Cara Bahas Dana Pensiun bareng Pasangan
Kita dan pasangan kita pastinya pengin menua bersama. Masalahnya, mau menua bersama seperti apa? Pasti maunya sih menua dengan nyaman, aman, sehat, dan sejahtera. Ya kan? Karena itu, obrolan soal dana pensiun kudu dilakukan.
Mempersiapkan dana pensiun adalah langkah penting untuk menjamin masa depan yang nyaman. Perencanaan ini menjadi lebih efektif jika dilakukan bersama pasangan, karena melibatkan tanggung jawab bersama dalam mengatur keuangan rumah tangga.
Namun, membahas topik ini memang cukup sensitif. Enggak semenyenangkan bahas liburan juga. Perbedaan pandangan sedikit saja, atau perbedaan prioritas finansial satu saja, bisa menjadi pemicu konflik.
So, butuh pendekatan yang tepat, agar jalannya diskusi bisa lancar dan mengakomodasi semua keinginan serta pension dreams yang diinginkan.
Table of Contents
Bahas Dana Pensiun dengan Pasangan
Ya, mau tak mau memang tak bisa dihindari sih. Membahas keuangan sama pasangan itu ibaratnya memang jadi bagian dari kehidupan berumah tangga, sejak pertama kali ijab qobul diucapkan. Kompromi selalu diperlukan, baik membahas masalah yang sekarang ada ataupun ketika membahas masa depan.
Biar sama-sama enak, ada sedikit trik yang bisa diterapkan untuk bisa bahas dana pensiun bareng pasangan. Apa saja?
1. Waktu yang Tepat
Timing yang tepat akan dapat menjadi titik awal obrolan yang lancar. Jadi, pilih waktu dengan saksama, saat suasana hati tenang dan tidak terganggu oleh pekerjaan atau aktivitas lain. Contohnya kayak setelah makan malam atau di akhir pekan. Pastikan tempatnya juga nyaman, bebas gangguan, dan mendukung suasana diskusi yang rileks. Hindari membahas topik ini saat sedang lelah, stres, atau terburu-buru.
Baca juga: 10 Masalah Keuangan untuk Kamu Bahas Bersama Pasangan!
2. Mulai dengan Santai
Mulailah dengan obrolan santai tentang impian masa depan, terutama ketika menjalani masa pensiun nanti. Misalnya, bahas mau tinggal di mana, aktivitas apa yang ingin dilakukan, atau gaya hidup seperti apa yang dibayangkan, dan sebagainya.
Gunakan pendekatan positif agar pembicaraan terasa nyaman dan enggak menimbulkan tekanan. Hindari langsung masuk ke topik angka atau keuangan.
3. Diskusikan berdasarkan Data
Biar semakin realistis, diskusinya pakai data. Jadi, siapkan data-data relevan yang bisa jadi bahan diskusi. Misalnya seperti estimasi biaya hidup di masa pensiun, inflasi, dan perkiraan kebutuhan dana berdasarkan gaya hidup yang diinginkan.
Gunakan alat seperti kalkulator pensiun atau referensi dari sumber tepercaya untuk membantu menghitung jumlah yang dibutuhkan, sehingga pembicaraan lebih terarah dan berbasis fakta.
Kalau kamu ikutan kelas Dana Pensiun QM Financial sih, ada tuh toolsnya di Excel yang akan diberikan gratis. Mau? Cek jadwalnya kalau gitu ya.
4. Tentukan Tujuan Bersama
Bahas secara spesifik target yang ingin dicapai, seperti berapa besar tabungan pensiun yang dibutuhkan atau kapan waktu ideal untuk pensiun. Tentukan target dana pensiun yang realistis berdasarkan kebutuhan dan situasi keuangan saat ini.
Diskusikan prioritas utama, goals-nya mau apa saat pensiun nanti? Misalnya, pengin memastikan keamanan finansial atau mendukung kebutuhan keluarga di masa depan. Dengan adanya goals ini, rencana yang dibuat akan lebih terfokus dan selaras.
5. Bikin Rencananya
Identifikasi bersama semua sumber dana yang tersedia, seperti tabungan, investasi, atau program pensiun yang diikuti, entah itu BPJS Ketenagakerjaan atau mungkin DPPK atau DPLK.
Evaluasi apakah sumber-sumber tersebut sudah memadai atau perlu ditingkatkan untuk mendukung kebutuhan di masa pensiun. Bahas pula peluang menambah pendapatan, seperti melalui bisnis atau investasi tambahan, agar rencana lebih kokoh.
Bikin rencana konkret, seperti alokasi anggaran, jenis investasi, atau menambah kontribusi ke dana pensiun.
6. Hindari Nada Menghakimi
Nah, ini yang paling penting sepertinya. Jaga komunikasi tetap positif dengan menghargai setiap pandangan atau kebiasaan finansial yang berbeda.
Alihkan fokus dari mencari kesalahan menuju mencari solusi bersama yang dapat diterima kedua pihak. Gunakan bahasa yang membangun dan hindari nada menyalahkan untuk menjaga suasana tetap kondusif.
Contoh nada yang sebaiknya dihindari, misalnya:
- “Kamu kan dulu boros, makanya kita jadi begini.”
- “Kok tabungan pensiunmu segitu aja sih? Harusnya lebih!”
- “Aku udah bilang dari dulu, kamu nggak pernah dengar.”
Nada seperti ini cenderung menyalahkan, menimbulkan rasa bersalah, atau memperburuk suasana diskusi.
Sebaiknya gunakan nada misalnya:
- “Bagaimana kalau kita evaluasi pengeluaran supaya tabungan pensiun lebih cepat bertambah?”
- “Kalau menurutmu, apa cara terbaik untuk mengoptimalkan investasi pensiun kita?”
- “Kita sama-sama punya tujuan yang sama. Mungkin kita bisa cari cara untuk mencapainya lebih efektif.”
Nah, nada-nada tersebut lebih enak didengar, menyiratkan bahwa si penanya lebih terbuka untuk kerja sama dan kompromi, sehingga mendorong solusi bersama tanpa menyinggung perasaan pasangan.
7. Evaluasi
Tetapkan waktu secara rutin, misalnya setiap enam bulan atau setahun sekali, untuk mengevaluasi perkembangan rencana dana pensiun. Tinjau apakah target sudah mendekati, strategi berjalan efektif, atau perlu penyesuaian berdasarkan perubahan kondisi keuangan atau prioritas. Pembahasan berkala membantu menjaga komitmen dan memastikan tujuan tetap relevan.
Baca juga: Dana Pensiun: Pengertian, Fungsi, Persiapan, dan Cara Mengumpulkan Secara Efektif
Membahas dana pensiun dengan pasangan membutuhkan komunikasi yang terbuka dan kerja sama yang baik. Dengan pendekatan yang tepat, diskusi ini bisa menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih terencana dan tenang.
Nah, sekarang PR pertama adalah membuat waktu yang tepat untuk mulai diskusi. Paling enak, kapan nih?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Pertanyaan yang Wajib Dibahas bareng Pasangan sebelum Menikah
Sebelum menikah, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dibahas bersama pasangan untuk membangun dasar yang kuat bagi hubungan di masa depan.
Menentukan tempat tinggal, pembagian peran dalam keluarga, keinginan memiliki anak, rencana pensiun, dan cara berkomunikasi serta menyelesaikan konflik adalah topik-topik krusial yang sebaiknya jangan sampai dilewatkan untuk diobrolkan sebelum menikah.
Pembahasan ini bukan hanya tentang merencanakan kehidupan bersama loh, tapi juga memahami lebih dalam tentang harapan dan impian masing-masing.
Table of Contents
Pertanyaan Wajib Dijawab Sebelum Menikah
Ngobrol adalah langkah awal untuk bisa memastikan bahwa kedua belah pihak memiliki visi yang sama tentang kehidupan bersama setelah menikah.
Dengan membicarakan tempat tinggal impian, peran masing-masing dalam keluarga, jumlah anak yang diinginkan, cita-cita setelah pensiun, dan strategi komunikasi serta penyelesaian masalah, kamu dan pasanganmu dapat membangun fondasi yang kuat untuk hubungan yang harmonis dan langgeng.
Dialog terbuka ini membantu mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan, memfasilitasi penyesuaian, dan memperkuat ikatan di antara kamu dan pasanganmu.
Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya sudah dibahas sebelum menikah antara pasangan.
1. Mau Tinggal di mana setelah Menikah?
Kayaknya sih ini pertanyaan yang simpel dan sepele. Kadang di-skip, karena saking sepelenya. Dianggap mudah dipecahkan, karena yah … di mana aja boleh asalkan berdua. Tsah. Padahal ini bisa jadi hal besar kalau dua belah pihak enggak sepakat.
Ada beberapa alternatif yang umumnya muncul menjadi opsi. Yang pertama, tinggal di rumah orang tua atau mertua. Pastinya, ini adalah opsi “hemat”, cocok buat pengantin baru yang masih harus banyak nabung, banyak kudu buat rencana ini itu. Seenggaknya, dengan tinggal di rumah orang tua dulu, perkara printilan rumah tuh bisa dilakukan bareng-bareng sama mertua atau orang tua. Ada yang bantuin. Tapi, kalau salah satu enggak nyaman, ya harus diobrolkan.
Alternatif kedua adalah kontrak rumah. Biasanya ini menjadi opsi ketika pasangan sudah niat ingin membangun keluarga yang lepas sama sekali dari “pengaruh” orang ketiga. Tentu saja, ini adalah opsi yang sangat bagus. Namun, harus punya rencana yang matang ya, terutama dari segi keuangan rutin karena nantinya harus bayar kontrakan.
Alternatif ketiga, langsung punya rumah sendiri. Ini memang privilege. Bisa beli sendiri, atau mungkin hibah, atau kado pernikahan.
So, sebelum menikah, pastikan kamu dan pasangan sudah membahas tentang masalah tempat tinggal ini, supaya enggak ruwet ke depannya.
2. Bagaimana Pembagian Peran dalam Keluarga Nantinya?
Sebelum menikah, hal ini juga termasuk yang harus diobrolkan. Mulai dari apakah nantinya nafkah datang dari dua pintu (suami dan istri) atau satu pintu saja (suami saja atau istri saja)? Jika dua pintu, maka seperti apa ketentuannya? Kalau satu pintu, seperti apa pengaturannya?
Di dalam obrolan ini, bisa dibahas juga mengenai sistem pengelolaan keuangan keluarga ke depannya. Misalnya, jika datang dari dua pintu, maka mau dikelola seperti apa? Apakah dua penghasilan dijadikan satu, kemudian dibagi ke alokasi pos pengeluaran keluarga?
Bisa juga dikelola dengan berbagi jatah, penghasilan siapa untuk membayar apa? Misalnya urusan dapur dan makanan menjadi tanggung jawab istri. Sementara suami kebagian membayar kontrakan dan investasi.
Jika nafkah satu pintu, maka juga harus ditentukan pengelolaannya. Apakah mau sistem “gajian”, per bulan dijatah dengan nominal tertentu? Atau mau harian?
Biasanya sih, dari sini, obrolan bisa diteruskan ke pembagian peran dalam keluarga yang sifatnya sehari-hari. Siapa yang memasak, siapa yang urus kebersihan rumah, dan sebagainya.
3. Punya Anak atau Enggak? Kalau Punya Anak, Mau Berapa?
Berhubung sudah banyak pasangan yang memilih menjalani gaya hidup childfree, maka hal ini juga harus diobrolkan bersama (calon) pasangan sebelum menikah.
Jika ingin punya anak, maka sudah pasti perlu dipikirkan biaya hidupnya. Kemudian, coba proyeksikan, kapan mulai membangun dana pendidikan anak. Apakah ketika mulai promil, atau ketika anak dilahirkan, atau kapan?
4. Apa Pension Dreams-nya?
Pengin menjalani hidup seperti apa nanti kalau sudah pensiun, anak-anak sudah dewasa dan mandiri, dan sudah kembali berdua saja lagi?
Mungkin pengin melipir ke daerah tertentu yang lebih tenang dan sejuk? Atau mau pulang kampung, buat yang merantau? Atau bisa jadi memilih untuk menghabiskan masa pensiun di elderly residence kekinian yang mewah itu? Atau mau keliling dunia berdua naik yacht?
Semua mungkin loh, dilakukan, asalkan sudah ada rencananya mulai dari sebelum menikah. Dengan mengetahui pension dreams seperti apa yang ingin dijalani, kamu dan pasangan akan lebih mudah membuat rencana keuangan pensiun karena targetnya juga sudah jelas.
5. Bagaimana Cara Berkomunikasi dan Penyelesaian Konflik Nantinya?
Ada beberapa pasangan yang bersepakat, untuk tidak memperpanjang masalah sampai keesokan harinya. Apa pun masalahnya, harus selesai hari itu juga sehingga esok hari mereka berdua bisa menjalani hari normal lagi seperti biasa.
Ada beberapa pasangan yang memilih untuk keluar dari rumah saat ingin menyelesaikan konflik. Mereka akan pergi ke taman, atau tempat wisata untuk “berdebat” di sana. Mungkin supaya tidak mengganggu dan terganggu oleh anggota keluarga yang lain di rumah.
Jadi, bagaimana kamu dan pasanganmu nanti akan menyelesaikan konflik jika muncul? Hal ini perlu diobrolkan, terutama untuk mendalami karakter masing-masing. Karena di setiap rumah tangga pastilah ada masalah ini dan itu. Dan, cara kamu dan pasangan berkomunikasi akan menentukan bagaimana penyelesaian terbaiknya.
Nah, itulah beberapa hal yang idealnya harus dibahas sebelum menikah. Dengan begitu, kamu dan pasangan dapat membangun masa depan bersama yang bahagia dan sehat.
Bukan cuma soal rencana, tapi juga tentang memperkuat hubungan dengan memahami dan menghargai pandangan serta harapan satu sama lain. Langkah awal ini akan dapat membuka pintu menuju perjalanan hidup bersama yang penuh dengan cinta, pengertian, dan kesiapan menghadapi tantangan bersama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pensiun dan Tinggal di Rumah Jompo Tak Selalu Buruk, Bahkan Bisa Jadi Pension Dream!
Namanya rumah jompo, yang kemudian terbayangkan pasti adalah sebuah bangunan lawas, tenang, dan sejenisnya. Betul? Penghuninya, sudah pasti, mereka yang sudah lanjut usia dan sudah pensiun dari apa pun profesi mereka sebelumnya.
Mindset kita sendiri juga yang menganggap, bahwa orang-orang yang tinggal di panti jompo adalah mereka yang tidak punya keluarga. Atau, misalnya punya keluarga, ya pasti keluarganya tinggal jauh. Di lain kota, lain provinsi, bahkan mungkin lain pulau dan negara.
Konotasi rumah jompo kadang juga terasa negatif di satu dan lain waktu. Ada anggapan, bahwa anak yang tega membiarkan orang tuanya untuk tinggal di rumah jompo adalah anak yang tak mau berbakti pada orang tua. Parahnya lagi, kadang anak dianggap “membuang” orang tuanya di rumah jompo. Ckckck.
Benarkah demikian?
Rumah Jompo = Rumah Pensiun
Sebenarnya, hal ini digeneralisasi saja. Ada cerita nih. Seorang teman mengaku, bahwa ibunya sendirilah yang meminta untuk tinggal di rumah jompo. Si teman, yang juga sudah berkeluarga sendiri ini, tentu saja kaget ketika mendengar permintaan sang ibu. Ia merasa gagal jadi anak.
Melihat gelagat anaknya yang shock, si ibu justru menghiburnya. Beliau bilang, bahwa beliau tidak mau mengganggu kehidupan anaknya yang sudah berkeluarga, meskipun keluarga anaknya sangat baik padanya.
Sebelumnya, sang ibu adalah seorang perempuan karier yang sukses. Dana pensiunnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan ketika sang suami meninggal dunia jauh sebelumnya. Bisa dibilang, ia adalah pensiunan mandiri dan sejahtera.
Keluarga anaknya dianggapnya keluarga sendiri, tetapi ia ingin juga memberi ruang lebih leluasa—baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk keluarga anaknya. Karena itu, ia meminta untuk tinggal di rumah jompo saja.
Karena dana pensiunnya mencukupi, tentu saja rumah jompo yang dipilihnya bukan rumah jompo sembarangan. Rumah jompo yang dipilihnya bahkan mirip seperti resort hotel; lengkap dengan halaman berpohon palem dan danau buatan.
Niqmat mana lagi yang hendak didustakan, hidup di tempat yang nyaman seperti itu?
Ada lagi nih cerita. Kamu tahu NH Dini? Beliau adalah seorang penulis novel veteran legendaris, yang sudah tutup usia tahun 2018 yang lalu. Meski beliau memiliki dua anak yang bersedia merawat, tapi NH Dini memilih untuk menjual seluruh harta yang dimilikinya, dan hidup di rumah jompo. Di rumah jompo tersebut, kesehatannya justru sangat baik. Sayangnya, beliau mengalami kecelakaan hingga wafat.
Perawatnya mengaku, bahwa Ibu NH Dini tinggal di rumah jompo atas pilihannya sendiri karena ingin tetap hidup mandiri, dan tak mau merepotkan keluarganya.
See? Tak selamanya tinggal di rumah jompo itu berarti “terbuang”. Justru di sana, sebagian dari pensiunan ini bisa hidup di dunianya sendiri yang nyaman.
Kuncinya: Pensiun Sejahtera
Bukan, artikel ini bukan ditulis dengan maksud untuk memprovokasi keributan seputar gaya hidup dan keuangan kok. Justru, artikel ini ingin mengajak kamu untuk mempersiapkan masa pensiun dengan lebih baik. Karena, soal nyaman enggak nyaman hidup kita di masa pensiun, semua tergantung pada persiapan kita menghadapi masa pensiun.
Kuncinya memang pada masa persiapan yang panjang. Banyak hal memang harus disiapkan. Dengan demikian, nantinya, ketika kamu benar-benar pensiun, kamu bisa mewujudkan apa pun pension dreams kamu.
Tinggal di rumah jompo tidak selalu buruk, bahkan bisa jadi salah satu pension dreams. Bahkan, bagi sebagian orang, justru dianggap nyaman. Anak-anak tak “terbebani”, orang tua juga punya ruang gerak sendiri. Soal kesehatan juga lebih terjamin, karena banyak tenaga caregiver yang siap 24 jam di sana. Selain itu, yang lebih penting, kita bisa memutus rantai sandwich generation!
Coba bayangkan seperti ibu si teman di atas. Setiap pagi, beliau bangun di paviliun yang menyerupai cottage di Bali loh! Caregiver-nya selalu siap membantunya menjalani hari-hari, sejak beliau bangun sampai tidur lagi di malam hari.
Dan tentu saja, kalau mau nyaman, biayanya juga sepadan. Begitu juga kalau kita ingin tinggal di rumah jompo untuk melewati masa pensiun. Nah, masalahnya, kita siap atau enggak?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki Demi Kualitas Hidup yang Lebih Baik
Sudahkah kamu punya tujuan keuangan?
Setiap orang sebaiknya (dan seharusnya) memiliki tujuan keuangan. Mengapa? Ya, singkatnya demi masa depan dan kehidupan yang lebih baik daripada sekarang. Tanpa tujuan keuangan, berarti kita sebenarnya tak punya cita-cita atau mimpi. Tanpa cita-cita dan mimpi, berarti kita kurang motivasi untuk hidup.
Sebenarnya juga ini kembali ke masing-masing individu dalam memutuskan nasibnya sendiri sih. Tapi, pada prinsipnya, setiap cita-cita dan keinginan kita di masa depan itu menjadi tujuan keuangan kita.
Lalu, tujuan keuangan apa yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan peningkatan kualitas hidup ke depannya?
5 Tujuan Keuangan untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik
1. Dana darurat
Dana darurat adalah dana atau tabungan yang dapat membantu kita ketika ada keperluan mendadak, bersifat darurat, dan menjadi masalah atau risiko hidup kita. Misalnya, harus kehilangan pekerjaan atau penghasilan menurun. Dengan adanya dana darurat, kita akan dapat memperpanjang napas sampai setidaknya kita bisa mendapatkani penghasilan lain.
Atau, ketika kita sakit dan enggak bisa langsung mengajukan klaim asuransi kesehatan atau tunjangan kantor, maka kita harus menalangi biaya pengobatannya dulu. Atau, ada saudara yang butuh bantuan dengan segera karena tertimpa musibah.
Yah, namanya hidup, kan biasa terjadi masalah. Dan, kadang untuk mengatasinya (dengan cepat) kita butuh biaya. Dana darurat akan dapat menolong kita. Karenanya, memiliki dana darurat yang memadai seharusnya menjadi tujuan keuangan utama dan pertama bagi setiap orang.
2. Bebas utang
Utang bukannya dilarang, tetapi memang harus dikelola dengan bijak. Ingat, berani utang berarti harus berani bayar. Utang kadang perlu kita lakukan terutama jika kita membutuhkan barang atau hal dengan harga nominal besar. Tapi enggak sembarang barang. Barang tersebut haruslah bisa membawa nilai tambah terhadap hidup kita, sehingga sepadan untuk dimiliki dengan cara utang.
Rumah, misalnya.
Utang memang bisa menjadi media untuk mencapai tujuan keuangan lain, tetapi bebas utang sendiri merupakan tujuan keuangan yang seharusnya juga dimiliki oleh setiap orang. Menjalani hidup tanpa utang itu sungguh privilege yang luar biasa. Setidaknya, sebelum masa pensiun kita tiba, kita harus sudah bebas utang, agar bisa menikmati hidup dengan lebih baik.
3. Punya rumah sendiri
Nah, ini yang kita bahas di poin ketiga di atas ya.
Punya rumah sendiri adalah simbol kemandirian dan kemapanan. Saat kamu sudah memiliki penghasilan sendiri, sudah layak pula bagimu untuk punya rumah sendiri. Well, enggak harus rumah petak juga sih, semua tergantung pada kebutuhan dan kemampuanmu. Jika dirasa lebih sesuai untukmu tinggal di apartemen, ya enggak ada salahnya sama sekali kok.
Yang penting, milikilah tempat tinggalmu sendiri.
Selain sebagai tempat mengawali dan mengakhiri hari-hari rutinitasmu, rumah atau apartemen merupakan aset, yang bisa menyatakan seberapa sukses dirimu dan sudah seberapa keras kamu bekerja selama ini.
4. Mau pensiun sejahtera
Pertanyaan terbesar ketika kita mulai punya penghasilan sebenarnya adalah mau hidup seperti apa kurang lebih 30 tahun mendatang?
Mau bisa hidup sehat, sejahtera, mandiri, tanpa membebani anak-cucu? Pengin hidup di suatu tempat yang sejuk, tenang, dan nyaman? Pengin hidup berdua bareng pasangan di rumah besar yang di waktu-waktu tertentu kemudian ramai menjadi tempat berkumpulnya cucu-cucu?
Bayangan-bayangan indah itu semua bisa diwujudkan dengan tujuan keuangan yang jelas dan terencana loh! Yes, it’s all about pension dreams.
Apa mimpi terbesarmu untuk bisa dilakukan di masa pensiun?
Banyak dari orang-orang terdahulu yang tidak siap untuk pensiun, sehingga melahirkan generasi roti lapis, alias sandwich generation. Banyak pula orang-orang yang sebenarnya sudah siap sih dengan dana pensiun, tetapi ternyata perhitungannya meleset sehingga akhirnya harus merelakan diri untuk kembali bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
Yuk, tanyakan pada diri sendiri. Pengin hidup seperti apa di masa pensiun nanti–ketika kita sudah tidak lagi produktif? Dan, jadikan hal tersebut sebagai tujuan keuangan hidupmu.
5. Memiliki pendidikan tinggi
Bagi sebagian besar orang, memiliki pendidikan tinggi adalah mimpi. Tapi, ini adalah mimpi yang sebenarnya sangat mudah dijangkau, jika kamu memiliki rencana yang matang untuk mewujudkannya.
Tak hanya pendidikan tinggi bagi diri sendiri, tetapi juga untuk anak-anak kita (kelak). Karena itu, jika memang “memiliki keturunan” merupakan salah satu keinginan dalam hidupmu, maka saat itu pula, seharusnya kamu sudah menjadikan hal ini sebagai tujuan keuangan.
Pendidikan di Indonesia naik sebesar 10 – 20% setiap tahunnya, dan ini sudah bukan rahasia lagi. Ketika sekarang kita butuh Rp100 juta untuk bisa masuk perguruan tinggi kualitas terbaik, maka 10 tahun lagi, bisa jadi kita akan butuh Rp500 juta. Kalau lihat angkanya, ya bisa shock sih. Tapi enggak dengan perencanaan keuangan yang baik.
Nah, apakah salah satu dari kelima hal di atas juga menjadi keinginan terbesarmu sekarang untuk masa depanmu nanti? Atau, kamu mungkin punya tujuan keuangan yang lain? Boleh share ya, di kolom komen.
Yuk, buat tujuan keuangan versimu sendiri, dan kemudian buat rencana yang realistis untuk mewujudkannya. Join di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu yuk! Mulai dari yang paling basic, hingga advanced. Semua ada, dan dengan harga yang sangat terjangkau.
Karena selalu ada jalan untuk mewujudkan cita-cita kok, seberapa pun tingginya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.