Atur Keuangan untuk Pasangan Long Distance Marriage
Adakah di antara kamu yang kini sedang menjalani long distance marriage?
Long distance marriage adalah kondisi hubungan pasangan suami istri yang setelah menikah harus tinggal secara terpisah, bisa lain kota atau bahkan lain negara. Biasanya hal ini disebabkan oleh tuntutan pekerjaan, dinas, dan berbagai kondisi lainnya.
Kondisi ini umumnya tidak dijalani hanya dalam waktu sebentar. Bahkan ada yang harus menjalani hubungan long distance marriage ini sampai bertahun-tahun. Jika sebelum menikah, hal ini sudah disiapkan dan sudah sepakat, tentu tidak akan ada masalah berarti. Namun, ternyata banyak juga yang tidak siap.
Salah satu masalah terbesar dalam kondisi long distance marriage ini adalah soal keuangan. Kebayang kan, ketika sebuah keluarga harus berjibaku mengurus “dua rumah tangga”. Satu rumah tangga saja kadang terasa begitu berat.
Ditambah lagi, ada data dari Journal of Sex & Marital Therapy yang mengungkapkan fakta, bahwa tinggal berjauhan menjadi salah satu alasan perceraian yang paling umum. Banyak responden mengaku, bahwa hal ini membuat pengelolaan keuangan rumah tangga menjadi kurang transparan, hingga sering kali terjadi masalah.
Meski demikian, kadang seperti blessings in disguise, pasangan long distance marriage ini—karena keadaan—malah jadi terbiasa untuk hidup prihatin, hemat, dan serba perhitungan. Umumnya mereka terbiasa menabung, karena berharap bisa lebih sering berkumpul.
So, bisa kita simpulkan, bahwa komunikasi memang menjadi hal terpenting, terutama jika menyangkut keuangan dalam rumah tangga. Ini tak hanya terjadi pada pasangan long distance marriage, tetapi yang tinggal serumah pun tak luput dari hal yang sama.
Atur Keuangan Pasangan Long Distance Marriage
Buat gambaran detail
Gambaran detail mengenai apa? Mengenai kondisi satu sama lain.
Misalnya, masing-masing tinggal di mana? Di lingkungan seperti apa? Bagaimana kebiasaan di sana? Bagaimana harga-harga barang kebutuhan pokoknya? Punya sendiri atau sewa? Bagaimana akses transportasinya? Bagaimana kebutuhan makannya? Apakah mau masak sendiri setiap hari, atau bagaimana?
Selain seputar lingkungan tempat tinggal, juga jangan lupa untuk survei transportasi antarkota, yaitu dari kota pasanganmu ke kota tempat tinggalmu. Untuk bolak-balik, butuh biaya berapa? Cek juga jadwal kerja, apakah memungkinkan untuk bertemu dalam periode tertentu? Jika tidak, apa yang bisa dilakukan agar tetap terasa dekat? Mungkin ongkos komunikasi yang ditambah; memperbanyak video call atau pakai aplikasi meeting?
Buat rencana detail untuk masing-masing pihak, dan harus diketahui oleh pihak yang lainnya. Perhitungkan dengan lebih saksama jika beda negara ya. Pastinya akan berbeda sekali.
Buat kesepakatan
Setelah masing-masing ada gambaran, buatlah kesepakatan. Tentang apa? Ya, semuanya, terutama soal pos pengeluaran dan anggaran belanja rumah tangga. Misalnya, pertimbangkan apakah perlu membuat rekening bersama di samping memiliki rekening pribadi? Rekening bersama nantinya bisa dipakai untuk pengeluaran bersama, misalnya untuk setiap kali bertemu, atau jika ada keperluan bersama lainnya.
Lalu sepakat berbagi peran. Karena ada dua rumah tangga, kemungkinan masing-masing akan punya pengeluaran kebutuhan sendiri-sendiri. Sepakatilah bagaimana pengaturannya. Misalnya soal uang sewa tempat tinggal. Bagaimana dengan kebutuhan anak-anak? Apakah akan membuat rekening khusus lagi?
Jaga agar komunikasi tetap lancar
Kuncinya memang pada kompromi dan kesepakatan. Jadi, buat waktu untuk mengobrol. Memang enggak mudah, karena yang hidup seatap pun kadang juga menemui kesulitan untuk bisa ngobrolin keuangan dengan pasangan, apalagi ini terpisah. Kalau dua-duanya enggak berkomitmen, ya memang akan lebih sulit.
So, ongkos komunikasi memang akan lebih banyak. Jadi, diatur ya, supaya tetap terkendali tetapi tetap lancar. Pilih cara berkomunikasi yang paling nyaman. Kalau memungkinkan, jadwalkan kapan mau video call supaya masing-masing enggak mengganggu jadwal kerja, misalnya. Kan, kalau beda negara, kemungkinan juga akan beda zonasi waktu.
Kepercayaan
Kalau mau sukses dalam hal ini, ya kepercayaan pada pasangan harus dibangun dengan baik. Apalagi soal keuangan ya—belum termasuk hal-hal lainnya lo.
Menyadari bahwa long distance marriage adalah bukan hal yang mudah adalah penting, saling terbuka adalah koentji. Ketidakpastian akan terus dihadapi, jadi kebutuhan akan dana darurat menjadi sangat penting. Apalagi di masa-masa awal, bakalan terasa berat.
Rajin menabung dan investasi
Tetap miliki cita-cita dan mimpi bersama, lalu jadikan sebagai tujuan keuangan. Boleh atas nama anak, boleh atas nama suatu saat nanti kamu dan pasangan akan melewati juga fase long distance marriage ini. Kalian akan pensiun bersama, sejahtera dan mandiri.
Untuk mewujudkan semua impian itu, berinvestasilah. Duduk bareng, dan pilihlah instrumen yang sesuai. Sepakati, mau seberapa banyak berinvestasi, dan ke mana.
Punya cita-cita dan mimpi bareng ini jadi semacam janji, dan bisa memperkuat ikatan suami istri. Jadi, boleh saja hidup terpisah. Tapi mimpi punya bersama. Tsah.
Harus menjalani long distance marriage, tetapi memiliki keuangan yang sehat. Mungkin ini bisa jadi silver lining untuk kondisi yang berat itu. Kalau dengan jalan ini lantas bisa mencapai tujuan keuangan lebih cepat dan lebih baik, kenapa tidak? Betul?
Nah, itu dia beberapa tip mengatur keuangan rumah tangga untuk pasangan long distance marriage. Mungkin saja kondisi setiap pasangan berbeda, tetapi semoga tip tersebut bisa sedikit memberi inspirasi untuk tetap bertahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kelola Uang Belanja Pas-Pasan Keluarga Muda, Ini 5 Kiat Sederhananya
Salah satu hal paling tricky dalam rumah tangga adalah ketika kita harus mengatur uang belanja bulanan.
Ya, gimana ya? Namanya kebutuhan keluarga, itu sudah pasti banyak banget, tapi sayangnya, dana enggak sebanyak itu. Jadi, mau enggak mau, harus dicukupkan. Apalagi kalau masih keluarga muda. Karena itu, penting bagi setiap pasangan suami istri untuk pintar mengelola keuangan keluarga.
Tantangan Para Ibu dalam Keluarga Muda
Kondisi yang paling umum terjadi adalah belum lama menikah, mungkin sudah punya anak tapi masih bayi. Pencari nafkah bisa jadi dari dua pintu, yaitu nafkah dari suami dan nafkah istri. Tapi, bisa juga kondisinya memiliki penghasilan hanya dari satu pintu lantaran si ibu resign demi mengurus bayi di rumah.
Soal karier, bisa jadi masih dirintis. Belum benar-benar berada di posisi yang mapan, meski sudah berpenghasilan tetap. Cukup, tapi ya harus benar-benar dicukupkan. Dan, kebutuhan bayi itu memang luar biasa. Bahkan ketika anak sudah mulai besar, kebutuhan itu tetap tak berkurang—hanya berganti jenisnya. Uang belanja tetap akan harus diatur dengan baik, kalau enggak mau boncos terus-terusan.
Kondisi seperti ini dialami sebagian besar keluarga muda, dengan ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Ini belum ngomongin soal kebutuhan lain. Kredit motor, KPR, keamanan kompleks, sampai kirim uang ke orang tua di kampung. Bisa nabung Rp100 ribu – Rp200 ribu setiap bulan saja sudah bagus banget.
Clueless, betul?
Tapi tenang. Ibarat beli panci, pasti sama tutupnya. Jadi, akan selalu ada solusi untuk setiap masalah yang ada. Asal tahu prinsip mengelola uang belanja, maka kesulitan pasti bisa dicari solusinya.
Mengelola Uang Belanja yang Pas-Pasan
1. Berkomunikasi
Kadang yang terjadi adalah uang belanja pas-pasan, tapi segan ngobrol sama suami. Takutnya, dianggap nggak becus mengelola keuangan keluarga dan menghemat uang belanja. Tapi, hal ini bisa bikin kamu jadi stres loh.
Rumah tangga terdiri atas 2 orang; suami dan istri. Ibu-ibu enggak sendirian loh. Memang betul, ibu adalah menteri keuangan di rumah. Tapi, suami ibarat presiden. Dan yakinlah, bahwa Ibu Sri Mulyani sering meeting dan rapat koordinasi dengan presiden kalau mesti bahas keuangan negara. Begitu juga dengan para ibu rumah tangga. Perlu banget ada rapat khusus keuangan dengan suami.
Buka catatan keuangan keluarga, saling mencermati agar bisa menemukan akar masalah dan kemudian mencari solusi bersama. Tanpa komunikasi yang lancar, rasanya mustahil ya, keuangan keluarga juga bisa tertata dengan baik.
2. Budgeting
Kebutuhan banyak, tapi uang belanja pas-pasan. Karena itu, budgeting penting, agar bisa menentukan prioritas dan akhirnya semua kebutuhan terpenuhi.
Ada banyak cara budgeting uang jajan dan uang belanja yang bisa dilakukan. Misalnya dengan aplikasi pengelolaan keuangan yang sekarang banyak ditemukan di PlayStore maupun AppStore. Selain itu, bisa juga dengan cara old school ala orang tua kita: pakai amplop-amplop.
Buatlah budgeting bersama suami. Tapi, semisal tidak memungkinkan, seenggaknya harus dikomunikasikan dengan pasangan, agar mereka juga tahu bagaimana peta keuangan kita.
Perhatikan masing-masing proporsinya. Misalnya mau pakai rumus 4-3-2-1 ala QM Financial, yang berarti 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi, dan 10% untuk jajan atau lifestyle. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi dan kemampuanmu.
3. Catat setiap pengeluaran
Tuliskan setiap pengeluaran, sebisa mungkin hingga detail, agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi. Jangan sampai kehilangan jejak, tahu-tahu dompet menipis tanpa tahu dipakai buat apa saja.
Catatan pengeluaran juga akan penting ketika kamu hendak membuat budgeting. Pasalnya, dari catatan keuangan, kamu tahu uang belanja sebelah mana yang bisa dipangkas lagi, atau lebih dihemat.
4. Buat tujuan jangka panjang
Uang belanja pas-pasan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini, juga kebutuhan di masa depan nanti. Karena itu, penting untuk membuat pemetaan tujuan keuangan, terutama jangka panjang.
Jangan sampai terlena hanya memikirkan kebutuhan hari ini, apalagi yang kurang penting, dan melupakan rencana masa depan. Bisa-bisa masa depanmu akan berpeluang banyak kesulitan keuangan. Seperti nggak siap pensiun, nggak siap dana pendidikan anak, dan sebagainya.
5. Tambah penghasilan
Uang belanja pas-pasan? Tapi bukan berarti kita tak bisa menambah penghasilan kan? Yuk, mulai dipikirkan sejak sekarang.
Jika mau berusaha, pasti ada caranya. Mungkin saja memang sibuk, tapi cobalah untuk berusaha agar uang belanja bisa ditambah.
Nah, itu dia beberapa langkah untuk mengatur uang belanja yang pas-pasan di keluarga muda.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mau Punya Anak Berapa? Ini Persiapan Finansial yang Mesti Dilakukan
Punya anak merupakan sebuah anugerah untuk pasangan suami istri. Tak jarang juga mungkin kamu mendengar istilah “banyak anak banyak rezeki”. Sedangkan, keputusan mau punya anak banyak atau dua anak cukup sebenarnya menjadi pilihan masing-masing pasutri.
Namun, yang jelas semakin punya anak banyak, artinya semakin banyak tanggung jawab yang harus dipikul sebagai orang tua seumur hidup. Tanggung jawabnya dari banyak hal, khususnya dari segi finansial. Nah, sebelum memutuskan ingin punya anak berapa, sebaiknya pertimbangkan dulu apa saja persiapan finansial yang harus dilakukan.
Punya Anak Artinya Harus Mengatur Kembali Anggaran Keuangan Keseluruhan
Kehadiran anak atau memiliki banyak anak, sudah pasti akan menambah banyak kebutuhan keluarga. Artinya kamu harus mengatur kembali anggaran keuangan keseluruhan dari sebelumnya.
Langkah ini merupakan yang utama dan tidak bisa ditawar supaya keuangan tetap berjalan dengan baik dan efektif. Kamu bisa mulai dengan mencatat dengan teliti semua pengeluaran yang baru terkait kehadiran anak. Misalnya jika anak bayi, maka harus merinci mulai dari biaya popok dan kebutuhan lainnya, biaya dokter, biaya membeli pakaian, dan juga kebutuhan anak lainnya.
Kamu bisa menghilangkan pengeluaran sebelumnya yang tidak terlalu penting dan menggantinya dengan kebutuhan anak yang harus terpenuhi. Bisa diatur-atur mana yang harus diganti atau tidak.
Mengatur Skala Prioritas
Mengatur skala prioritas adalah penting setelah menyelsaikan semua anggaran baru. Skala prioritas bisa disusun berdasarkan kewajiban dan kebutuhan terlebih dahulu. Sampingkan dahulu pengeluaran di luar kebutuhan, misalnya hanya keinginan yang tidak begitu dibutuhkan. Jika punya anak artinya kamu harus membuat rencana jangka panjang untuk kesejahteraan keluarga. Beberapa hal yang sebaiknya dijadikan skala prioritas ketika punya anak yaitu:
- Tabungan pendidikan untuk masa depan anak
- Biaya kesehatan anak hingga hal yang bersifat mendadak
- Asuransi jiwa untuk keluarga
- Asuransi jiwa dan kesehatan untuk anak
Cerdas Memilah Kebutuhan Anak
Sebagai orang tua yang punya anak, pastinya kebutuhan menjadi prioritas dan tidak boleh asal dipenuhi. Orang tua pasti ingin memberikan segalanya yang terbaik. Maka, orang tua juga harus cerdas dalam memenuhi kebutuhan anak tanpa mengganggu kesehatan finansial.
Kamu bisa membeli perlengkapan bayi atau anak sesuai dengan kebutuhannya saja. Misalnya, jika punya anak pertama, kamu bisa mempertimbangkan barang-barang yang memang akan bermanfaat dan terpakai dalam jangka lama.
Sedangkan jika memang kemudian punya anak kedua, kamu bisa menggunakan barang bekas milik kakaknya yang sebelumnya masih layak karena dipakai anak hanya sebentar di usia kecilnya. Setelah itu jika memang mantap tidak akan menambah anak, kamu bisa menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai anak lagi.
Melunasi Utang Jangka Pendek
Biaya kebutuhan anak mulai dari kesehatan, tabungan pendidikan, dan yang lainnya harus direncanakan, Namun, jika kamu memiliki utang sebaiknya lunasi terlebih dahulu, khususnya utang jangka pendek.
Melunasi utang sebelum punya anak dapat meminimalkan peluang ‘gali lubang tutup lubang’. Faktanya, pengeluaran setelah punya anak merupakan salah satu pengeluaran yang cukup besar. Kalau tidak disiapkan dengan baik, tak menutup kemungkinan bagi orang tua lantas berutang. Keputusan ini akan berat di belakang loh.
Jika utang-utang jangka pendek telah dilunasi, minimal kamu bisa lebih bernapas dan akan lebih mudah menyiapkan tabungan untuk anak kamu.
Mulai Berhemat Saat Punya Anak Baru
Jika merasa pengeluaran bertambah sedangkan pemasukan masih tetap, maka berhemat bisa dilakukan. Punya anak membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga dengan berhemat kamu bisa mengatur berbagai pos pengeluaran dalam keuangan menjadi tidak terganggu.
Beberapa pos pengeluaran yang bisa kamu hemat seperti biaya liburan, hiburan, makan di luar, belanja pakaian bulanan, dan biaya lainnya yang bersifat fleksibel. Kamu juga bisa membatasi pemakaian listrik, air, dan internet dengan menggunakannya ketika butuh saja.
Selain itu, jika kamu memiliki kartu kredit maka gunakanlah dengan bijak. Ingat, kartu kredit bisa jadi tambahan beban, kalau kamu tak cerdas dalam pemakaiannya. Bukannya dilarang, tetapi kamu harus benar-benar bijak dalam pengelolaan utang kartu kredit ini.
Mulai Berinvestasi
Berinvestasi menjadi hal penting yang harus kamu lakukan demi kondisi keuangan yang stabil setelah punya anak. Apalagi bagi keluarga muda, akan ada banyak tujuan keuangan dan kebutuhan di masa mendatang yang harus dipersiapkan sejak saat ini.
Nantinya di masa mendatang, berbagai kebutuhan akan semakin besar karena adanya inflasi. Maka, sebagai orang tua, kamu sebaiknya sudah mulai mengalokasikan uang untuk berinvestasi sejak usia masih produktif.
Menabung di bank saja tidak cukup, karena menabung bisa membuat nilai uang tergerus akibat inflasi maupun potongan administrasi. Bunga tabungan biasanya hanya berkisar 1-2% saja per tahunnya sebelum pajak, lalu dengan bunga pajak bisa mencapai 20%. Maka mulai mencoba investasi saat anak masih usia kecil perlu dipertimbangkan.
Semoga informasi mengenai persiapan finansial setelah punya anak saat ini dapat membantu kamu menyejahterakan keluarga dan kesehatan keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
It’s My Dream, Not Her! – Sebuah Pelajaran Berharga tentang Rahasia Keuangan Suami Istri
Drama pernikahan Mas Aris dan Kinan di serial Layangan Putus jadi topik yang panas sampai saat ini. Mengangkat isu perselingkuhan dalam pernikahan, serial ini banyak menyimpan pesan dan makna tersendiri, termasuk dari kacamata keuangan.
“Lydia Danira itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini. Kamu sampai transfer berkali-kali ke dia, pakai rekening yang aku sendiri gak tahu lho kamu punya, Mas!”
Kira-kira begitu dialog Mbak Kinan waktu tahu suaminya beli penthouse seharga Rp5 miliar, dan transfer uangnya ke rekening wanita lain. Nah loh, gimana kalau misalnya kamu berdiri di sepatu Kinan? Nyesek, pasti!
Serial Layangan Putus rasanya jadi pukulan telak bagi para pasangan suami istri akan pentingnya keterbukaan soal keuangan keluarga.
Layangan Putus Ajarkan Suami Istri Pentingnya Terbuka Soal Keuangan
Sepenting itu, ya? Penting banget! Dalam rumah tangga, entah itu suami maupun istri harus sama-sama berani dan berkomitmen untuk mengatur keuangan agar tujuan keuangan keluarga dapat dicapai bersama.
Misalnya seperti biaya pendidikan, tagihan listrik, cicilan rumah, atau liburan yang ingin dituju bukan hanya tanggung jawab salah seorang saja. Untuk mengatur keuangan keluarga, suami dan istri merupakan satu tim.
Memang sulit. Apalagi kalau punya masalah kayak Mas Aris di Layangan Putus. Sebagai suami, alih-alih membeberkan seluruh pendapatan dan mengalokasikan untuk keluarga, ia justru punya rekening lain demi menutupi biaya keluar untuk kekasih gelapnya.
Tak hanya di Layangan Putus, di dunia nyata pun konflik yang sering terjadi dalam rumah tangga adalah soal keuangan. Bahkan menurut data dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, 24% pasangan suami istri bercerai akibat masalah keuangan.
Padahal dengan terbuka soal keuangan terhadap pasangan, itu artinya kamu berbagi segala hal terkait kondisi keuangan mulai dari pemasukan hingga setiap detail pengeluaran keluarga. Dengan begitu, setidaknya kamu dapat mengurangi risiko dan ancaman pertengkaran.
Maka perlu diingat, menikah memang bukan cuma soal cinta. Namun lebih dari itu, menikah jadi perjalanan kamu bersama pasangan untuk mencapai tujuan hidup bersama. Kalau sudah punya keyakinan ini, pasangan suami istri akan lebih fokus untuk mewujudkannya.
Manfaat Terbuka Soal Keuangan dengan Pasangan
1. Mencapai Tujuan Keuangan Bersama
Setelah menikah, kamu tentunya punya keinginan atau cita-cita yang ingin dicapai. Misalnya ingin membeli rumah, punya mobil sendiri, persiapan dana pendidikan anak, liburan, atau berinvestasi untuk masa depan.
Dengan terbuka soal keuangan dengan pasangan, kamu bisa merencanakan tujuan keuangan bersama, mengelola dan bekerja sama untuk mencapai target tersebut.
2. Mengetahui arus kas keuangan dalam keluarga
Tentunya setelah memutuskan untuk terbuka, artinya kamu dan pasangan punya hak dan berkewajiban untuk sama-sama mengetahui dan mengatur arus keuangan rumah tangga. Dengan begitu, akan tercapai transparansi dan meminimalkan perselisihan.
Jika ada pengeluaran tambahan di luar alokasi perencanaan keuangan di awal, kamu dan pasangan tidak akan salah paham dan dapat mencari solusi untuk menutupi kekurangan yang ada akibat pengeluaran tersebut.
Nggak seperti Mas Aris di Layangan Putus kan, tahu-tahu keluar duit Rp5 miliar buat beli penthouse. Omo omo!
3. Meningkatkan kepercayaan dan kualitas hubungan
Tak hanya bermanfaat di bidang keuangan, jika pengelolaan keuangan keluarga ini berhasil, rumah tangga kamu dapat lebih harmonis karena kamu dan pasangan lebih percaya satu sama lain dan kualitas hubungan pun meningkat.
Hal ini akan berindikasi pada semangat untuk menyelesaikan perencanaan keuangan dengan baik dan semakin mempercepat terwujudnya impian dan tujuan bersama.
Tip Mengatur Keuangan Keluarga
1. Jangan saling merahasiakan
Keterbukaan adalah koentji, hal mutlak yang tak boleh ditawar. Kisah dalam Layangan Putus bisa kamu jadikan contoh yang tidak untuk ditiru.
Hindari untuk punya rekening rahasia, pengeluaran rahasia, anggaran rahasia, dan rahasia-rahasia lain. Ya mungkin ada alasan kuat untuk berahasia, dan hanya pasangan itu sendirilah yang tahu. Tapi, ingat, hal ini akan meningkatkan risiko masalah di kemudian hari loh.
2. Saling memantau dan mengontrol arus keuangan
Di luar kebutuhan harian, mungkin kamu atau pasangan memiliki keinginan, misalnya tergiur kuliner atau barang impian sedang diskon dan ada cashback. Saat itu terjadi, kamu butuh seseorang untuk mengingatkan agar tidak kebablasan dan berlebihan.
Boleh saja memenuhi keinginan, tapi bukankah kita tetap harus pada alur keuangan yang sudah direncanakan, ya kan? Cukup bahaya jika kamu tidak mengomunikasikan hal ini pada pasangan, dan terus menuruti keinginan kamu saja. Bisa-bisa tabungan untuk keluarga bocor dan sulit untuk di-cover.
3. Buat dana darurat
Rencana penting dalam keuangan rumah tangga salah satunya yaitu membuat alokasi untuk dana darurat. Setelah menikah, kamu mungkin akan menemukan banyak situasi tak terduga yang mengharuskan pengeluaran dadakan.
Jadi, dana darurat di sini sangat berperan untuk menjadi cadangan atau pengeluaran tak terduga di masa depan. Dana darurat juga bisa digunakan apabila cash flow kamu tidak memadai.
Umumnya, jumlah dana darurat dibuat setidaknya untuk 6 kali pengeluaran bulanan di rumah tangga kamu, jika belum ada anak. Kalau sudah anak, maka jumlah ideal juga harus disesuaikan. Nah, simpanlah dana darurat di tempat yang aman. Akan lebih baik jika kamu pisahkan dari rekening utama, agar bisa lebih terkendali. Bisa saja kamu simpan di instrumen investasi yang rendah risiko, misalnya di reksa dana pasar uang. Pastinya bicarakan dulu juga dengan pasanganmu ya.
4. Miliki asuransi sesuai kebutuhan
Dana darurat penting, tapi tak kalah penting lagi untuk pasangan suami istri memiliki asuransi. Untuk awal, kamu bisa penuhi dulu yang paling penting: asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa untuk pencari nafkah.
Terlebih di situasi saat ini di tengah pandemi COVID-19, dana darurat saja tidak cukup untuk menjalani pengobatan ketika virus menghadang keluarga. Belum lagi soal hidup, siapa yang bisa jamin ke depannya? Betul?
Di sinilah pentingnya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
5. Berinvestasi
Adalah penting untuk memiliki tabungan dan investasi untuk masa depan keuangan keluarga. Setidaknya sisihkan setidaknya 10% dari pendapatan bulanan untuk investasi. Mau lebih? Boleh banget!
Dengan investasi, masa depan keluarga kamu dapat lebih aman tentunya dengan pengelolaan yang baik. Investasi juga akan mempercepat kamu mencapai tujuan keuangan bersama pasangan.
6. Evaluasi kondisi keuangan
Tak hanya perencanaan saja yang penting dilakukan untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga. Evaluasi dan cek kondisi keuangan bersama pasangan, apakah sudah sehat atau masih perlu diperbaiki?
Dengan begitu kamu dan pasangan dapat membuat perencanaan keuangan yang lebih baik dan memperbaiki apa yang masih kurang sebelumnya.
Nah, penjelasan di atas soal mengatur keuangan keluarga sudah sangat jelas ya? Perhatikan poin-poin penting di atas, dan mulailah untuk terbuka soal keuangan dengan pasangan kamu. Jangan sampai kisah Mas Aris dan Kinan dari Layangan Putus terjadi di rumah tangga kamu ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pasangan Suami Istri Sandwich Generation Harus Tahu Fakta Ini!
Menjadi sandwich generation itu sudah berat, apalagi kalau status kita sudah berpasangan suami istri. Karena itu, tak heran generasi milenial disebut sebagai generasi yang berbeban berat dan rentan stres.
Dan, hal ini akan terasa lebih berat lagi ketika kita sudah berkeluarga.
Ya, wajar sih. Pasalnya, kebutuhan untuk keluarga pastilah akan lebih besar lagi ketimbang saat kira masih single. Ditambah lagi dengan adanya anak.
Tapi, apa sih sandwich generation itu? Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Lalu, apa yang menyebabkan suami istri bisa menjadi sandwich generation?
Sebelum lanjut, simak dulu yuk, podcast berikut ini.
Nah, sudah jelas ya, apa itu sandwich generation?
Sandwich generation itu adalah kamu yang hidupnya kejepit, antara menanggung kebutuhan hidupmu sendiri (dan keluargamu), dan juga kebutuhan hidup keluarga besarmu—a.k.a orang tuamu.
Apa Penyebab Sandwich Generation?
Ya, sebenarnya apa sih yang bisa menyebabkan sandwich generation ini? Ada setidaknya beberapa faktor, misalnya seperti usia pernikahan yang mundur, sehingga ketika orang tua sudah masuk masa pensiun, anak-anak masih harus sekolah. Saat anak-anak sudah mandiri, orang tua ternyata sudah gagal pensiun sejahtera.
Tetapi sepertinya faktor terbesarnya adalah kurangnya persiapan untuk pensiun dari generasi sebelumnya.
Nyatanya, ada survei juga yang mengungkap bahwa 73% masyarakat memilih untuk bergantung saja pada orang lain—terutama anak-anak mereka—di masa pensiunnya. Hanya 9% saja loh, yang siap untuk pensiun mandiri.
Beban Berat Para Sandwich Generation
Ada satu fakta yang belum banyak disadari hingga saat ini. Mari kita lihat saja dari tradisi yang sudah ada secara turun temurun.
Dalam konteks sebagai sandwich generation, di zaman sekarang cukup lazim ditemukan kelurga dalam satu rumah terdiri atas 3 generasi, yaitu generasi suami istri, generasi anak, lalu generasi orang tua bapak dan/atau ibu.
Sementara sudah banyak perempuan berkeluarga yang memilih untuk tetap bekerja, tetapi tanggung jawab pengasuhan anak dan perawatan orang tua akan tetap lebih banyak ada di pundak para istri.
Sebenarnya, banyak juga suami yang bersedia kebagian peran di sini, tapi tetap saja porsinya lebih banyak pada istri. Sedangkan para suami akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan mencari nafkah bagi keluarga.
Jadi, bisa dibilang nih, istri sudah pasti bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak. Namun, dalam rumah yang berisi 3 generasi itu, tak hanya pengasuhan anak, perempuan (baca: istri) jugalah yang akan merawat orang tua.
Beban pada Istri (?)
Ada penelitian yang menyatakan, bahwa beban perempuan yang sudah menikah itu lebih besar ketimbang pria, meski sama-sama sandwich generation dan sama-sama bekerja. Kok bisa?
Hal ini diungkapkan oleh Cara Williams, yang bekerja di Labour and Household Surveys Analysis Division, dalam jurnalnya yang dirilis tahun 2004, yang menyatakan bahwa beban seorang istri lebih besar daripada suami di dalam keluarga, meski dua-duanya merupakan sandwich generation. Dan, masih banyak yang percaya, bahwa kondisi suami istri sandwich generation ini masih relevan sampai sekarang.
Cara Williams, masih dalam jurnalnya, membagi kegiatan merawat dan mengasuh keluarga ini dalam 4 kategori, yaitu:
- Perawatan dalam rumah, misalnya menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dan lain sebagainya
- Aktivitas di luar rumah, seperti membersihkan pekarangan, memperbaiki rumah, dan sebagainya.
- Transportasi, seperti mengantar kontrol ke dokter, berbelanja, antar jemput, dan sebagainya.
- Kebutuhan pribadi, seperti memandikan, memakaikan baju, dan lain sebagainya.
Kalau dicermati, para suami akan banyak berperan pada kategori transportasi dan sebagian aktivitas di luar rumah. Sedangkan istri biasanya akan punya peran pada perawatan dalam rumah, sedikit aktivitas di luar rumah, dan kebutuhan pribadi. Ini baik berlaku untuk perawatan anak maupun orang tua. Ditambah lagi juga ada kewajiban untuk merawat suami, betul?
Dengan demikian, istri—baik yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah—tetap akan menghabiskan waktu mengurus anak dan orang tua dengan jumlah waktu yang dua kali lipat lebih besar daripada suami. Hal ini juga menjadi kesimpulan dari penelitian Cara Williams.
Nah loh, berarti apakah benar beban istri lebih besar dalam keluarga sandwich generation? Bisa jadi.
Meski demikian, tanpa membesarkan peran satu pihak dan mengecilkan peran pihak yang lain, sudah sewajarnya bagi pasangan suami istri untuk bekerja sama memutus mata rantai sandwich generation ini. Jangan korbankan masa depan anak kita, hanya karena kita yang tidak mandiri.
Solusi Menghentikan Sandwich Generation
Lalu, seperti apa solusinya bagi suami istri yang sama-sama sandwich generation ini?
Mempersiapkan masa pensiun dengan baik adalah satu solusi penting yang harus kita lakukan untuk memutus mata rantai sandwich generation ini. Selain itu, komunikasi juga menjadi hal yang penting, apalagi jika pasangan suami istri sama-sama merupakann sandwich generation. Pembagian peran yang jelas dan adil akan membawa beban tanggungan menjadi lebih ringan.
Selain itu, tentunya, meningkatkan keterampilan mengelola keuangan rumah tangga kedua suami istri.
Nah, soal yang terakhir ini, kamu perlu ajak pasangan kamu untuk belajar bareng. Sama-sama sibuk? Tenang, karena QM Financial punya kok cara belajar asyik buat kamu dan pasangan, tanpa terpatok waktu dan bisa dilakukan secara mandiri. Modulnya lengkap, dan mudah diikuti.
Yuk, bergabung dengan kelas QM Financial di Udemy, Journey for Married Couples.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Beda Cara Belanja Suami dan Istri dan Gimana Menyiasatinya supaya Nggak Bikin Kacau
Namanya juga suami dan istri—yang terdiri atas dua kepala dan dua kepribadian—jadi wajar saja kalau ada perbedaan cara pikir, berperilaku, dan pola menemukan solusi untuk masalah tertentu. Termasuk juga soal mengelola keuangan keluarga, terlebih lagi cara belanja.
Konon, men from Mars, and women from Venus. Kutubnya beda. Tapi, ya karena berbeda itu justru jadinya tarik-menarik. Bener nggak sih?
Terkadang hal ini juga menimbulkan kesulitan tersendiri, dan hal tersebtu harus diakui kan? Kadang juga cuma buat ngobrolin uang yang milik bersama itu saja susah betul. Nggak ketemu-ketemu juga. Dari yang serius, sampai yang sesimpel cara belanja.
Dari situs Ehow disebutkan, bahwa mindset pria dan perempuan memang pada dasarnya berbeda dalam melihat sesuatu secara objektif. Dari cara menyimak katalog jika ada, cara mencari barang, cara membelinya, hingga cara menyimpannya di rumah, semua memang berbeda.
Nah, soal cara belanja ini juga kadang bikin gemas antara pasangan. Mari kita lihat.
Beda Cara Belanja Suami dan Istri
Cara Belanja Istri
Secara tersirat—meski tak pernah ada hukum tertulis—belanja biasanya menjadi ‘kewajiban’ istri. Bahkan hal ini sudah terjadi ketika pertama kali konsep department store diperkenalkan di awal abad ke-20. WomenCertified mengungkapkan fakta, bahwa perempuan menempati 83% konsumen yang berbelanja di department store.
Fakta lain mengungkapkan, bahwa perempuan (baca: istri) berbelanja tak hanya karena membutuhkan barang, tetapi menjadikannya sebagai acara rekreasi dan refreshing. Terutama kalau mereka diberi kesempatan untuk mencoba berbagai baju dan sepatu (apalagi kalau boleh tanpa harus membelinya).
Perempuan suka mendapatkan masukan dari orang lain saat berbelanja. Karena itu, perempuan suka berbelanja ramai-ramai, bareng keluarga atau teman-temannya. Atau, bisa juga dengan banyak bertanya pada pramuniaga toko.
Soal anggaran—meski kadang memang ada waktu-waktu tertentu suka belanja secara impulsif—tetapi rata-rata perempuan itu patuh terhadap bujet yang sudah ditetapkan. Meski mungkin kadang memang terlalu suka belanja, tapi perempuan suka menggunakan voucher atau mencari barang-barang diskon. Dengan demikian, dengan jumlah uang yang sama, mereka akan mendapatkan barang yang lebih banyak.
Perempuan, atau para istri ini, sangat menikmati waktu-waktunya saat sedang menjadi konsumen atau pelanggan toko. Mereka akan melihat-lihat barang, bahkan yang sebenarnya tak ada dalam catatan belanja. Mereka juga suka membandingkan harga. Karena itu, perempuan butuh waktu yang cukup lama untuk berbelanja.
Cara Belanja Suami
Lebih banyak yang bertolak belakang, tetapi pada hakikatnya, cara belanja pria ini melengkapi cara belanja yang dilakukan oleh perempuan loh.
Misalnya saja, hanya 10% dari pria (baca: suami) yang mau belanja makanan, bahan makanan, dan keperluan dapur. Selebihnya, kalau misalnya diajak ke dalam hypermarket, gitu ya, sebagian besar dari mereka akan langsung menuju ke bagian perkakas.
Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, kalau diperbolehkan, mereka akan lebih suka menunggu istri di dekat kasir. Mereka nggak suka jalan-jalan di sepanjang lorong hypermarket, hanya untuk melihat-lihat barang yang sebenarnya tak mereka perlukan.
Para pria cenderung sudah tahu apa yang ingin mereka beli sejak berangkat belanja, sehingga jarang dari mereka memerlukan penjelasan dari pramuniaga toko. Mereka lebih suka berbelanja sendiri dengan efisien. Langsung menuju tempat display barang yang dibutuhkan, ambil yang sesuai apa yang dimau, lalu bayar.
Persamaan Cara Belanja
Meski begitu banyak yang bertolak belakang, tetapi teteup, ada juga yang sama.
Misalnya, meski istri suka melihat-lihat barang dan membanding-bandingkan harga dulu dan suami lebih suka langsung ambil lalu bayar, tapi pria dan perempuan itu sama-sama suka survei dulu sebelum membeli.
Mereka akan melihat-lihat review produk yang diincar di internet. Ini terutama dilakukan untuk barang atau aset yang mahal, seperti elektronik, rumah, atau mobil. Demikian juga ketika hendak membelinya, mereka akan mencobanya dulu. Kalau elektronik, ya mereka sama-sama akan minta pada pramuniaga untuk mendemonstrasikan pemakaiannya. Kalau mobil, ya minta test drive dulu.
Nah, bagaimana denganmu dan pasanganmu? Hal apa yang sangat berbeda di antara kalian kalau soal cara belanja? Share di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Rumah Tangga dalam 3 Fase
Setiap orang memiliki fasenya sendiri-sendiri dalam hidup. Bisa jadi berbeda satu sama lain. Namun, sebagian besar orang pada akhirnya akan mengalami yang namanya fase berkeluarga, membina rumah tangga untuk tujuan bersama dan lebih berbahagia. Dan, salah satu yang sangat berperan untuk mewujudkan tujuan bersama ini adalah perencanaan keuangan.
Fase kehidupan berkeluarga atau berumah tangga itu sendiri juga terbagi ke dalam beberapa bagian, yang kesemuanya butuh ditentukan tujuan keuangan dan perencanaan yang komprehensif. Demi cita-cita bersama dan kualitas hidup yang lebih baik, betul?
Ini dia tahap-tahapnya.
Tahap Perencanaan Keuangan Rumah Tangga
1. Before marriage
Alias, sebelum menikah.
Yes, perencanaan keuangan rumah tangga atau keluarga seharusnya sudah dibicarakan bahkann ketika pasangan belum menikah. Memang sih, selama janur kuning belum melengkung, berbagai hal bisa terjadi. Namun, kita juga harus bersiap ketika janur kuning benar-benar sudah melengkung, kita enggak shock akan dunia baru yang sedang dimasuki.
Faktanya, kehidupan setelah pernikahan memang sangat berbeda dari yang sering dibayangkan ketika masih pacaran. Karenanya, jangan gagal fokus. Pernikahan bukanlah “ending” bahagia, justru merupakan “garis start” untuk fase kehidupan yang baru.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh (calon) pasangan sebelum menikah? Di antaranya—jangan dianggap sepele nih—berkenalan dengan kebiasaan keuangan pasangan. Akan sangat baik adanya ketika kita mengetahui hal ini sebelum pernikahan, sehingga ketika sudah resmi menjadi pasangan suami istri, tak akan ada kejutan yang bikin sport jantung hanya gara-gara satu dua kebiasaan pasangan yang sebelumnya tak kita ketahui.
Di fase ini, ada satu tujuan keuangan yang seharusnya dimiliki, yaitu memiliki bujet pernikahan bersama, dan kemudian membuat rencana untuk mewujudkannya.
2. Newlywed
Alias, pasangan baru.
Sesaat setelah menikah, akan banyak hal baru yang akan dijalani. Jangan salah, meski pacaran sudah cukup lama, tetap saja biasanya ada satu dua hal yang ternyata baru terungkap setelah resmi menjadi suami istri. Semoga sih bukan hal yang buruk ya. Kalau sudah sempat berkenalan dengan kebiasaan keuangan pasangan, itu sudah merupakan awal yang baik.
Dalam fase ini, pasangan suami istri akan belajar untuk hidup bersama. Akan ada banyak perencanaan keuangan rumah tangga yang harus dirumuskan bersama. So, duduk berdua dan mengobrol adalah satu aktivitas yang harus sering-sering dilakukan.
Beberapa tujuan keuangan rumah tangga atau keluarga yang harus segera ditentukan di antaranya adalah:
- Dana rumah pertama
- Dana pendidikan anak
- Dana pensiun
- Dana liburan
- Dana kendaraan
Dan silakan ditambahkan sendiri sesuai kebutuhan dan mimpi masing-masing.
Banyak ya? Tenang. Garis waktunya juga panjang kok. Karena itu, adalah penting untuk punya dan menentukan prioritas.
Jangan lupa juga untuk mendiskusikan berbagai proteksinya ya, mulai dari dana darurat dan juga asuransi untuk keluarga.
3. Old married couple
Alias pasangan suami istri yang sudah puluhan tahun menikah dan membina rumah tangga.
Jangan salah ya, meski sudah lama menikah, pasangan suami istri juga perlu untuk melakukan review terhadap kondisi keuangannya secara periodik. Mengapa? Karena hidup juga nggak akan stagnan begitu-begitu terus. Begitu ada yang berubah, maka pasangan suami istri harus duduk lagi berdua dan ngobrol soal keuangan.
Di fase ini, biasanya anak-anak sudah dewasa. Rumah barangkali juga sudah ada, KPR sudah mulai kelihatan hilal lunasnya, dana pendidikan anak sudah beres. Jika ada satu dua mimpi atau cita-cita yang belum terwujud, ya itu wajar. Kayak misalnya, menikahkan anak. Mau semandiri apa si anak, orang tua biasanya ya teteup … harus mengeluarkan sejumlah biaya. Setidaknya, buat beri bekal atau modal rumah tangga untuk si anak.
Dalam fase ini, ada satu hal yang harus mulai dipikirkan bersama, yaitu rencana waris.
Nah, ternyata, kita tuh enggak boleh berhenti memikirkan keuangan seumur hidup ya? Iya, karena di setiap fase hidup, kebutuhan kita juga akan berubah karena harus menyesuaikan kondisi.
Keuangan rumah tangga menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya beban salah satu saja—meskipun mungkin penghasilan keluarga berasal dari satu pintu. Intinya, mau satu pintu atau banyak pintu, pasangan suami istri harus dapat bekerja sama sebagai tim keuangan, agar tujuan keuangan rumah tangga dan keluarga bisa dicapai dengan baik.
Yuk, ikut kelas Plan for Married Couples! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Perencanaan Keuangan Keluarga: 5 Hal yang Harus Disiapkan Lebih Dulu
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keharmonisan sebuah rumah tangga. Salah satunya soal perencanaan keuangan keluarga.
Begini Caranya Mulai Bicara Uang dengan Pasangan
Kalau ada 1 pertanyaan yang paling sering muncul tentang bicara uang dengan pasangan, biasanya ya pertanyaan ini.
“Bagaimana caranya mulai bicara uang dengan pasangan?”
Ya mulai ngomong aja susah amat?
Ternyata gak gampang yah. Tiap fase yang sedang dilalui tiap pasangan juga akan mempengaruhi pantas tidaknya bicara uang dengan pasangan tersebut.
Kamu ada di fase yang mana?
- BELUM RESMI – pacaran atau taaruf. Pasti bingung kalau tiba-tiba bahas uang. Jadi perlu cek juga timing dan topik yang tepat.
- NEWLYWEDS (<5 tahun) – semakin cepat terjadi pembahasan finansial ini tentu semakin baik.
- OH SO MARRIED COUPLES (6-15 tahun) – ada banyak sekali topik yang harus dibahas rutin, terutama sudah hidup bersama dalam waktu yang cukup panjang.
- OLD MARRIED COUPLES (>16 tahun) – jangan berpikir karena sudah sangat lama bersama, lalu keuangan jadi gak dibahas. Justru dengan bertambahnya usia, berubah kondisi hidup, rencana keuangan perlu revisi.
Ada hal yang menarik dari berbagai fase hubungan ini. Ternyata apapun fase yang sedang kalian lalui, bicara uang ini tetap harus terjadi!
Berikut ini step-by-step topik finansial yang bisa kamu bahas dengan pasangan – apapun fase yang sedang kamu lalui.
Ayo kita mulai bicara uang dengan pasangan!
1. Mari bahas hal yang PRINSIP
Iya. Saat baru mulai bicara uang, hindari bahas yang sifatnya angka. Baru kenal langsung nanya gaji? Gak pas ya! Mari bicara hal yang prinsip dulu. Walau gak harus persis sama, gak harus selalu setuju, kesamaan pemahaman tentang hal yang prinsip akan membantu kedua pihak sadar soal jurang seperti apa yang harus mereka sambung dengan ‘jembatan kompromi’.
Yuk bahas dulu mulai dari konsep nafkah, perempuan dan pilihan bekerja, perjanjian pranikah, dan lain-lain. Ngobrolnya tidak perlu terlalu serius. Selipkan dalam obrolan sehari-hari dan hasil pengamatan dari interaksi bersama.
2. Tempat tinggal
Pertanyaan yang hakiki! Setelah menikah akan tinggal di mana? Apakah akan tinggal bersama – atau karena dinas perlu menjalani LDR? Tinggal di rumah orang tua atau ngontrak dulu? Kapan siap membeli rumah?
Topik tentang tempat tinggal ini begitu pentingnya, karena kita akan menjalani hidup bersama dengan pasangan.
3. Biaya hidup
Setelah menikah, hidup bersama (bahkan saat beda kota karena LDR), maka perlu bahas biaya hidup bersama. Ada pengeluaran harian, mingguan, bulanan hingga tahunan yang harus kita siapkan. Cara kita hidup dan gaya kita hidup akan sangat mempengaruhi besarnya ongkos yang akan ditanggung bersama.
4. Tujuan finansial bersama
Nah kalau yang ini lebih seru. Membahas hidup bersama sama dengan membahas tujuan finansial bersama. Apa cita-cita yang akan kalian capai bersama? Ada target pencapaian dan ada tenggat waktunya. Dengan begitu kalian bisa mengalokasikan dana dengan fokus pada tujuan bersama.
5. Let’s grow together baby!
Tentu saja selanjutnya soal menabung dan berinvestasi. Ini adalah cara untuk pasangan bisa tumbuh bersama secara finansial. Dari tahun ke tahun, perlu ada progress. Hidup kita serba dinamis, maka rencana keuangan pun perlu direvisi secara berkala. Sejalan dengan bertambahnya usia, maka tujuan finansial dan kebutuhan produk investasinya akan bergerak. Mungkin awalnya punya tujuan jangka panjang dengan produk serba agresif. 20 tahun kemudian anak sudah besar, maka tujuan serba jangka pendek dan produk perlu yang konservatif.
Bicara uang dengan cara ini sangat bermanfaat dalam memperkuat fondasi hubungan kamu lho. Kalau pembicaraan sudah mulai terjadi, tentu aksi melakukan pengaturan keuangan bersama akan lebih mudah kita lakukan.
Baca juga artikel tentang cara atur uang dengan pasangan.
Rencana keuangan atau FINANCIAL PLAN untuk pasangan sudah menikah tentu akan berbeda dengan sebelum menikah. Ada banyak elemen yang perlu diperhatikan. Juga ada kalkulasi hitungan tujuan finansial yang lebih kompleks.
Di QM Financial, kami siap menjadi rekanan untuk kalian belajar segala yang finansial. Ada kelas khusus untuk menghitung tujuan-tujuan finansial yang terjadi setelah menikah.
Ini adalah 3 kelas praktis dan bermanfaat yang bisa kamu ikuti sebagai bagian dari seri kelas finansial online QM Financial:
- Plan for Married Couples
- Dana Rumah Pertama
- Dana Pendidikan
Kamu bisa mendaftarkan diri lewat tautan berikut ini.
Selalu ada cara yang asyik untuk belajar finansial bersama QM Financial.
3 Tujuan Keuangan Terpenting yang Harus Dimiliki oleh Setiap Pasangan Suami Istri
Tak bosan-bosannya QM Financial mengingatkanmu untuk selalu punya tujuan keuangan di setiap tahapan journey yang harus kamu jalani. Karena hal ini penting, agar kamu bisa mengelola keuanganmu dengan baik sehingga kamu bisa terhindar dari masalah yang berisiko muncul di kemudian hari dan memberimu kesulitan.
Nah, buat kamu yang sudah berkeluarga, tujuan keuangan ini juga menjadi hal terpenting. Bahkan sangat penting untuk dibicarakan sejak awal pernikahan, alias saat masih berstatus pengantin baru.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu wajib banget untuk melakukan kompromi dan diskusi terkait masa depan keluarga yang hendak kalian bangun bersama sejak dini. Siapa sih yang mengharapkan kegagalan di tengah jalan? Ya kan? Dan suksesnya membangun keluarga itu sangat tergantung pada peran kalian berdua loh. Bukan hanya salah satu.
Tujuan keuangan apa saja yang wajib dibicarakan dan didiskusikan? Ini dia 3 di antaranya yang terpenting.
3 Tujuan Keuangan Pasangan Suami Istri yang Paling Penting
1. Dana melahirkan
Memiliki anak mungkin menjadi salah satu tujuan sebagian besar orang yang kemudian memutuskan menikah dan membangun keluarga. Memang begitulah yang berlaku di Indonesia pada umumnya. Termasuk kamu juga ya?
Namun, punya anak di zaman sekarang itu perlu perencanaan yang matang. Selain menambah kebahagiaan keluarga, anak hadir juga sebagai bentuk kemandirian dan bertanggungjawabnya pasangan suami istri muda.
Karena itu, yuk, rencanakan mulai dari dana melahirkan. Dana melahirkan ini tak hanya berhenti di penyiapan biaya persalinan di rumah sakit saja loh. Apalagi kamu hanya bisa siap dengan biaya lahiran alami. Akan ada peluang, ketika ibu harus melahirkan secara darurat. Ya namanya juga risiko hidup, yang begini juga termasuk di dalamnya.
Lalu, juga ada biaya perawatan bayi baru lahir yang biasanya lebih rumit dan repot, belum lagi biaya pemulihan ibu jika memang diperlukan.
Banyak dong? Iya, karenanya, ayo disiapkan sejak sekarang.
2. Dana rumah
Apakah kamu akan tinggal di rumah orang tua/mertua selamanya? Semoga sih kamu tidak berencana demikian. Walaupun jika memang berencana demikian juga enggak salah, karena pasti ada berbagai pertimbangan yang memengaruhi keputusanmu.
Namun, rata-rata orang yang sudah berkeluarga akan berniat untuk keluar dari rumah orang tua, dan belajar hidup mandiri di rumah sendiri.
So, dana rumah pertama menjadi tujuan keuangan berikutnya yang wajib dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.
Mau beli rumah dengan cara apa? Hard cash? Apakah sudah ada uangnya? Atau mau mengumpulkan dari mana? Atau, dengan pilihan cicilan? Cicilan yang bagaimana? Cicilan developer bisa jadi salah satu opsi, atau opsi yang lain: KPR.
Kalau mau beli rumah secara KPR, maka kamu harus membuat rencana yang matang meliputi skema mengumpulkan DP sampai dengan skema cicilan, memilih produk KPR yang sesuai, dan pastinya, memilih rumah yang pas dengan kebutuhan.
Banyak ya? Iya. Dan, kalau KPR, maka kamu juga harus siap mental untuk berkomitmen selama bertahun-tahun. Nggak gampang loh, tapi pasti bisa jika rencanamu matang.
3. Dana pendidikan anak
Balik lagi ke poin pertama, punya anak berarti siap untuk punya tanggung jawab seumur hidup. Tak hanya dilahirkan, anak memiliki satu hak asasi yang harus dipenuhi oleh orang tua: mendapatkan pendidikan yang layak.
Nah, pendidikan yang “layak” ini adalah sesuatu yang relatif memang ya, bagi setiap keluarga. Bisa jadi standarnya memang berbeda antara satu keluarga dengan yang lain. Namun, yang pasti, setiap keluarga akan selalu yang terbaik untuk anak-anaknya. Betul nggak?
Karenanya, perlu perencanaan dana pendidikan anak yang matang dan komprehensif. Karena seperti halnya dana rumah dengan skema KPR, mengumpulkan dana pendidikan anak hingga mereka bisa sekolah setinggi-tingginya di sekolah terbaik adalah komitmen jangka panjang. Dengan demikian, semakin dini direncanakan semakin baik.
Tentunya, kita enggak hanya berhenti di 3 tujuan keuangan di atas saja, ya kan? Masih ada banyak kebutuhan, keinginan, dan cita-cita lain yang juga mesti diperjuangkan sebagai keluarga. Tapi, setidaknya, kita bisa mulai dari yang 3 terpenting itu dulu, baru kemudian beranjak ke prioritas berikutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan keluarga di Udemy. Ada yang pas banget nih buat kamu, para pasangan usia muda yang hendak menyusun berbagai tujuan keuangan yang penting. Dengan belajar keuangan melalui kursus online Udemy, kamu bisa mendapatkan akses lifetime hanya dengan sekali membeli kursusnya saja. Bisa dapat banyak materi yang bisa diunduh dan video yang bisa ditonton berkali-kali.
Oke kan?
Sampai ketemu di Udemy ya!