Mengenal Rapat Umum Pemegang Saham untuk Investor Pemula
Kamu yang saat ini sedang belajar investasi saham, barangkali sering mendengar istilah rapat umum pemegang saham, atau RUPS ya?
RUPS merupakan salah satu bagian penting dari sebuah perusahaan terbuka yang sahamnya diperjualbelikan di lantai bursa. Di sinilah keputusan-keputusan yang akan menentukan arah dan masa depan perusahaan diambil, mulai dari pengesahan laporan keuangan hingga pengangkatan dewan direksi.
Sebagai investor pemula, memahami dinamika dan mekanisme rapat umum pemegang saham bukan hanya membantumu dalam membuat keputusan investasi, tetapi juga memberikan wawasan mengenai bagaimana perusahaan dijalankan.
So, yuk, kita belajar keuangan bareng di artikel ini, mengenal lebih jauh tentang RUPS.
Apa Itu Rapat Umum Pemegang Saham?
RUPS, yang merupakan kependekan dari Rapat Umum Pemegang Saham, biasanya diadakan setahun sekali sebagai platform bagi pemegang saham untuk menyuarakan aspirasi dan opini mereka berdasarkan laporan yang disajikan. Saran yang dikemukakan oleh pemegang saham ini penting untuk didengar oleh pemegang saham lain, direksi, dan komisaris. Jika saran ini disetujui, maka akan menjadi perintah resmi yang harus dijalankan oleh perusahaan.
Keberhasilan masa depan perusahaan sangat terkait dengan RUPS. Setiap saran yang diberikan diolah dan dibahas sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, RUPS merupakan agenda penting yang harus dilaksanakan dengan serius.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS merupakan otoritas tertinggi dalam sebuah PT dan memiliki semua wewenang yang tidak diberikan kepada dewan komisaris dan direksi.
Wewenang tersebut meliputi persetujuan atas permohonan pailit, perubahan anggaran dasar, penunjukan dan pemecatan anggota direksi atau dewan komisaris, persetujuan perpanjangan usia perusahaan, serta penggabungan, pengambilalihan, pemisahan, atau pembubaran perusahaan.
RUPS umumnya berlangsung dalam forum di mana pemegang saham berhak mendapatkan informasi tentang perusahaan, baik dari dewan komisaris maupun direksi.
Apa Tujuan Diadakannya RUPS?
Tujuan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) meliputi beberapa aspek penting. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengambilan Keputusan Strategis
RUPS merupakan forum utama untuk pembuatan keputusan strategis, seperti pengesahan laporan keuangan, penetapan kebijakan dividen, pengangkatan atau pemberhentian direksi dan dewan komisaris, serta perubahan anggaran dasar.
2. Penyampaian Laporan dan Akuntabilitas
RUPS memberikan kesempatan kepada direksi untuk menyampaikan laporan mengenai kinerja dan keadaan perusahaan, termasuk laporan keuangan, kepada pemegang saham, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitasnya.
3. Keterlibatan Pemegang Saham
Rapat umum pemegang saham memberikan kesempatan kepada pemegang saham untuk terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan, seperti memberi masukan atau mengajukan pertanyaan langsung kepada direksi atau dewan komisaris.
4. Pengambilan Keputusan Bersama
RUPS memungkinkan pemegang saham untuk membuat keputusan bersama mengenai isu-isu penting yang memengaruhi perusahaan, termasuk rencana strategis, merger, akuisisi, hingga restrukturisasi.
5. Pemenuhan Kewajiban Hukum dan Regulasi
RUPS diadakan untuk memenuhi kewajiban hukum dan regulasi yang terkait dengan pengelolaan perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas, sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
6. Pembagian Dividen
Nah, ini nih yang biasanya memang ditunggu-tunggu. Salah satu agenda umum dalam RUPS adalah pembahasan dan penetapan pembagian dividen kepada pemegang saham. Mau berapa banyak, semua diputuskan dalam proses RUPS ini.
7. Pemeliharaan Hubungan Investor
Rapat umum pemegang saham juga bertujuan untuk memelihara hubungan yang baik antara perusahaan dan para investor, memberikan keyakinan kepada investor tentang kinerja dan arah strategis perusahaan.
Secara keseluruhan, rapat umum pemegang saham merupakan mekanisme kunci dalam tata kelola perusahaan yang baik. Rapat ini memastikan bahwa kepentingan pemegang saham terwakili dan dijaga sejalan dengan perkembangan dan keberlanjutan perusahaan.
Manfaat RUPS bagi Investor
Dari perspektif investor, rapat umum pemegang saham berperan sebagai sarana untuk pelaporan dan penetapan keputusan krusial perusahaan. Berikut adalah keuntungan RUPS bagi investor.
1. Pemantauan Kinerja Perusahaan
Sangat esensial bagi investor untuk mengetahui perkembangan bisnis yang diinvestasikannya. Dalam RUPS, kemajuan dan performa perusahaan dibahas melalui laporan dari Direksi dan Dewan Komisaris. Ini dimaksudkan untuk memverifikasi bahwa kinerja mereka masih sesuai dengan kesepakatan dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan perusahaan.
2. Keterbukaan Informasi Keuangan Perusahaan
RUPS juga mengulas kondisi finansial perusahaan, termasuk pendapatan dan pengeluaran, sebagai bentuk keterbukaan kepada pemegang saham.
3. Pemahaman tentang Kebijakan Perusahaan yang Akan Datang
Keuntungan lain dari RUPS adalah kemampuan investor untuk memahami strategi dan kebijakan perusahaan untuk tahun mendatang. Kita sebagai investor alias pemegang saham tentu menginginkan perusahaan terus berkembang, ya kan? Supaya ke depannya, kita bisa mendapat keuntungan juga, pastinya.
Nah, dalam RUPS, pemegang saham memiliki kesempatan untuk memberikan saran, solusi, dan inovasi untuk kemajuan perusahaan. Jadi, boleh saja kalau memang kamu punya suatu ide yang nantinya bisa bikin perusahaan tersebut jadi lebih maju bisnisnya.
4. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan Strategis Perusahaan
Keputusan strategis, seperti arah kebijakan perusahaan, distribusi dividen, serta penunjukan dan pemecatan direksi dan dewan komisaris, juga dibahas dalam rapat umum pemegang saham. Investor enggak cuma bisa mengutarakan pendapat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Pengin Ikut Rapat Umum Pemegang Saham?
Nah, gimana? Kamu pengin ikut RUPS? Emang boleh, investor dengan modal kecil ikut RUPS? Boleh banget! RUPS mengundang semua pemegang saham, enggak peduli modal besar ataupun kecil.
Sebelumnya, kamu harus memenuhi dulu beberapa syarat berikut.
1. Punya Saham
Untuk dapat berpartisipasi dalam RUPS, sebagai pemegang saham, kamu harus memiliki saham di perusahaan yang mengadakan RUPS.
Kalau perusahaannya terbuka atau yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham harus memiliki minimal satu lot atau 100 lembar saham. Nama pemegang saham yang tercatat di tanggal pencatatan pemegang saham akan mendapat undangan RUPS.
2. Punya Konfirmasi Tertulis Kehadiran RUPS
Pemegang saham atau investor yang menerima undangan untuk menghadiri RUPS dari perusahaan publik perlu mendapatkan Konfirmasi Tertulis Undangan Rapat (KTUR) dari perusahaan efek tempat mereka membeli saham.
KTUR ini berisi informasi seperti nama pemilik saham, nomor identitas, alamat, jumlah saham yang dimiliki, tanggal tercatat sebagai pemegang saham, waktu dan lokasi RUPS, dan dokumen ini wajib dibawa saat menghadiri RUPS. Jadi, kalau kamu pengin hadir di RUPS, hubungi perusahaan efek tempat kamu beli saham, untuk mendapatkan KTUR ini dulu ya.
3. Membawa KTUR dan Dokumen Identitas
Saat menghadiri RUPS, pemegang saham atau investor diharuskan membawa KTUR dan dokumen identitas seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dokumen ini diperlukan untuk proses validasi data pemegang saham.
Rapat umum pemegang saham (RUPS) merupakan elemen kunci dalam tata kelola perusahaan, memberikan wawasan dan kesempatan partisipasi langsung bagi pemegang saham, termasuk investor pemula.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang RUPS, kita sebagai investor dapat memainkan peran aktif dalam membentuk masa depan perusahaan yang kita dukung. Pengetahuan tentang proses, hak, dan tanggung jawab dalam RUPS enggak cuma bisa membantu dalam mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dalam dunia investasi.
Dengan demikian, keikutsertaan dalam RUPS menjadi jembatan bagi investor pemula untuk berkembang menjadi investor yang lebih berpengalaman.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Bias dalam Investasi: Kenali supaya Bisa Diatasi!
Bias dalam investasi bisa terjadi pada siapa pun. Tak terkecuali pada mereka yang sudah expert.
So, ya memang, menjadi seorang investor bisa dibilang enggak mudah. Harus melawan rasa takut, bimbang, hingga dilema. Pasalnya, keputusan yang diambil ini akan berdampak pada pertumbuhan aset, apalagi jika nominalnya terbilang besar. Salah perhitungan, terjadi bias dalam investasi tujuan finansial yang jadi taruhannya.
Jadi bisa dibilang, bias dalam investasi ini menjadi tantangan tersulit yang harus dialami oleh setiap investor karena berpeluang menggagalkan return potensial.
Bias dalam investasi ini ada hubungannya dengan kognitif otak manusia karena saling terhubung. Bias dalam investasi biasanya dapat memengaruhi pilihan yang akan dibuat dalam berinvestasi. Namun tak perlu khawatir, menurut ahli psikolog, kita sebenarnya dapat menyadari bagaimana cara kerja bias dalam investasi, dan mengatasinya untuk memastikan keputusan yang diambil masih rasional.
Setidaknya kamu bisa menerapkan lima tahapan dalam membuat keputusan investasi yang baik, yaitu:
- Menerima jika setiap individu pasti memiliki bias
- Berlatih untuk membuat keputusan dengan sadar
- Menyadari bahwa bias memang bisa memengaruhi keputusan,
- Cari saran dari orang lain tetapi tidak menjadikannya sebagai satu-satunya bahan pertimbangan
- Belajar dari berbagai sumber tanpa kenal lelah
7 Jenis Bias dalam Investasi yang Harus Dihindari
Ada beberapa jenis bias dalam investasi yang harus kamu hindari saat menjadi investor dan membuat keputusan tentang uang dan investasi, berikut ini bias-bias yang harus diwaspadai menurut ahli psikologi.
1. Reactive Devaluation Bias
Bias dalam investasi ini terjadi saat seseorang ditolak karena punya masalah pribadi dengan kita.
Misalnya begini. Ada orang yang enggak kamu sukai, dan dia memberikan insight investasi. Karena kamu enggak suka, maka kamu mengabaikan strategi investasi dari orang tersebut. Nah, jika ini terjadi, bisa jadi kamu melewatkan sesuatu yang sebenarnya baik untuk investasimu. Bisa saja strategi dari orang yang tak kamu sukai ini efektif lo!
2. Confirmation Bias
Bias dalam investasi ini membuat seseorang menafsirkan atau memastikan sebuah informasi sesuai dengan keyakinan yang ia setujui atau inginkan sendiri. Confirmation bias membuat investor menghindari rasa ketidaknyamanan secara emosional karena ia berpikir bahwa kemungkinan kecil dirinya salah.
Dalam konteks investasi, bias ini akan meyakinkanmu, sebagai investor, bahwa kamu tidak akan membuat kesalahan. Karenanya, kamu pun tetap melanjutkan strategi, padahal justru langkahmu ini menyebabkan kerugian.
3. Optimism Bias
Bias dalam investasi ini akan membuat seseorang merasa optimis terhadap hasil akhir yang akan diraihnya. Padahal, otak memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan optimisme.
Kalau tidak dihindari, hal ini bisa menyebabkanmu terlalu pede. Padahal rasa optimis yang berlebihan, justru membuatmu lengah dan risiko terbesarnya kamu bisa kehilangan banyak uang.
4. Loss Aversion
Mirip seperti optimism bias di atas, hanya saja bias ini akan membuatmu merasa lebih rugi kalau menyerah sekarang, dan memilih untuk bertahan meski sebenarnya tanda-tanda tak bagus sudah mulai terlihat dengan nyata.
Misalnya saja, kamu mempertahankan untuk berinvestasi pada instrumen tertentu dan keukeuh meskipun sebenarnya sudah terlihat bahwa kerugiannya sudah besar. Waspadalah jika ini terjadi, karena bias ini sering muncul ketika kita denial sudah berinvestasi pada investasi bodong.
5. FOMO
Fear of Missing Out, atau disebut FOMO, merupakan sebuah kondisi ketika seseorang merasa takut ketinggalan atau kehilangan kesempatan. Hal ini akan membuat seseorang melakukan apa pun agar hal yang diinginkannya tercapai.
Biasanya bias ini dapat membuat investor melakukan investasi di instrumen yang sedang hype, padahal beberapa saat kemudian nilainya anjlok, karena ada manipulasi pasar yang terjadi.
6. Illusion of Control
Bias dalam investasi ini membuat investor beranggapan bahwa dirinya bisa mengontrol semuanya karena merasa hebat. Ia merasa bisa mengontrol dirinya sendiri atas beban seberat apa pun, termasuk mengontrol masa depan.
Hal ini hanya akan membuat seorang investor terlena tanpa mempertimbangkan hal lainnya dalam berinvestasi.
7. Hindsight Bias
Bias dalam investasi ini membuat seorang investor seolah-olah bisa meramal masa depan dengan pola-pola harga saham di masa lalu, yang kemudian membuatnya merasa pasti hal yang sama akan berulang di masa depan.
Pola tersebut lantas membuat dirinya yakin bahwa bisa memprediksi masa depan. Padahal, dia hanya mengandalkan firasatnya saja, tanpa adanya analisis yang mendasar mengenai instrumen yang diincarnya.
Bagaimana Cara Meminimalkan Munculnya Bias dalam Investasi?
Bagi seorang investor, bias dalam investasi bisa jadi enggak dapat dihindari, tetapi sebenarnya dapat diminimalkan. Setiap investor akan merasakannya, tapi paling tidak lakukan pengukuran investasi seobjektif mungkin.
Penuhi pengetahuan diri dengan banyak membaca cara berinvestasi menggunakan taktik atau strategi. Cukupi ilmu mengenai dunia investasi agar kamu tidak mudah dikelabui oleh perasaan. Pasalnya bias investasi ini membuat persepsi seolah-olah semua begitu mudah, padahal ya, enggak gitu juga. Selalu lakukan riset dan analisis mendalam, setiap kali kamu hendak berinvestasi pada instrumen apa pun.
Selain itu, buat rencana investasi dengan menentukan kriteria saham atau investasi seperti apa yang akan dijadikan portofolio. Kondisi seperti apa yang akan menentukan diri dalam membeli saham.
Disiplinlah terhadap rencana investasi yang telah ditentukan. Jangan loyal terhadap produk, tetapi loyallah pada tujuan. Produk investasi bisa berubah, menyesuaikan dengan kondisi dan tujuan keuangan kita. Jangan mendadak mengubah strategi dalam masa chaos, hal ini tidak direkomendasikan karena akan banyak bias-bias yang memengaruhi seorang investor.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Memahami Skema Ponzi agar Terhindar dari Iming-Iming Menggiurkan
Apakah kamu pernah mendengar skema Ponzi? Mungkin kurang familier, tetapi skema ini sering banget digunakan sebagai modus dalam investasi bodong. Biasanya bentuknya setor uang untuk dapat pengembalian besar, arisan online, tabungan berjangka, kripto, dan sebagainya.
Sebenarnya konsep besarnya sih enggak salah, dan nggak salah juga untuk berinvestasi dalam instrumen apa pun. Ingat, bahwa tujuan investasi itu adalah baik, yaitu untuk merencanakan keuangan yang lebih baik di masa depan. Apalagi sekarang, bentuk investasi berkembang sebegitu rupa. Yang paling gampang ya yang bermodalkan handphone saja.
Namun, memang ada yang salah dalam prinsip skema Ponzi, sampai-sampai sering disebut dengan money game. Seperti apa sih sebenarnya? Ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Skema Ponzi?
Skema Ponzi merupakan salah satu modus penipuan keuangan yang digagas oleh Charles Ponzi, seorang warga negara Italia tahun 1920. Idenya adalah mengumpulkan sekelompok investor untuk menyetorkan dana, dan menjanjikan keuntungan sebesar 40% dalam waktu 45 hari, atau 100% dalam 90 hari. Namun, untuk mendapatkan keuntungan sebesar itu, masing-masing investor harus merekrut atau mengajak orang lain untuk bergabung. Jadi, kurang lebih seperti MLM.
Sebenarnya keuntungan yang dijanjikan itu terlalu fantastis hingga tak masuk akal. Tetapi, karena pandainya Ponzi membujuk, maka banyak yang akhirnya tergiur dan bergabung dalam bisnisnya.
Padahal, keuntungan ini bukan didapatkan dari pengelolaan bisnis seperti halnya bisnis MLM, melainkan merupakan dana yang disetorkan oleh investor yang baru bergabung melalui perekrutan investor lama. So, pantas saja Ponzi bisa memberikan testimoni-testimoni luar biasa dari investor-investor lama untuk kemudian menarik investor baru. Pasalnya, investor lama pastinya akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan banyaknya orang yang bergabung.
Skema piramida ini bisa saja tetap utuh, kalau bisa mempertahankan jumlah anggota baru. Sayangnya, begitu tidak ada lagi yang mau bergabung, piramida tersebut pasti akan goyah. Apalagi kalau kemudian investor yang bergabung terakhir tidak juga menerima keuntungan.
Dan, itulah memang yang kemudian terjadi pada bisnis Charles Ponzi. Runtuh, karena investor baru sadar bahwa mereka ditipu.
Lalu, bagaimana mengenali skema Ponzi ini?
Ciri Utama Skema Ponzi yang Sebenarnya Mudah Dikenali
1. Ada uang pendaftaran
Sudah sempat disinggung di atas, bahwa keuntungan yang didapatkan dari skema Ponzi ini adalah dari perputaran uang dari investor baru yang dibagikan pada investor yang lebih dulu bergabung, yang dianggap sebagai profit. Sementara, ada sebagian yang diambil untuk si pemilik bisnis.
Jika ingin terus mendapatkan profit, maka investor lama harus terus berusaha merekrut, dan kemudian meminta uang pendaftaran sebagai anggota baru. Hal ini tentu saja berbeda dengan investasi pada umumnya, yang tanpa uang pendaftaran. Memang ada setoran awal, tetapi dari setoran awal, dana tersebut kemudian dibelikan produk investasi, seperti saham atau bisa juga dipinjamkan kalau di platform P2P lending. Di sini, ada aset yang ditukar. Sementara pada investasi skema Ponzi, tidak ada aset riil yang bisa kita terima.
2. Keuntungan besar tanpa risiko dalam waktu yang sangat cepat
Keuntungan yang dijanjikan oleh skema Ponzi berkedok investasi biasanya memang sangat menggiurkan. Buat yang tingkat literasinya masih rendah, tentu saja hal ini sangat menarik. Bahkan ada yang berani menjanjikan keuntungan 50% dalam satu bulan, tanpa risiko, dalam waktu yang sangat cepat. Bisa hitungan bulan, bahkan harian.
Padahal, kalau kita lihat reksa dana saham dengan tingkat imbal hasil paling tinggi saja tidak sampai 20% per tahun. Itu pun masih diiringi dengan tingkat risiko yang tinggi.
3. Cara kerja yang enggak jelas
Saat kita hendal berinvestasi di reksa dana, misalnya, maka di situ jelas, cara kerjanya seperti apa. Kita bisa tahu apa yang dilakukan oleh manajer investasi dengan dana yang kita investasikan. Kita juga disuguhi berbagai data historis, yang bisa menjadi sumber analisis kita.
Namun, tidak demikian dengan investasi dengan skema Ponzi. Boro-boro ada laporan keuangan, formula untuk menghasilkan profit saja enggak jelas. Bahkan kadang yang dirahasiakan atas nama ‘rahasia dapur’.
Tak hanya cara kerja yang enggak jelas, perusahaan atau orang-orangnya juga fiktif. Pokoknya, serba-enggak-jelas.
4. Enggak punya produk yang menjadi sumber keuntungan
Nah, ini dia yang kita singgung sedikit pada poin pertama. Kalau investasi saham, jelas ada saham yang diperjualbelikan. Dalam P2P lending, ada kesepakatan pengembalian modal dan bunga yang menjadi jaminan. Dalam reksa dana, juga ada produknya. Emas, apalagi. Kelihatan banget bentuknya.
Sedangkan bisnis MLM saja juga jelas ada produk yang diperjualbelikan untuk menghasilkan keuntungan. Seperti produk kecantikan, fashion, hingga alat kesehatan.
Inilah ciri terbesar skema Ponzi: tidak ada produk riil yang menjadi sumber penghasilan dan keuntungan.
5. Tidak terdaftar di lembaga otoritas
Para penipu dengan skema Ponzi biasanya tidak akan terdaftar sebagai penyedia layanan jasa keuangan di Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, maupun pihak otoritas lainnya. Berbeda dengan manajer investasi, sekuritas, pun platform P2P lending yang harus mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia, dan berbagai pihak lain untuk dapat beroperasi.
Menghindari Skema Ponzi
Well, meski ciri-cirinya sepertinya mudah untuk dikenali, faktanya, masih saja ada yang menjadi korban penipuan dengan skema Ponzi ini.
Sebenarnya, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya?
Jangan mudah tergiur
Ada yang menawari keuntungan superbesar, bahkan sangat lebih besar dari instrumen investasi pada umumnya? Apalagi ditambah klaim bebas risiko, atau risiko 0%, atau tanpa risiko? Dalam waktu cepat, hanya dalam beberapa bulan, atau bahkan hari?
Segera waspada! Karena itu adalah ciri terbesar dari skema Ponzi. Jangan tergiur, dan lebih baik pilih instrumen investasi yang wajar saja.
Cek legalitas
Selalu lakukan cek dan ricek terhadap perusahaan atau pihak-pihak yang menawarkan berbagai bentuk instrumen investasi. Kamu bisa ubek-ubek website resmi Otoritas Jasa Keuangan untuk mengeceknya.
Ingat, bahwa setiap layanan jasa keuangan harus selalu mutlak di bawah pengawasan OJK. Jika tidak, maka lebih baik urungkan saja niat untuk berinvestasi pada pihak tersebut.
Pastikan jelas
Apanya yang jelas? Ya, model bisnisnya, cara kerjanya, perusahaannya, alamat perusahaan, orang-orang di baliknya. Semua yang “menempel” pada perusahaan yang akan menerima dana investasi kita harus jelas.
Kamu bisa menelusuri jejaknya di media sosial, ataupun melalui Google.
Nah, itu dia beberapa hal mengenai skema Ponzi yang perlu kamu ketahui. Yuk, share artikel ini ke teman, saudara, atau keluarga kamu, agar mereka teredukasi sehingga tak ada lagi korban jatuh lantaran iming-iming yang tak jelas.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tahukah Kamu Betapa Pentingnya (Belajar) Menghasilkan Uang?
Kamu sedang berada dalam tahapan hidup yang mana?
Ternyata, di tahapan hidup apa pun, belajar menghasilkan uang merupakan hal penting. Mulai dari fresh graduate, ibu rumah tangga, keluarga mapan, hingga pensiunan. Tak ada kata berhenti untuk terus belajar menghasilkan uang.