Lika-Liku Punya Pasangan Pelit Finansial: Gimana Atur Uangnya?
Punya pasangan pelit itu berkah lo! Nggak percaya?
Iya, meskipun ada tantangannya juga (dan besar), tapi punya pasangan pelit itu juga bisa jadi berkah. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan rumah tangga pasti akan lebih efisien. Pasalnya, orang yang punya sifat pelit itu cenderung lebih sadar kalau ngeluarin uang. So, pastinya akan ngaruh juga kan ke keuangan rumah tangga. Bye, boros! Pasangan pelit itu bisa jadi lebih fokus juga pada tabungan, karena lebih suka menyimpan uang. So, bisa dibilang, tujuan finansial jangka panjang aman-lah ya?
Namun, di sisi lain, kalau pelitnya kebangetan, ya bisa jadi mengancam keberlangsungan rumah tangga.
Apa Sih Definisi Pelit Itu?
Orang yang biasanya dikatakan pelit itu adalah orang yang punya kecenderungan untuk enggan mengeluarkan uang, bahkan dalam situasi di mana pengeluaran tersebut mungkin diperlukan atau wajar saja dilakukan. Ini adalah hal yang berbeda dengan hemat ya.
Hemat adalah sikap bijaksana dalam menggunakan sumber daya atau uang dengan cara yang efisien dan efektif, menghindari pemborosan dan fokus pada kebutuhan penting. Sementara itu, pelit adalah ketidakmauan untuk menggunakan uang atau sumber daya bahkan untuk kebutuhan yang penting, bahkan sering kali mengorbankan kualitas hidup, kebahagiaan, atau hubungan dengan orang lain.
Jadi, bisa disimpulkan, bahwa hemat merupakan kebiasaan keuangan yang positif, sementara pelit cenderung memiliki konotasi negatif dan bisa menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan.
Terkadang, sikap pelit ini dapat menyebabkan permasalahan dalam hubungan, terutama jika pasangan yang lain memiliki pandangan yang berbeda mengenai pengelolaan keuangan.
Ciri-Ciri Pasangan Pelit
Pasangan pelit sering menunjukkan perilaku yang mengindikasikan keengganan mereka untuk mengeluarkan uang. Misalnya seperti menawar harga secara berlebihan, enggan membeli barang berkualitas, atau menghindari pengeluaran uang bahkan untuk kebutuhan dasar.
Sikap pelit ini dapat berdampak pada keuangan keluarga, seperti mengakibatkan ketidakseimbangan dalam kontribusi keuangan atau menghalangi pencapaian tujuan finansial bersama.
Beberapa ciri yang ditampakkan oleh orang yang punya sifat pelit adalah sebagai berikut:
- Enggan berbagi: Orang pelit sering kali enggan berbagi uang, sumber daya, atau waktu mereka dengan orang lain, bahkan dalam situasi di mana mereka memiliki cukup untuk berbagi.
- Mengutamakan harga daripada kualitas: Orang pelit cenderung memilih produk atau jasa yang lebih murah tanpa mempertimbangkan kualitas, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan pengeluaran lebih besar karena harus mengganti atau memperbaiki barang yang tidak tahan lama.
- Menghindari pengeluaran sosial: Orang pelit mungkin menghindari situasi di mana mereka diharapkan untuk mengeluarkan uang, seperti makan malam bersama teman, hadiah ulang tahun, atau sumbangan amal.
- Selalu mencari tawar-menawar atau potongan harga: Orang pelit sering kali sangat terobsesi dengan mendapatkan penawaran terbaik dan diskon, terkadang menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk menghemat sejumlah kecil uang.
- Menghitung-hitung pengeluaran kecil: Orang pelit mungkin terlalu fokus pada pengeluaran kecil dan sering menghitung-hitung uang yang dikeluarkan, bahkan untuk biaya yang relatif tidak signifikan.
Yah, tapi kalau sudah cinta, ya pelit ini hanya sekadar bumbu saja, sebenarnya. Bisa kok diatasi, asalkan tahu strategi yang tepat.
Strategi Menghadapi Pasangan Pelit
Ketika hidup bersama pasangan pelit, beberapa lika-liku yang mungkin dihadapi meliputi ketegangan dalam pengambilan keputusan keuangan, hambatan dalam mencapai tujuan finansial bersama, dan pengaruh negatif terhadap kualitas hidup dan kebahagiaan. Misalnya, pasangan yang pelit mungkin enggan mengeluarkan uang untuk liburan atau perbaikan rumah yang diperlukan. Ya, kalau hanya sesekali, ya enggak apa. Tapi kalau sudah jadi pasangan, wah, ya harus diatasi supaya nggak muncul konflik lanjutan yang membahayakan hubungan.
Coba lakukan beberapa hal berikut ini.
1. Komunikasi yang efektif tentang keuangan
Jujur dan terbuka tentang perasaan kita terkait perilaku pasangan pelit itu sangat penting. Beri tahu mereka bagaimana sikap mereka bisa memengaruhi hubungan dan keuangan keluarga, serta apa yang kita harapkan dari mereka.
Setelah menyampaikan perasaan, cobalah mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Diskusikan cara-cara untuk mencapai keseimbangan dalam pengeluaran dan menemukan kompromi yang adil.
2. Mengatur anggaran keluarga
Buat daftar prioritas keuangan bersama, seperti dana darurat, dana pendidikan anak, atau perbaikan rumah. Dengan tujuan yang jelas, akan lebih mudah bagi pasangan pelit untuk memahami pentingnya pengeluaran tersebut.
Setelah menetapkan prioritas, buat anggaran bulanan yang mencakup semua kebutuhan keluarga. Pastikan anggaran ini realistis dan mencerminkan keuntungan dan kebutuhan kedua belah pihak, serta menyediakan ruang untuk fleksibilitas.
3. Mempelajari manajemen keuangan bersama
Pelajari lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan dengan mengikuti kursus, seminar, atau kelas keuangan dalam bentuk apa pun bersama pasangan. Pengetahuan yang didapat dapat membantu kamu dan pasangan membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana.
Sudah pernah daftar di kelas FCOS QM Financial belum? Ada banyak topik yang dibahas lo!
Hidup bersama pasangan pelit finansial memang memiliki lika-liku tersendiri. Namun, dengan komunikasi yang efektif, perencanaan yang bijaksana, dan saling pengertian, pasangan dapat mengatasi permasalahan yang muncul dan mengoptimalkan manfaat hidup bersama pasangan pelit untuk mencapai kebahagiaan dan keberhasilan keuangan keluarga.
Jangan lupa untuk mencari titik temu, bekerja sama, dan terus belajar bersama agar dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan sejahtera dalam menghadapi tantangan keuangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Frugal Living: Haruskah Selalu Makan Nasi Garam demi Hemat dan Bisa Capai Tujuan Keuangan?
Beberapa waktu belakangan banyak berita tentang hidup superhemat terus bisa beli rumah atau menabung hingga ratusan juta. Apakah kamu juga mengikuti berita-berita ini? Tahukah kamu apa istilah untuk menyebut gaya hidup seperti ini? Namanya, frugal living.
Ya, dalam beritanya, ada yang rela makan sehari Rp6.000 saja, demi bisa beli 3 rumah. Ada juga yang hidup mengandalkan voucher, sehingga bisa berinvestasi saham di 900 perusahaan dengan nilai total Rp42 miliar. Sementara yang paling hangat belakangan adalah seorang pria asal Bangladesh dan menjadi pekerja migran di Malaysia, yang rela setiap hari makan nasi dan garam. Ternyata dengan begitu, ia bisa membeli rumah senilai Rp2 miliar di kampung halamannya.
Hmmm, menarik ya? Apakah memang perlu kita makan nasi garam nih, biar bisa beli rumah?
Apa Itu Frugal Living?
Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan pada penghematan uang dan sumber daya. So, enggak hanya hemat pengeluaran, tetapi sekaligus menghemat energi termasuk air dan listrik.
Saat kamu memutuskan untuk menjalani hidup frugal living, maka saat itu kamu akan banyak melakukan cara-cara untuk menghemat uang dalam setiap aspek kehidupan, termasuk juga mencari cara-cara untuk meningkatkan pendapatan dan mengelola uang dengan lebih baik. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tujuan keuangan, yang lebih spesifik lagi kebebasan finansial dan kesejahteraan dalam jangka panjang.
Mindset adalah kunci di sini. Seperti misalnya, seseorang yang menjalankan frugal living akan lebih memilih membeli barang yang mahal tetapi dijamin keawetannya, ketimbang membeli harga murah tetapi barang tersebut cepat rusak sehingga harus berkali-kali membeli yang baru.
Nah, sampai di sini, kamu mungkin jadi teringat bahwa ada juga yang disebut dengan gaya hidup minimalis. Apa bedanya gaya hidup frugal living dengan minimalis? Atau jangan-jangan, frugal living ini ya sama saja dengan pelit?
Frugal Living vs Minimalis vs Pelit
Nah, kamu tahu, bahwa frugal living lebih menekankan pada penghematan uang dan sumber daya. Jadi, dengan hidup frugal, fokus kita adalah menekan pengeluaran.
Sementara itu, gaya hidup minimalis lebih menekankan pada pengurangan jumlah barang yang dimiliki, dan memfokuskan pada esensi dari apa yang diperlukan untuk hidup yang lebih nyaman. Dalam realisasinya, ini bisa berarti mengurangi jumlah barang yang dimiliki, terutama barang yang tidak diperlukan dan tidak berguna, dan mencari cara untuk menjalani hidup dengan lebih sederhana. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, frugal living dan gaya hidup minimalis ini bisa dilakukan bareng, agar keseimbangan hidup bisa lebih baik lagi. Idealnya sih gitu.
Nah, frugal living ya beda lagi dengan pelit.
Pelit adalah sifat yang cenderung untuk selalu menyimpan uang. Mengeluarkan uang sama saja dengan membuang-buangnya. Sementara frugal living lebih fokus pada hidup sesuai kebutuhan, tidak berlebihan. Mengeluarkan uang jelas perlu, tapi memang ada perlunya.
Jadi, kalau kemudian kamu hanya makan nasi garam, ini termasuk frugal living atau pelit pada diri sendiri?
Kamu sendiri yang bisa jawab ya. Yang pasti, prinsip frugal living adalah hidup sesuai kebutuhan, tidak berlebihan. Kamu harus cek dengan tubuhmu sendiri, apakah nasi garam cukup memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhmu?
Cara Memulai Frugal Living Tanpa Menyakiti Diri Sendiri
Yang penting memang tidak menyakiti diri sendiri, meski kita punya tujuan keuangan yang mahapenting, seperti beli rumah.
Jika kamu hendak menjalankan gaya hidup frugal living, beberapa hal berikut bisa diperhatikan.
- Buat rencana keuangan yang jelas, dan disiplin terhadap rencana tersebut. Identifikasi pengeluaranmu, dan coba untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
- Mulai menabung sesuai proporsi yang sesuai dengan kondisimu. Kamu bisa berpatokan dengan pembagian pos 40:30:20:10, atau persentase pembagian lainnya.
- Jangan membeli barang yang tidak diperlukan. Cobalah untuk mengurangi pembelian barang yang tidak diperlukan dan fokus pada barang yang benar-benar kamu butuhkan.
- Beli barang bekas yang masih layak pakai untuk beberapa kebutuhan. Kalau di Jakarta, kamu bisa berburu di Pasar Rawa Bening, Pasar Senen, atau Pasar Baru Trade Center. Atau bisa juga berburu di toko online.
- Mencari harga terbaik dan bandingkan harga sebelum membeli barang.
- Cari alternatif dan barang substitusi. Ingat prinsipnya: barang berkualitas mungkin lebih mahal, tapi jika jangka waktu pemakaiannya lebih panjang, maka itu berarti perhitungannya jadi lebih murah. So, fokus pada kualitas, alih-alih harga. Jangan sampai kamu malah penny wise dollar foolish.
- Tingkatkan pendapatan, seperti dengan mencari pekerjaan tambahan atau memulai usaha sampingan.
- Jangan merasa malu untuk menghemat uang kamu, dan jangan merasa takut untuk mengatakan tidak pada tawaran yang memang enggak ada manfaatnya untukmu. Misalnya saja, kamu sedang menabung untuk beli rumah, dan kamu merasa biaya nongkrong bisa mengganggu niatmu ini—ya jangan ragu untuk menolak ajakan teman untuk terlalu sering nongkrong.
Itu dia sekilas mengenai frugal living.
Ingat ya, frugal living bukanlah tentang tidak mengeluarkan uang sama sekali, tetapi tentang mengelola uang kamu dengan baik, demi mencapai kesejahteraan finansial dalam jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!