5 Pertimbangan Sebelum Berutang
Utang memang boleh, tapi harus memenuhi 3 syarat utang sehat. Ya memang, lebih enak sih kalau enggak punya utang. Beban hidup ringan! Karenanya, ada beberapa pertimbangan penting yang harus dipikirkan sebelum berutang.
Sebagai manusia, sudah wajar kalau kita ini punya banyak keinginan. Kita sering kali butuh sesuatu yang harganya enggak terjangkau, sedangkan barang tersebut bisa jadi aset berharga di masa depan kita nanti. Rumah, misalnya. Beli rumah dengan uang cash? Ya, kalau bisa sih bagus banget! Tapi, buat sebagian (besar) orang, hal ini enggak mungkin dilakukan. Jadilah berutang.
Nggak masalah kok. Jadi, mari kita lihat beberapa pertimbangan sebelum berutang yang harus dipikirkan dengan saksama.
5 Pertimbangan Sebelum Berutang
1. Uangnya buat apa?
Sebelum berutang pastinya kamu harus tahu dulu, utangnya buat apa?
Ya masa sih, utang asal utang, tanpa tahu mau buat apa? Buat apa aja kek, buat beli barang-barang yang oke.
Barang apa?
Ingat, #TujuanLoApa? Segala hal keuangan selalu diawali dengan pertanyaan, tujuannya apa? Mau investasi, tujuannya apa? Mau utang, tujuannya apa?
Dengan adanya tujuan, kamu akan tahu seberapa kamu harus berutang. Dengan adanya tujuan, kamu juga bisa memanfaatkan uang hasil berutang dengan lebih baik dan pastinya lebih bermanfaat buatmu.
Setelah menentukan tujuan utang, pastikan kamu juga tahu, barang yang akan dibeli dengan uang hasil utang itu nantinya untuk apa.
Beda lo antara “beli laptop buat kerja, karena laptop yang lama udah lemot, ngehang melulu, akibatnya jadi telat terus setor kerjaan” dengan “beli laptop terbaru biar kalau dibawa ke kantor, orang-orang pada kagum dan gue pun jadi populer karena punya laptop canggih”.
2. Dari mana nanti uang untuk membayar kembali?
Setelah tahu tujuan apa, maka pertimbangkan hal ini juga sebelum berutang: dari mana nanti uangnya yang mau dipakai untuk mencicil atau membayar kembali pinjamannya?
Ini penting banget ya! Jangan sampai kamu berutang, tapi “liat nanti” buat bayarnya.
Ingat, berani utang, berani bayar.
Bisa saja kok misalnya nih, kamu berutang untuk liburan, karena uang bonus tahunanmu baru keluar bulan depan. Nah, pastikan uang bonusmu benar-benar cair di waktu yang ditentukan, dan pastikan juga uang bonusmu dipakai untuk membayar utang ya.
3. Berapa tingkat bunganya?
Pertimbangan ketiga sebelum berutang yang harus benar-benar diperhitungkan adalah tingkat suku bunga, jika kita memutuskan untuk mengembalikan pinjaman dengan cara mencicil.
Bandingkan tingkat suku bunga cicilan dengan standar tingkat suku bunga deposito dari BI. Masuk akal enggak?
Terus yang kedua–yang harus dipertimbangkan terkait tingkat suku bunga–adalah bunganya fixed atau floating? Flat atau efektif?
Mintalah simulasi angsuran pada si pemberi pinjaman, dan pelajari dengan saksama.
4. Utang di mana?
Hal keempat yang harus dipertimbangkan sebelum berutang adalah mau utang di mana, atau pada siapa?
Pada saudara atau teman, keluarga? Ke bank? Pinjol?
Pertimbangkan dengan hati-hati semua plus minusnya. Kalau mau ke bank, luangkan waktu untuk survei dan riset sebanyak-banyaknya. Bandingkan produk kredit satu sama lain.
Mau ke pinjol, well, harus lebih ekstra hati-hati lagi. Lebih baik, hindari pinjol ilegal. Cari tahu di website OJK, fintech mana saja yang sudah masuk ke dalam daftar mereka dan diawasi. Pastinya yang legal akan lebih aman. Jangan sampai menambah sejarah kelam pinjaman online.
Mau ke saudara, teman, atau keluarga? Pertimbangkan hubungan baik yang selama ini sudah terjaga ya. Jangan sampai rusak hanya karena utang.
5. Risiko
Nah, ini juga erat kaitannya dengan pertimbangan keempat tadi sih. Segala macam risiko harus dipertimbangkan dengan baik sebelum berutang.
Ada 2 risiko utama dalam berutang yang harus dipikirkan. Yang pertama, saat si peminjam meninggal. Pernah dengar, ada anak yang ditinggal orang tua dengan mewarisi utang-utangnya? Jangan sampai ini terjadi ya. Pikirkan alternatif solusi agar utang tidak diwariskan pada mereka yang tidak berkewajiban untuk membayar. Dengan membeli asuransi jiwa murni, misalnya.
Risiko kedua, adanya penurunan nilai dari barang yang kita beli dari hasil berutang. Misalnya, harga rumah saat dibeli ada di posisi Rp1 miliar. Karena adanya krisis dan kondisi tertentu, harga properti pun ambruk. Sehingga saat dijual kembali, harga rumah hanya di Rp500 juta, padahal masih ada sisa cicilan lagi. Apa yang harus dilakukan?
Nah, risiko-risiko seperti ini harus diperhitungkan dengan saksama sebelum berutang.
So, gimana nih? Sudahkah pertimbanganmu matang sebelum berutang? Kalau sudah, selamat menjalankan rencanamu untuk masa depan yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Jenis Utang yang Paling Sering Menjebak dan Bikin Masalah
Utang is lyfe. Rasanya, kurang afdal kalau nggak punya utang. Utang jadi motivasi untuk kerja. Karena punya utang, makanya harus kerja. Sampai-sampai, saking lyfe-nya nih, semua jenis utang pernah dipunya.
Yes, jangan salah, masih banyak orang yang menganut faham ini.
Jadi, apakah berutang itu salah? Enggak sama sekali. Apalagi kalau memang kita tak punya uang, sedangkan kita ada kebutuhan yang sangat penting. Namun, tentu saja enggak sembarang utang. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, agar utang kita sehat. Nah, ini sih bisa kamu cek di artikel yang lalu ya.
Utang memang boleh-boleh saja. Yang harus diwaspadai adalah jebakannya, yang justru muncul karena kesalahan kita sendiri.
Ini dia beberapa jenis utang yang paling sering menjebak dan bikin masalah, terutama belakangan ini
1. Kredit tanpa jaminan
Jenis utang kredit ini memang sangat menggiurkan, pada awalnya. Sudahlah tanpa butuh jaminan atau agunan, prosesnya cepat, plafonnya juga lumayan. Cocok banget deh, untuk kebutuhan mendesak jangka pendek.
Banyak orang memanfaatkan kredit tanpa jaminan ini untuk berbagai keperluan, dari mulai tambahan modal usaha hingga keperluan pribadi–misalnya untuk biaya menikah, membeli barang, renovasi rumah, sampai liburan.
Tapi, awas jebakannya!
Kredit tanpa jaminan punya bunga yang tinggi banget, rata-rata antara 10% – 23% per tahun, dengan bunga tetap. Bunga yang tinggi ini sebagai “harga” dari risiko pemberian pinjaman yang tanpa jaminan atau agunan.
Dan, jangan salah. Jika kita mau melunasinya lebih cepat, ada biaya penalti yang harus kita bayar juga lo!
Pantas saja kan, kalau jadi menjebak?
2. Utang kartu kredit
Jenis utang yang kedua ini biasanya akan menjebak mereka yang punya mindset, “Punya kartu kredit berasa kayak punya kartu ATM tanpa harus menabung dulu.” Jadi, kebutuhan apa pun, tinggal gesek saja. Praktis dan mudah.
Ya, dan “praktis dan mudah” itu biasanya ada harganya, tentu saja. Bunga utang kartu kredit juga cukup tinggi, apalagi jika kita hanya mampu membayar minimum payment setiap bulannya.
Lalu, ada juga lo jebakan utang kartu kredit ini selain bunga. Apa hayo? Limit.
Sebelum diapprove, pihak bank biasanya akan melakukan survei terhadap calon pemegang kartu kredit. Biasanya sih syaratnya punya gaji minimal Rp3 juta. Saat akhirnya diapprove permohonan kartu kreditnya, limit utang kartu kredit bisa 2 kali lipat–bahkan mungkin lebih–dari gaji kita.
Wah, bisa belanja sampai 2 kali lipat dari gaji lo! Misal gaji Rp10 juta. Limitnya bisa sampai Rp20 juta. Betapa menggiurkan!
3. Utang atas nama arisan
Biasanya sih yang suka ikut arisan itu ibu-ibu (saya enggak suka ikut arisan, tapi ibu-ibu juga sih). Dan biasanya ibu-ibu paling hobi sama sesuatu yang bisa dibayar secara kredit.
Nah, ini nih biasanya juga menjadi hal menarik. Syahdan, ada penjual panci. Pancinya kalau di toko dibanderol dengan harga Rp500.000. Karena si penjual tahu banget kalau ibu-ibu suka arisan dan suka panci, maka dibikinlah “arisan”. Arisannya Rp50.000 per bulan selama setahun. Nanti yang dapat arisan, hadiahnya panci.
Sounds great, huh?
Tapi tunggu. Rp50.000 per bulan selama setahun? Berarti, jadi berapa itu harga pancinya?
Jeng jeng! Yep, ini adalah salah satu jenis utang yang biasanya nasabahnya adalah ibu-ibu memang.
4. Pinjaman online
Pernah baca seorang PNS yang gantung diri lantaran tercekik pinjaman online? Ngeri banget kan ya? Di kasus lain lagi, ada yang mengaku, terjerat utang di–nggak tanggung-tanggung nih–15 aplikasi pinjaman online.
Pinjaman online ini sebenarnya sih si kredit tanpa jaminan yang sudah disebutkan di poin pertama di atas itu juga sih. Hanya saja, kredit ini dilakukan secara online melalui aplikasi mobile.
Masih soal kepraktisan, kepastian untuk disetujui, prosesnya yang cepat dan mudah juga yang bikin orang jadi terjebak.
Tapi, “efek” dari pinjaman online ini enggak berhenti di diri yang meminjam uang aja lo, tetapi bisa berefek sampai ke orang-orang terdekatnya, kenalannya juga. Karena ketika kita instal aplikasi online ini, kita akan menyetujui syarat yang menyebutkan, bahwa si pemilik aplikasi online akan dapat mengakses semua data diri kita. Termasuk kontak!
Nah, makanya, kalau si peminjam enggak bisa bayar, yang ditagih adalah semua orang yang ada di daftar kontaknya. Waduh!
5. Pay Later
Jenis utang yang terakhir ini adalah utangnya para milenial dan gen Z nih. Kok gitu? Iya, soalnya jenis utang ini ada bareng aplikasi-aplikasi favorit para milenial; mulai dari aplikasi ojek online, marketplace, sampai aplikasi liburan.
Bunga Pay Later bervariasi, tergantung platform mana yang dipakai. Yang terbesar adalah yang dipakai di platform aplikasi liburan. Limit utangnya bisa sampai Rp50 juta, dengan bunga sekitar 4%. Maksimal banget deh.
Jadi, jenis utang mana yang sekarang masih jadi mimpi burukmu? Semoga sih sudah enggak ada lagi.
Kalau masih ada, ayo, segera cari jalan keluar untuk segera bebas dari utang. Benahi keuanganmu segera, mulai dari mengatur cash flow hingga nantinya juga berinvestasi. Pilih kelas finansial online QM Financial yang sesuai dengan kebutuhanmu ya.
Kalau kita bisa bebas utang itu rasanya … hidup jadi ringan banget lo! Kamu nggak pengin?