Bisnis Offline Jadi Bisnis Online: 5 Hal untuk Bersiap
Memulai bisnis di masa new normal pasca pandemi mungkin butuh ekstra effort, demi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan baru masyarakat. Yang tadinya punya peluang bagus menjadi bisnis offline, sekarang perlu banget dipikirkan untuk bisa dikonversi juga menjadi bisnis online.
Ya, hal itu tak lepas dari perubahan kebiasaan belanja selama pandemik, ketika orang-orang sekarang lebih suka berbelanja dari rumah ketimbang harus datang ke gerai ataupun toko konvensional.
Tapi sebenarnya, mengubah bisnis offline menjadi bisnis online ini enggak terlalu rumit kok. Hanya saja, kita harus siap untuk bergaul dengan teknologi yang sekarang sudah canggih. Bagi pemilik bisnis yang termasuk milenial, ini mudah saja sih. Tapi buat generasi sebelumnya–generasi X dan generasi Y awal, yang sekarang masih produktif–mungkin perlu adaptasi yang lumayan juga.
Untuk memudahkan, berikut ada 5 checklist yang bisa disiapkan jika pengin mengonversi bisnis offline menjadi bisnis online.
5 Hal yang Harus Disiapkan untuk Mengubah Bisnis Offline Menjadi Bisnis Online
1. Buat rencana bisnisnya
Yes, rencana bisnis adalah koentji. Termasuk di dalamnya adalah rencana keuangan bisnis. Untuk membuat rencana yang realistis dan komprehensif, maka kita perlu membuat tujuan terlebih dulu. Tujuannya juga harus realistis dan jelas, nggak boleh ngambang bin abstrak.
Sama kayak konsep #TujuanLoApa di pengelolaan keuangan pribadi. Bedanya, pada “tujuan bisnis” ini kita harus meletakkan target-target bisnis online dalam beberapa waktu ke depan.
Misalnya saja, satu bulan ke depan, harus sudah punya akun di setiap media sosial yang ada; dari mulai Facebook Page, Instagram, kalau perlu sampai TikTok. Tiga bulan ke depan, punya lapak di semua marketplace terkenal. Enam bulan ke depan, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce terkenal. Satu tahun ke depan, sudah punya website ecommerce sendiri.
Nah, sesuaikan dengan kemampuan ya, dan pertimbangkan sumber daya yang ada.
2. Siapkan modalnya
Sudah punya rencana dan tujuan bisnis, maka siapkan modalnya juga. Bagaimanapun, “hukum alam” berdagang berlaku, ada usaha ada modal tentu akan ada hasil.
Memang untuk menjalankan bisnis online cenderungnya enggak butuh modal sebesar kalau kita hendak membuat bisnis offline yang butuh tempat fisik. Tetapi, yang namanya modal tetap diperlukan. Bahkan semisal kita menjadi dropshipper atau reseller pun, juga butuh modal kok, meski tipis. Kan butuh kuota buat internetan, butuh beli handphone yang mumpuni, dan seterusnya juga?
Jadi, meski mungkin sambil jalan, modal bisnis tetap harus disiapkan.
3. Manfaatkan media sosial dan marketplace
Sebenarnya di era teknologi maju ini, kita sebagai pebisnis sudah banyak diuntungkan dengan berkembangnya berbagai hal loh. Mau survei pasar, bisa dilakukan online. Mau mencari vendor, juga bisa online. Mau jualan, juga online.
Yang namanya media sosial dan marketplace bisa banget kita manfaatkan sebagai titik tolak untuk memulai bisnis online kecil-kecilan. Seiring waktu kita bisa merambah ke platform lain.
O iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan platform ojek online ya! Ini perlu banget, terutama jika bisnis kita adalah bisnis kuliner nih.
4. Siapkan berbagai model payment dan ekspedisi
Semakin banyak pelanggan, semakin banyak pula keinginan dan aspirasi yang harus ditampung. Biasanya yang menjadi permasalahan adalah pembayaran dan pengiriman barang.
Pertimbangkan untuk mempunyai berbagai opsi model payment, mulai dari COD, transfer, kartu kredit, dompet digital, melalui gerai minimarket, sampai virtual account dan paylater. Begitu juga dengan pengiriman barang; pertimbangkan untuk menyediakan banyak pilihan, mulai dari kurir reguler, ojek online, sampai COD juga.
Semakin banyak pilihan, semakin leluasa pelanggan memilih, semakin suka mereka akan servis kita. Tentu saja, ini akan membuka peluang bisnis online kita berkembang lebih baik lagi.
5. Integrasikan dengan offline
Bukan berarti kita kemudian harus menutup gerai offline kita, jika memang ada. Kadang gerai offline juga diperlukan, untuk melayani pelanggan yang lebih suka mampir ke toko fisik dan memilih sendiri produk yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka pelanggan baru.
Tetapi, ada baiknya kita juga mengintegrasikan teknologi ke gerai offline kita itu. Misalnya, menyediakan berbagai gerbang pembayaran online juga di situ, tinggal scan QR code, lalu terhubung ke dompet digital. Sediakan pula berbagai alternatif lain, seperti pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, dan lain-lain.
Of course, untuk berbagai fasilitas itu, kita akan perlu biaya dan modal. Masukkan dalam rencana bisnis, dan realisasikan satu per satu.
So, gimana nih? Siap untuk memulai bisnis online di masa new normal? Good luck ya!
Bersiap juga untuk selalu update berita dan berbagai fitur teknologi terbaru, supaya enggak ketinggalan memanfaatkan apa yang ada. Bersiap juga untuk mengelola keuangan bisnis sebaik mungkin, yang terpisah dari keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Tip Aman Transaksi Online demi Mencegah Kebocoran Data dan Kejahatan Lain
Sudah baca berita kan, bahwa terjadi kebocoran data pribadi pengguna yang melakukan transaksi online di beberapa situs ecommerce? Padahal belum lama juga ada masalah Cambridge Analytica yang melibatkan jaringan pertemanan terbesar, Facebook.
Mungkin kamu ada yang masih cukup awam akan keamanan berinternet ini, sehingga bingung, apa pentingnya hal ini hingga semua orang meributkannya? Well, kalau dijelaskan sih bakalan panjang artikelnya. Tapi pada intinya, data pribadimu sebagai pengguna internet memang merupakan komoditi yang tak murah dan paling dicari oleh mereka-mereka–terutama yang memiliki kepentingan bisnis–di internet.
Dengan data pribadimu yang tersedia itu, orang akan dapat menjual barang-barang padamu, memengaruhi pendapatmu hingga membuatmu melakukan sesuatu, bahkan membuatmu berubah pandangan ideologi.
Karena itu kebocoran data pribadi selalu menjadi isu yang panas. Dan, biasanya, hal ini paling banyak terjadi di situs jejaring ataupun ecommerce, karena di situs-situs tersebutlah kamu harus “menyerahkan” data–meliputi nama, email, alamat, sampai nomor handphone–untuk keperluan personalisasi akun. Di ecommerce, bahkan kamu harus memasukkan nomor kartu kredit untuk keperluan pembayaran transaksi online.
Tak semata-mata menjadi kesalahan pemilik situs, hal ini juga menjadi tanggung jawab kita sendiri sebagai pribadi yang “menyerahkan” data tersebut pada mereka. So, kitalah yang harus cerdas dan bijak jika dimintai data pribadi. Kita harus tahu, kapan kita bisa memberikan data dan kapankah kita harus menolaknya.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, terutama untuk mengamankan dirimu saat melakukan transaksi online, demi mencegah (atau setidaknya meminimalkan) terjadinya kebocoran data pribadi dan juga kejahatan siber lainnya.
7 Hal Waspada Saat Melakukan Transaksi Online demi Meminimalkan Peluang Terjadinya Kebocoran Data Pribadi dan Kejahatan Siber Lainnya
1. Pastikan situs online shop aman dan asli
Salah satu trik yang biasa dipakai oleh penjahat siber adalah membuat situs palsu. Karena itu, kamu sebagai pembeli harus mewaspadai hal ini. Biasanya situsnya akan memiliki alamat yang ganjil. Misalnya, taruhlah QM Financial adalah situs belanja online, maka alih-alih beralamat qmfinancial.com–yang merupakan alamat situs aslinya–situs palsu akan beralamat di qm-financial.com.
So, kamu memang harus jeli. Pastikan kamu hanya melakukan transaksi online di situs asli ecommerce, online shop, atau situs jejaringnya ya. Ini adalah langkah pertama yang paling penting untuk mencegah kebocoran data.
Di samping itu, kamu perlu pula memperhatikan, apakah alamat situs tersebut berawalan “https” alih-alih hanya “http” saja. Huruf “s” pada https berarti “security”, yang berarti situs tersebut lolos sertifikasi keamanan. Hal ini sangat penting, terutama jika kamu nantinya dituntut untuk menyerahkan berbagai data diri untuk keperluan transaksi online.
Jika kamu tidak harus melakukan transaksi online, maka membuka situs beralamat http pun tidak masalah. Hanya saja, kamu harus tetap waspada, terutama jika browser kamu memberikan sinyal tanda bahaya.
2. Pastikan koneksi aman
Biasanya kita memang akan girang banget kalau bisa mendapatkan koneksi wifi gratisan di tempat publik, ya kan? Namun, hal ini justru harus membuatmu lebih waspada.
Para penjahat siber biasanya membobol akun pengguna internet dari wifi publik, sehingga di sinilah paling rentan terjadi kebocoran data pribadi.
Jadi gimana dong? Yah, boleh saja kamu menggunakan wifi gratisan ini, tapi pastikan, ketika kamu melakukan login ke mana pun–baik itu ke email, ke akun ecommerce, ke jejaring pertemanan–kamu memakai kuota internetmu pribadi.
Kalau hanya untuk scrolling, window shopping, atau baca-baca saja–setelah kamu login–enggak masalah pakai wifi gratisan.
3. Update browser, antivirus, aplikasi, dan operating system
Browser, antivirus, aplikasi, dan OS yang ketinggalan versi bisa menjadi celah bagi para penjahat siber untuk membobol dinding keamanan dan memperbesar peluang terjadinya kebocoran data.
Jadi, jangan abaikan permintaan update di smartphone kamu ya. Segera update jika ada request untuk memperbarui versinya.
4. Amankan nomor kartu
Mau pamer apa pun di media sosial, jangan sampai kamu mengambil foto kartu kredit, kartu debit, buku tabungan, atau sejenisnya, dan mengunggahnya ke platform yang bisa diakses oleh orang banyak untuk mencegah terjadi kebocoran data ini.
Jika memang harus mengirimkan foto kartu kredit dan semacamnya, untuk keperluan pribadi, lebih baik kamu kirimkan via email atau WhatsApp yang memiliki fitur encrypting, sehingga pesanmu akan lebih aman.
5. Pastikan password aman
Jangan gunakan password yang sama untuk semua akun yang kamu miliki, baik itu untuk keperluan transaksi online. Karena begitu satu akunmu dibobol, maka selanjutnya gampang saja buat si penjahat siber untuk membobol akunmu yang lain.
Jadi, pastikan password yang berbeda untuk setiap akun. Gantilah password setiap 6 bulan sekali demi mencegah kebocoran data.
6. Awas phising!
Kadang kita mendapatkan email yang berisi semacam penawaran atau bahkan peringatan, bahwa terjadi sesuatu di salah satu akun pribadi kita, dan kita diminta untuk klik satu tautan.
Di sini, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Pastikan email benar-benar datang dari akun resminya. Jika si pengirim menggunakan alamat yang “aneh”–biasanya sih pakai akun gratisan di Gmail atau Yahoo–maka kamu patut untuk waspada.
Jangan langsung klik pada tautannya ya. Selidiki dulu, apakah semuanya memang asli.
7. Simpan bukti transaksi online
Setiap kali kita melakukan transaksi online, maka saat itu pula kita akan mendapatkan bukti transaksi, baik yang bisa dilihat di akun pribadi kita di ecommerce, aplikasinya, maupun yang dikirim melalui email. Simpanlah bukti transaksi online ini sampai transaksi benar-benar selesai; barang sudah sampai dengan aman, tak ada komplain, dan kita juga sudah membayar kewajiban.
Setelah itu, langsung hapus.
Masalah kebocoran data dan keamanan transaksi online ke depannya masih akan terjadi, apalagi dengan kondisi kita sekarang yang akan lebih banyak berbelanja secara daring. Karena itu, kitalah yang harus waspada dan cerdas saat hendak beraktivitas di dunia maya, apa pun aktivitas itu.
Tetap waspada ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.