Pengin Jadi Orang Mapan, Tumbuhkan Asetmu
Siapa yang enggak mau jadi orang mapan? Kayaknya sih semua orang juga mau mapan. Buktinya, banyak orang tua yang pengin punya mantu idaman yang mapan. Betul enggak nih?
Yah, menjadi orang mapan memang sering dianggap sebagai tujuan hidup yang ideal. Tapi, kayak apa sih “mapan” itu? Apa ciri-ciri orang mapan itu?
Table of Contents
Ciri-Ciri Orang Mapan
Sebenarnya, enggak pernah ada definisi jelas seperti apa orang mapan itu. Bisa dibilang relatif. Seperti halnya orang kaya. Definisi kaya memang tak pernah jelas kan? Kaya itu yang bagaimana? Sekadar punya uang banyak?
Sama juga, orang mapan itu seperti apa? Apakah punya pekerjaan tetap sudah bisa langsung dianggap sebagai mapan?
Kalau melihat di sekitar kita, mungkin bisa didefinisikan bahwa ciri-ciri orang mapan itu di antaranya adalah:
- Stabil secara finansial, memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan bisa menabung dan berinvestasi secara rutin.
- Punya aset yang berkembang, seperti properti, investasi, atau tabungan yang terus bertambah nilainya.
- Punya manajemen utang yang baik, mampu mengelola utang dengan bijak, termasuk membayar cicilan tepat waktu.
- Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau investasi untuk masa depan.
- Sudah memiliki asuransi atau dana darurat yang cukup untuk menghadapi risiko tak terduga.
- Mampu membantu orang lain atau berdonasi tanpa mengorbankan kestabilan keuangannya.
- Punya gaya hidup sesuai kemampuan, enggak boros, dan dapat menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan.
Nah, gimana, apakah kamu setuju dengan ciri-ciri orang mapan seperti yang digambarkan di atas?
Kalau dilihat-lihat, ada satu ciri yang terutama sangat mendefinisikan arti mapan itu sendiri, yakni punya aset yang berkembang.
Setiap orang boleh saja memiliki standar berbeda tentang kemapanan, tetapi indikator utamanya adalah pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. Pasalnya, pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Aset yang terus bertambah memberikan keamanan finansial untuk menghadapi kebutuhan masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, atau pensiun, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pendapatan aktif.
Selain itu, kalau asetnya bertumbuh, itu artinya yang bersangkutan mampu memanfaatkan penghasilannya secara efisien dan punya kemampuan berinvestasi. Kondisi ini membantu menciptakan cadangan keuangan yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi darurat atau peluang besar.
Aset yang berkembang juga memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup, seperti memulai bisnis, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau pensiun lebih awal.
Nah, jadi sekarang sudah tahu ya, gimana caranya mencari tahu apakah seseorang itu bisa dibilang mapan atau enggak. Coba tanyakan asetnya.
Baca juga: 8 Aset yang Bekerja untuk Kita dan Bisa Mendatangkan Penghasilan
Cara Menumbuhkan Aset agar Cita-Cita Mapan Tercapai
Terus, kalau cita-citanya pengin jadi orang mapan dengan aset yang bertumbuh, gimana caranya? Yuk, kita lihat.
1. Buat Rencana Keuangan
Rencana keuangan adalah kunci untuk mencapai segala jenis cita-cita, termasuk jadi orang mapan. So, tentukan tujuan keuanganmu berdasarkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan begitu, kamu pun dapat lebih mudah menyusun prioritas dan menentukan langkah yang sesuai.
Rencana keuangan yang baik mencakup alokasi penghasilan, pengelolaan pengeluaran, dan strategi menabung atau berinvestasi. Misalnya, untuk jangka pendek, fokus pada pengelolaan dana darurat dan pembayaran utang berbunga tinggi. Untuk jangka menengah, alokasikan sebagian dana ke investasi rendah hingga menengah risiko.
Sedangkan untuk jangka panjang, pilih instrumen investasi yang dapat memberikan hasil optimal seperti saham atau properti. Langkah ini memastikan aset bertambah sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Pilih Instrumen Investasi sesuai Profil Risiko dan Kebutuhan
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Hal ini dapat memengaruhi jenis investasi yang ideal. Kalau enggak sesuai, aset akan sulit bertumbuh. Jadi, coba cari tahu profil risikomu sendiri, sebelum menentukan instrumen investasinya ya.
Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan juga menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Misalnya, untuk kebutuhan jangka pendek, hasil akan lebih optimal dengan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi investasi juga penting untuk meminimalkan risiko, misalnya dengan mengalokasikan dana ke berbagai sektor atau jenis aset. Dengan strategi ini, pertumbuhan aset untuk jadi orang mapan akan lebih stabil dan terencana.
3. Kelola Utang
Mengelola utang dengan bijak adalah kunci untuk memastikan aset dapat terus bertumbuh. So, pembayaran utang harus jadi prioritas.
Hindari mengambil utang konsumtif yang enggak signifikan untuk tujuan jangka panjang. Jadi, jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal produktif.
Selalu evaluasi kemampuan membayar cicilan dengan mempertimbangkan rasio utang terhadap pendapatan. Rasio ideal adalah maksimal 30% dari total penghasilan bulanan. Dengan pengelolaan yang cermat, utang dapat menjadi alat keuangan yang mendukung pertumbuhan aset, bukan menjadi beban yang menghambatnya.
4. Tingkatkan Pendapatan
Meningkatkan pendapatan juga perlu, sehingga mempercepat pertumbuuhan asetmu. Jadi, mulailah dengan mengeksplorasi peluang pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan. Pekerjaan tambahan ini juga dapat membuka peluang baru untuk memperluas jaringan profesional loh.
Gunakan pendapatan tambahan ini secara bijak, untuk mencapai cita-cita jadi orang mapan dengan lebih cepat. Alokasikan sebagian untuk investasi atau menambah aset produktif.
5. Lindungi Aset dengan Asuransi
Last but not least, penting juga bagi kamu untuk melindungi aset dengan asuransi. Asuransi memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial akibat berbagai kejadian, seperti bencana alam, kecelakaan, kerusakan properti, atau masalah kesehatan yang membutuhkan biaya besar.
Tanpa asuransi, biaya tak terduga ini dapat mengganggu keuangan. Boro-boro bisa tercapai cita-cita jadi orang mapan. Bisa jadi aset malah berkurang kalau kamu enggak punya asuransi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Jadi orang mapan itu bukan cuma soal penghasilan, tetapi bagaimana mengelola dan menumbuhkan aset dengan bijak. Dengan langkah yang tepat, kestabilan keuangan dan masa depan yang lebih cerah dapat dicapai.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bebas Finansial atau Mau Jadi Orang Kaya? Mending yang Mana?
Kalau ditanya, menjadi kaya itu memang lebih populer ketimbang menjadi bebas finansial. Bahkan kenal dengan seorang anak kecil yang kalau ditanya cita-citanya saat sudah besar nanti mau jadi apa, jawabannya, “Mau jadi horang kayah!”
Memang, jadi kaya itu impian semua orang, kalau boleh digeneralisasi. Memangnya ada yang enggak mau kaya?
Mungkin saja hal ini karena adanya anggapan, bahwa dengan jadi kaya, kita bebas melakukan sesuatu. Mau apa pun bisa, mau melakukan apa saja juga bisa. Kalau jadi orang kaya, bisa jadi punya banyak privilege, berbagai peluang pun terbuka dengan lebar.
Bahkan sudah jadi idiom: lu punya uang, lu punya kuasa.
Kaum mendang mending, mana nih suaranya? Kamu memilih jadi orang kaya, atau pengin bebas finansial? Apa sih yang terlintas di benakmu kalau mendengar istilah ‘bebas finansial’? Sebebas apa, memangnya?
Apa Sih Sebenarnya Definisi Kaya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kaya” diartikan sebagai kepemilikan harta berlimpah, termasuk uang serta barang-barang mewah atau berharga. Namun, penting untuk memahami bahwa kekayaan bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada situasi, konteks, dan lokasi seseorang.
Sebagai contoh, seseorang mungkin dianggap kaya jika memiliki serangkaian mobil mewah, properti di berbagai kota, atau bahkan jet pribadi. Ini menunjukkan bahwa penilaian kekayaan sering kali berdasarkan pada aset yang terlihat secara fisik. Namun, realitas yang tersembunyi di balik barisan mobil mewah, properti yang beragam, atau jet pribadi, itu adalah misteri dan enggak sepenuhnya diketahui.
Bagaimana dengan Bebas Finansial?
“Bebas” berarti tidak ada yang mengikat kita, dan “finansial” berhubungan dengan uang. Jadi, “bebas finansial” sederhananya berarti kita enggak terikat oleh uang.
Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad, Poor Dad bilang, kalau kita bebas finansial, kita enggak punya masalah keuangan, dan bisa lakukan hal yang kita mau. Kita enggak takut kehabisan uang saat melakukan kegiatan karena kita sudah punya cukup uang untuk hidup sehari-hari.
Kalau kita sudah bebas finansial, kita bisa memilih untuk tidak kerja kapan saja. Mau berhenti kerja hari itu juga, silakan! Kita melakukan hal-hal bukan untuk dapat bayaran. Jadi, tidak masalah kalau kita tidak kerja satu hari, satu bulan, atau bahkan lebih lama. Uang untuk kebutuhan sehari-hari sudah ada.
Dan kalau kita ingin beli sesuatu, kita tidak perlu cemas, karena uangnya sudah ada.
Kaya versus Bebas Finansial
Jadi, gimana nih kesimpulannya?
“Kaya” dan “bebas finansial” bisa terdengar sama, tapi sebenarnya berbeda.
Ketika kita bilang seseorang itu “kaya”, biasanya kita maksudkan mereka punya banyak uang atau barang berharga. Mereka mungkin punya rumah besar, mobil mewah, dan bisa beli apa saja yang mereka inginkan. Tapi, kadang-kadang orang kaya masih merasa mereka harus terus bekerja keras untuk menjaga kekayaan mereka. Jadi, meskipun mereka punya banyak harta, mereka belum tentu merasa “bebas”.
Sementara itu, “bebas finansial” lebih ke arah bisa hidup nyaman tanpa khawatir tentang uang. Orang yang bebas finansial mungkin tidak selalu kaya, sesuai dengan standar orang banyak, tetapi mereka punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tidak stres memikirkan uang. Mereka bisa memilih tidak bekerja setiap hari, tetapi masih bisa menikmati hidup. Mungkin dengan pergi liburan atau menghabiskan waktu dengan keluarga, karena mereka sudah merencanakan keuangan dengan baik.
Jadi, intinya, “kaya” itu lebih banyak tentang berapa banyak harta yang kita punya, sedangkan “bebas finansial” itu tentang bagaimana perasaan kita terhadap uang dan hidup kita.
Seseorang bisa kaya tetapi belum tentu bebas finansial, dan sebaliknya, bisa jadi bebas finansial tanpa harus sangat kaya. Yang terpenting dalam bebas finansial adalah kita bisa hidup dengan nyaman dan melakukan hal-hal yang kita suka tanpa khawatir tentang uang.
Apakah lantas salah, kalau memilih kaya? Enggak juga. Kan, masing-masing boleh memilih sesuai kondisi dan kemampuan.
Jadi, Mau yang Mana?
Memutuskan antara ingin kaya atau bebas finansial itu penting, dan pilihannya bisa berbeda untuk setiap orang. Berikut beberapa tip sederhana untuk membantu kamu membuat keputusan.
Pahami Apa yang Kamu Inginkan
Kalau kamu ingin “kaya”, mungkin kamu berpikir tentang memiliki banyak uang, rumah mewah, mobil keren, dan liburan mahal. Ini tentang memiliki banyak barang dan status.
Kalau kamu ingin “bebas finansial”, kamu mungkin lebih suka hidup tanpa stres tentang uang. Kamu ingin cukup uang untuk hidup nyaman, bisa melakukan hal-hal yang kamu sukai, dan tidak khawatir tentang tagihan atau utang.
Tentukan yang mana yang kamu inginkan, lalu jadikanlah sebagai tujuan.
Tentukan Prioritasmu
Pikirkan apa yang paling penting buat kamu. Apakah kamu lebih senang memiliki banyak barang atau lebih senang punya waktu luang dan ketenangan pikiran?
Rencanakan dengan Baik
Baik ingin kaya atau bebas finansial, kamu harus punya rencana. Ini bisa berarti menabung, berinvestasi, dan belajar cara mengelola uangmu dengan bijak.
Ingat Keseimbangan Hidup
Kaya atau bebas finansial, ingatlah bahwa uang bukan segalanya—meskipun memang, untuk bisa segalanya, kamu akan butuh uang. Namun, ada yang perlu diingat selain uang. Hubungan, kesehatan, dan kebahagiaan juga sangat penting.
Buat Keputusan yang Sesuai dengan Nilai Hidupmu
Tidak ada yang salah dengan memilih pengin kaya ataupun bebas finansial. Pikirkan nilai-nilai apa yang paling penting bagimu dalam hidup. Apakah itu keluarga, kebebasan, kesuksesan, atau sesuatu yang lain? Biarkan nilai-nilai ini membimbing keputusanmu.
Setiap orang beda, jadi penting untuk memilih apa yang membuatmu paling bahagia dan nyaman. Tidak ada jawaban yang salah antara mau kaya atau bebas finansial, yang penting adalah kamu menemukan apa yang pas buat kamu dan kehidupanmu.
Dan yang harus selalu diingat: bahwa semua butuh proses. Mau kaya atau bebas finansial, kamu perlu untuk membuat rencana dan berproses. Karena, tidak pernah ada yang instan di dunia ini. Mi instan saja perlu diseduh, ya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Fenomena Flexing Crazy Rich, dan Bagaimana Seharusnya ‘Bersikap Kaya’
Istilah “flexing” dan “crazy rich” belakangan populer, terutama di media sosial mengikuti beberapa kehebohan yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya, apa sih arti flexing ini?
Kata “flex” sendiri sebenarnya termasuk dalam bahasa Inggris slang, yang artinya ‘show off’, atau pamer.
Mengutip dari dictionary.com:
Flex is a slang term meaning “to show off,” whether it be your physique, your belongings, or some other thing you consider superior to those of others.
Kenapa ya, ini bisa terjadi?
Fenomena Flexing
Menurut Rhenald Kasali, seorang tokoh ekonom Indonesia dalam sebuah wawancaranya, konsep flexing dewasa ini cenderung terjadi untuk memamerkan sesuatu yang dimiliki.
Definisi ‘kaya’ sendiri, menurut Rhenald Kasali, ada beberapa kategori. Yang pertama adalah mereka yang benar-benar kaya dan ingin menikmati hasilnya. Yang kedua adalah kaya tetapi pelit. Yang ketiga, kaya tapi tetap tampil sederhana dan tidak pelit. Tetapi, ada juga yang sebenarnya belum mampu tetapi memperlihatkan kondisi yang berbeda kepada orang lain, dengan tujuan tertentu.
Perkembangan media sosial sepertinya ikut andil dalam mengembangkan definisi flexing dan munculnya crazy rich ini. Bagaimanapun, media sosial dan kamera akhir-akhir ini memang menjadi alat manipulasi, terlepas dari efek baik dan buruknya.
Fake It Till You Make It
Sebenarnya konsep flexing crazy rich yang belakangan ramai ini bukanlah fenomena baru. Di Amerika Serikat pun ada istilah ‘Fake it till you make it”.
Ingat apa yang terjadi seperti yang diceritakan oleh film The Tinder Swindler? Simon Leviev menyewa mobil mewah, memakai baju branded, bepergian naik business class atau sewa jet pribadi, demi bisa masuk ke sirkel orang kaya dan borjuis. Dengan penampilan yang meyakinkan, dia berharap agar calon (korban) ‘pelanggan’ percaya padanya. Terlepas dari sumber daya dan tujuan jahatnya ya.
Hal yang sama kerap dilakukan oleh banyak orang. Pakai mobil mewah (ternyata sewaan), nongkrong di kelab-kelab mahal (dan bayar dengan gesek kartu kredit dengan cicilan minimum payment), networking dengan orang-orang sukses dan kaya. Harapannya, berhasil mendapatkan proyek atau pekerjaan yang diinginkan.
Apakah itu salah? Yah, silakan dijawab masing-masing.
Hal yang sama juga terjadi belakangan. Pamer harta dan kekayaan, yang kemudian diharapkan bisa menarik minat orang lain untuk mengikuti jejaknya; menjadi magnet untuk (calon) pelanggan atau customer, dan kemudian terjadilah deal.
Pamernya adalah strategi marketing. Terlepas dari produk apa pun yang dipasarkannya, dan juga apa intensinya.
Sikap Seorang yang Kaya ‘Beneran’
Jadi, sebenernya, seperti apa sih sikap seorang yang kaya ‘beneran’? Dari laman Sikapiuangmu Otoritas Jasa Keuangan, berikut beberapa perbedaan nyata dari “pura-pura kaya” dan beneran seorang crazy rich.
1. Malas bahas kekayaannya
Kecenderungannya adalah para crazy rich ini justru menghindari topik-topik yang “mengharuskan” mereka untuk bercerita mengenai kekayaannya. Dalam penampilan sehari-hari, mereka cenderung santai dan tampil apa adanya.
2. Menabung itu kewajiban
Warren Buffett pernah bilang, bahwa sepertiga dari penghasilan kita seharusnya dialokasikan ke tabungan. Nggak peduli sudah seberapa banyak asetnya, menabung adalah kewajiban.
Menabung adalah hal yang enggak boleh dilupakan, atau ditaruh di prioritas terakhir.
3. Fokus pada investasi
Dan menomorduakan konsumsi. Para crazy rich beneran akan lebih baik mengalokasikan dana ke instrumen investasi yang dinilainya berpotensi mengembalikan keuntungan. Bisa saham, obligasi, atau juga mengembangkan bisnisnya sendiri.
4. Berhemat di setiap pengeluaran
Crazy rich beneran akan memiliki strategi untuk arus kasnya. Nggak semata-mata punya uang banyak lalu bebas membeli atau memakai berbagai barang mewah dan mahal.
Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, bahkan harus “dipaksa” oleh anak buahnya untuk membeli mobil baru, untuk menggantikan mobil tuanya yang sudah bobrok. Konon, ia juga lebih memilih untuk mengalih rupa laci meja rias menjadi tempat tidur bayi, ketimbang membeli yang baru untuk anak pertamanya.
Begitu juga dengan Mark Zuckerberg, yang punya koleksi kaus berwarna abu-abu misty satu lemari penuh untuk dipakai sehari-hari, alih-alih memakai baju branded.
Hemat berbeda dengan pelit lho. Berhemat artinya dengan nominal yang sama, kamu bisa mendapatkan manfaat dan kualitas yang sama dengan kalau harus mengeluarkan uang lebih besar.
5. Memiliki passive income dari aset
Ini jugalah yang membedakan para crazy rich beneran dengan yang hanya flexing belaka. Aset biasanya dibeli untuk kemudian bisa “dikaryakan” untuk menghasilkan pendapatan pasif yang baru, alih-alih hanya dimanfaatkan untuk sekadar dipamerkan.
So, buat kamu yang pengin jadi crazy rich juga, enggak masalah kok bercita-cita jadi kaya. Pastikan saja kamu mencapai tujuanmu itu dengan halal dan tidak merugikan orang lain.
Yang pasti sih, kamu harus mempunyai berbagai kebiasaan baik terkait keuangan. Apa saja?
Kebiasaan Baik yang Harus Dimiliki oleh (Calon) Crazy Rich
1. Miliki tujuan keuangan
“Jadi kaya” sebenarnya bukan tujuan keuangan yang ideal. Mengapa? Karena tidak terukur. Kaya yang bagaimana? Kaya yang punya tabungan miliaran rupiah? Punya aset triliunan? Punya seabrek perusahaan? Karena tidak terukur, maka juga akan sulit untuk terealisasi. Pun, sulit untuk diketahui tingkat kesehatannya. Iya, punya banyak tabungan. Tapi, jangan-jangan utangnya juga segunung?
So, milikilah tujuan keuangan yang jelas. Misalnya, punya dana pensiun Rp7 miliar di usia 60 tahun nanti, sehingga bisa jadi jaminan hidup pensiun yang sejahtera. Pastikan ada “judul”, nominal, dan jangka waktu dalam tujuan keuangan tersebut. Sesuaikan juga dengan kondisi dan kemampuan masing-masing, agar nantinya bisa ditentukan strateginya, dan terukur.
2. Disiplin
Dengan kekayaan yang melimpah, akan mudah bagi crazy rich untuk tergoda menghamburkannya untuk hal-hal yang kurang penting. Karena itu, disiplin akan menjadi kunci.
Selalu kembali pada kebutuhan dan tujuan keuangan yang sudah kamu tentukan. Dengan demikian, biasanya kita kemudian akan dapat memilah, mana yang memang butuh, mana yang keinginan belaka.
3. Pendapatan aktif untuk penghasilan pasif
Orang boleh saja qerja bagai quda. Tetapi, kalau kamu berniat untuk menjadi seorang crazy rich, maka sebaiknya kamu fokus untuk membangun aset dengan penghasilan aktif kamu. Dengan demikian, nantinya, kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset-aset yang sudah ada.
Disiplin untuk mengalokasikan penghasilan aktif ke investasi, minimal 10%.
4. Review keuangan secara berkala
Para crazy rich tahu, bahwa setiap tahun akan ada alokasi keuangan yang berubah; penghasilan berubah, pengeluaran bisa juga berbeda. Karena itu, review keuangan secara berkala sangatlah penting.
Hasil dari review keuangan bisa menjadi evaluasi untuk memperbaiki kondisi finansial, sehingga ke depannya bisa lebih baik lagi.
Itu dia beberapa kebiasaan yang seharusnya dimiliki oleh kamu yang bercita-cita menjadi crazy rich beneran. Gimana? Kamu sudah melakukan semuanya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!