Bisnis Kecil Harus Survive di Masa Pandemi: Begini Cara Menghemat Pengeluaran
Separuh tahun 2020 sudah terlampaui. Cukup berat ya? Iya, semua gara-gara si virus corona yang datang nggak kira-kira. Selain bikin sakit, juga bikin terjepit karena ekonomi pun langsung melemah. Banyak bisnis yang terdampak, dari yang raksasa sampai ke bisnis kecil.
Buat para pemilik bisnis kecil, bertahan ya. Memang kita enggak tahu, sampai kapan masa pandemi ini bisa berakhir, tapi bertahan adalah satu-satunya langkah terbaik untuk saat ini.
Salah satu cara bertahan yang jitu adalah dengan menghemat pengeluaran. Sama saja dengan karyawan kantoran, pemilik bisnis kecil harus bisa cari akal untuk mengefektifkan penggunaan uang dan modal, supaya napas lebih panjang.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemilik bisnis kecil untuk hal ini. Mari kita lihat.
7 Langkah Penghematan yang Bisa Dilakukan oleh Pemilik Bisnis Kecil
1. Rapikan laporan keuangan
Yes, pertama, lakukan hal ini dulu: merapikan pembukuan. Karena dari sinilah, kita bisa melakukan review; bagian mana yang masih bisa diefektifkan lagi dan bagian mana yang sudah pas–sudah oke penggunaan uangnya.
Lagi pula, dengan membuat catatan keuangan yang rapi, di suatu masa nanti–jika memang diperlukan–laporan ini bisa kita gunakan untuk mengajukan kredit usaha kecil ke lembaga keuangan, seperti bank.
Jadi, yuk, yang belum punya laporan keuangan, segera dibuat. Yang masih belum rapi, yuk, rapikan. Laporan keuangan inilah yang membedakan, apakah kamu berdagang atau berbisnis.
2. Kurangi uang sewa
Ongkos sewa untuk kantor fisik itu lumayan menyerap dana loh. Jadi, coba pertimbangkan lagi deh, demi bisa mengefektifkan pengeluaran.
Bisa enggak kantornya dipindah ke rumah? Jika memang karyawan belum banyak, operasional juga belum masif, rumah bisa jadi alternatif kantor yang lebih baik. Tinggal diatur saja, supaya tetap bisa nyaman untuk semuanya.
Alternatif lain, menyewa coworking space. Enggak perlu terlalu mewah, yang penting bisa menampung meeting dan kerjaan sejumlah karyawan saja. Ini tentu enggak semahal jika harus menyewa rukan, bukan?
Alternatif lainnya lagi: punyai virtual office. Nah, ini lebih oke lagi, karena memanfaatkan teknologi.
So, pertimbangkan berbagai kemungkinan. Zaman sekarang, untuk berbisnis enggak harus punya kantor fisik kok.
3. Gunakan peralatan bekas
Jika memang butuh peralatan, atau mungkin furnitur, baru, cobalah untuk membeli bekas tetapi yang masih bagus kualitasnya.
Perusahaan-perusahaan besar banyak banget yang sering melakukan pembaruan terhadap alat-alat produksi atau furniturnya, meski masih bisa dioperasikan secara baik. Begitu juga dengan peralatan elektronik, misalnya printer, scanner, dan sebagainya. Kadang tak hanya dijual oleh perusahaan besar, tetapi ditawarkan juga oleh perorangan karena berbagai sebab.
So, pantau saja jika di daerah domisili kita ada tempat lelang barang bekas, atau mungkin bisa mencarinya juga via internet. Pastikan barang bekas yang hendak dibeli benar-benar masih bagus kondisinya ya.
4. Outsource
Tak hanya harus berkantor tetap, zaman sekarang juga sudah lazim bagi bisnis–termasuk bisnis kecil–untuk meminimalkan jumlah staf atau karyawan tetapnya. Banyak yang lebih suka merekrut freelancer, part timer, atau membuka lowongan magang.
Selain menjadikan pemilik bisnis kecil lebih leluasa untuk meminta kualitas kerja yang baik, hal ini juga bisa menekan biaya operasional.
Freelancer, misalnya. Dibayar jika pekerjaan mereka sudah benar-benar selesai dengan kualitas yang dikehendaki. Ketika tenaganya “tidak dibutuhkan”, maka pemilik bisnis–sebagai klien–boleh saja tidak membayarnya, bukan?
Begitu juga dengan magang. Memang kadang ada perusahaan yang menawarkan uang makan dan/atau uang transportasi, tetapi tentu jumlahnya tidak sebesar gaji karyawan tetap.
Kita bisa merekrut karyawan tetap untuk posisi-posisi yang sangat strategis. Untuk manajer operasional, misalnya. Atau akuntan.
5. Manfaatkan teknologi
Go paperless! Ini yang paling pertama harus dilakukan. Kurangi pemakaian kertas sampai seminimal mungkin. Pengeluaran untuk kertas-kertas ini termasuk salah satu biaya operasional yang cukup tinggi loh, untuk bisnis kecil.
Jadi, jika memang perlu, tawarkan untuk memberikan nota atau invoice secara paperless pada pelanggan. Misalnya melalui email, atau WhatsApp.
Begitu juga dengan pembayaran, cobalah untuk memiliki berbagai akun e-wallet agar memudahkan transaksi sehari-hari.
6. Kelola kredit dengan baik
Ini penting, dan sangat krusial untuk mengurangi pengeluaran, terutama soal denda dan bunga.
Saat kita enggak mengelola kredit bisnis kecil dengan baik, maka bisa terjadi penunggakan, yang pasti akan berujung denda. Begitu juga dengan bunga, yang sebenarnya sih sudah kita perhitungkan ketika kita mengajukan kredit pada awalnya.
Dengan pengelolaan kredit yang baik, denda bisa dihindari, dan mengurangi pula peluang munculnya bunga berbunga. Hal ini akan berpengaruh banyak pada pengeluaran bisnis kecil.
7. Perhitungkan biaya marketing dengan saksama
Biaya marketing kadang menempati alokasi proporsi yang cukup besar. Ya, karena ini komponen yang sangat penting jika kita pengin bisnis kecil kita berkembang. Betul?
Karena itu, pertimbangkan setiap keputusan yang berhubungan dengan promosi atau marketing. Memiliki prinsip “dengan biaya kecil untuk efek yang besar” itu bagus, asalkan bijak dalam mengambil keputusan.
Nah, semoga dengan beberapa langkah di atas, setiap bisnis kecil bisa survive di masa pandemi dan new normal ini ya. Jangan lupa untuk saling support, karena ya siapa lagi yang bisa saling mendukung kalau bukan kita-kita sendiri kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi for Dummies
Salah satu hal yang kadang bikin males tapi kalau kita mau mengerjakannya sebentar saja bisa memberikan efek baik yang besar ke depan dalam mengatur arus kas adalah membuat laporan keuangan pribadi.
Iya apa iya nih?
Maklumlah, kita selalu sibuk. Untuk bisa duduk, mencatat, dan kemudian menghitung itu butuh ekstra effort untuk melakukannya. Seandainya saja jasa seorang personal assistant itu murah, barangkali mendingan sewa jasa mereka saja untuk bantuin.
Tapi, orang gaji saja 1 koma 4, mana bisa bayar gaji seorang PA? Belagu banget deh. Ya sudah, satu-satunya jalan ya harus bisa membuat laporan keuangan pribadi sendiri.
Padahal, kalau sudah benar-benar niat melakukan, membuat laporan keuangan pribadi sendiri itu mudah dan simpel lo. Enggak mesti harus kuliah akuntansi dulu buat bikinnya. Kamu cukup mengenali saja apa kebutuhanmu, dan juga apa yang kamu punya.
Coba ikuti 3 langkah mudah berikut ya.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi
1. Duduklah sejenak
Ini yang memang butuh niat yang besar untuk mulai melakukannya. Kayak orang mau diet. Tar-sok-tar-sok melulu. Bentar besok, bentar besok, kalau disuruh mulai.
No more tarsok, sekarang juga duduk di mana pun kamu nyaman. Switch off dari apa saja yang bisa mengganggu.
Saat ini, hanya ada kamu dan uangmu yang harus kamu atur, supaya enggak ada lagi tanggal muda tanggal tua, enggak ada lagi gaji satu koma empat. Hanya ada kamu dan rencana masa depanmu, kamu dan rencana liburanmu, kamu dan rencana pensiunmu, dan semua yang pengin kamu jalani di masa depan.
Bisa? Bisa. Sekarang kita ke langkah kedua.
2. Pilih media catatan
Dulu saya pernah dibuatkan laporan keuangan pribadi dalam bentuk Excel oleh suami. Sudah lengkap dengan rumus-rumusnya, saya tinggal isi … dan voila, perhitungan pun langsung jadi secara otomatis. Waktu itu sih, perkembangan teknologi belum seperti ini. Belum ada aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis di smartphone.
Tapi, saya merasa cara ini justru repot banget. Mengapa? Karena saya harus membuka laptop setiap kali saya mau mencatat pengeluaran. Padahal kadang saya posisi lagi enggak bisa langsung mencatat. Dan, penyakit lupa saya ini sangat menjengkelkan. Kalau enggak langsung dicatat, pasti deh akhirnya lupa.
Karena itu saya anggap cara ini tidak cocok untuk saya. Saya lantas mencoba membuat laporan keuangan pribadi dengan aplikasi smartphone. Tapi, ternyata aplikasi smartphone–saking lengkapnya–malah banyak area yang enggak saya butuhkan. Bikin pusing. Saya hanya perlu laporan keuangan yang simpel saja, untuk mencatat hari ini saya sudah mengeluarkan duit berapa. Udah, gitu aja.
So, saya mencoba membuat sendiri. Ambil satu buku tulis dari stok sekolahnya anak-anak, lalu saya buat sendiri catatan dan laporan keuangan pribadi ala saya. Bertahan sampai sekarang.
Moral of the story is … setiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri untuk membuat laporan keuangan pribadi ini. Pilihan sekarang sudah banyak. Mau pakai Excel, atau Google Spreadsheet, aplikasi smartphone, bullet journal, atau ditulis di buku tulis biasa–yang mana saja bisa, asalkan kita nyaman. Nyaman dilakukan oleh satu orang, belum tentu nyaman juga dilakukan oleh orang yang lain.
Jadi, take your time. Cari cara dan media yang paling cocok. Buatlah waktu mencatat dan membuat laporan keuangan pribadi kamu menjadi waktu yang menyenangkan–waktu untuk merefleksikan diri dan merencanakan hidup.
3. Buat 3 worksheet besar berisi:
- Arus kas masuk: penghasilan tetap, tidak tetap, serta tambahan lainnya. Buatlah area tersendiri untuk arus kas masuk ini dalam laporan keuangan pribadi yang kamu buat. Sesuaikan kolomnya dengan pemasukan yang kamu punya.
- Arus kas keluar: kamu bisa pisahkan lagi worksheet untuk cicilan, tagihan-tagihan bulanan, tagihan tahunan yang sudah jatuh tempo, investasi, asuransi, dan semua pengeluaran rutin lainnya. Termasuk untuk lifestyle ya–ngopi-ngopi, hangout after hours, juga short escape di weekend.
- Arus kas bersih: ini adalah arus kas keluar dikurangi arus kas masuk. Lengkapi juga dengan posisi aset dan investasi, jika ada.
Dari arus kas bersih ini akan terlihat, apakah kondisi keuangan pribadi kita plus/positif atau minus/negatif.
Kalau positif, well done! Kamu tinggal meneruskan apa yang sudah kamu lakukan. Nah, jika minus, maka ini adalah kesempatan kamu untuk merencanakan perubahan dan perbaikan yang perlu.
Nah, simpel kan? Membuat laporan keuangan pribadi itu memang simpel kok. Kalau terlihat rumit, ya karena kita saja yang menganggapnya sulit. Yang penting, sesuaikan dengan kondisimu. Kondisi keuangan setiap orang berbeda, kenyamanan juga akan berbeda.
Jadi, temukan caramu yang paling oke.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal untuk Membangun Bisnis sebagai Aset Aktif yang Sukses
Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai membangun aset aktif berupa properti dan surat berharga. Nah, kali ini kita akan lanjut ngobrolin soal membangun bisnis sebagai aset aktif.
Bisnis bisa menjadi salah satu aset aktif yang sangat menguntungkan, apalagi jika bisnis tersebut kemudian bisa berjalan otomatis. Tentu saja, banyak PR yang kemudian menyertainya. Konon, mengelola dan mempertahankan bisnis itu lebih sulit ketimbang membangunnya. So, niat punya bisnis saja enggak cukup, kita juga mesti punya mental baja agar dapat mengelola bisnis kita itu hingga akhirnya bisa mendatangkan penghasilan.
Tapi, pada dasarnya, setiap orang punya kesempatan dan peluang yang sama untuk bisa sukses dalam berbisnis. Salah satu mentor saya menulis begini, dalam salah satu buku beliau.
Setiap orang memiliki sisi entrepreneur dalam dirinya. Kita hanya bertugas untuk menggali dan menemukannya.
Entrepreneur Talks – Herlina P Dewi
Karena itu, kalau ada yang bilang, “Duh, gue gak bakat bisnis. Gak bisa dagang!”, itu nonsense. Tinggal mau atau enggak, niat atau enggak aja sih.
Tapi, membangun bisnis–untuk tujuan apa pun, termasuk sebagai aset aktif–itu juga enggak mudah. Kadang ya cuma berhenti sampai di niat. Untuk memulai, maju mundur cantik. Banyak kendala, katanya. Salah satunya soal modal. Padahal ya ada bisnis yang butuh modal enggak banyak, pun effort yang relatif minim.
Bisnis waralaba misalnya. Bisnis ini cocok banget dilakukan oleh para pemula. Enggak perlu pusing-pusing memikirkan model dan konsep bisnis, pun strategi marketing. Sediakan saja modal dan tempat sesuai ketentuan, bisnis pun segera bisa dijalankan.
However, itu saja tetap butuh persiapan. Buat kamu yang berniat membangun bisnis sebagai aset aktif, berikut ini ada 5 hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebelumnya.
5 Hal Persiapan Membangun Bisnis sebagai Aset Aktif
1. Buat rencana bisnis yang matang
Ada yang bilang, “Mau bisnis, jalan aja dulu! Kita bisa belajar sambil jalan kok. Kalau kebanyakan mikir, enggak akan mulai juga.”
Pendapat ini ada benarnya. Tapi yang namanya rencana harus tetap ada. Mau bepergian tanpa rencana mau ke mana, kan susah juga mencari jalannya. Iya nggak sih?
Karena itu, rencana bisnis yang mantap itu penting. Meski teteup, kita bisa belajar sambil jalan.
Dalam training-training bisnisnya, Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–sering menyebutkan ada 4 poin yang harus dijawab oleh pemilik bisnis sebelum kemudian mengeksekusi rencana bisnisnya, yaitu APA, SIAPA, BAGAIMANA, dan siapa kompetitornya.
Nah, kalau kamu pengin tahu bagaimana merencanakan sebuah bisnis secara detail, stay tuned di akun-akun media sosial QM Financial jika sewaktu-waktu kami membuka kelas bisnis.
2. Riset target market
Target market ini sebenarnya juga sudah tercakup dalam 4 poin rencana bisnis di atas, yaitu pada SIAPA.
Agar bisnis bisa berjalan, kamu harus tahu dulu siapa dan seperti apa orang yang akan menjadi pelangganmu. Kamu enggak bisa bilang, “Semua orang boleh beli. Target market gue semua orang!”
Nggak gitu mainnya.
Agar lebih fokus dan tepat sasaran–serta demi bisa memberikan solusi yang paling tepat melalui produk yang kita jual–kita harus mendefinisikan target market secara detail.
Karena itu, riset. Mulai dari usia, kebutuhan, jenis kelamin, hingga gaya hidup mereka-mereka yang akan menjadi pelangganmu. Dengan demikian, kamu akan bisa “berbicara” dalam bahasa mereka, dan kemudian bisa mengenali kebutuhan mereka.
3. Laporan keuangan yang rapi
Kebanyakan kesalahan yang dilakukan oleh pebisnis pemula adalah enggak punya laporan keuangan yang detail dan rapi. Entah itu tidak pernah mencatat pengeluaran dan pemasukan, atau mencampurnya dengan keuangan pribadi.
Padahal laporan keuangan yang rapi ini sangat penting. Bisnis tanpa laporan keuangan berarti hanya berdagang.
Enggak ada yang salah pastinya, dengan berdagang. Tapi bisnis pun perlu untuk naik kelas secara berkala.
Ya masa sih, membangun bisnis terus udahan aja? Enggak berusaha dikembangkan?
Yuk, belajar bikin keuangan bisnis yang rapi, yang bisa dilihat laba ruginya. Laporan bisnis yang rapi nanti juga akan berguna banget kalau misalnya kamu hendak menambah modal dengan pinjaman ke bank lo!
Coba simak video mengenai menyusun laporan keuangan bisnis yang baik berikut ini ya.
4. Inovasi produk yang sesuai perkembangan kebutuhan
Kebanyakan para pebisnis pemula juga lupa. Setelah bisnis berjalan, produk banyak dibeli atau dipesan bahkan sering dapat repeat order, mereka lupa kalau mereka perlu juga untuk berinovasi mengembangkan produknya sesuai perkembangan.
Misalnya, sudah jualan baju anak. Omzet sudah jutaan. Lancar deh pokoknya. Tapi kemudian, tren fashion sekarang mulai bergeser, berkiblat ke Korea. Anak-anak sekarang juga makin banyak yang suka segala hal yang kekorea-koreaan, termasuk fashion.
Ya, boleh saja sih keukeuh mempertahankan ciri khas sendiri, tapi bisa juga mempertimbangkan “kebutuhan” pelanggan yang pengin nge-hype juga dengan tren Korea-minded ini kan?
So, sejak awal membangun bisnis, kita mesti bersiap untuk terus update dengan kebutuhan pelanggan yang berkembang, pun tren yang sedang berjalan. Biar apa? Ya, biar bisnisnya bisa jalan terus.
5. Deliver great service
Apa pun passion kita, apa pun bisnis kita, melayani pelanggan adalah kunci sukses seorang entrepreneur sejati.
Bisnis kita adalah untuk memberikan solusi pada pelanggan. Sehingga kepuasan mereka akan menjadi “rapor” buat kita. So, pastikan kita bisa deliver great service, enggak hanya good service saja.
Buka saluran komplain, layani setiap keluhan, curhat, atau masukan pelanggan dengan baik. Ini harus dimulai sejak awal kita membangun bisnis hingga nanti kalau bisnis kita sudah sukses.
Itu dia 5 hal persiapan membangun bisnis yang sukses, agar aset aktif kita berjalan dengan lancar.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kiat-kita membangun bisnis yang sukses sebagai aset aktif. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Selamat Ulang Tahun, QM Financial! 16 Tahun Berbagi Edukasi Finansial untuk Negeri
Yay! Selamat ulang tahun, QM Financial! Nggak terasa ya, 16 tahun sudah QM Financial berbagi edukasi finansial untuk Indonesia. Rasanya mustahil banget bisa sampai sejauh ini, jika bukan karena kamu semua yang setia mendukung setiap program literasi keuangan di QM Financial.
Mimpi kami mungkin terlalu muluk: kami ingin agar masyarakat Indonesia semakin cerdas finansial. Membangun keuangan sehat dan kuat, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat pada umumnya, hingga Indonesia seluruhnya.
Namun, ternyata mimpi itu bisa diwujudkan dengan dukunganmu semua, sejak QM Financial lahir hingga sekarang.
Inilah 5 hal tentang QM Financial di tahun ke-16 menjadi bagian dari edukasi literasi keuangan Indonesia
1. Berubah menjadi financial literacy provider
Sejak tahun 2012, QM Financial berubah positioning dari konsultan keuangan menjadi financial literacy provider.
Mengapa terjadi perubahan ini?
Karena kami sangat percaya bahwa setiap orang bisa menjadi financial planner untuk dirinya sendiri. Karena kecerdasan literasi keuangan berawal dari kemauan diri sendiri untuk belajar lebih banyak tentang pengelolaan uang.
Untuk itu, QM Financial punya banyak sekali kelas finansial online yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, mulai dari membereskan cash flow, mengenal produk investasi, mengenal asuransi, mengenal saham, mengelola dana pendidikan, dana pensiun, dan masih banyak lagi–mulai dari pengetahuan basic hingga yang advanced.
2. Proses belajar finansial yang komprehensif
Bersama QM Financial, kamu bisa belajar finansial secara menyeluruh dan komprehensif, step by step dari mulai kenalan dulu hingga ngulik sesuatu yang lebih rumit.
- Awareness: dari tak kenal menjadi kenal, dari nggak paham menjadi sayang. Dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, belajar finansial bareng QM Financial semakin fun dan menyenangkan.
- Knowledge: dari kenal menjadi paham, karena kemudian bisa menceritakan kembali apa hasil dari belajarnya. Bahkan, bisa menularkan pengetahuan pada yang lain.
- Action: apa artinya belajar kalau enggak dipraktikkan? Rasakan perbaikan-perbaikan keuangan yang sudah kamu pelajari dan lakukan sendiri dari hari ke hari.
3. Selalu percaya, bahwa setiap orang bisa menjadi financial planner untuk diri sendiri
Keuangan kita merupakan tanggung jawab kita sendiri. Meskipun kita membeli jasa konsultan perencana, tapi keputusan sepenuhnya di tangan kita. Jadi, mengapa enggak belajar menjadi financial planner bagi diri sendiri sekalian?
Karena pada dasarnya, teori pengelolaan keuangan itu cukup mudah dipelajari. Siapa pun bisa kok mempelajarinya, mulai dari para lajang, pasangan suami istri, keluarga, profesional, hingga para karyawan perusahaan sekalipun.
Rasakan betapa nikmatnya hidup saat kita sudah bisa benar-benar mandiri secara finansial, dan merasakan financial freedom. Kepingin apa aja, ayo!
4. Percaya, bahwa sebuah perusahaan akan kuat ketika sumber daya manusianya juga kuat
Ya, QM Financial juga percaya, bahwa di perusahaan yang kuat ada sumber daya manusia yang terampil mengelola keuangan pribadinya secara sehat.
Karena itu, QM Financial mengembangkan sistem, kurikulum dan metode #QMTraining yang interaktif, komprehensif dan menyeluruh, sekaligus fun, bagi para karyawan perusahaan baik besar maupun kecil.
Begitu affordable-nya, sehingga tak hanya perusahaan besar, perusahaan berbasis UKM pun bisa bekerja sama dengan QM Financial untuk bisa memberikan edukasi literasi keuangan pada karyawan, demi mencipta sumber daya manusia yang kuat secara finansial.
Begitu customized-nya, sehingga setiap kurikulum dan materi #QMTraining bisa diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan karyawan di perusahaan yang berbeda.
5. Bisnis yang berkembang adalah bisnis dengan laporan keuangan yang sehat
Tak hanya membantu menyehatkan sisi finansial karyawan, QM Financial juga punya program untuk membantu para pemilik bisnis kecil dan UKM untuk menyehatkan bisnisnya, terutama dimulai dari laporan keuangan.
Karena perusahaan yang sehat selalu berawal dari laporan keuangan yang sehat pula. Laporan keuangan yang sehat bisa menjadi dasar bagi pemilik bisnis untuk bisa menyusun strategi pengembangan bisnisnya.
Pastinya, semua pemilik bisnis ingin agar bisnisnya sukses kan?
Banyak memang PR yang harus dikerjakan. Namun, bersama kamu semua, kami yakin bahwa kami akan bisa melalui 16 tahun lagi ke depan, dan seterusnya, memberikan edukasi finansial untuk negeri.
Siapkah kamu menemani QM Financial untuk melangkah lagi lebih jauh ke depan?
Selamat ulang tahun, QM Financial!
5 Tip Mengelola Keuangan Bisnis Sampingan Bagi Karyawan
Tujuan keuangan seorang karyawan yang paling besar mungkin adalah menyiapkan masa pensiun yang sejahtera. Untuk tujuan ini, beberapa karyawan pun lantas memberanikan diri untuk memulai sendiri bisnisnya. Banyak tantangan harus dihadapi, salah satunya bagaimana bisa mengelola keuangan bisnis yang efektif demi menyambut masa pensiun tersebut.
Salah satu hal yang paling dibutuhkan dalam hal ini adalah kedisiplinan; disiplin dalam mengatur waktu, juga disiplin dalam mengelola keuangan bisnis.
Dalam artikel Laporan Keuangan Bisnis, Pentingkah? juga pernah disebutkan, bahwa mengelola keuangan bisnis sedikit berbeda dengan mengelola keuangan pribadi. Bedanya yaitu:
- Dalam perencanaan keuangan pribadi, rasio pengeluaran setiap bulannya dipisahkan antara cicilan utang, pengeluaran rutin, sosial serta menabung/investasi.
- Dalam perencanaan keuangan bisnis, perlu ada perhitungan antara omzet dan perhitungan laba rugi. Dalam hal ini para pemilik bisnis perlu memperhatikan tentang variable cost VS fixed cost.
Nah, bagi karyawan yang ingin merintis bisnis sebagai bekal pensiun, coba lakukan beberapa hal berikut untuk mengelola keuangan bisnis Anda. Hal ini penting, agar Anda dapat memenuhi target untuk mengamankan masa pensiun Anda, dan bukan malah menyedot gaji bulanan tanpa hasil.
5 Tip Mengelola Keuangan Bisnis Sampingan untuk Karyawan
1. Pisahkan rekening pribadi dan bisnis
Hal pertama yang harus dilakukan segera untuk mengelola keuangan bisnis yang baik adalah memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis sampingan yang sedang dirintis.
Anda bisa melakukannya dengan cara membuat rekening yang terpisah, satu rekening untuk keperluan pribadi dan untuk menerima gaji Anda sebagai karyawan, dan satu rekening yang lain Anda fungsikan untuk operasional bisnis sampingan.
Dengan pemisahan rekening ini, Anda dapat membuat laporan keuangan dengan lebih mudah.
2. Buat laporan keuangan secara teratur
Buatlah laporan keuangan bisnis secara teratur dan detail setiap bulannya. Lagi pula laporan keuangan inilah yang membedakan, apakah Anda sudah lancar berbisnis ataukah masih hanya berdagang saja. Keduanya adalah hal yang berbeda lo, karena memberikan hasil yang juga berbeda bagi pemilik.
Dengan laporan keuangan bisnis yang rapi, Anda akan bisa menentukan berapa gaji yang seharusnya Anda terima sebagai pemilik bisnis. Ini penting ya, karena Anda berhak atas allowance dari usaha Anda sendiri.
Selain itu, dengan membuat laporan keuangan bisnis yang rapi, Anda akan dengan mudah memantau seberapa besar aset bisnis yang sudah Anda punya, dan juga tahu seberapa besar keuntungan yang sudah Anda hasilkan, sehingga Anda juga tahu bagaimana perkembangan bisnis Anda dari waktu ke waktu.
Jadi, buatlah laporan keuangan bisnis secara teratur, meski hanya sesederhana punya buku arus kas keluar dan buku arus kas masuk.
3. Kendalikan cash flow
Seperti halnya keuangan pribadi yang kesehatannya bisa dilihat dari arus kas yang baik, begitu pun dengan pengelolaan keuangan bisnis sampingan ini. Bisnis yang sehat bisa dilihat dari cash flow yang lancar.
Karena itu, laporan keuangan dibutuhkan, agar Anda bisa mengecek dan mengendalikan cash flow.
Cash flow dalam keuangan bisnis meliputi posisi modal, utang, piutang, dan persediaan. Keseimbangan uang masuk dan keluar harus bisa dijaga dengan baik. Jangan sampai posisi modal menipis. Genjot penjualan sebaik mungkin untuk menjaga keseimbangan ini.
4. Komitmen dan disiplin
Untuk mengelola keuangan pribadi saja kita butuh disiplin diri yang tinggi, apalagi untuk mengelola keuangan bisnis. Harus punya tekad dan komitmen yang tinggi pula.
Pasti akan banyak kesulitan yang muncul seiring berjalannya bisnis sampingan yang Anda rintis. Tapi dengan komitmen yang tinggi, Anda pasti dapat mencari alternatif solusi yang baik pula. Disiplin juga menjadi kunci sukses Anda menjalankan bisnis sampingan Anda tersebut. Tetaplah pada tujuan membangun bisnis sampingan ini, demi mencapai tujuan keuangan Anda.
5. Pertimbangkan kemungkinan untuk dikembangkan lagi
Siapa yang mau punya bisnis yang stagnan, alias jalan di tempat? Nggak seorang pun, sepertinya kan? Karena itu, selain mengalokasikan allowance untuk diri sendiri, pertimbangkanlah juga untuk menggunakan laba yang diraih untuk mengembangkan bisnis sampingan Anda tersebut.
Buatlah rencana jangka panjang untuk pengembangan bisnis, lengkapi dengan analisis SWOT (Strength – Weakness – Opportunitues – Threats) juga.
Adalah baik bagi setiap karyawan untuk punya tujuan keuangan yang jelas, apalagi jika dia memikirkan untuk punya bisnis sampingan demi bekal pensiun nanti. Lengkapi juga bekalnya untuk menyiapkan masa pensiun dengan memberikan training keuangan, yang pasti akan banyak manfaatnya.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan. Pihak perusahaan dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansialnya.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Cara Mengatur Keuangan Pribadi untuk Si Lajang
Hei! Sudah tahun 2019 nih! Masa’ masih jomblo aja? Buat kamu yang masih lajang, mungkin pertanyaan tersebut sering dilontarkan kepadamu padahal kamu merasa baik-baik saja dengan hidupmu alias jojoba, jomblo jomblo bahagia! Walaupun kamu jojoba, jangan sampai terlena terus enggak mengurus keuangan dengan baik ya! Kamu harus tetap tahu cara mengatur keuangan pribadi.
Baca juga: Blueprint of Your Money
Berikut ada beberapa cara mengatur keuangan pribadi untuk si lajang yang bisa kamu lakukan.
5 Cara Mengatur Keuangan Pribadi untuk Si Lajang
1. Cashflow Management – Pengeluaran
Sadar enggak sih kalau cara mengatur keuangan pribadi itu semuanya berawal dari cashflow?
Secara harfiah, cashflow itu bagian dari laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode yang menunjukkan aliran masuk dan keluarnya uang kas. Aliran masuknya uang tentu saja penghasilan yang kamu miliki.
Dari jumlah penghasilan tersebut, kamu harus membaginya menjadi 5 pos pengeluaran seperti:
Pos Pengeluaran |
Nilainya sebesar |
Menabung/Investasi | Minimal 10% dari penghasilan |
Cicilan Utang | Maksimal 30% dari penghasilan |
Pengeluaran Rutin | Antara 40%-60% dari penghasilan |
Sosial | Minimal 2,5% dari penghasilan |
Pribadi/ Lifestyle | Maksimal 20% dari penghasilan |
Agar cashflow-mu terjaga maka hiduplah sewajarnya dan sesuai dengan kemampuan keuanganmu. Kamu tidak perlu memaksakan keinginan menjadi kebutuhan karena pada akhirnya yang merana adalah keuanganmu. Cukup dengan mengambil uang ke ATM selama 1 kali seminggu untuk kebutuhan mingguanmu.
Terus gimana tahunya sejumlah uang yang dibutuhkan selama seminggu? Coba deh buat catatan keuangan selama 1 minggu aja, biar ketahuan berapa sih sebenarnya pengeluaranmu selama satu minggu penuh.
Nah jumlah ini deh yang kamu tarik dari ATM, jadi enggak usah bolak balik ATM dalam 1 minggu kan?
Selain membatasi mengambil ATM 1x seminggu, manfaatkan promosi dari aplikasi keuangan yang sudah banyak ada.
Satu hal yang terpenting lagi, jangan menggunakan kartu kredit untuk berutang! Kalau memang belum ada uangnya untuk membeli sesuatu yang diinginkan, menabung dulu sampai uangnya ada ya!
2. Cashflow Management – Penghasilan
Kalau selama ini kamu sudah mencoba berhemat tetapi selalu merasa penghasilan enggak cukup, mungkin sudah saatnya kamu mencari penghasilan tambahan.
Ada banyak cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain gaji (kalau pekerja kantoran) yang kamu terima setiap bulan, contohnya berdagang atau menjadi pekerja paruh waktu.
Berdagang sekarang sudah lebih mudah dan bisa dilakukan dengan modal yang minim seperti melalui media sosial yang kamu miliki. Kalau kamu punya keahlian seperti mengajar bahasa asing, mengajar latihan kebugaran atau bahkan menulis, kamu bisa memanfaatkan keahlianmu untuk menambah penghasilan. Atau bisa juga kamu menguangkan hobi yang selama ini kamu tekuni.
Ada banyak kesempatan dan pintu rezeki yang terbuka bagi mereka yang sungguh sungguh berusaha.
3. Living for Today
Terbacanya sangat egois ya, kamu hidup untuk hari ini, tapi ini enggak apa-apa lho!
Setelah semua kerja keras yang kamu lakukan, kamu berhak untuk menikmatinya namun tetap perencanaan keuangan itu penting.
Caranya, miliki tujuan keuangan yang berjangka pendek (1 tahun) seperti dana liburan, dana beli dadget, dana shopping dan sebagainya. Tujuan keuangan yang jangkanya pendek seperti ini cukup dicapai dengan menabung secara bulanan dari pos pengeluaran di atas yaitu minimal 10% dari penghasilan.
4. Preparing for the future
Muda hura-hura, Tua kaya raya.
Jargon ini mungkin saja terjadi atas hidupmu kalau kamu mempersiapkan masa depan sejak saat ini dengan cara berinvestasi.
Kenapa kita perlu berinvestasi? Karena ada yang namanya inflasi yang mengakibatkan meningkatnya harga secara umum dan terus menerus sehingga nilai uang yang dimiliki saat ini tentu akan berbeda dengan nilai di masa depan.
Tujuan keuangan untuk masa depan di antaranya dana menikah, dana DP rumah, dana pensiun, dan dana naik haji. Investasi yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang adalah reksadana, saham, properti dan bisnis.
5. Prepare for the rainy days
Cara mengatur keuangan pribadi yang terakhir adalah kamu harus ingat, bahwa proteksi amat penting karena melindungi aset serta menggantikan penghasilan yang hilang akibat meninggal, kecelakaan dan sakit.
Jenis-jenis asuransi yaitu, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi penyakit kritis, asuransi kecelakaan, asuransi properti, asuransi kendaraan. Yang harus dimiliki oleh setiap lajang adalah asuransi kesehatan.
Nah, mudah bukan cara menngatur keuangan pribadi buat kamu yang lajang, sehingga kamu bisa hore hore hura hura tanpa huru hara keuangan?
Kalau kamu ingin belajar tentang perencanaan keuangan lebih lengkap sebagai salah satu resolusi keuangan di 2019, yuk ikutan Financial Clinic Online Series di event.qmfinancial.com
-Emiralda Noviarti-