Menjadi Support System untuk Korban Pinjol
Lagi-lagi, korban pinjol semakin banyak, bahkan semakin menyedihkan. Enggak tega banget baca beritanya yang akhir-akhir ini beredar di media sosial maupun media online mainstream.
Korban pinjol sering kali menghadapi beban emosional dan finansial yang sangat berat. Bukan hanya tekanan untuk membayar utang yang menumpuk, tetapi juga stigma sosial, rasa malu, dan tekanan psikologis yang datang bersamaan dengan status tersebut.
Pada banyak kasus, metode penagihan yang kasar dan tidak etis memperparah kondisi mereka, mendorong mereka ke dalam spiral ketidakpastian dan ketakutan yang tampaknya tak ada akhirnya.
Di tengah kesulitan ini, peran keluarga dan komunitas menjadi sangat krusial. Dengan dukungan yang tepat, korban pinjol dapat menemukan jalan keluar dari lingkaran masalah keuangan dan kembali ke jalur yang benar.
Sebagai bagian dari jaringan sosial mereka, kita juga memiliki tanggung jawab moral untuk berdiri di samping mereka, memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
Dampak Psikologis yang Biasanya Dirasakan oleh Korban Pinjol
Dampak pinjol tidak hanya terbatas pada masalah finansial. Di balik angka dan tagihan yang menumpuk, terdapat beban psikologis yang mendalam yang kerap diabaikan. Inilah justru kadang yang berakibat fatal.
Rasa Malu
Dampak psikologis yang pertama adalah timbulnya perasaan malu.
Cerita ini sudah bukan rahasia lagi, bahwa debt collector sering kali menggunakan teknik-teknik menakutkan, merendahkan, atau ancaman untuk memperoleh pembayaran. Bayangkan jika ini dilakukan di depan umum, karena enggak jarang debt collector mendatangi kantor atau bahkan rumah, dan membuat kegaduhan.
Hal ini akan memicu perasaan tidak nyaman dan ketakutan pada peminjam, seolah-olah mereka sedang dinilai oleh sekeliling. Perasaan tersebut bisa menimbulkan efek buruk bagi kesejahteraan psikologis peminjam dan menghambat rutinitas harian mereka.
Rasa Takut
Perlakuan keras debt collector bisa memicu tingkat kecemasan dan tekanan yang besar bagi peminjam. Peminjam yang terus-menerus mendapatkan ancaman dan tindakan menakutkan bisa merasakan beban psikis yang mendalam.
Kondisi tekanan ini bisa mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis peminjam, seperti kesulitan tidur, perubahan pola makan, hingga berkurangnya kemampuan konsentrasi.
Rasa Putus Asa
Ketika seseorang diteror secara terus menerus, maka akan muncul perasaan tidak berdaya. Rasa optimismenya akan hilang. Pada akhirnya, mereka akan merasa seakan-akan tidak ada solusi untuk masalah keuangan mereka.
Perasaan putus asa muncul, hingga bisa saja berakibat paling buruk: rasa tidak berharga dan tak merasa ada gunanya untuk hidup.
Keadaan depresi dan krisis emosi inilah yang membutuhkan pendekatan hati-hati serta dukungan yang komprehensif dari orang-orang di sekitarnya.
Rasa Terisolasi
Reperkusi psikologis dari tindakan debt collector yang kasar dan keras bisa memengaruhi relasi sosial peminjam. Peminjam yang berada di bawah beban tekanan dan stres karena penagihan yang tidak manusiawi akan cenderung menjauhkan diri dari pergaulan.
Dari banyak kasus yang terjadi, rata-rata memang menarik diri dari keluarga, dari lingkaran pertemanannya. Sepertinya ini adalah akibat akumulasi dari rasa malu, takut, putus asa, dan berbagai rasa negatif lainnya. Namun, dengan menarik diri, justru beban psikologis semakin menjadi. Akibatnya, korban pinjol ini kesulitan mendapat sokongan emosi saat menghadapi tantangan finansial.
Support System untuk Korban Pinjol
So, memang sedih ya, kalau ada orang terdekat yang menjadi korban pinjol. Dalam beberapa kasus, korban pinjol ini dipecat dari pekerjaan, diceraikan oleh pasangannya, kabur dari rumah, dan sebagainya.
Padahal, keluarga dan lingkungan pertemanan terdekat memegang peran penting dalam memberikan dukungan kepada korban pinjol. Membantunya secara finansial pastinya adalah bentuk bantuan yang paling tepat. Kamu bisa membantu dengan menyusun strategi pembayaran utang, menegosiasikan dengan pemberi pinjaman, atau bahkan mencari sumber pendapatan tambahan.
Namun, bagaimana kalau hal ini tidak memungkinkan?
Kita tetap bisa membantunya sebagai support system-nya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh keluarga atau teman dekat untuk membantunya, kalau memang tak bisa membantu secara finansial.
1. Pendengar yang Baik
Jadilah telinga yang selalu siap mendengar tanpa menghakimi. Membiarkan korban berbicara dan meluapkan perasaannya dapat memberi rasa lega dan mereka jadi tahu bahwa mereka tidak sendirian.
2. Edukasi Keuangan
Bantu mereka memahami pentingnya manajemen keuangan dan perencanaan anggaran. Sebagai keluarga atau teman dekat, kamu bisa mengajak mereka untuk belajar keuangan dari berbagai sumber daya yang sekarang bisa banyak ditemukan.
3. Dorong untuk Mencari Bantuan
Jika mereka merasa terjebak, dorong mereka untuk mencari bantuan dari organisasi nirlaba yang membantu orang dengan masalah utang. Sekarang juga sudah banyak WA group ataupun komunitas-komunitas korban pinjol, yang anggotanya saling menguatkan satu sama lain.
Namun, hati-hati dengan joki pinjol ya. Karena bisa saja mereka ini malahan justru memanfaatkan situasi yang dialami oleh si korban pinjol.
4. Dukungan Emosional
Tekanan dari utang akan memengaruhi kesehatan mental korban pinjol. Enggak cukup hanya memberikan nasihat tentang bagaimana mengelola keuangan atau cara melunasi utang, mereka juga butuh untuk didengarkan dan diberi empati.
Selain itu, terkadang dukungan dari keluarga dan teman bisa jadi juga enggak cukup. Dalam kasus-kasus tertentu, dampak emosional dari utang bisa begitu parah sehingga memerlukan intervensi profesional. Konseling atau terapi bisa menjadi opsi yang sangat bermanfaat. Dengan dukungan emosional yang tepat, korban dapat lebih siap dan mampu mengatasi tantangan finansial mereka dengan pikiran yang jernih dan tenang.
5. Hindari Menyalahkan
Dalam masyarakat, sering kali terdapat persepsi negatif terkait orang yang menghadapi kesulitan finansial. Banyak yang beranggapan bahwa masalah keuangan adalah hasil dari ketidaktelitian, kecerobohan, atau keputusan buruk.
Namun, kenyataannya, ada banyak faktor eksternal dan internal yang bisa menyebabkan seseorang jatuh ke dalam jerat pinjol, seperti pemutusan hubungan kerja mendadak, krisis ekonomi, biaya medis mendadak, atau keadaan darurat lainnya. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja.
Dengan memahami bahwa siapa pun bisa terkena dampak, sangat penting untuk menghindari sikap menyalahkan ketika seseorang di sekitar kita menghadapi masalah finansial, termasuk menjadi korban pinjol. Menyalahkan mereka hanya akan menambah beban emosional yang sudah mereka rasakan. Lagi pula, menyalahkan juga enggak menyelesaikan masalah, bukan?
6. Bersikap Sabar
Mengatasi masalah pinjol membutuhkan waktu dan ekstra tenaga. Bersikap sabar dan terus mendukung para korban pinjol saat mereka sedang menjalani proses penyelesaiannya.
7. Jaga Privasi
Masalah keuangan adalah hal yang pribadi. Hormati privasi mereka dan hindari untuk membicarakan masalah mereka dengan orang lain tanpa izin.
Menjadi support system bagi korban pinjol bukanlah tugas yang mudah. Namun, adalah tanggung jawab kita sebagai keluarga, teman, dan anggota masyarakat. Dengan memahami beban yang mereka pikul dan menyediakan dukungan emosional yang tanpa henti, kita dapat membantu mereka melewati masa-masa sulit dengan lebih kuat dan berharap.
Setiap orang membutuhkan jaring pengaman, dan kita semua memiliki peran penting dalam memastikan bahwa mereka yang sedang menghadapi kesulitan finansial tidak merasa sendirian. Ingatlah bahwa dengan bersatu, dengan pengertian dan empati, kita dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seseorang.
Kamu juga bisa belajar keuangan dengan cara-cara lain, sesuai kebutuhan dan kenyamananmu lo! Ada kelas-kelas finansial online–yang bisa kamu ikuti dari mana saja, bisa juga belajar finansial secara online course di Udemy! Cek ke sini ya: https://linktr.ee/qmfinancial.
Jangan lupa juga untuk follow Instagram QM Financial supaya enggak ketinggalan update!
5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung tidak hanya membahayakan jutaan nyawa manusia di seluruh dunia, tetapi juga telah memberikan pukulan hebat bagi ekonomi global hingga resesi ekonomi pun diramalkan akan tiba. Krisis ini menjadi pelajaran keuangan yang tak akan terlupakan, sepertinya.
Well yeah, kadang, untuk menjadi paham dan mengerti akan sesuatu, kita memang harus lebih dulu terpukul oleh musibah, bencana, kecelakaan, kesalahan, dan sejenisnya sih. Begitu pula dengan masa pandemi sekarang ini.
Salah satu pelajaran keuangan terpenting yang bisa kita dapatkan selama pandemi adalah kesiapan finansial itu sangat penting, sehingga kita bisa menghadapi berbagai kondisi buruk secara efektif.
Nah, kali ini, mari kita bahas beberapa pelajaran keuangan yang diajarkan oleh krisis virus corona ini kepada kita.
5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi Virus Corona
1. Jangan ambil utang yang tidak mampu kamu bayar
Pinjaman, bila dapat dikelola dengan baik, bisa menjadi salah satu “sarana” untuk memenuhi tujuan keuangan kita, misalnya seperti KPR atau kredit kendaraan. Utang kadang-kadang juga dapat membantu kita keluar dari keadaan darurat keuangan.
Namun, sangat penting bagi kamu untuk mengevaluasi kapasitasmu soal pembayaran cicilan. Adalah penting untuk melihat kemampuanmu sendiri dalam hal ini, karena utang yang tidak terjangkau tidak hanya dapat menghancurkan keuanganmu, tetapi juga dapat menyebabkan hilangnya aset berharga.
Belum lagi, utang juga dapat menyebabkan tekanan psikologis yang sangat besar di sepanjang jalan. Dan terutama selama masa-masa sulit seperti saat ini ketika kehilangan pendapatan bisa terjadi, membayar cicilan utang yang tidak terjangkau bisa menjadi lebih sulit meskipun ada stimulus relaksasi pinjaman dari pemerintah.
Pelajaran keuangan yang bisa didapatkan dari hal ini adalah jangan pernah berutang berlebihan, dan milikilah rencana darurat agar tetap dapat membayar kembali pinjamanmu tepat waktu.
Ingat, berani utang berarti berani bayar, apa pun kondisinya.
2. Selalu memiliki dana darurat yang memadai
Rencana darurat nggak akan lengkap tanpa dukungan dana darurat yang memadai.
Seharusnya sekarang kamu semakin paham akan pelajaran keuangan yang kedua ini: Betapa penting arti dana darurat ini ketika banyak di antara kita yang harus kehilangan penghasilan.
Dana darurat adalah jaring pengaman biaya hidup sehari-hari, ketika harus tetap hidup tanpa adanya pendapatan. So, mulai sekarang, pastikan dana darurat kamu setidaknya sebesar 6 – 12 bulan dari pengeluaran rutin. Taruh dana darurat di rekening tabungan, deposito, atau bisa juga di reksa dana pasar uang.
Mulailah membangun atau mengisi kembali dana daruratmu sekarang juga. Enggak ada kata terlambat kok.
3. Jangan hanya mengandalkan asuransi kesehatan yang disediakan kantor
Krisis akibat pandemi ini memaksa beberapa bisnis mengurangi karyawan, dan hal ini akan dapat memburuk jika ekonomi tidak bangkit kembali dengan cepat.
Jika hal ini terjadi, asuransi kesehatan menjadi salah satu hal yang mesti dipikirkan. Mungkin kamu selama bekerja mendapatkan benefit berupa tunjangan kesehatan dan diikutkan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Namun, ketika dengan sangat terpaksa kamu harus berhenti dari pekerjaanmu, tunjangan kesehatan ini bisa saja terhenti.
Ingat, sakit–terutama jika kamu harus menjalani rawat inap–bisa menjadi beban keuangan yang bisa menguras tabungan, bahkan bisa berujung utang.
Jadi, pelajaran keuangan yang bisa diambil dari krisis ini adalah pastikan kamu mengurus BPJS Kesehatanmu agar bisa tetap digunakan meski sudah bukan berstatus karyawan lagi.
4. Pentingnya asuransi jiwa
Jangan lagi menunda untuk memiliki asuransi jiwa.
Virus corona telah memakan banyak korban jiwa. Enggak bisa terbayangkan, jika mereka yang menjadi korban adalah tulang punggung keluarga. Bagaimana nasib keluarganya ketika sudah ditinggalkan? Pasti akan sulit; belum lagi sembuh masa berkabungnya, sudah harus stres memikirkan besok harus makan apa karena kehilangan penopang hidup.
So, ini juga menjadi pelajaran keuangan yang sangat penting bagi kita.
Yuk, mulai cari-cari info asuransi jiwa murni, yang bisa melindungi risiko keuangan yang harus ditanggung ketika kita mengalami musibah. Beri perlindungan pada orang-orang yang kita cintai.
5. Diversifikasikan portofolio investasi
Krisis akibat COVID-19 telah sangat memengaruhi sebagian besar instrumen investasi. Volatilitas pasar yang terjadi telah menghapus begitu saja imbal hasil yang sudha didapatkan selama bertahun-tahun. Suku bunga deposito merosot, bunga tabungan juga semakin rendah.
Namun, investasi emas secara nyata justru memberikan imbal yang menggembirakan. Selamat, untuk kamu yang sudah berinvestasi emas sekian lama, dan di krisis kali ini memetik hasilnya.
Pelajaran keuangan yang kita dapatkan kali ini adalah selalu diversifikasikan investasimu ke berbagai kelas aset dengan berbagai tingkat risiko dan imbal untuk meminimalkan risiko investasi secara keseluruhan.
Yang sama pentingnya adalah menyelaraskan investasimu dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan rasio likuiditas keuanganmu yang paling ideal. Jangan hanya mengejar target pengembalian yang tidak realistis dari investasimu.
Terakhir, jangan dulu hentikan investasi sekarang, apalagi tanpa pertimbangan yang matang, karena semakin lama kamu berinvestasi, semakin besar peluangmu untuk mendapatkan pengembalian yang diinginkan.
Yuk, belajar lebih banyak agar bisa menyusun strategi rencana investasi yang sesuai dengan tujuan keuanganmu, terutama ketika nanti pandemi ini berakhir. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengelola Keuangan Usaha: Darurat Cashflow Saat Invoice Belum Dibayar!
“Dapat salam dari invoice!”
“Invoice kok bisa ulang bulan, kayak orang jadian aja.”
“Kerjaan banyak. Bayarnya mundur semua. Alhamdulillah!”
Begitu kira-kira curhatan para pemilik bisnis kecil. Apakah Anda merasakan hal yang sama?
Pinjaman Bersubsidi Dari Kantor? Maybe YES, Maybe NO!
Sebagian dari Anda yang berstatus karyawan mungkin sudah tidak asing lagi dengan fasilitas perusahaan berupa pinjaman bersubsidi. Sesuai namanya, pinjaman ini biasanya memberikan bantuan bagi karyawan, mulai dari suku bunga pinjaman yang lebih rendah dari suku bunga yang berlaku di pasar (bahkan hingga 0%!), ataupun bantuan dalam bentuk penyediaan jaminan untuk pengajuan pinjaman karyawan.