7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
Namanya juga generasi kekinian, manusia modern. Kalau enggak punya gaya hidup yang sesuai dengan zamannya ya jadinya enggak edgy, kurang gaul, dan kudet.
Betul enggak?
Tapi, ternyata gaya hidup nan edgy dan kekinian itu butuh modal. Kadang ya enggak sedikit. Ya, bisa saja sih cuma Rp20.000 – Rp50.000, tapi kalau tiap hari…? Waduw banget kan? Sebulan berapa dong? Hitung sendiri saja deh.
Memangnya apa saja sih pengeluaran gaya hidup yang mesti diwaspadai ini? Mari kita lihat.
7 Pengeluaran gaya hidup kekinian nan edgy yang bisa bikin dompet jebol
1. Pesan makanan online
Halo, makan siang kekinian yang tinggal tunggu aja di rumah/di kantor! Orang sibuk ini, malas banget masak sendiri. Enggak ada waktu buat masak, ketimbang akhirnya enggak makan ya sudahlah, pesan layan antar saja.
Alasan aja sih itu.
Ya enggak apa sih. Tapi kalau ini terjadi setiap hari …. hmmmm. Tabungan apa kabar, topup terus?
Minimal kalau pesan online itu kan ada ongkos kirim ya? Rp4.000 sampai Rp10.000-lah, paling enggak, kalau kita bisa milih makanan yang deket-deket aja. Ya, bisa sih, milih yang bebas ongkos kirim. Tapi enggak semua makanan yang kita doyan atau pengin lagi ada promo free ongkir kan?
Seminggu aja, sudah Rp70.000 dong habis buat ongkir doang. Itu kan bisa dipakai buat beli beras 5 kg lo!
Pernah bandingin juga, beli roti bakar di aplikasi Rp15.000. Setelah disamperin sendiri, ternyata harga aslinya cuma Rp11.000. Yha! Selisih Rp4.000 ternyata, antara pesan via ojol sama kalau kita langsung datang ke kiosnya. Ha! Kalau sehari 3 kali dapat selisih Rp4.000 berarti dapat Rp12.000 dong ya. Dikali 30? Jadi berapa?
2. Belanja skincare
Enggak ada yang bilang kalau skincare itu enggak penting. Mungkin semua perempuan juga setuju kalau kita butuh banget skincare. Ya, siapa yang mau punya kulit kusam, kering, keriput, dan beruam-ruam?
Tapi ya, ya masa setiap kali beauty vlogger junjungan ngepost review skincare terbaru lantas kamu pun harus ikutan pake juga sih? Tanpa pertimbangan, apa memang butuh atau hanya pengin beli? Atau, seenggaknya coba perhatikan stok skincare kamu. Jangan-jangan malah masih banyak kemasan yang belum sempat dibuka juga.
3. Belanja online
Semakin ke sini, makin gampang juga buat belanja, yes? Apalagi kalau lagi ada momen-momen tertentu, kayak Harbolnas, atau Black Friday. Duh, diskon-diskon gede berceceran sana-sini!
Belum lagi program-program khusus masing-masing online shop–gratis ongkir dengan minimum pembelianlah, cashback untuk pembelian kedualah, buy 1 get 2-lah ….
Akhirnya, demi “memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku”, yang tadinya cuma butuh satu, jadi beli dua. Demi bisa dapat diskon, atau untuk dapetin cashback.
Yang tadinya belum terlalu butuh, jadi butuh banget!
4. Ngopi di kafe
Gaya hidup kekinian yang sudah bisa bekerja secara remote, akhirnya juga butuh modal gede lo.
Kerja di rumah, rentan ngantuk. Penginnya rebahan aja terus. Supaya semangat, berangkat deh ke kedai kopi langganan. Kalau cuma numpang wifi doang, ya kayaknya enggak enak sama mas baristanya. Ya, udah deh, pesan kopi secangkir. Rp30.000 – Rp50.000 pun keluar dari dompet.
Sejam dua jam, kayaknya sekalian pesan makan siang deh. Coba cari menu yang paling murah, Rp60.000 – Rp100.000.
Enggak kerasa, begitu kerjaan selesai, close bill dengan tertera angka Rp300.000.
Kalau tiap hari, sebulan berarti keluarin uang Rp7.500.000, minimal, buat suntikan semangat kerja ini ya? Hmmm …. Padahal fee dari kerjaan berapa sih?
5. Nonton film di bioskop
Jadi moviegoers sekarang lagi ngetren ya. Kayaknya seru aja gitu ikut nimbrung di thread-thread review milik akun-akun khusus film itu. Dilihat teman-teman kayaknya juga kekinian banget, kalau bisa update film bioskop terbaru.
Pun kayaknya seru abis kalau bisa kasih spoiler duluan dibanding yang lain. Ha!
Maka, kalau ada film terbaru harus nonton di hari pertama!
Padahal film baru biasanya datang di setiap minggu. Sekali ganti, bisa 5 – 7 film. Kalau lantas setiap minggu maraton film, 3 – 5 film demi label moviegoers ya mesti waspada juga dompet terkuras.
6. Membership pusat kebugaran
Ini sih bagus, kan demi tubuh yang sehat! Apalagi kesadaran untuk punya gaya hidup sehat sekarang juga makin baik.
Sayangnya, kadang kita cuma rajin ke gym ini selama beberapa bulan pertama aja, tapi bayar membership tahunan. Pasalnya, kalau bayar setahun sekalian bisa dapat gratis keanggotaan sebulan.
Nah lo. Kalau gini, bisa dibilang hemat sebulan enggak sih?
7. Langganan streaming musik/film
Yah, ini juga enggak masalah juga sebenarnya, kalau memang kita butuhkan. Tapi, perlu dipertimbangkan juga dengan masak-masak.
Streaming musik, misalnya. Kalau enggak berlangganan, paling kan hanya dilewati iklan kan ya? Atau, enggak bsa didownload lagunya. Kira-kira mengganggu enggak sih? Kalau misalnya ini enggak mengganggu atau bikin masalah, baiknya ya pertimbangkan saja langganan streaming ini.
Rp50.000 – Rp100.000 per bulan lumayan juga kan?
Nah, jadi, gaya hidup mana yang masih jadi “masalah keuangan” buatmu sampai sekarang?
Ada baiknya, mulai menata gaya hidup kamu lagi, supaya tahun 2020 ini kondisi keuanganmu lebih baik. Bisa kok, bisa! Pasti bisa. Bijaklah dalam mengelola uangmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Sebenarnya Mubazir dan Bikin Bocor Halus
Ya ampun, punya gaji kok 25 koma 1. Gajian tanggal 25 koma di tanggal 1. Apa yang salah? Perasaan, semua sudah baik-baik saja, atur pos pengeluaran juga sudah oke. Yang wajib-wajib dulu–cicilan, investasi, operasional, iuran anggota … sebentar, iuran anggota? Iya, anggota klub hobi, membership gym, arisan …
Hmmm, ini nih. Kadang ya, sebagai karyawan, kita sudah berusaha atur cash flow sesuai dengan yang disarankan. Tapi, si bocor-bocor halus kadang teteup aja ada. Bocor halus artinya kondisi saat kita merasa enggak boros, tapi duit hilang aja gitu dari dompet.
Kalau kata Mbak Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial, adanya bocor halus ini berarti menandakan kita masih belum gape mengatur cash flow. Nah lo. Berarti ayo, belajar lagi.
Untuk bisa mengatasi si bocor halus, maka kita mesti tahu dulu penyebabnya. Kalau bocor halus di ban mobil, kita mesti nyari bolongnya di mana. Kalau bocor halus di pengeluaran? Ya, berarti kita harus cari tahu, pos pengeluaran mana yang mubazir?
Sebagai karyawan, kita memang akan banyak mengeluarkan uang sehari-hari, mulai bangun pagi hingga nanti akhir hari. Masih juga ada pengeluaran bulanan hingga tahunan. Ayo, kita lihat.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Mubazir
1. Membership gym
Niatnya bagus sih, pengin hidup sehat. Tapi, kalau olahraga sendirian aja, kurang asyik ah. Enakan sekalian aja jadi anggota pusat kebugaran. So, apply deh membership di gym yang oke. Ada iuran administrasi, besarnya sih variatif. Salah satu gym–dari hasil penelusuran–mematok harga Rp700.000 sebagai “mahar” pertama. Lalu, ada iuran anggota sebesar Rp300.000 setiap bulan.
Sekalian deh, membership di fasilitas kolam renangnya juga. Sekali datang sih Rp250.000. Tapi kalau pakai membership, tiap bulan Rp170.000 aja.
Tapi oh tapi, ke gym-nya cuma rajin di 4 bulan pertama aja. Setelah itu, duh, sibuk. Nggak sempat olahraga di gym. Yoga di rumah pakai Youtube, cukuplah.
Terus, membership di gym-nya gimana? Ya udah tetap iuran aja deh, siapa tahu nanti-nanti mau rajin lagi.
Duh, duh. Sungguh pos pengeluaran yang mubazir, Kakak.
2. TV kabel
Maunya sih cari hiburan. Tapi yang bisa di rumah saja. TV kabel jadi pilihan. Tapi … hmmm. Kok channel-channelnya kurang oke ya? Upgrade layanan ah, biar dapat channel yang nayangin film-film box office.
Tapi, akhirnya apa yang terjadi? Lebih banyak nonton Youtube atau Netflix. Akhir pekan? Nonton di bioskop dong, sama teman-teman.
Nonton TV kabelnya kapan?
Padahal pos pengeluaran langganan TV kabel tiap bulannya ini lumayan juga lo. Bisa sampai sekian ratus ribu kan? Iya sih, memang sekalian dengan fasilitas wifi internet yang kenceng. Tapi kalau memang enggak butuh TV kabel, coba cari informasi, apakah kita bisa langganan internetnya aja, terus Youtube-an aja atau Netflix-an aja.
3. Langganan bulanan
Langganan bulanan apa? Majalah? Koran? Aplikasi musik online?
Kalau seumpama nih, baca-baca online saja, kira-kira cukup enggak? Banyak majalah dan koran punya versi online-nya kan? Yang berlangganan ada sih, tapi yang bisa dibaca gratisan juga banyak. Tinggal kita saja yang harus bijak memilih bacaan–yang sebenarnya harus kita lakukan baik ketika membaca media offline maupun online.
Selain itu, pos pengeluaran berlangganan aplikasi musik online juga sepenting itukah? Pilihannya adalah, kalau kita enggak berlangganan, maka akan ada beberapa iklan lewat. Kalau misalkan iklan nggak terasa mengganggu, sepertinya pilihan untuk dengarkan secara gratis aja, nggak masalah kan?
Berlangganan majalah bisa jadi sekian ratus ribu per bulan. Berlangganan aplikasi musik beberapa puluh ribu. Nah, kalau kedua pos pengeluaran yang tak perlu ini dikurangi, lumayan banget kan buat beli reksa dana?
4. Beli boba, kopi kekinian, atau air mineral
Berangkat ke kantor, pilihannya ada dua: beli boba atau beli kopsus alias kopi susu ya? Kemarin sudah menikmati boba, hari ini kayaknya pilihan jatuh ke segelas plastik kopi susu. Oh, jangan lupa juga beli air mineral di minimarket terdekat, kan harus memenuhi kebutuhan tubuh akan air sebanyak 8 gelas sehari, bukan?
Well, coba deh. Beli tumbler yang bagus, lalu bikin kopi sendiri di rumah dan bawa ke kantor. Air mineral juga bisa bawa sendiri dari rumah kan? Beli galon–kalau nggak malah bisa rebus air sendiri dari PAM, lalu isi tumbler yang lain.
Pos pengeluaran untuk boba, kopsus dan air mineral pun bisa dicoret dari anggaran.
5. Belanja di supermarket
Supermarket–apalagi yang berada di dalam mal–memang menyimpan kenyamanan buat belanja. Makanya, banyak yang lebih hepi kalau belanja di supermarket.
Tapi, suasana yang nyaman ini juga costly pada pos pengeluaran lo, karena harga-harga di supermarket tentunya lebih mahal ketimbang harga barang di pasar tradisional. Selisihnya lumayan, satu barang bisa ada selisih harga antara Rp3.000 hingga belasan ribu, dikalikan dengan jumlah barangnya jadi berapa? Pernah nggak menghitung selisih ini?
Pasar tradisional dewasa ini banyak dibangun pemerintah lo. Tak lagi berkesan becek dan jorok, bahkan ada yang bangunannya sudah mirip pusat perbelanjaan. Minus AC saja barangkali, tapi untuk selisih harga yang bisa menyelamatkan pos pengeluaran, ya mengapa nggak belanja aja di pasar tradisional?
Nah, apakah beberapa pos pengeluaran di atas masih ada dalam anggaran bulan ini? Kalau iya, yuk, diatur lagi, supaya bulan depan bisa dikurangi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.