Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer
Mau Bikin PLAN Sendiri? Bisa!
Bisa gak sih kita belajar bikin PLAN buat diri sendiri? Bisa banget! Bulan Maret yang lalu QM Financial mengadakan pelatihan keuangan pribadi yang diberi nama Financial Clinic Workshop. Pelatihan ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 10-11 Maret 2018.
Sebelumnya QM Financial pernah membuat pelatihan perencana keuangan dalam satu hari, yaitu QMPC Xpress.
read more: QMPC Xpress Level 1
Apa yang membuat Financial Clinic Workshop berbeda? Di pelatihan ini peserta belajar studi kasus hasil pengalaman trainer. Sehingga peserta tidak hanya dapat membuat PLAN untuk diri sendiri tetapi dapat juga mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kepada orang lain.
Pelatihan yang dihadiri oleh 30 orang peserta dilaksanakan di hotel 101 Dharmawangsa Square. Meskipun workshop diadakan di Jakarta, peserta tak hanya terbatas dari area Jakarta dan sekitarnya lho. Ada juga yang berasal dari luar kota seperti Yogyakarta dan Pekanbaru. Peserta Financial Clinic Workshop terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Diskusi berjalan dua arah sehingga peserta tidak hanya belajar dari QM Trainer namun dari pengalaman peserta yang lain.
Dilengkapi dengan games dan ice breaking seru, Financial Clinic Workshop bersama QM Financial selalu terasa menyenangkan.
Modul 1 = Cashflow
Memulai workshop di hari pertama, Ligwina Hananto, CEO dan Founder QM Financial membahas mengenai Blue Print of your Finance Life. Perencana keuangan itu ibarat mendesain rumah yang sehat dan kuat. Ada fondasi dasarnya, ada tiangnya, ada atapnya, dan apabila ingin lebih bagus ada lantai duanya. Dalam merencanakan keuangan, fondasi dasarnya adalah financial check up. Financial Check Up sangat penting untuk dapat melihat kondisi keuangan kita dan mengetahui ke mana saja larinya uang kita.
read more: Financial Check Up
Sebelum berinvestasi, kita harus menentukan tujuan finansial alias #tujuanloapa. Berinvestasi tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan ibarat naik kendaraan tapi tidak tahu tujuannya mau kemana, nanti nyasar lho!
read more: Tujuan Lo Apa!
Peserta juga mempelajari rumus-rumus dalam membuat rencana keuangan, sehingga dapat menghitung dan membuat perencana keuangan sendiri. Mereka pun diberi studi kasus untuk dikerjakan secara berkelompok dan hasilnya dipresentasikan untuk dibahas bersama.
Modul 2 = Reksadana dan Asuransi
Modul 2 dalam Financial Clinic Workshop membahas Reksadana dan Asuransi.
Kedua produk ini sering digunakan dalam pembuatan rencana keuangan yang komprehensif. Apabila diibaratkan rumah di dalam Blue Print of your Finance Life, reksadana adalah lantai dasar dan asuransi sebagai atapnya. Kebayang dong pentingnya dua hal tersebut dalam merencanakan keuangan!
Di hari kedua inilah peserta belajar bagaimana memiilih reksadana dan membeli asuransi untuk proteksi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan reksa dana didasarkan pada tujuan keuangan yang ingin dicapai apakah jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.
read more: Investasi Asyik Buat Pemula
Sedangkan asuransi, penting untuk memiliki proteksi yang cukup selama kita dalam masa pencapaian berbagai tujuan finansial. Peserta dapat membawa polis asuransi untuk mengecek apakah asuransi yang sudah dibeli sesuai dengan kebutuhan.
read more: Asuransi VS Investasi, Mana Yang Lebih Penting?
Di akhir sesi, peserta diminta membuat ACTION PLAN sebagai hasil follow up atas ilmu finansial yang didapat selama dua hari workshop.
Dengan ilmu yang mudah untuk diaplikasikan dan kesempatan berkonsultasi dengan QM Planner, peserta antusias mengikuti workshop. Mereka sadar walaupun cashflow positif, perencanaan keuangan harus dilakukan secara komprehensif dan dimulai sedini mungkin.
Dan kini, dengan berbekal antusiasme pada Financial Clinic Workshop Modul 1 & 2, telah dibuka Modul 3&4 yang membahas tentang bisnis. Untuk pendaftaran, klik di sini!
Mia Damayanti | Financial Trainer
Pensiun Tanpa Aset Aktif, Mungkinkah?
Bicara soal pensiun, kita bisa belajar dari orang terdekat. Kalau kamu seperti saya yang saat ini memasuki usia kepala tiga #anaklama, kemungkinan besar orang tuamu sudah memasuki usia pensiun. Bagaimana kondisi pensiun mereka? Apakah mereka pensiun dengan sejahtera atau sederhana?
Kedua orang tua saya adalah pensiunan PNS. Mereka termasuk golongan lama yang menganut paham: lebih baik menjadi PNS, gaji secukupnya yang penting mendapatkan tunjangan pensiun setiap bulan. Namun, keempat anaknya tidak berpendapat sama, kami memilih menjadi karyawan swasta.
Kedua orang tua saya mengandalkan penghasilan semasa pensiun dari pensiunan bulanan sebagai PNS. Mereka tidak mempunyai aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif. Namun demikian, orang tua saya tetap bisa hidup nyaman tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka masih bisa makan enak tiga kali sehari, tak kesulitan berkunjung ke rumah saudara di luar kota, juga mampu membelikan makanan, mainan, maupun memberi uang saku untuk cucu-cucunya.
Tak seperti millenials yang hobi liburan, orang tua saya tidak mempunyai kebutuhan dana liburan. Bagi mereka, liburan ke luar kota itu artinya mengunjungi rumah saudara untuk suatu acara, bisa pernikahan, kelahiran, saat hari raya; dan berziarah ke tempat ziarah rohani. Pergi ke tempat wisata sifatnya hanya mampir saja sebagai pelengkap, bukan tujuan utama.
Aset yang mereka miliki kebanyakan adalah aset pasif, berupa rumah, tanah, sawah, dan pekarangan. Meskipun punya rumah yang tak ditinggali, namun karena merupakan rumah tabon (rumah peninggalan orang tua), rumah ini tak boleh dijual; disewakan pun sayang. Sawah sebenarnya bisa menghasilkan beras yang jumlahnya melebihi kebutuhan konsumsi. Namun mereka memilih untuk membaginya ke anak-anak daripada menjualnya. Tanah saat ini masih ditanami pohon jati, belum ada intensi untuk memanfaatkannya menjadi aset yang menghasilkan. Sedangkan pekarangan dimanfaatkan untuk kolam ikan gurami, memelihara ayam & itik, serta menanam buah-buahan dan sayuran. Dengan gaya hidup yang tergolong sederhana, walaupun tanpa aset aktif, mereka bisa pensiun dengan nyaman. Ahh, nikmatnya tinggal di desa.
Orang tua saya bisa pensiun nyaman tanpa aset aktif karena tinggal di desa dengan gaya hidup yang sederhana. Bagaimana dengan saya? Generasi saya tentunya memiliki gaya hidup yang berbeda. Tinggal di daerah suburban dengan luas lahan yang terbatas, semua kebutuhan rumah tangga harus beli, tak bisa mengandalkan sawah dan ladang sendiri. Demikian juga dengan kebutuhan dana liburan. Belum lagi keinginan untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial. Dengan gaya hidup yang lebih tinggi, saya sadar tak bisa pensiun dengan nyaman tanpa aset aktif.
Agar bisa menikmati gaya hidup yang sama hingga pensiun nanti, saya harus mulai membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga macam aset aktif yang bisa dipilih: bisnis, surat berharga, dan properti. Aset aktif yang baik adalah kombinasi yang imbang dari ketiganya. Secara pribadi saya merasa belum siap mental membangun bisnis sendiri. Untuk berinvestasi di properti pun butuh modal yang tidak sedikit. Karena itu, saat ini saya memilih untuk mulai membangun aset aktif dengan surat berharga. Ke depan saya punya mimpi membangun bisnis coworking space dengan memanfaatkan properti yang saat ini ‘nganggur’. Semoga segera terwujud ya!
Baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun? Kumpulin Aset Aktif Yuk!
Ini #ceritapensiunku, bagaimana denganmu? Kombinasi aset aktif seperti apa yang kamu rencanakan? Yuk! Mulai rencana membangun aset aktif untuk mewujudkan pensiun sejahtera!
Fransisca Emi | Financial Trainer
Pelatihan Persiapan Pensiun di Rabobank
Kebanyakan perusahaan mulai memberikan training persiapan pensiun kepada karyawannya disaat mereka akan memasuki atau sudah mencapai usia pensiun. Namun berbeda dengan Rabobank. Manajemen Rabobank justru sedini mungkin memberikan fasilitas pelatihan persiapan pensiun kepada karyawannya. Ini sesuai dengan tiga tahapan persiapan pensiun yangdipaparkan oleh Ligwina Hananto.
related articles: Kapan Perusahaan Harus Membuat Program Persiapan Pensiun?
Menurut manajemen Rabobank, kesejahteraan karyawan adalah tanggung jawab masing-masing, bukan tanggung jawab perusahaan. Tugas perusahaan adalah memberikan akses pengetahuan, salah satunya pelatihan persiapan pensiun yang bekerja sama dengan QM Financial ini. Namun tanggung jawab pelaksanaannya ada di masing-masing karyawan.
Pelatihan persiapan pensiun bertujuan agar para karyawan mempunyai waktu yang cukup lama untuk bisa mempersiapkan tujuan keuangan apa saja yang ingin mereka capai atau miliki saat pensiun nanti. Ada begitu banyak hal harus dipelajari dan dipersiapkan untuk memasuki masa pensiun. Jangan sampai kita terlambat mempersiapkannya dan gigit jari saat ternyata dana pensiun tidak mencukupi.
Pelatihan diadakan di Jakarta untuk 6 gelombang dengan masing-masing karyawan per gelombang pada bulan Maret 2018 di kantor Rabobank yang berlokasi di Mega Kuningan Jakarta.
Sesi pelatihan QM Financial selalu diawali dengan intention setting. Hal ini untuk membuat peserta fokus pada tujuannya mengikuti pelatihan. Ligwina Hananto sebagai lead trainer mengajak para peserta training untuk menuliskan apa saja mimpi atau goals yang ingin mereka miliki saat pensiun. Ada yang ingin punya bisnis, punya rumah pensiun yang nyaman, sering liburan bersama keluarga, dan lain sebagainya.
Tahapan dalam belajar finansial dibagi menjadi tiga: AWARENESS, UNDERSTANDING, dan ACTION.
Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari dan disiapkan untuk menghadapi masa pensiun. Berhubung peserta pelatihan beragam mulai dari junior level hingga senior level, materi training pun harus sesuaikan dengan kebutuhan para peserta.
Sesi pagi diisi dengan materi bagaimana cara mengatur keuangan agar peserta tahu (AWARE) dan paham (UNDERSTAND). Sementara sesi siang diisi dengan praktik mengisi formulir data keuangan agar para peserta mengetahui status arus kas bulanannya. dan apa saja harta dan utang yang mereka miliki. Peserta pun membentuk grup untuk membuat simulasi 7 Langkah Siap Pensiun. Ini adalah bagian dari tahap ACTION.
Bicara keuangan mungkin terdengar kaku dan membosankan karena kita berkutat dengan angka-angka. Namun di QM Financial, kami selalu punya cara untuk membuat pelatihan finansial terasa fun. Salah satunya adalah saat penyampaian materi seminar oleh Ligwina Hananto. Sebagai seorang stand up comedian, sesekali Ligwina Hananto menyisipkan materi standup comedy yang berhubungan dengan financial planning. Ruang kelas pun ramai dengan gelak tawa para peserta.
Tak hanya itu, kami pun punya tips lain supaya peserta tetap fokus dan happy selama training. Kami mengajak peserta untuk bermain expense card games berupa permainan kartu pengeluaran. Para peserta diajak berjalan menuju sudut dinding untuk menempelkan kartu-kartu pengeluaran tersebut sesuai dengan pos pengeluaran yang ada. Selain seru, peserta juga makin paham penerapan prinsip financial planning dalam kehidupan sehari-hari. Tak ketinggalan ice breaking seru yang bisa menyegarkan suasana kelas. Financial traning can be fun with QM Financial!
Sebagai penutup, lead trainer Ligwina Hananto lebih banyak membahas studi kasus dan berbagai informasi terkini seputar investasi surat berharga, bisnis, dan properti sebagai bagian dari aset aktif. Penting sekali agar kita semua bisa mengatur keuangan, sehingga kita bisa menyisihkan sebagian dari penghasilan kita untuk investasi masa depan dan membangun aset aktif. Sayang kan, kita sudah kerja capek-capek bertahun-tahun tapi hasilnya gak kelihatan. Produk untuk investasi harus dipilih dengan hati-hati. Kita harus sadar betul atas segala risiko yang terkandung dalam produk pilihan kita. Resiko ini perlu dikelola dan disesuaikan dengan jangka waktu pencapaian.
Thank you for having us, Rabobank!
Mari kita terus meningkatkan pengetahuan mengelola keuangan untuk mewujudkan pensiun yang sejahtera. Pelatihan finansial seperti ini sangat bisa disesuaikan dengan kebutuhan karyawan atau perusahaan. Bersama QM Financial, pelatihan finansial menjadi lebih menyenangkan, praktis dan bermanfaat. Sila hubungi 0811 1500 600 untuk ngobrol training seperti apa yang cocok untuk perusahaan Anda.
Happy employees, wealthy companies.
Nita Kurniawati | Financial Trainer
Inspirasi Karya Muslimah Bandung
QM Financial, Bank Mandiri Syariah
dan Samuel Asset Management mempersembahkan
Inspirasi Karya Muslimah
Jangan lewatkan Talkshow Produk Perbankan Syariah
bersama Mohammad Teguh dari QM Financial
Inspiring Talkshow Perempuan Muslim Berkarya
bersama Hijabers Community, Up to Date, Manik La Luna, dan acara seru lainnya
Fashion Show, Hijab Tutorial, Jijab Make Over by Square,
Live Music dan Bazaar Busana Muslim.
Lima peserta yang beruntung di make over dan akan tampil untuk fashion show.
Sabtu, 29 September 2012
Mulai pada pukul 09.00
Bertempat di Bumi Sangkuriang, Ciumbuleuit.
Pendaftaran:
Bisa datang ke Kantor QM Financial di Jl. Flores No. 3 (dekat Hotel Amarosa)
Atau telepon ke (022) 917 39012. Buka dari jam 09.00 – 17.00
HTM:
Rp 50.000 sudah termasuk Lunch + Snack
Hosted by Ligwina Hananto ( CEO QM Financial) dan MC by Yogi Kartasasmita.
Inspirasi Karya Muslimah, perempuan muslim berkarya
dipersembahkan oleh QM Financial, Bank Mandiri Syariah,
Samuel Asset Management, Square dan Up to Date.
Summary #Finclic tentang Freelance dan Bisnis Kecil
Berikut ini merupakan kumpulan tweet #FinClic 6 Agustus 2012
Yes #FinClic hari ini berhubungan dengan freelancer! RT @_jarmee: pernah sharing soal atur keuangan buat freelancer gak? Camiku freelancer soalnya
#FinClic berawal dari gw gatel mampus denger siaran radio yang “sopan” :) oh gak apa produknya semua bagus, ambil multifinance bonafid, dll
Mulai menawarkan jasa finplanner 2003, di 2006 klien cuma 13 orang semuanya teman+sepupu. Musti bisa keluar dari lingkaran itu :) #FinClic
Di 2006 gw menghadap @sosronegoro & @willypriyoko bikin proposal talkshow yang seru. Lahir Financial Clinic #FinClic di @hardrockfm
Sekarang #FinClic masih on air di 87,6 @hardrockfm setiap Rabu jam 08.00 di Good Morning Hard Rockers Show. Dengerin yah :)
Versi #FinClic QnA twitter bisa diikutin di akun ini setiap Senin seharian. Karena biasanya gw libur Senin. Biasanya :p kenyataannya sih dududu
Summary #FinClic on radio bisa diikuti di @QM_Financial. Summary #FinClic on twitter nongol di http://qmfinancial.com silakan serbu :)
#FinClic yang hari ini gw akan sharing tentang orang yang kerja freelance dan atau bikin bisnis kecil :) *asahgolok*
Pengalaman gw yah, disuruh berhenti kerja sama @dondihananto tahun 2002 supaya ngurus anak :) jadi ibu rumah tangga #FinClic
Biasa punya duit sendiri. Tau- tau harus nunggu dari suami. Aneh banget rasanya. Mana waktu itu baru punya bayi. Wah perasaan serba kacau #FinClic
Jadi kalau lo berhenti kerja, untuk jadi freelancer atau punya bisnis kecil, hal ke- satu yang lo siapin : mental. Turunin semua standar sekarang juga! #FinClic
Freelancer / small bizowner jarang yang langsung menghasilkan besar. Jadi stop kasih bunga- bunga ke 2 pekerjaan itu! Gak ada duit! Siap gak? ;) #FinClic
Waktu itu, gw jadi ibu rumah tangga, lalu kuliah S2, lalu part time jadi dosen, baru bikin cikal bakal @QM_Financial. Makan dari mana? #FinClic
Waktu itu @dondihananto kerja di bank asing. Walaupun gw freelancer/ small business owner, penghasilan dan fasilitas kesehatan aman #FinClic
Setelah bertahun- tahun bangun bisnis gw, giliran @dondihananto yang mau berhenti kerja, jadi freelancer + small business owner. Dia gak keluar begitu aja #FinClic
The day @dondihananto said to me “I want to quit my job”, I was very surprised. Dan ada “takut” juga, ntar cukup gak buat hidup #FinClic
Me and @dondihananto sat down and worked on our finances for days before he resigned. Dengan dua anak, tidak bisa asal nekad aja lho #FinClic
Jadi buat teman- teman gw yang sekarang lagi slayar sluyur ceritanya baru freelancer/ small business owner, jangan bangga dulu. Emang udah siap? #FinClic
Berikut hal- hal penting sebelum Quit: 1) Asuransi Kesehatan 2) Dana Darurat 3) Aset Aktif yang SUDAH menghasilkan 4) ehem belajar hemat :p #FinClic
Orang yang dari dulu udah kerja freelance, sudah hati- hati dan siap dengan segala konsekuensinya. Yang dari karyawan ke freelancer ini yang suka gak ngeh #FinClic
Kantor gw udah ada AsKes untuk keluarga, penghasilan gw udah stabil, ada bisnis+apartemen yang menghasilkan, baru @dondihananto Quit #FinClic
Topik ini gw pilih karena gw mulai cemas. Banyak yang sibuk ngomongin passion, action, tanpa duit terus masa nekad doang? Gak gitu lah! #FinClic
Prinsip Tahu Diri. Semua juga tahu. Tapi apa mau jalanin-nya? Jadi karyawan dengan gaji tetap harus beda ngurusnya dengan freelancer/ small business owner #FinClic
Kalau lo udah berkeluarga, atas nama passion lo loncat jadi freelancer/ small business owner tanpa persiapan keuangan, lo gak bertanggungjawab! #FinClic
Gw contohin teman yang udah dari sana-nya freelancer ya? Dia bilang dia punya AsKes, kalau kerja gak kenal waktu, Dana Darurat 12x biaya hidup. Gokil! #FinClic
Gw mengisi acara seminar “Menabung Saja Tidak Cukup” dulu ya. Nanti siang disambung lagi #FinClic
Melanjutkan #FinClic tentang freelancer dan small business owner. Udah di level apa? Kalau memang dari dulu pekerjaannya itu, biasanya udah tau diri #FinClic
Yang repot kalau tadi-nya karyawan, switch ke freelancer/ small business owner. Suka ada yang gak ukur kemampuan padahal udah beda lho #FinClic
Pursuing passion feels soooo awesome. Only if you know the right tools. Your finance should be in place from the beginning #FinClic
Thanks! :) RT @Aditkok: Suka sekali sama topik #FinClic Hari ini, dibanyakin lagi dong tips financial buat small biz owner :)
Tipe pekerjaan freelance bisa macam- macam. Ada yang jadi dosen part time, pelayan resto sampe konsultan dipanggil sewaktu- waktu. Gak gajian rutin #FinClic
Freelancer ada yg kerja berdasar kontrak tahunan, per project, sampe per berapa jam dia kerja. Jadi penghasilan gak rutin #FinClic
Efek yang paling kelihatan, waktu urus Pengeluaran. Karyawan gw suruh nabung 10-30%. Freelancer gak bisa diurus dengan cara ini #FinClic
Freelancer harus punya pengeluaran yang jelas. Misal 5juta/bulan. Jadi penghasilan gak jelas, asal tahu, pengeluaran bisa diatur #FinClic
Kalau pengeluaran 5juta, penghasilan freelancer mungkin 2juta bulan ini, 10juta bulan depan, 0 bulan berikut dan 20juta bulan depan-nya? #FinClic
Nah freelancer perlu Dana “biaya hidup”, minimal 3x pengeluaran. Makan dari sini. Penghasilan lagi banyak, setor untuk hidup bulan depan #FinClic
Misal penghasilan bulan ini 8juta » 5juta untuk makan, 1juta ke Dana Biaya Hidup, 2juta lagi rekening terpisah untuk Investasi #FinClic
Waktu penghasilan sedang 20juta, makan 5juta, 1juta ke Dana Biaya Hidup, 14juta ke rekening Investasi terpisah #FinClic
Jadi Investasi bulanan tetap ada hitungannya, tapi setoran ke rekening investasi bulan ini mungkin untuk beberapa kali investasi #FinClic
Investasi bulanan akan debit rutin dari rekening Investasi. Karena pekerjaan freelance, setorannya yang beda dengan karyawan #FinClic
Sama, mirip freelancer. Gw sebut Self Employed RT @dadingwicaksono: nah kalo yg pemasukannya ga tetep macam dokter gitu gimana mbak? #FinClic
Gw ingin bisa ikut tepuk tangan waktu orang tinggalin pekerjaan yang dia gak suka, demi passion-nya. Tapi kalau habis itu lo melarat? #FinClic
Jadi ayo lah, finance itu bisa diukur semua. Urusan mampu bisa diupayakan. Empowering yourself. This is what it’s all about #FinClic
Duar! :) RT @ReneCC: Sepakat sama @mrshananto – keluar dari pekerjaan butuh persiapan matang. Jangan sebut passion kalau ternyata pride ;)
Sekarang untuk small biz owner. Ini bisa lebih kusut lagi daripada freelancer. Freelancer kerja sendiri. Small Biz Owner ada buntut karyawan #FinClic
Demi bisa idealis, atas nama passion, keluar dari kerjaan karyawan, bikin bisnis. Income stream bisnisnya dari mana? #FinClic
Banyaaak sekali pemilik bisnis kecil itu gak langsung “panen”. Ngerasain susah dulu. Hidup dengan gaji seadanya dulu. Konsekuensi memang begitu #FinClic
Ngeri gw kalau denger, bikin bisnis langsung pengen gajian 15juta. Lah income stream bisnis-nya gak ada, dari mana gajian segitu? #FinClic
Jadi kalau ada ceritanya start up, direktur-nya geruk gaji gede, siap- siap aja lagi tenggelam tuh kapalnya. Berat banget pasti #FinClic
Bisnis yang gak bisa menggaji pemilik yang kerja di dalam-nya juga gak sehat. Tapi reasonable aja lah. Omset berapa, gaji owner berapa #FinClic
Udah yakin sama keputusan hidupnya. Ayo sekarang ukur kemampuannya. Karena emosi VS angka gak bisa ditabrakin. Angka ga bohong #FinClic
Gw banyak ketemu small biz owner. Ada yang memang buta sama sekali soal akuntansi. Ada yang bahkan gak tau yang dijual apa. Ada yang semangat beres- beres #FinClic
Apapun level bisnis lo sekarang, keuangan keluarga lo apa kabar? Masih single bisa pulang ke rumah orangtua. Tapi yang udah punya anak? #FinClic
Gong-nya gw pun ketemu pemilik bisnis yang dengan alasan “bisnis lagi susah” gak kasih nafkah sama keluarganya. Mau berapa tahun kayak gini? #FinClic
Hal- hal sederhana seperti: keuangan bisnis dan pribadi dipisahkan, ada laporan keuangan walaupun sederhana cash basis dan tau mana fixed vs variable cost #FinClic
SmallBizOwner. Gak gajian dulu? Berapa lama? Pasang target yuk? Maksimal 3 tahun. Selama 3 tahun itu makan dari gaji pasangan + dana darurat #FinClic
Gw dari tahun 2003, baru gajian rutin tahun 2007. Sebelumnya pake sistem persentase. Bisa sekecil 350.000 / bulan :) untuk memastikan bisnisnya profit #FinClic
Sekarang pun, untuk jaga fixed cost rendah, gajian di kantor gw ada gaji pokok+tunjangan, ada variable bonus bulanan. Tergantung project #FinClic
Hi3 kayaknya banyak yang tercekat tentang “gak gajian 3 tahun” ya? :p ya gitu deh. SmallBizOwner gak selalu keren :) #FinClic
Ulang yang tadi pagi » hal- hal penting sebelum berhenti kerja tetap (Quit): 1) AsKes 2) Dana Darurat 3) Aset Aktif yang SUDAH menghasilkan 4) ehem belajar hemat :p #FinClic
Sebelum Quit: 1) Asuransi Kesehatan. Suami gw dulu kerja di Bank. Waktu dia berhenti kerja dan mulai bisnisnya, kantor gw udah ada Asuransi Kesehatan #FinClic
Sebelum Quit: 2) Dana Darurat (DD). termasuk badung sih, DD keluarga kami untuk 3 bulan aja, harusnya 12 bulan. Tapi ada :) #FinClic
Sebelum Quit: 3) Aset Aktif yang SUDAH menghasilkan. QM sudah bisa bagi dividen. Ada resto di Bandung hasil bulanan. + apartemen disewain #FinClic
Sebelum Quit: 4) ehem belajar hemat :p ini yang paling susah sih. Waktu suami gw di Bank liburan asiiiik banget. Sekarang direm :) he3 #FinClic
Nah. Mana semua yang karyawan mau jadi freelancer/ smallbizowner. It’s your life! Don’t let other people turn you into quitting your job #FinClic
Bisa ya dibayangkan kelojotannya kayak apa kalau tadinya karyawan gaji 30juta, sekarang atas nama passion bikin bisnis, eh gak gajian. Siap- siap! #FinClic
Terima kasih atas perhatiannya mengikuti #FinClic :) summary- nya nanti ada di http://qmfinancial.com . Topik- topik sebelumnya juga ada di sana kok
Emang kontradiktif ya. Bikin bisnis harus mau kejebur. Tapi kalau gak bersiap ntar gak makan. Find that balance and face the reality #FinClic
Bikin bisnis dengan modal dengkul, ilmu kepepet atau apalah. Kalau untung digembar gembor. Yang hancur berantakan, nasibnya gimana? :) #FinClic
Kenyataannya, bikin bisnis itu banyak yang hancur dulu. Ya musti dihadapi. Gw bikin 14 bisnis, yang mati 10. Calculated risk :) #FinClic
Gw gak bisa ngetwit sekadar memotivasi :) karena gw ketemu kasus- kasus macam- macam dan gak mau orang- orang dijerumuskan sembarangan #FinClic
Ada summary-nya kok topik- topik #FinClic sila liat di http://qmfinancial.com ya bagian CEOBlog
Ok sekian #FinClic nya yah :) gw musti siap- siap nanti sore jam17 LIVE di SindoTV. Catch you later!
Bayar Zakat…. Siapa Takut?
“Seorang nenek jatuh pingsan saat antre pembagian zakat di Balikpapan, Kalimantan Timur, karena lama mengantre pembagian zakat” ujar penyiar berita di televisi.
Pembagian zakat secara pribadi lagi- lagi menelan korban, dan ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Hampir setiap tahun pembagian zakat menelan korban.
“Sebenarnya apakah zakat itu? bolehkah membagikan zakat sendiri tanpa melalui badan amil zakat? Bagaimana perhitungannya?”
Pertanyaan di atas akan kami coba uraikan di sini.
Secara bahasa, zakat berarti “tumbuh”, “berkembang”, “mensucikan” atau “membersihkan”.
Selain itu, ada istilah sedekah dan infaq. Sebagian ulama fiqh, mengatakan sedekah wajib dinamakan zakat, sedang sedekah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan sedekah.
Zakat sendiri merupakan rukun islam yang ketiga, sehingga hukumnya wajib sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku. Zakat diwajibkan bagi setiap individu yang Muslim, Aqil (berakal sehat), Baligh, dan Memiliki harta yang mencapai nishab.
Salah satu hal yang membuat zakat berbeda dari sedekah dan infaq adalah zakat hanya diberikan kepada 8 (delapan) golongan yaitu (1) Fakir, (2) Miskin, (3) Amil, (4) Mualaf, (5) Budak, (6) Gharimin, (7) Ibn Sabil (dalam perjalanan), (8) Fi Sabilillah (berjuang di jalan Allah)
Jenis Zakat
Secara garis besar, zakat terbagi dua, zakat Nafs (Jiwa) dan Zakat Maal, mari kita bahas satu persatu.
- Zakat Nafs (Jiwa), disebut juga Zakat Fitrah.
Zakat fitrah diwajibkan pada setiap manusia (termasuk bayi) yang dibayarkan 1 tahun sekali, pada saat bulan Ramadan sampai dengan sebelum khotbah Idul fitri, Apabila dibayarkan setelah imam naik mimbar maka dianggap sedekah biasa. Besar zakat fitrah yang dibayarkan yaitu 2,5 Kg atau 3,5 Liter beras atau disesuaikan dengan makanan pokok penduduk setempat.
- Zakat Maal (Zakat Harta)
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya (Masing-masing jenis zakat memiliki ketentuannya sendiri), adalah:
- 1. Harta peternakan
Ternak yang dikenakan zakat adalah (a) Sapi, kerbau, dan kuda, (b) Kambing, dan domba dihitung berdasarkan jumlah (ekor). Sedangkan untuk ternak unggas dan perikanan dihitung berdasarkan ketentuan zakat perdagangan.
- 2. Emas dan perak
Nisab Emas adalah sebesar 85 gram emas, sehingga jika seseorang memiliki emas sebesar 85 gram emas seseorang wajib membayar zakat. Namun uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga, ataupun lainnya dikategorikan dalam “emas dan perak”. Jika dijumlahkan seluruh uang, tabungan, cek, saham, surat berharga mencapai 85 gram emas maka orang tersebut terkena wajib zakat (2,5%).
- 3. Perniagaan/Perdagangan
Perhitungannya mirip seperti zakat emas dan perak, bila suatu badan usaha (perdagangan, industri, agrobisnis, ataupun jasa) pada akhir tahun memiliki total kekayaan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas, maka wajib mengeluarkan zakat 2,5% saja.
Cara menghitung total kekayaan adalah kekayaan (Aset likuid + Stok barang + barang yang dibeli 1 tahun terakhir + piutang) – (Utang) = Total kekayaan.
- 4. Hasil pertanian
Nisabnya 5 wasq atau setara dengan 653 kg padi atau 524 kg beras. Hasil pertanian yang diairi dengan air hujan/sungai/mata air wajib zakat 10%.
Bila diairi dengan cara disiram/irigasi (terdapat biaya tambahan), maka zakat 5% dari nilai panen.
- 5. Zakat profesi
Nisab zakat profesi adalah 85 gram emas murni dalam 1 tahun (seperti zakat emas dan perak), besar zakat 2,5% dari total penghasilan kotor.
Jadi dengan asumsi harga emas per gram Rp.500.000,- maka jika pendapatan seseorang dalam satu tahun mencapai Rp. 42.500,00,- dia wajib zakat.
Zakat profesi dapat dibayarkan setiap bulan atau 2,5% dari total penghasilan kotor dalam satu tahun terakhir.
Karena waktu perhitungan Haul (berlalu 1 tahun) menggunakan tahun Hijriah, gunakan bulan Ramadan untuk memudahkan dalam mengingat dan pengingat diri kita untuk membayar zakat.
Dalam membayarkan zakat, kita bisa menyalurkan zakat kita ke lembaga-lembaga amil zakat seperti baznas, dompet dhuafa, bazis, dan sebagainya. Atau bisa juga kita salurkan sendiri kedelapan golongan di atas. Hanya saja bila kita menyalurkan sendiri dikhawatirkan tolak ukur yang kita gunakan kurang tepat, bahkan bisa jadi menimbulkan korban jiwa.
Jadi, Bayar Zakat…. Siapa Takut?!
Research Division
Zakat dan Sedekah, Serupa Tapi Tak Sama
Beberapa orang menganggap zakat sama halnya dengan sedekah. Padahal ada beberapa hal yang membedakan keduanya. Diantara adalah:
1. Berdasarkan Hukum Syariat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam ini hukumnya wajib bagi seorang Muslim. Bayi yang baru lahir pun sudah wajib mengeluarkan zakat, yaitu zakat fitrah. Sehingga sudah pasti orang yang tidak membayar zakat tidak memenuhi rukun Islam. Sedangkan sedekah hukumnya sunah.
2. Jumlah yang Dikeluarkan dan Waktunya
Zakat tidak seperti sedekah yang jumlahnya tidak diatur dengan rinci dan dapat dikeluarkan kapan saja. Zakat memiliki ketentuan khusus. Zakat terbagi menjadi dua yaitu zakat fitrah dan maal.
Zakat fitrah dikeluarkan 1 tahun sekali, memiliki jangka waktu pembayaran dari mulai bulan Ramadan sampai dengan sebelum khotbah Idul Fitri. Berarti jika dilakukan setelahnya, maka tidak bisa disebut lagi dengan zakat fitrah dan hanya dianggap sebagai sedekah biasa. Besaran zakat fitrah ini pun telah ditentukan yaitu sebesar 2.5 kg atau 3.5 liter beras/ makanan pokok masyarakat setempat untuk per individu.
Lain halnya dengan zakat maal (harta) yang waktunya ditentukan berdasarkan nishab dan haul. Contohnya emas. Zakat emas dikenakan jika emas yang dimiliki telah mencapai 85 gr (nishab) dan berumur 1 tahun (haul).
3. Penerimanya
Hal terakhir yang menjadi pembeda antara zakat dan sedekah adalah orang yang menerimanya.
Di dalam zakat telah ditentukan 8 (delapan) golongan penerima zakat yang biasa disebut mustahiq zakat, yaitu fakir, miskin, amil (yang mengelola badan amal), muallaf, budak (yang mau memerdekakan dirinya), gharimin (orang terlilit hutang), ibn sabil (orang dalam perjalanan), dan fi sabilillah (orang berjuang di jalan Allah).
Nah, terkadang kita tidak bisa menentukan sendiri mana yang termasuk golongan ini. Atau seringkali menganggap seseorang termasuk dalam salah satu golongan ini, tapi nyatanya tidak. Sehingga ada baiknya zakat yang dibayarkan diberikan langsung kepada badan amal zakat resmi agar lebih tepat sasaran. Karena merekalah yang bertugas untuk menyalurkan zakat, termasuk mengidentifikasi siapa saja yang termasuk dalam mustahiq zakat.
Selain itu ada ketentuan lain mengenai orang yang tidak berhak menerima zakat. Salah satunya adalah orang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri. Jadi, seseorang tidak boleh memberi zakat pada anak dan istrinya.
Sedangkan untuk sedekah, bisa diberikan kepada siapa saja yang kita anggap memang membutuhkan bantuan, karena tidak ada ketentuan khusus mengenai hal ini.
Ketiga poin itulah yang membedakan antara zakat dan sedekah. Jangan sampai kita sudah bersedekah banyak, tetapi ternyata ada sejumlah zakat yang belum tertunaikan. Dan jangan sampai kita sudah menunaikan zakat tetapi bersedekah sedikit, karena sedekah juga memiliki keutamaan yang besar meskipun hukumnya tidak wajib.
Semoga bermanfaat!
Research Division
Durian Runtuh
My Driver got 100 mio!
Yup, bener. Ga bohong! Hebat banget ya?
I personally shocked when I heard that news. Is it true?
Wah jangan-jangan, kalau supir gw udah jadi milliarder, dia minta berhenti kerja lagi. Waduh mana udah hampir 4 tahun dia bareng gw. Susah pula cari supir yang cocok, pinter, jujur. Pak Fauzan is the best driver ever for me.
Jadi kejadiannya, sekitar 6 bulan yang lalu.
Mertuanya jual rumah di belakang Wisma Metropolitan, Sudirman.
Wuii keren kan? Rumah supir gw di dalem kota, rumah gw nun jauh di luar kota, kebalik hahaha ….
Jadi dulu, tahun-tahun pertama dia jadi supir gw, gw atau suami akan nyetir sendiri dari rumah sampe ke kantor suami di gedung Sampoerna. Nah, Fauzan untuk ngirit ongkos tinggal jalan kaki dari rumahnya ke kantor suami gw. Jadi intinya supir hanya gw pake untuk keliling-keliling di dalam kota doang. Pulang-pergi, gw nyetir sendiri. Basically I love to drive, so I don’t mind at all. Dan kalo di mobil berduaan ama suami, rasanya lebih enak, bisa bebas ngobrol. Ketimbang ada supir yang akan ikut dengerin obrolan kita.
Hanya banyak orang bingung, trus ngapain punya supir. Enak banget supir nya, hanya kerja di dalam kota doang. Well, buat gw itu aja udah ngebantu banyak. Karena kalo udah mepet jadwal ketemuan ama klien, terus harus cari-cari parkir, bisa telat, bisa gila. Lagian ga make sense aja, kalo dia harus bolak-balik, abisin uang untuk datang ke rumah gw, subuh- subuh, anterin lagi kita ke deket rumahnya, terus pulang harus begitu juga. Dia punya tiga anak , kayaknya waktu dia lebih berharga untuk bisa main sama anak-anaknya dulu, daripada macet- macetan di jalan. Well, harusnya bisa aja sih gw cari supir yang rumahnya deket ama rumah gw. Beres kan? Tapi udah cari-cari, ga nemu. Jodohnya sama Fauzan, dan rumah nya di tengah kota. Ya sudah lah, gw jalanin.
Hampir 2,5 tahun kejadian ini berlangsung. Sampai akhirnya rumah mertua harus dijual, karena di daerah itu, udah banyak dibangun apartemen dan perkantoran. Jadi rumah mertua Fauzan makin kepepet dan jadi banjir. Pokoknya, mereka dipaksa jual rumah deh supaya pembangunan bisa terus berlanjut. Akhirnya itu rumah dijual dengan harga 2,8M. Dibagi-bagilah sama anak-anaknya. Nah, Fauzan dan istrinya dapat bagian 100jt.
Gw udah wanti-wanti bilang ama dia, “ayo Ibu bikinin PLAN deh. For FREE,” demi jaga uang-nya jangan abis seketika.
Fauzan semangat, “Iya Bu, ok”.
Gw ama Fauzan udah mulai ngobrol uangnya mau dipakai buat apa aja.
Beli rumah max 75jt, sisanya buat biaya sekolah ketiga anak-anaknya.
Gw udah bilang, beli emas Logam Mulia, beli reksa dana, dll tapi belum ada sebulan sejak uang itu diterima, ternyata istrinya udah kasih DP untuk pembangunan rumah di daerah Bojong dan harga rumah itu 70jt.
Oh, aman masih sesuai budget yang kemaren gw obrolin sama Fauzan. Tapi masalahnya ini bukan beli rumah jadi, tapi bangun rumah. Langsung gw deg-degan!
Yang namanya bangun rumah, ga mungkin akan sesuai bujet, pasti lewat. Bener aja! Ujung-ujungnya Fauzan keluar uang total untuk bangun rumah itu plus isi-nya adalah 110jt. Nombok aja! Duh, jadi gw yang pusing! Padahal gw udah semangat mau coba itung-in rencana keuangan keluarga Fauzan yang udah punya tiga anak ini. Buyar deh ..
Gw ngomel, “kenapa sih ga ngobrol dulu ama istri? Kan uang 100jt ga akan bisa didapat lagi dalam waktu dekat.” Emang masih ada rumah Engkongnya? Kan ga ada, itu rumah satu-satunya! Fauzan cuman bisa nunduk, “Yahh gimana Bu, soalnya itu uang istri. Jadi saya juga ga bisa banyak ikut campur. Soalnya yang nawarin bangun rumah itu saudara nya, dan istri ingin banget punya rumah di daerah situ. Dekat sama saudara-saudaranya.”
Gw merasa bersalah, kenapa ga maksa ketemu sama istri atau nelepon dia untuk jelasin sama bantu atur keuangannya. Itu kan kerjaan gw sehari-hari.
Jadi nasi udah jadi bubur .. uang 100 juta ilang udah, menguap, tanpa bekas. Sama sekali. Sediiihhhhh deh! Buat seorang supir seperti Fauzan, uang itu kan gede banget pasti, bahkan untuk gw sekali pun!
Fauzan dan keluarga, alhamdulilah at least udah punya rumah sendiri. Tapi untuk kehidupan sehari-hari dan keperluan anak anaknya sekolah, tetap back to basic. Hanya bergantung sama gaji bulanannya aja.
Kenapa gw tiba-tiba pengen nulis ini, soalnya baru kemaren Fauzan mau pinjam uang, padahal baru empat hari lalu gw kasih gaji bulanannya dan bonus lebih buat dia pada bulan ini. Nah, gw bingung. Kok uangnya udah abis aja? Ngapain aja? Akhirnya gw minta dia untuk tulis pengeluaran sehari-harinya. Gw pengen tahu lari kemana aja itu gaji. Gw ga mau gampang minjemin duit tanpa alasan yang jelas. Akhirnya dia dateng dengan catatannya, ternyata bulan ini gara-gara dapet gaji lebih gede dari biasa, istrinya lgs bayar uang PAUD untuk anak keduanya, terus ibu mertua sakit, istrinya sakit.
Jadilah uang bulan ini menguap cepet banget. Ehmm …
At the end of the day everyone’s struggling with their money and expenses.
Kalau aja uang 100juta itu dimanfaatin dengan benar, mungkin sedikit bisa membantu kesejahteraan keluarga Fauzan.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa jadi pelajaran buat kita semua, kalau tiba-tiba dapat uang kaget, bonus/warisan/dll jangan langsung berasa jadi orang super kaya dan kalap belanja ya …
Rencanain dengan benar, mau buat apa aja, dan kalau bisa jangan hanya diskusi sama pasangan doang, tapi juga sama orang lain, yang kepala-nya lebih dingin untuk bisa bantu buat PLAN dari uang kaget itu, tanpa ada emosi yang involved.
Fitri Noeriman | Planner/Head of Sales | @v3noeriman
Kapan harus menyiapkan Dana Pendidikan?
Sebelum punya anak, saya tidak pernah terpikir untuk menyiapkan dana pendidikan. Saat hamil pun yang dipikirkan hanya baby stuff, tidak pernah terpikir biaya sekolah si anak nanti. Sebelumnya pernah sih dengar- dengar dana pendidikan dari talkshow radio, televisi, artikel, dll. Tapi urgensinya sama sekali tidak terbayang sampai saya akhirnya bekerja di QM.
Setelah coba-coba hitung plan sendiri, ternyataaa.. Dana Pendidikan itu mahal banget ya!
Dengan umur Raissa yang hampir dua tahun, dana pendidikan yang harus dikejar besar sekali. Jadi agak menyesal selama ini uang saya dan suami kemana aja ya? Kalau saja kita mulai lebih awal pastinya tidak akan sebesar ini investasinya.
Tapi seperti kata pepatah, lebih baik terlambat memulai daripada tidak sama sekali *menghiburdiri*. Berdasarkan pengalaman, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghitung dana pendidikan:
1. Jangka waktu untuk mulai masuk sekolah dan lamanya pendidikan. Misalnya untuk anak saya masuk SD 4 tahun lagi lamanya pendidikan akan di tempuh selama 6 tahun, masuk SMP 10 tahun lagi lamanya pendidikan di tempuh selama 3 tahun, dst.
2. Biaya apa saja yang akan dikeluarkan, seperti uang pangkal, SPP, tahunan, dsb. Mulailah mencari tahu berapa biaya- biaya tersebut di sekolah yang kita incar. Dari situ bisa dihitung Future Value-nya. Lalu apa yang akan kita cover, uang pangkalnya saja kah, atau dengan bulanan, bahkan uang bukunya karena akan sangat berpengaruh terhadap besarnya investasi kita saat ini. Kalau kita merasa terlalu berat untuk berinvestasi seluruh biaya sekaligus, tidak apa-apa untuk berinvestasi uang pangkalnya saja dengan asumsi nantinya biaya bulanan atau SPP akan di tutup dari cashflow bulanan kita di masa yang akan datang, dengan harapan semoga penghasilan kita juga ikut meningkat. Untuk menghitung dana pendidikan dapat dilihat di link berikut : http://tujuanloapa.qmfinancial.com/index.php/page/dana-pendidikan
3. Jenis sekolah apa yang akan kita pilih, apakah sekolah dengan kurikulum nasional plus, negeri, internasional, dsb. Karena adanya perbedaan kurikilum, kita tidak bisa sembarangan memindahkan anak dari sekolah internasional kesekolah negeri misalnya.
4. Lokasi sekolah, apakah worth it menyekolahkan anak di sekolah mahal dan bagus namun jauh? Bagaimana transportasinya? Selain biaya transportasi, kita juga harus mempertimbangkan kondisi anak apabila memilih sekolah yang lokasinya jauh dari rumah.
Setelah memperhitungkan dan membuat rencana investasi untuk dana pendidikan, pengeluaran saya dan suami otomatis berubah drastis. Kami harus mengurangi pos- pos untuk biaya yang sebenarnya tidak perlu. Bukan berarti pelit ya, tapi “are we living the lifestyle we deserve?” Apa iya kita bisa bebas jalan- jalan, belanja-belanja tapi dana pendidikan anak belum disiapkan?
Tidak perlu yang jauh- jauh kalau memang belum mampu, minimal yang terdekat seperti masuk TK dan SD. Oh ya, nantinya kalau anak sudah masuk TK atau SD, porsi investasi yang digunakan untuk TK atau SD tersebut bisa dilanjutkan untuk jenjang berikutnya.
Yang terpenting adalah semakin cepat kita memulai investasi untuk dana pendidikan, semakin kecil pula investasi yang harus dijalankan, karena untuk jangka waktu panjang seperti di atas 10 tahun, kita bisa menggunakan instrumen investasi yang bisa memberikan return yang lebih besar, namun dengan resiko yang lebih besar pula. Tapi resiko itu dapat diminimalisir dengan jangka waktu yang panjang tadi.
Jadi, selamat memulai investasi dana pendidikan ya!
–Education cost money, but then so so does ignorance – Claus Moser-
AuliaIsti|CRO|@auliaisti