7 Tipe Karyawan Toxic yang Bisa Membuat Kinerja Perusahaan Buruk
Di setiap perusahaan, bisa dibilang selalu saja ada masalah. Hal ini pastinya wajar. Jadi menjengkelkan ketika masalah timbul lantaran ada beberapa tipe karyawan yang “tidak bisa diajak kerja sama”. Karyawan toxic, itu dia.
Sebuah penelitian berjudul “Toxic Workers” pernah dilakukan oleh Michael Housman atas 60.000 karyawan di 11 perusahaan mengungkapkan fakta, bahwa setiap karyawan yang menunjukkan hasil kinerja buruk hampir selalu akhirnya menjadi seorang karyawan toxic.
It’s ok kalau misalnya racunnya ditelan sendiri. Karyawan toxic cenderung menyebarkan racunnya pada karyawan-karyawan lain sehingga secara keseluruhan kinerja perusahaan menjadi terganggu. Michael Housman juga mengungkapkan dalam penelitiannya, karyawan toxic–jika tidak segera di-treatment–akan bisa merugikan perusahaan secara finansial.
Ouch!
Lalu, tipe karyawan seperti apa sajakah yang termasuk dalam tipe karyawan toxic?
1. Si Tukang Gabut
Tukang gabut–gaji buta–adalah tipe karyawan yang suka makan gaji buta. Mereka minta digaji dan dipenuhi semua haknya, namun sering lalai menuntaskan kewajibannya.
Deadline selalu mundur, dan mereka selalu punya alasan untuk dimaklumi. Padahal sekantor juga tahu, dia cuma nonton Youtube aja di kubikelnya. Sedangkan dalam tim, ada rekan kerja lain yang kerjaannya tergantung pada output yang dihasilkan oleh si tukang gabut ini. Duh!
Makin diperparah ketika mereka sendiri kerjaan enggak bener, eh malah melimpahkannya ke rekan kerja yang lain. Jadi ngerepotin orang banget. Terus, kalau tugasnya sukses, dia deh yang tampil mengaku bahwa semua adalah hasil kerja dia. Kalau gagal? Ya dia akan menyalahkan si rekan kerja yang sudah kerja keras menyelesaikan tugas.
Tipe karyawan toxic seperti ini lambat laun bisa membuat suasana kerja menjadi penuh konflik dan drama. Produktivitas menurun, dan membuat karyawan lain jadi ogah-ogahan menyelesaikan tugas.
2. Si Tukang Gosip
Semakin besar sebuah perusahaan, semakin banyak karyawan yang bekerja, semakin mudah pula gosip dibuat dan berembus. Hal ini sebenarnya wajar sih.
Menjadi enggak wajar ketika ada tipe karyawan toxic yang lebih banyak “memproduksi” gosip ketimbang memproduksi hasil kerja. Ketika dia sedang bersama si A, dia akan bergosip tentang si B. Ketika A pergi dan B datang, dia akan ganti bergosip tentang A dengan si B.
Dengan gosip-gosip ini, dia sudah menyebarkan aura negatif ke lingkungan kerja. Bukan nggak mungkin pada akhirnya dia akan mengadu domba antara satu karyawan dengan yang lainnya. Konflik pun terjadi, suasana kerja jadi makin tak nyaman.
3. Si Tukang Komplain
Dikasih kerjaan, komplain. Dibiarin nganggur, komplain. Diserahi tugas yang gampang, komplain, apalagi dibagi kerjaan yang sulit–makin komplain. Si tukang komplain ini tipe karyawan toxic yang gemar menebarkan aura negatif ke mana pun tentang segala sesuatu ke rekan kerja.
Hati-hati, negativity is contagious. Menular. Ketika aura negatif berembus ke mana-mana, yang ada rekan kerja yang lain juga jadi ikut kena dampaknya.
Hal ini makin parah, ketika si tukang komplain juga suka mengeluh di media sosial tentang pekerjaannya, tentang rekan kerjanya, atasannya, hingga komplain tentang perusahaan tempat dia bekerja. Enggak sadar, bahwa sebagai karyawan di perusahaan tersebut, secara tidak tertulis seharusnya dia menjadi ambassador bagi perusahaan tempat dia bekerja.
Saat dia menjelek-jelekkan perusahaan tempatnya bekerja, saat itu pula sebenarnya dia menunjukkan kapasitasnya sendiri sebagai seorang karyawan.
4. Si Martir
Seorang karyawan martir ini sebenarnya kinerjanya bagus. Dia selalu bisa menyelesaikan pekerjaannya, bahkan kadang menyelesaikan pekerjaan orang lain juga.
Namun, ada risiko, bahwa karena saling workaholic-nya, si martir jadi burnout, jadi stres. Stres ini juga menular lo. Satu orang karyawan stres, maka bisa memengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. Si martir juga cenderung akan punya control issues, kurang bisa mendelegasikan tugas, kurang percaya pada kemampuan tim, dan cenderung untuk underestimate orang lain.
Dan, karena mereka ini sudah bekerja begitu keras, sehingga mereka pun pengin supaya semua orang tahu bahwa merekalah pekerja keras dalam perusahaan itu. Mereka ingin semua orang tahu, bahwa mereka telah berkorban banyak untuk perusahaan tempatnya bekerja. Merekalah pahlawan perusahaan yang sesungguhnya.
Karena sifat narsisnya ini, akibatnya, perusahaan pun berjalan timpang. Imbalance, karena dia cenderung untuk tak pernah mengakui kinerja tim.
5. Si Temperamental
Si temperamental membawa suasana negatif di lingkungan kerja karena sifatnya yang emosional dan meledak-ledak. Padahal, untuk bisa bekerja dengan optimal di zaman now, kita enggak hanya butuh IQ saja tetapi juga EQ–kemampuan untuk mengelola emosi.
Si temperamental ini enggak cuma galak pada rekan sekerjanya, tetapi juga galak pada pelanggan atau customer-nya. Uh oh … pastinya hal ini enggak akan diinginkan oleh perusahaan mana pun kan? Bisa-bisa pelanggan pada kabur karena ulah si temperamental.
6. Si Koruptor
Karena ada peluang, dan juga didukung adanya “kebutuhan mendesak” dan disebabkan oleh moralitas yang tipis, seorang karyawan bisa saja dengan sengaja melakukan fraud sehingga merugikan perusahaan. Menerima suap, gratifikasi, memalsukan laporan keuangan, dan sebagainya.
Tanpa perlu banyak penjelasan, sudah pasti tipe karyawan toxic yang “gemar dengan sengaja” melakukan fraud akan bisa merugikan perusahaan.
7. Si Tukang Ngutang
Karena kurangnya keterampilan untuk mengatur keuangan pribadinya, tipe karyawan toxic kelima ini akhirnya jadi hobi ngutang. Ngutang kasbon, ngutang ke koperasi, ngutang teman, hingga ngutang ke rentenir.
And thanks to kecanggihan teknologi, debt collector zaman sekarang enggak cuma meneror si tukang utang, tapi juga meneror semua orang yang berada di dekat tukang utang. Semua orang yang ada di address book handphone si pengutang dihubungi satu per satu ketika si tukang utang kabur lantaran nunggak pembayaran.
Kebayang enggak gimana rasanya, kita yang karyawan biasa enggak tahu apa-apa, tahu-tahu dihubungi oleh orang suruhan rentenir, ikut diintimidasi. “Kesalahan” kita satu-satunya adalah berteman dengan si tukang utang.
Itu dia 7 tipe karyawan toxic yang kalau enggak segera di-treatment, akan bisa mengancam berputarnya bisnis perusahaan secara keseluruhan karena terjadi ketimpangan sana-sini serta lingkungan kerja yang tak nyaman. Efeknya, kerja sama tim tak bisa dibangun secara kompak yang pasti akan memengaruhi performa.
Khusus untuk treatment bagi karyawan yang bermasalah dengan keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.