan keuangan yang baik juga akan meminimalkan peluang berutang. Bukannya dilarang, tapi kalau bisa ditekan peluangnya, bukankah akan lebih baik?
Lalu, bagaimana caranya membuat perencanaan keuangan yang baik? Hal pertama yang harus diingat, bahwa perencanaan keuangan adalah hal yang sifatnya tidak statis antara orang yang satu dengan yang lain. Perencanaan keuangan yang baik bagi orang lain belum tentu cocok untuk kamu, pun sebaliknya. Jadi, yang paling baik saat kamu membuat perencanaan keuangan adalah selalu berpijak dari kebutuhanmu sendiri.
Pencatatan yang rinci dan detail dalam perencanaan keuangan adalah kuncinya. Sebisa mungkin selalu catat berapa pendapatan yang kamu terima. Catat juga pengeluaran apa saja yang kamu lakukan, baik dalam jumlah besar atau kecil. Dari catatan tersebut, akan terlihat mana pengeluaran yang memang penting dan mana yang kurang atau bahkan tidak penting. Kamu bisa mulai mengatur perencanaan keuangan dari poin tersebut, yaitu mengurangi pengeluaran yang kurang penting dan mengalokasikan dananya ke hal lain seperti tabungan atau investasi.
Financial comfort zone tidak datang secara instan, ada proses yang perlu kamu lalui untuk mencapai titik tersebut, dan perencanaan keuangan adalah kuncinya. Jadi, jangan pernah ragu untuk segera memulainya. Bila dalam hal perkembangan pribadi, pasti sering kamu dengar kalimat yang menyatakan bahwa kamu harus berani keluar dari comfort zone, maka yang terjadi dalam hal ini adalah sebaliknya.
Kamu harus bisa menciptakan financial comfort zone sendiri bagi hidup kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Topik tentang sandwich generation memang selalu menarik, betul kan? Salah satu alasannya karena relate terhadap banyak orang. Lalu, pengin tahu enggak, gimana cara mengatur keuangan sandwich generation? Syukur-syukur kalau ada contoh perencanaan keuangan yang bisa dipakai untuk para sandwich generation dengan gaji berapa pun.
Yes, sandwich generation mendeskripsikan diri mereka sebagai pihak yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri dan keluarganya, plus generasi di atasnya, yaitu orang tua. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah karena tidak siapnya generasi orang tua untuk hidup mandiri saat pensiun.
Tapi, mengapa hal ini menjadi masalah besar?
Dalam artikel kali ini, kita akan bahas soal sandwich generation, tip mengelola keuangannya, serta ada sedikit contoh perencanaan keuangan yang sesuai.
Data-Data Prevalensi Sandwich Generation
Dari data survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2017, 77.82% sumber pembiayaan rumah tangga para lanjut usia ternyata ditopang oleh anggota keluarga lain yang bekerja. Sementara, Survei Ekonomi Nasional yang sama-sama diadakan tahun 2017 menyatakan bahwa sebesar 62.64% lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucu mereka.
Sejatinya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian Pew di Amerika Serikat juga mencatat, bahwa satu dari 8 orang penduduk Amerika berusia 40 – 70 tahun harus membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua mereka. Sementara, Carers UK pada surveinya tahun 2012 memberikan fakta bahwa ada sekitar 2.4 juta orang punya pos pengeluaran khusus untuk perawatan anak dan juga kerabat yang lebih tua ataupun difabel.
Beratnya beban sandwich generation tak jarang lantas membuat mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk tak bisa menabung secara rutin dengan nominal yang memadai. Jangankan memikirkan kebutuhan di masa depan, untuk kebutuhan di masa sekarang bisa saja dirasa cukup sulit.
Lalu, seperti apa contoh perencanaan keuangan untuk bisa mengatasi hal ini?
Beban para Sandwich Generation
Mengutip berita dari Kompas.id yang saat artikel ini ditulis sedang viral, ada beberapa kisah sandwich generation yang mengeluhkan beratnya hidup mereka.
Salah seorang di antaranya ada yang bergaji Rp11 juta. Alih-alih menggunakannya untuk “memanjakan diri”, sebanyak Rp4 juta diberikan sebagai uang bulanan orang tua. Sementara ia juga masih harus menanggung tagihan listrik, dan juga memberi uang saku adiknya. Dari Rp11 juta, ia hanya bisa menggunakan Rp3.5 juta untuk kebutuhan hidup. Uang Rp3.5 juta itu, Rp1.5 juta untuk kos, dan tersisa Rp2 juta saja untuk makan, transportasi, dan kebutuhan lain.
Seorang sandwich generation yang lain mengaku bergaji Rp40 juta. Disetorkan untuk keluarga besar sebesar Rp20 juta, yang dimanfaatkan untuk ongkos jalan-jalan sang ibu, kredit mobil sang ayah, kebutuhan keluarga besar, sampai uang sekolah keponakan. Ia sendiri “kebagian” Rp20 juta, yang lebih banyak dialokasikan ke tabungan hari tua, karena ia mengaku tak tertarik aset tak bergerak. Ia tak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi punya “ancaman” yang berbeda; ia sepertinya harus menunda cita-citanya untuk pensiun dini di usia 40 tahun.
Nah, bagaimana denganmu?
Yah, terlepas dari nominal gaji, kita sepakat bahwa perjuangan masing-masing individu itu berbeda. Begitu juga dengan sandwich generation. Meski kepepet, ya harus bisa survive. Yang satu terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, yang lain terancam pensiun dininya.
Yuk, simak terus untuk tahu contoh perencanaan keuangan yang tepat.
Tip dan Contoh Perencanaan Keuangan untuk Sandwich Generation
1. Tetapkan tujuan keuangan
Pertama, sebelum beranjak ke contoh perencanaan keuangan, tentu saja harus jawab dulu pertanyaan wajibnya: #TujuanLoApa? Dari sini, baru deh kamu bisa tarik ke belakang, untuk membuat perencanaan keuangannya.
Jadi misalnya, untuk si sandwich generation bergaji Rp11 juta, kamu bisa punya tujuan keuangan mengumpulkan dana darurat dulu, lalu dana menikah, dana liburan, dana apa pun juga boleh. Jika kamu sudah menikah, pastinya tujuan keuangan kamu akan berbeda dari yang lajang. So, sesuaikan dengan kondisimu ya.
2. Rumus cash flow 1 – 2 – 3 – 4
Setelah kamu memiliki tujuan keuangan, berikutnya ada contoh perencanaan keuangan. Kamu bisa memanfaatkan rumus cash flow ala QM Financial, yaitu rumus 1 – 2 – 3 – 4. Apa pun alokasinya, buatlah berdasarkan pola 1 – 2 – 3 – 4, sesuaikan dengan kondisimu. Karena kamu adalah sandwich generation, maka uang bulanan untuk membantu keluarga besar juga harus dimasukkan ke dalam rumus ini.
Contoh perencanaan keuangan untuk kamu yang bergaji Rp11 juta:
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp11 juta = Rp4.400.000
Nah, ini sebaiknya sih sudah termasuk tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang di luar untuk kebutuhanmu sendiri ya, agar bisa seimbang antara membantu keluarga tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan pribadi. - Kebutuhan rutin: 30% x Rp11 juta = Rp3.300.000, termasuk untuk uang kos, makan, dan transportasi.
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 20% x Rp11 juta = Rp2.200.000
- Lifestyle atau keperluan lainnya: 10% x Rp11 juta = Rp 1.100.000
Urutan dan nominalnya bisa kamu tukar dan sesuaikan, intinya adalah kamu menentukan prioritas.
Mari kita lihat contoh perencanaan keuangan untuk yang bergaji Rp40 juta.
Ini bisa jadi akan berbeda nih prioritasnya, meski sama-sama lajang. Mungkin rumus 1 – 2 – 3 – 4 juga kurang sesuai, karena yang bersangkutan mengaku tidak terlalu suka jajan, dan lebih suka mengalokasikan sebagian besar gaji untuk tabungan hari tua.
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000.
- Kebutuhan hidup dan lifestyle: 20% x Rp40 juta = Rp8.000.000
Mari kita asumsikan si kakak yang bergaji Rp40 juta ini sekarang berusia 30 tahun. Dengan berinvestasi sebesar Rp16.000.000 per bulan di instrumen reksa dana saja, jika ia berencana untuk pensiun dini di usia 40 tahun nanti, nilai investasinya akan bertumbuh pada kisaran Rp2 – 3 miliar. Ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhannya, yang terlihat dari besaran pengeluaran setiap tahunnya, dan kemudian diperhitungkan dengan angka harapan hidup.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga
Nah, terkait alokasinya, angka di atas hanyalah contoh perencanaan keuangan. Realisasinya, kamu tentunya harus berdiskusi dengan orang tua kamu.
Misalnya saja, untuk si kakak yang punya gaji Rp40 juta, mungkin jalan-jalan sang ibu bisa agak dikurangi. Cermati juga pos yang lainnya. Yang tak penting dan tidak urgent, bisa dikurangi atau dihilangkan. Jika kamu bisa menghemat pos lifestyle kamu, pastikan keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya berhemat ini. Akan sangat lebih baik jika kamu tak sendirian dalam upaya ini.
Pastinya, mereka juga akan mengerti keadaannya jika memang kamu merasa kesulitan. Diskusikan juga dengan anggota keluarga lain yang memungkinkan. Intinya, berbagilah beban. Karena sebenarnya sebagai keluarga seharusnya kan saling bantu, bukan?
Pengin lebih banyak contoh perencanaan keuangan yang sesuai untukmu? Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!