5 Tanda Arus Kas Pribadi Kamu Bermasalah
Masalah keuangan pribadi biasanya selalu berawal dari satu akar penyebab terbesar: pengelolaan arus kas yang kurang tepat.
Dari sini, lalu muncul serentetan masalah lainnya secara domino, dan kalau dibiarkan saja, bakalan semakin besar menggulungmu tanpa ampun. Salah satunya adalah terjerat utang yang tak ada habisnya.
Sayangnya, banyak dari kita yang kurang paham dan nggak sadar, bahwa kondisi arus kas keuangan kita sedang bermasalah. Rasanya sih baik-baik saja, ya cuma paling belum waktunya gajian lagi, uang di ATM sudah kosong. Yang kalau di tanggal muda, pesan makanan online bisa tiga kali sehari, pas tanggal tua bingung mau numpang makan di mana lagi.
Duh, kok sedih nian.
Coba deh, apakah kamu mengalami beberapa hal berikut ini sekarang?
5 Tanda Arus Kas Keuangan Pribadi yang Bermasalah
1. Pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan
Nah, untuk kasus belum waktunya gajian kok uang di ATM sudah habis di atas, kamu perlu melihat lagi arus kas pribadimu. Jangan-jangan memang pengeluaranmu lebih besar ketimbang pemasukan. Kalau benar begini, ya enggak heran arus kas kamu negatif terus.
Pernahkah kamu mencatat pemasukan dan pengeluaranmu dalam satu waktu? Satu bulan, misalnya? Belum? Coba deh, lakukan dalam satu bulan saja dulu. Lalu lihat, apakah pengeluaranmu memang lebih besar ketimbang pemasukan?
Kalau memang benar demikian, dari catatan itu, seharusnya kamu bisa melihat apa saja pos pengeluaran uang yang kamu lakukan dalam satu bulan. Apakah sudah memenuhi proporsi ideal ala QM Financial:
- Kebutuhan rutin: 40%
- Cicilan utang maksimal 30%
- Investasi 10%
- Sosial 5 – 10%
- Lifestyle maksimal 10%
Tentu saja, kamu tidak harus persis memproporsikannya seperti itu. Kamu bisa mengubahnya sesuai kondisimu. Tetapi, yang penting, kamu memang harus mempunyai pemisahan pos pengeluaran dengan jelas, agar lebih mudah mengatur arus kas pribadimu.
2. Nggak bisa menabung atau investasi
Gaji lumayan (atau bahkan besar) tapi kok susah sekali menabung? Ada apa? Coba cek lagi catatan pengeluaranmu.
Tabungan dan investasi itu penting loh!
Oke, mungkin kamu belum bisa menabung karena memang ada prioritas lain. Untuk membantu keluarga dulu, misalnya. Atau sekarang, di masa pandemi ini, kamu masih harus berhemat karena penghasilanmu berkurang. That’s ok.
Namun, ada baiknya kamu atur lagi arus kas pribadimu. Cari cara supaya kamu bisa menabung, walaupun hanya sedikit. Setidaknya, untuk dana darurat. Coba sisihkan pos investasi di awal, hitung lagi.
Cermati catatan pengeluaran, cari pos mana yang bisa dihemat lagi, dan upayakan menambah penghasilan lagi supaya kamu bisa menabung ya.
3. Hidup paycheck to paycheck
Sudah sering dengar curhatan, gaji baru diterima, besoknya sudah menipis kan ya? Sudah bayar tagihan ini itu, terus buat kebutuhan hidup hingga sebulan ke depan. Nggak kurang sih, tapi pas banget. Menabung? Investasi? Nggak bisa.
Iya, ya kayak kasus di atas.
Dapat gaji, buat bayar ini itu. Terus habis. Tanggal gajian berikutnya lantas ditunggu, jadi tanggal “keramat”.
Ini bisa jadi indikasi bahwa kamu hanya hidup paycheck to paycheck. Kalau kayak gini, bukan gaji kamu yang salah karena terlalu kecil. Mungkin memang arus kas keuangan kamu memang bermasalah.
4. Selalu terlambat membayar cicilan
Terlambat membayar cicilan utang ini akan menimbulkan masalah lebih besar. Kamu harus membayar denda yang sebenarnya enggak perlu jadi tambahan pengeluaran, salah satunya. Apalagi kalau kamu selalu terlambat membayar cicilan.
Kenapa kamu selalu terlambat membayar cicilan? Ada masalah apa? Apakah kamu memang kesulitan untuk mengembalikan dana yang kamu pinjam? Apakah cicilan utangmu melebihi 30% dari penghasilanmu sebulan? Ataukah, uang kamu terlalu banyak dialokasikan di pos lain ketimbang untuk membayar cicilan?
Ada berbagai sebab mengapa kamu kesulitan menepati tenggat pembayaran utang. Coba cari apa masalahnya, dan temukan solusinya.
Jika memang cicilan utangmu melebihi 30% penghasilan, coba cek, apakah ada yang bisa kamu percepat pelunasannya. Tentu kamu harus mengeluarkan effort yang lebih untuk mengatur keuanganmu. Tapi, dengan mengurangi cicilan, next, arus kas kamu akan lebih baik dan kamu enggak perlu bayar denda keterlambatan lagi.
5. Mengandalkan kartu kredit untuk hidup sehari-hari
Kartu kredit memang banyak manfaatnya kok. Enggak perlu merasa bersalah jika memang kamu banyak menggunakannya. Kuncinya adalah pengendalian diri dan pengelolaan arus kas pribadi yang baik, and then you’re ok.
Tapi, ketika kamu merasa tak mungkin bisa belanja tanpa kartu kredit, bahkan kamu sampai belanja groceries dengan kartu kredit lantaran kamu enggak punya dana cair untuk belanja dan mengandalkan gaji bulan depan untuk membayar utang belanja bulan ini, itu pun hanya bisa minimum payment, hmmm … Merasa ada sesuatu yang salah dalam pengaturan arus kas pribadimu nggak sih, kalau gitu?
Kalau kamu belanja dengan kartu kredit karena kepraktisannya, dan kemudian kamu bisa langsung melunasi agar tak terkena bunga, maka ini enggak jadi masalah.
Coba yuk, dicek lagi. Mengapa sampai kamu enggak punya dana untuk belanja groceries? Mengapa harus mengandalkan gaji bulan depan untuk membayar belanja bulan ini?
Nah, yang mana di antara kelima hal di atas yang masih kamu alami sampai sekarang. Kalau hanya satu atau dua, kamu masih bisa memperbaikinya. Solusinya ya, selalu kembali ke pengaturan arus kas sehari-hari.
Tapi, kalau kamu mengalami kelimanya, wah, kamu harus segera bertindak. Mulailah dengan melakukan financial check up, dan segera perbaiki satu per satu kesalahan pengaturan arus kas yang ada.
Bingung? Jangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada kelas pengelolaan arus kas juga loh!
Selain itu, stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisnis Offline Jadi Bisnis Online: 5 Hal untuk Bersiap
Memulai bisnis di masa new normal pasca pandemi mungkin butuh ekstra effort, demi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan baru masyarakat. Yang tadinya punya peluang bagus menjadi bisnis offline, sekarang perlu banget dipikirkan untuk bisa dikonversi juga menjadi bisnis online.
Ya, hal itu tak lepas dari perubahan kebiasaan belanja selama pandemik, ketika orang-orang sekarang lebih suka berbelanja dari rumah ketimbang harus datang ke gerai ataupun toko konvensional.
Tapi sebenarnya, mengubah bisnis offline menjadi bisnis online ini enggak terlalu rumit kok. Hanya saja, kita harus siap untuk bergaul dengan teknologi yang sekarang sudah canggih. Bagi pemilik bisnis yang termasuk milenial, ini mudah saja sih. Tapi buat generasi sebelumnya–generasi X dan generasi Y awal, yang sekarang masih produktif–mungkin perlu adaptasi yang lumayan juga.
Untuk memudahkan, berikut ada 5 checklist yang bisa disiapkan jika pengin mengonversi bisnis offline menjadi bisnis online.
5 Hal yang Harus Disiapkan untuk Mengubah Bisnis Offline Menjadi Bisnis Online
1. Buat rencana bisnisnya
Yes, rencana bisnis adalah koentji. Termasuk di dalamnya adalah rencana keuangan bisnis. Untuk membuat rencana yang realistis dan komprehensif, maka kita perlu membuat tujuan terlebih dulu. Tujuannya juga harus realistis dan jelas, nggak boleh ngambang bin abstrak.
Sama kayak konsep #TujuanLoApa di pengelolaan keuangan pribadi. Bedanya, pada “tujuan bisnis” ini kita harus meletakkan target-target bisnis online dalam beberapa waktu ke depan.
Misalnya saja, satu bulan ke depan, harus sudah punya akun di setiap media sosial yang ada; dari mulai Facebook Page, Instagram, kalau perlu sampai TikTok. Tiga bulan ke depan, punya lapak di semua marketplace terkenal. Enam bulan ke depan, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce terkenal. Satu tahun ke depan, sudah punya website ecommerce sendiri.
Nah, sesuaikan dengan kemampuan ya, dan pertimbangkan sumber daya yang ada.
2. Siapkan modalnya
Sudah punya rencana dan tujuan bisnis, maka siapkan modalnya juga. Bagaimanapun, “hukum alam” berdagang berlaku, ada usaha ada modal tentu akan ada hasil.
Memang untuk menjalankan bisnis online cenderungnya enggak butuh modal sebesar kalau kita hendak membuat bisnis offline yang butuh tempat fisik. Tetapi, yang namanya modal tetap diperlukan. Bahkan semisal kita menjadi dropshipper atau reseller pun, juga butuh modal kok, meski tipis. Kan butuh kuota buat internetan, butuh beli handphone yang mumpuni, dan seterusnya juga?
Jadi, meski mungkin sambil jalan, modal bisnis tetap harus disiapkan.
3. Manfaatkan media sosial dan marketplace
Sebenarnya di era teknologi maju ini, kita sebagai pebisnis sudah banyak diuntungkan dengan berkembangnya berbagai hal loh. Mau survei pasar, bisa dilakukan online. Mau mencari vendor, juga bisa online. Mau jualan, juga online.
Yang namanya media sosial dan marketplace bisa banget kita manfaatkan sebagai titik tolak untuk memulai bisnis online kecil-kecilan. Seiring waktu kita bisa merambah ke platform lain.
O iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan platform ojek online ya! Ini perlu banget, terutama jika bisnis kita adalah bisnis kuliner nih.
4. Siapkan berbagai model payment dan ekspedisi
Semakin banyak pelanggan, semakin banyak pula keinginan dan aspirasi yang harus ditampung. Biasanya yang menjadi permasalahan adalah pembayaran dan pengiriman barang.
Pertimbangkan untuk mempunyai berbagai opsi model payment, mulai dari COD, transfer, kartu kredit, dompet digital, melalui gerai minimarket, sampai virtual account dan paylater. Begitu juga dengan pengiriman barang; pertimbangkan untuk menyediakan banyak pilihan, mulai dari kurir reguler, ojek online, sampai COD juga.
Semakin banyak pilihan, semakin leluasa pelanggan memilih, semakin suka mereka akan servis kita. Tentu saja, ini akan membuka peluang bisnis online kita berkembang lebih baik lagi.
5. Integrasikan dengan offline
Bukan berarti kita kemudian harus menutup gerai offline kita, jika memang ada. Kadang gerai offline juga diperlukan, untuk melayani pelanggan yang lebih suka mampir ke toko fisik dan memilih sendiri produk yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka pelanggan baru.
Tetapi, ada baiknya kita juga mengintegrasikan teknologi ke gerai offline kita itu. Misalnya, menyediakan berbagai gerbang pembayaran online juga di situ, tinggal scan QR code, lalu terhubung ke dompet digital. Sediakan pula berbagai alternatif lain, seperti pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, dan lain-lain.
Of course, untuk berbagai fasilitas itu, kita akan perlu biaya dan modal. Masukkan dalam rencana bisnis, dan realisasikan satu per satu.
So, gimana nih? Siap untuk memulai bisnis online di masa new normal? Good luck ya!
Bersiap juga untuk selalu update berita dan berbagai fitur teknologi terbaru, supaya enggak ketinggalan memanfaatkan apa yang ada. Bersiap juga untuk mengelola keuangan bisnis sebaik mungkin, yang terpisah dari keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Aman Transaksi Online demi Mencegah Kebocoran Data dan Kejahatan Lain
Sudah baca berita kan, bahwa terjadi kebocoran data pribadi pengguna yang melakukan transaksi online di beberapa situs ecommerce? Padahal belum lama juga ada masalah Cambridge Analytica yang melibatkan jaringan pertemanan terbesar, Facebook.
Mungkin kamu ada yang masih cukup awam akan keamanan berinternet ini, sehingga bingung, apa pentingnya hal ini hingga semua orang meributkannya? Well, kalau dijelaskan sih bakalan panjang artikelnya. Tapi pada intinya, data pribadimu sebagai pengguna internet memang merupakan komoditi yang tak murah dan paling dicari oleh mereka-mereka–terutama yang memiliki kepentingan bisnis–di internet.
Dengan data pribadimu yang tersedia itu, orang akan dapat menjual barang-barang padamu, memengaruhi pendapatmu hingga membuatmu melakukan sesuatu, bahkan membuatmu berubah pandangan ideologi.
Karena itu kebocoran data pribadi selalu menjadi isu yang panas. Dan, biasanya, hal ini paling banyak terjadi di situs jejaring ataupun ecommerce, karena di situs-situs tersebutlah kamu harus “menyerahkan” data–meliputi nama, email, alamat, sampai nomor handphone–untuk keperluan personalisasi akun. Di ecommerce, bahkan kamu harus memasukkan nomor kartu kredit untuk keperluan pembayaran transaksi online.
Tak semata-mata menjadi kesalahan pemilik situs, hal ini juga menjadi tanggung jawab kita sendiri sebagai pribadi yang “menyerahkan” data tersebut pada mereka. So, kitalah yang harus cerdas dan bijak jika dimintai data pribadi. Kita harus tahu, kapan kita bisa memberikan data dan kapankah kita harus menolaknya.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, terutama untuk mengamankan dirimu saat melakukan transaksi online, demi mencegah (atau setidaknya meminimalkan) terjadinya kebocoran data pribadi dan juga kejahatan siber lainnya.
7 Hal Waspada Saat Melakukan Transaksi Online demi Meminimalkan Peluang Terjadinya Kebocoran Data Pribadi dan Kejahatan Siber Lainnya
1. Pastikan situs online shop aman dan asli
Salah satu trik yang biasa dipakai oleh penjahat siber adalah membuat situs palsu. Karena itu, kamu sebagai pembeli harus mewaspadai hal ini. Biasanya situsnya akan memiliki alamat yang ganjil. Misalnya, taruhlah QM Financial adalah situs belanja online, maka alih-alih beralamat qmfinancial.com–yang merupakan alamat situs aslinya–situs palsu akan beralamat di qm-financial.com.
So, kamu memang harus jeli. Pastikan kamu hanya melakukan transaksi online di situs asli ecommerce, online shop, atau situs jejaringnya ya. Ini adalah langkah pertama yang paling penting untuk mencegah kebocoran data.
Di samping itu, kamu perlu pula memperhatikan, apakah alamat situs tersebut berawalan “https” alih-alih hanya “http” saja. Huruf “s” pada https berarti “security”, yang berarti situs tersebut lolos sertifikasi keamanan. Hal ini sangat penting, terutama jika kamu nantinya dituntut untuk menyerahkan berbagai data diri untuk keperluan transaksi online.
Jika kamu tidak harus melakukan transaksi online, maka membuka situs beralamat http pun tidak masalah. Hanya saja, kamu harus tetap waspada, terutama jika browser kamu memberikan sinyal tanda bahaya.
2. Pastikan koneksi aman
Biasanya kita memang akan girang banget kalau bisa mendapatkan koneksi wifi gratisan di tempat publik, ya kan? Namun, hal ini justru harus membuatmu lebih waspada.
Para penjahat siber biasanya membobol akun pengguna internet dari wifi publik, sehingga di sinilah paling rentan terjadi kebocoran data pribadi.
Jadi gimana dong? Yah, boleh saja kamu menggunakan wifi gratisan ini, tapi pastikan, ketika kamu melakukan login ke mana pun–baik itu ke email, ke akun ecommerce, ke jejaring pertemanan–kamu memakai kuota internetmu pribadi.
Kalau hanya untuk scrolling, window shopping, atau baca-baca saja–setelah kamu login–enggak masalah pakai wifi gratisan.
3. Update browser, antivirus, aplikasi, dan operating system
Browser, antivirus, aplikasi, dan OS yang ketinggalan versi bisa menjadi celah bagi para penjahat siber untuk membobol dinding keamanan dan memperbesar peluang terjadinya kebocoran data.
Jadi, jangan abaikan permintaan update di smartphone kamu ya. Segera update jika ada request untuk memperbarui versinya.
4. Amankan nomor kartu
Mau pamer apa pun di media sosial, jangan sampai kamu mengambil foto kartu kredit, kartu debit, buku tabungan, atau sejenisnya, dan mengunggahnya ke platform yang bisa diakses oleh orang banyak untuk mencegah terjadi kebocoran data ini.
Jika memang harus mengirimkan foto kartu kredit dan semacamnya, untuk keperluan pribadi, lebih baik kamu kirimkan via email atau WhatsApp yang memiliki fitur encrypting, sehingga pesanmu akan lebih aman.
5. Pastikan password aman
Jangan gunakan password yang sama untuk semua akun yang kamu miliki, baik itu untuk keperluan transaksi online. Karena begitu satu akunmu dibobol, maka selanjutnya gampang saja buat si penjahat siber untuk membobol akunmu yang lain.
Jadi, pastikan password yang berbeda untuk setiap akun. Gantilah password setiap 6 bulan sekali demi mencegah kebocoran data.
6. Awas phising!
Kadang kita mendapatkan email yang berisi semacam penawaran atau bahkan peringatan, bahwa terjadi sesuatu di salah satu akun pribadi kita, dan kita diminta untuk klik satu tautan.
Di sini, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Pastikan email benar-benar datang dari akun resminya. Jika si pengirim menggunakan alamat yang “aneh”–biasanya sih pakai akun gratisan di Gmail atau Yahoo–maka kamu patut untuk waspada.
Jangan langsung klik pada tautannya ya. Selidiki dulu, apakah semuanya memang asli.
7. Simpan bukti transaksi online
Setiap kali kita melakukan transaksi online, maka saat itu pula kita akan mendapatkan bukti transaksi, baik yang bisa dilihat di akun pribadi kita di ecommerce, aplikasinya, maupun yang dikirim melalui email. Simpanlah bukti transaksi online ini sampai transaksi benar-benar selesai; barang sudah sampai dengan aman, tak ada komplain, dan kita juga sudah membayar kewajiban.
Setelah itu, langsung hapus.
Masalah kebocoran data dan keamanan transaksi online ke depannya masih akan terjadi, apalagi dengan kondisi kita sekarang yang akan lebih banyak berbelanja secara daring. Karena itu, kitalah yang harus waspada dan cerdas saat hendak beraktivitas di dunia maya, apa pun aktivitas itu.
Tetap waspada ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Nggak Dapat Uang THR, Ini 7 Siasat Merayakan Lebaran
Apa sih yang diharapkan oleh para pekerja menjelang hari raya, selain uang THR? Nggak ada, kayaknya. Tetapi, untuk tahun ini, kita sepertinya harus bersabar jika memang tidak mendapat jatah.
Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya perusahaan-perusahaan yang tidak dapat membayarkan THR bagi karyawannya di tengah pandemi seperti ini. Mereka bisa survive, memperpanjang napas untuk tetap menggaji pun sudah cukup bagus. Ada banyak pekerja yang kehilangan uang THR sekaligus upah atau gaji, lantaran kena PHK atau dirumahkan.
Tahun 2020 sepertinya memang harus dicanangkan sebagai tahun berhemat nasional.
Tapi, tak mengapa. Ayo, kita siasati, agar tetap bisa berlebaran meski tanpa uang THR. Pakai uang seadanya saja, yang penting ibadah kita sahih.
7 Siasat Merayakan Lebaran Tanpa Uang THR
1. Cek uang tabungan, sisihkan
Semoga kamu masih punya tabungan! Dana darurat sungguh sangat penting kan ya, di masa-masa sulit seperti ini? Enggak masalah sih kalau kamu mau menggunakan dana daruratmu untuk merayakan Lebaran tahun ini, karena uang THR tidak bisa kamu terima.
Yang penting: spend wisely! Jangan dihambur-hamburkan, tetap berhemat, dan belanjalah dengan bijak.
Susun anggaranmu, dan sisihkan uang tabungan sesuai bujet yang sudah kamu tentukan. Kalau uang yang disisihkan sudah habis, maka berhentilah belanja. Setop, dan manfaatkan apa yang ada. Sebisa mungkin, jangan ambil uang tabungan lagi.
2. Coret pengeluaran yang enggak perlu
Mungkin tahun ini, kamu enggak butuh baju baru. Toh enggak akan bisa ke mana-mana juga kan, karena ada physical distancing. Silaturahmi bisa kamu lakukan secara online. Dan untuk video call, rasanya enggak perlu pakai baju baru. Coba lihat ke lemari. Jangan-jangan malah masih ada baju yang belum pernah kamu pakai.
Mungkin tahun ini, kamu juga enggak perlu belanja kue Lebaran yang berlebihan. Toh, tamu-tamu akan berkurang. Atau, malah enggak ada yang bisa datang sama sekali. So, sediakan saja seperlunya, misalnya untuk teman camilanmu ber-video call.
Cermati lagi pengeluaran-pengeluaran lain, yang enggak penting dan enggak perlu segera coret saja.
3. Susun menu Lebaran yang lebih sederhana
Mungkin kamu merasa, hidangan ketupat dan opor ayam wajib ada untuk hari Lebaran nanti. Ya, enggak masalah sih. Susun saja menunya.
Tapi, teteup, mantranya: tidak berlebihan.
Kalau anggota keluarga di rumah hanya sedikit, masaklah sesuai porsi saja. Untuk sehari dua hari makan, enggak masalah.
Tanpa uang THR, belanjalah dengan tidak berlebihan. Susun daftar belanja barang-barang yang dibutuhkan, dan hanya membeli barang yang ada di daftar belanjaan.
4. Belanja dengan kartu kredit? Think again!
Kalau biasanya, mungkin kamu bisa tertolong dengan kartu kredit untuk belanja Lebaran. Tapi, tahun ini–apalagi tanpa uang THR–sepertinya kamu harus berpikir ulang dengan lebih bijak.
Memiliki utang tambahan di kondisi sulit adalah pilihan yang paling terakhir yang bisa kamu buat. Jika kamu masih ada tabungan ataupun dana darurat, akan lebih baik kamu menyisihkannya saja dan belanja sesuai bujet ketimbang membuat utang baru.
5. Prioritaskan pada zakat dan sedekah
Membantu sesama adalah kewajiban kita bersama. So, meski tanpa uang THR, zakat dan sedekah harus tetap kita laksanakan.
Jangan lupa memasukkannya ke dalam anggaran hari Lebaran yang kamu susun ya, dan segera bayarkan kewajibanmu tanpa menunda.
Ingat, di saat sulit seperti ini adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap empati dan solidaritas. Banyak orang yang enggak seberuntung kita di luar sana. Seharusnya kita masih bersyukur dengan kondisi kita sekarang, bukan?
6. Fokus pada kebutuhan bulan berikutnya
Yes, kamu masih punya sepanjang tahun, serta tahun-tahun setelahnya, untuk dijalani. Kamu harus bisa survive sampai pandemi ini berakhir.
Jadi, alih-alih bermevvah-mevvah sekarang, ada baiknya kamu fokus untuk memenuhi kebutuhan beberapa waktu ke depan.
Tanpa uang THR? Iya, bisa pasti. Asalkan kamu melakukan tip-tip ini.
7. Manfaatkan peluang untuk bisnis
Biasanya sih, momen Lebaran begini juga memacu munculnya ide-ide kreatif untuk berbisnis. Mengapa tak kamu manfaatkan juga? Siapa tahu, hasilnya bisa kamu pakai untuk memperkuat dana darurat, ya kan? Setidaknya, mungkin bisa dipakai untuk kita berlebaran, tanpa uang THR.
Coba cermati sekitarmu, apa yang dibutuhkan dan apakah mungkin untukmu menyediakan kebutuhan mereka?
Nah, bisa kan, kita berlebaran tanpa uang THR? Pasti bisa, dan percayalah, kualitas ibadah kita enggak akan berkurang, meski tanpa menu-menu makanan mewah dan baju baru.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pasangan Suami Istri Sering Saling Merahasiakan 5 Hal Keuangan Ini
Bagaimana jika pasangan suami istri saling mempunyai rahasia? Well, mungkin untuk beberapa hal–demi kebaikan bersama–masih bisa ditoleransi. Namun, kalau rahasia itu menyangkut keuangan, nah … itu bisa jadi runyam.
Pada kenyataannya, hal ini memang bisa terjadi. Alasannya bisa bermacam-macam, dan hanya pasangan suami istri tersebutlah yang tahu. Ya, pasti ada alasan yang cukup kuat hingga membuat masing-masing pihak saling merahasiakan, tetapi harus waspada, karena rahasia keuangan seperti ini berpeluang untuk menciptakan konflik di kemudian hari. Bisa jadi masalah besar.
Rahasia keuangan apa saja yang berpeluang menjadi konflik rumah tangga antara pasangan suami istri itu? Mari kita lihat satu per satu.
5 Hal Keuangan yang Sering Menjadi Rahasia Pasangan Suami Istri
1. Utang
Ini kisah yang benar-benar terjadi. Seorang teman menikah dengan teman masa kecilnya. Setelah pulang dari honeymoon, barulah terungkap bahwa sang istri memiliki utang pinjaman online puluhan juta rupiah. Alasan utangnya sebenarnya cukup miris, untuk membiayai ongkos rumah sakit ayahnya yang terkena stroke.
Si suami tentu saja shock. Sekian lama berpacaran, pasangannya ternyata bisa rapi menyembunyikan rahasia ini. Iya, dia tahu sih, kalau ayah (mantan) pacarnya itu sempat dirawat di rumah sakit, tapi enggak membayangkan kalau ongkosnya dibayar dengan pinjaman online.
Tak hanya bawaan masa lajang, utang yang dirahasiakan juga bisa terjadi ketika pasangan suami istri sudah berada dalam ikatan rumah tangga. Sudah sering dengar celetukan, “Lakinya kan enggak tahu, kalau bininya ngutang panci!”
Aduh, mirisnya. Dan, tak hanya pihak istri yang sering menyembunyikan utang seperti ini, pihak suami pun tak jarang juga melakukannya.
2. Belanja online
Sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Sebuah toko online mem-publish capture-capture bagaimana para suami minta dibuatkan nota palsu ketika berbelanja di online shop tersebut. Kebetulan online shop tersebut berjualan barang-barang hobi yang biasa dilakukan oleh pria aka suami-suami.
Yang harganya Rp15 juta, diminta ditulis Rp2 juta saja. Yang harganya Rp5 juta, minta ditulis Rp500 ribu. Dan seterusnya. Memang sih, para suami ini membelanjakan uangnya sendiri–bukan uang istri, tapi mereka beralasan, supaya enggak dibawelin atau diomelin istri karena belanja segitu banyaknya hanya untuk hobi mereka.
Ya, kalau liat capture-capture yang dipublish ya lucu sih. Bikin ngakak. Tapi di balik itu, ya sedih. Sampai segitunya ya?
3. Tabungan
Punya tabungan rahasia? Bisa saja terjadi. Seorang teman mengaku merahasiakan tabungannya dari suaminya sendiri. Apa pasal? Demi menyelamatkan keuangan keluarga, lantaran si suami ini terkenal boros banget.
Well, untuk alasan itu, mungkin masih bisa diterima akal sehat sih. Tetapi, kalau untuk tujuan, misalnya seperti, “Tabunganku ya tabunganku. Tapi biar suami aja yang biayain kebutuhan hidup. Keenakan dia dong!” … nah, itu salah.
Bagaimanapun, peran pasangan suami istri yang seimbang sangat diperlukan di sini. Jika kelak pasangan tahu, bahwa salah satu pihak merahasiakan tabungannya, hal ini bisa memicu konflik dalam rumah tangga juga lo. Jadi, harus waspada ya.
4. Kartu kredit
Lah, punya kartu kredit dirahasiakan? Iya, memang. Dan, ada. Alasannya, ya supaya enggak dipakai belanja sama pasangannya.
Yah, mungkin memang ada alasan yang kuat, tetapi harus waspada. Karena seperti halnya rahasia-rahasia lain sebelumnya, hal ini juga berpeluang untuk menimbulkan konflik pada pasangan suami istri.
Ada baiknya untuk dibicarakan saja. Jika memang hanya untuk keperluan kantor (karena juga merupakan fasilitas kantor untuk mendukung kerjaan), misalnya, jelaskan pada pasangan. Buat dia mengerti, bahwa kartu kredit tersebut tidak untuk dipakai sendiri.
5. Penghasilan
Masih zaman ya, menyembunyikan jumlah penghasilan kalau sudah resmi jadi pasangan suami istri begini?
Ya, seharusnya enggak sih. Kalau masih masa pacaran sih, ya wajar. Kan, belum tentu jadi pasangan sehidup semati. Tapi, kalau sudah menikah dan berkomitmen membentuk keluarga–ditambah lagi, dengan punya cita-cita dan tujuan hidup jangka panjang–masa masih merahasiakan penghasilan masing-masing?
Kelima rahasia keuangan di atas memang menjadi hak masing-masing pihak. Percaya banget deh, bahwa pasti ada alasan mengapa harus dirahasiakan satu sama lain. Namun kelimanya juga bisa berpeluang untuk menimbulkan konflik di kemudian hari.
Jadi, gimana dong? Ya, duduk berdua, lalu bicara. Ajak ngobrol, yang santai, tanpa emosi yang meledak-ledak. Jika ada kesulitan, segera cari solusi berdua. Ingat, it takes two to tango. Sebuah keluarga enggak akan bisa harmonis bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama, kalau masing-masing pihak hanya mementingkan egonya sendiri.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan dalam Membayar Utang
Gimana? Sudah dalam tahap membayar utang kembali, demi 2020 bebas utang dan kondisi keuangan yang lebih sehat? Bagus!
Membayar utang adalah kewajiban setiap umat yang berutang. Karena, berani utang ya berani bayar. Kewajiban membayar harus sudah menjadi bahan pertimbangan utama bahkan sebelum utang. Ya, kalau enggak, terus enggak dibayar kembali, gitu? Jangan utang deh, kalau memang enggak berniat membayar kembali.
Tapi, kadang kejadian juga, sudah berniat baik untuk membayar utang kembali, tapi justru kita semakin terjerat dalam perutangan. Ouch! Tentunya kamu enggak mau dong, hal ini terjadi kan? Karena itu, jangan sampai melakukan beberapa kesalahan berikut ini saat membayar utang.
5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Membayar Utang Kembali
1. Menambah utang lagi
Gali lubang tutup lubang, tanpa sadar lubangnya justru semakin besar dan dalam. Duh, mimpi buruk banget deh ini, bagi semua orang yang punya utang.
Mungkin kamu berpikir, nggak apalah pinjam pada keluarga, misalnya, demi membayar utang bank. Baiklah, itu keputusanmu. Namun, kamu juga memperhitungkan “harga” atau value hubungan keluarga, jika kamu memutuskan untuk gali lubang untuk menutup lubang yang lain seperti ini.
Atau bisa jadi, kamu memperhitungkan bahwa bulan depan gajimu akan naik. Maka, kamu anggap nggak apa deh buat menambah utang lagi, padahal utang yang lain masih panjang pelunasannya. Hati-hati, sebaiknya jangan pernah menggunakan uang yang belum di tangan, dan tetap pertahankan pada batas maksimal 30% dari penghasilan. Kalau uang belum di tangan, itu berarti kamu belum punya uang untuk membayar utang lo! Kalau ada kondisi tertentu hingga kenaikan gajimu tertunda, bagaimana?
Juga, kalau sudah lebih dari 30%, sebaiknya setop utang dulu. Jangan menambah utang lagi.
2. Tanpa rencana atau strategi
Besarnya utang mungkin tak seberapa, tetapi untuk membayarnya kembali kamu tetap butuh rencana dan strategi.
Mengapa? Karena tanpa rencana dan strategi, utang tak akan terkelola dengan baik hingga bisa saja berakibat kita jadi kewalahan membayarnya kembali.
Rencana dan strategi untuk membayar utang kembali ini seharusnya sudah dipertimbangkan masak-masak saat kita masih berencana untuk berutang. Kalau sudah berpasangan, bagaimana pembagian peran dalam mengelola keuangan–termasuk harus membahas siapa yang bertugas membayar cicilan, jika memang utangnya harus dibayar kembali dengan cara dicicil. Dan, seterusnya.
Jangan sampai berutang, tanpa rencana dan strategi pembayaran kembali.
3. Bayar telat
Bayar telat, ingat denda. Hampir di setiap jenis kredit atau utang, selalu ada denda yang berlaku jika ada keterlambatan pembayaran. Bahkan utang sekecil di PayLater pun juga ada dendanya lo. Memang tak seberapa sih, sekitar Rp2.000 per hari saja.
Nah, dengan limit utang yang kecil juga, lalu terjadi keterlambatan pelunasan, masih ditambah dengan bunga dan biaya administrasi, jadi akumulasi denda ini akhirnya kerasa juga. Apalagi kalau sampai telat sebulan. Yah, berarti berapa persen sendiri tuh?
Begitu juga dengan utang kartu kredit. Bayar telat, akan ada denda plus bunga. Lama-lama cuma bisa bayar minimum, yang akhirnya bikin bunga berbunga dan makin membengkak.
4. Bayar minimum
Kadang para kreditur ini memang menganggap enteng sih, dengan jumlah pembayaran utang minimum ini. Banyak yang salah paham, bahwa bunga kartu kredit dihitung berdasarkan sisa tagihan, padahal sebenarnya dari nilai total transaksi utang.
Dengan membayar jumlah minimum ini, total tagihan yang perlu dibayarkan semakin meningkat. Parahnya, hal ini justru banyak yang tak disadari oleh para pengguna kartu kredit pembayar minimum ini.
So, sebaiknya, jangan tunda lagi membayar utang–terutama utang kartu kredit. Kalau punya uang lebih, segera saja lunasi. Agar tak kena efek bunga berbunga.
5. Pakai uang pos lain, tapi lupa ganti
Saat kita membayar utang, mungkin kita harus mencairkan tabungan ataupun dana darurat. Semua demi utang yang lebih cepat terlunasi. Ini adalah langkah yang baik.
Namun, hal ini bisa jadi bumerang, kalau uang yang kita pakai untuk melunasi utang itu tidak segera diganti. Misalnya, kita ambil dana darurat. Utang lunas, maka PR selanjutnya adalah segera mengganti dana darurat yang sudah dipakai. Kalau enggak, nanti kalau butuh dana lagi gimana? Masa iya, mau utang lagi?
Jadi, jangan sampai lupa mengganti uang yang dipakai untuk membayar utang ya.
So, gimana nih? Semoga kamu tidak melakukan satu pun dari kesalahan membayar utang di atas ya. Semoga utangmu juga segera beres.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Cara Efektif Melunasi Utang
Yang namanya manusia itu memang seharusnya punya banyak mau dan mimpi. Tapi sayangnya, kekuatan kita terbatas. Termasuk urusan keuangan. Karena keterbatasan itulah, kadang kita perlu untuk mengambil utang. Tapi, sayangnya, banyak orang yang berutang tanpa punya rencana untuk melunasi utang hingga tuntas.
Inilah yang kemudian menjadi masalah besar. Padahal jelas, berani berutang, ya harus berani bayar–mengembalikan pinjaman uangnya. Namanya juga pinjam, ya harus dikembalikan. Lepas dari apa pun tujuan kita berutang.
Kadang, baru kerasa kalau utang bertumpuk, hingga membuahkan bunga berbunga. Makin lama, makin menjerat, seakan kita enggak pernah terlepas seumur hidup.
Well, turut berduka cita deh. Tapi, sebenarnya, dengan (sedikit) usaha yang serius, siapa pun bisa kok melunasi utang hingga akhirnya terbebas sama sekali. Hidup tanpa utang itu ringan banget rasanya, gaes!
7 Langkah Melunasi Utang Secara Efektif
1. Susun daftar utang dan tentukan prioritas pembayaran
Lakukan financial check up, prioritaskan pada membuat daftar utang yang sekarang harus ditanggung. Tulis semuanya ya, agar kita tahu posisinya seperti apa sebenar-benarnya. Tulis juga berapa bunga yang harus dibayarkan, sekaligus tanggal jatuh temponya.
Dari daftar ini, kita lantas bisa menentukan prioritas untuk melunasi utang. Kamu bisa mulai membereskan mulai dari utang dengan bunga yang paling besar, atau bisa juga mulai dari membereskan utang dari nominal yang paling kecil.
Atau, mungkin kamu punya pertimbangan lain? Enggak masalah, tentukan prioritasmu dan jadikan ini sebagai deadline.
2. Cek tabungan
Kamu punya dana darurat dalam bentuk apa? Tabungan? Reksa dana pasar uang? Atau aset lainnya?
Apakah kamu punya saldo di beberapa e-wallet? Atau mungkin, kamu sudah booking tiket untuk liburan ke luar negeri untuk bulan depan, atau 3 bulan lagi?
Kumpulkan semua uang yang masih kamu punya. Mungkin enggak kalau semua dicairkan dulu, untuk melunasi utang? Tabungan dan reksa dana pastinya enggak masalah untuk dicairkan. Uang di e-wallet juga boleh dipakai dulu.
Untuk booking tiket, kamu bisa lo membatalkannya dan meminta refund. Meski kamu akan rugi beberapa rupiah, tapi uangnya juga bisa kamu pakai untuk melunasi utang. Liburan bisa di-reschedule kan?
3. Jual aset
Selain tabungan dan “tabungan” seperti di atas, coba cek juga, kamu punya aset apa?
Punya kamar kosong di rumah? Coba deh disewakan. Ada mobil dan kebanyakan nganggur? Coba juga disewakan.
Atau, kamu punya beberapa perhiasan emas? Bisa digadai, atau dijual, untuk bisa mendapatkan fresh cash. Bahkan kamu, para penimbun buku, kamu juga bisa jual koleksi bukumu yang enggak dibaca lagi, demi mendapatkan uang tambahan.
Pertimbangkan peluang ini terhadap segala sesuatu yang kita punya saat ini. Enggak apa nggak punya barang-barang dulu, yang penting utang lunas. Barang bisa didapatkan lagi, nanti setelah keuanganmu sehat.
4. Cari penghasilan tambahan
Selain pekerjaan utamamu sekarang, apakah kamu punya keahlian lain atau mungkin punya minat ataupun hobi yang mungkin bisa di-“karya”-kan?
Misalnya saja, jadi guru les privat anak-anak sekolah, atau guru les musik jika kamu punya hobi memainkan alat musik tertentu. Kamu juga bisa menjual craft-craft hasil karyamu sendiri melalui marketplace atau media sosial.
Pokoknya, cari sesuatu yang bisa kamu kerjakan dan menghasilkan uang tambahan demi melunasi utang lebih cepat.
5. Negosiasi dengan pihak peminjam
Jika utangmu adalah utang kartu kredit, kamu bisa lo mengajukan permohonan kepada pihak bank penerbit kartu kreditmu untuk menghentikan perhitungan pertambahan bunga. Tentunya, kamu harus punya argumen yang tepat ya.
Kamu juga bisa, misalnya, memindahkan kredit ke pihak lain yang menawarkan bunga lebih rendah.
Intinya, bernegosiasilah dengan pihak peminjam untuk melunasi utang. Pastikan kamu mempersiapkan argumen yang kuat.
6. Sesuaikan gaya hidup, ubah mindset
Ini terutama harus kamu lakukan jika utangmu adalah utang konsumtif–utang untuk mendapatkan barang-barang yang tak akan memberimu nilai tambah, barang-barang yang akan mengalami penurunan nilai nominal. Seperti misalnya, gadget atau laptop, jam tangan bermerek, dan sebagainya.
Sesuaikan gaya hidupmu, agar tak melebihi batas wajar. Ingat, pengeluaranmu untuk lifestyle “hanya” 20% dari penghasilan. Jangan sampai lebih, apalagi pakai utang.
Ubah mindset, bahwa mendapatkan pinjaman uang tidak sama dengan mendapatkan pemasukan. Pinjaman uang harus dikembalikan, entah kamu sanggup melunasi utang atau enggak.
7. Hindari gali lubang tutup lubang
Apa pun iming-imingnya, jangan langsung tergoda untuk berutang–apalagi jika utangnya konsumtif. Juga jangan sampai terpikirkan untuk menggali lubang demi menutup lubang yang lain.
Percayalah, sekali menggali lubang untuk menutup lubang, lubang yang kita buat justru semakin besar.
Nah, semoga dengan 7 langkah melunasi utang di atas bisa membantumu untuk terbebas dari jeratan utang ya.
Semangat, kamu pasti bisa!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Jenis Utang yang Paling Sering Menjebak dan Bikin Masalah
Utang is lyfe. Rasanya, kurang afdal kalau nggak punya utang. Utang jadi motivasi untuk kerja. Karena punya utang, makanya harus kerja. Sampai-sampai, saking lyfe-nya nih, semua jenis utang pernah dipunya.
Yes, jangan salah, masih banyak orang yang menganut faham ini.
Jadi, apakah berutang itu salah? Enggak sama sekali. Apalagi kalau memang kita tak punya uang, sedangkan kita ada kebutuhan yang sangat penting. Namun, tentu saja enggak sembarang utang. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, agar utang kita sehat. Nah, ini sih bisa kamu cek di artikel yang lalu ya.
Utang memang boleh-boleh saja. Yang harus diwaspadai adalah jebakannya, yang justru muncul karena kesalahan kita sendiri.
Ini dia beberapa jenis utang yang paling sering menjebak dan bikin masalah, terutama belakangan ini
1. Kredit tanpa jaminan
Jenis utang kredit ini memang sangat menggiurkan, pada awalnya. Sudahlah tanpa butuh jaminan atau agunan, prosesnya cepat, plafonnya juga lumayan. Cocok banget deh, untuk kebutuhan mendesak jangka pendek.
Banyak orang memanfaatkan kredit tanpa jaminan ini untuk berbagai keperluan, dari mulai tambahan modal usaha hingga keperluan pribadi–misalnya untuk biaya menikah, membeli barang, renovasi rumah, sampai liburan.
Tapi, awas jebakannya!
Kredit tanpa jaminan punya bunga yang tinggi banget, rata-rata antara 10% – 23% per tahun, dengan bunga tetap. Bunga yang tinggi ini sebagai “harga” dari risiko pemberian pinjaman yang tanpa jaminan atau agunan.
Dan, jangan salah. Jika kita mau melunasinya lebih cepat, ada biaya penalti yang harus kita bayar juga lo!
Pantas saja kan, kalau jadi menjebak?
2. Utang kartu kredit
Jenis utang yang kedua ini biasanya akan menjebak mereka yang punya mindset, “Punya kartu kredit berasa kayak punya kartu ATM tanpa harus menabung dulu.” Jadi, kebutuhan apa pun, tinggal gesek saja. Praktis dan mudah.
Ya, dan “praktis dan mudah” itu biasanya ada harganya, tentu saja. Bunga utang kartu kredit juga cukup tinggi, apalagi jika kita hanya mampu membayar minimum payment setiap bulannya.
Lalu, ada juga lo jebakan utang kartu kredit ini selain bunga. Apa hayo? Limit.
Sebelum diapprove, pihak bank biasanya akan melakukan survei terhadap calon pemegang kartu kredit. Biasanya sih syaratnya punya gaji minimal Rp3 juta. Saat akhirnya diapprove permohonan kartu kreditnya, limit utang kartu kredit bisa 2 kali lipat–bahkan mungkin lebih–dari gaji kita.
Wah, bisa belanja sampai 2 kali lipat dari gaji lo! Misal gaji Rp10 juta. Limitnya bisa sampai Rp20 juta. Betapa menggiurkan!
3. Utang atas nama arisan
Biasanya sih yang suka ikut arisan itu ibu-ibu (saya enggak suka ikut arisan, tapi ibu-ibu juga sih). Dan biasanya ibu-ibu paling hobi sama sesuatu yang bisa dibayar secara kredit.
Nah, ini nih biasanya juga menjadi hal menarik. Syahdan, ada penjual panci. Pancinya kalau di toko dibanderol dengan harga Rp500.000. Karena si penjual tahu banget kalau ibu-ibu suka arisan dan suka panci, maka dibikinlah “arisan”. Arisannya Rp50.000 per bulan selama setahun. Nanti yang dapat arisan, hadiahnya panci.
Sounds great, huh?
Tapi tunggu. Rp50.000 per bulan selama setahun? Berarti, jadi berapa itu harga pancinya?
Jeng jeng! Yep, ini adalah salah satu jenis utang yang biasanya nasabahnya adalah ibu-ibu memang.
4. Pinjaman online
Pernah baca seorang PNS yang gantung diri lantaran tercekik pinjaman online? Ngeri banget kan ya? Di kasus lain lagi, ada yang mengaku, terjerat utang di–nggak tanggung-tanggung nih–15 aplikasi pinjaman online.
Pinjaman online ini sebenarnya sih si kredit tanpa jaminan yang sudah disebutkan di poin pertama di atas itu juga sih. Hanya saja, kredit ini dilakukan secara online melalui aplikasi mobile.
Masih soal kepraktisan, kepastian untuk disetujui, prosesnya yang cepat dan mudah juga yang bikin orang jadi terjebak.
Tapi, “efek” dari pinjaman online ini enggak berhenti di diri yang meminjam uang aja lo, tetapi bisa berefek sampai ke orang-orang terdekatnya, kenalannya juga. Karena ketika kita instal aplikasi online ini, kita akan menyetujui syarat yang menyebutkan, bahwa si pemilik aplikasi online akan dapat mengakses semua data diri kita. Termasuk kontak!
Nah, makanya, kalau si peminjam enggak bisa bayar, yang ditagih adalah semua orang yang ada di daftar kontaknya. Waduh!
5. Pay Later
Jenis utang yang terakhir ini adalah utangnya para milenial dan gen Z nih. Kok gitu? Iya, soalnya jenis utang ini ada bareng aplikasi-aplikasi favorit para milenial; mulai dari aplikasi ojek online, marketplace, sampai aplikasi liburan.
Bunga Pay Later bervariasi, tergantung platform mana yang dipakai. Yang terbesar adalah yang dipakai di platform aplikasi liburan. Limit utangnya bisa sampai Rp50 juta, dengan bunga sekitar 4%. Maksimal banget deh.
Jadi, jenis utang mana yang sekarang masih jadi mimpi burukmu? Semoga sih sudah enggak ada lagi.
Kalau masih ada, ayo, segera cari jalan keluar untuk segera bebas dari utang. Benahi keuanganmu segera, mulai dari mengatur cash flow hingga nantinya juga berinvestasi. Pilih kelas finansial online QM Financial yang sesuai dengan kebutuhanmu ya.
Kalau kita bisa bebas utang itu rasanya … hidup jadi ringan banget lo! Kamu nggak pengin?