Mau Road Trip Seperti Sam & Happy di Film Kulari Ke Pantai? Siapkan 5 Pos Ini!
Hai hai! Siapa yang sudah nonton film Kulari Ke Pantai? Serunya mengikuti kisah Sam (Maisha Kanna), Happy (Lil’li Latisha) dan Mama Uci (Marsha Timothy) road trip dari Jakarta hingga Banyuwangi. Hayo, ada yang ingat enggak kota mana saja yang mereka lewati?
Mira Lesmana dan Riri Riza tak pernah gagal menyuguhkan film yang indah dan juga sarat makna. Sepanjang perjalanan kita dimanjakan dengan pemandangan alam Indonesia yang sungguh indah dan ditemani dengan lagu-lagu merdu dari RAN. Ah betapa Indonesia kita begitu kaya! Siapa yang langsung berkata dalam hati: “Aku juga mau road trip?” Yuk kita bikin PLANnya! Road trip keliling pulau Jawa seperti Sam & Happy membutuhkan persiapan dan juga dana yang enggak sedikit loh. Walaupun kata Mama Mela (Ligwina Hananto), tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, jangan sampai kamu berangkat road trip tanpa dana yang cukup. Apa saja pos yang harus disiapkan?
- Transportasi. Pos pertama tentu saja transportasi. Menempuh perjalanan hingga 1.000 km dari Jakarta ke Banyuwangi membutuhkan banyak bahan bakar. Selain biaya bahan bakar, siapkan juga dana cadangan kalau-kalau butuh ganti ban di tengah jalan. Jangan lupa servis mobil sebelum road trip dimulai ya!
- Akomodasi. Dalam perjalanannya, Sam dan Happy singgah dan menginap di beberapa kota. Salah satu yang ikonik tentu saja Bambu Homestay milik Mukidi (Dodit Mulyanto). Dengan memilih tinggal di homestay dibanding hotel, kita akan punya kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan belajar nilai-nilai baik yang mereka punya. Siapa tahu kamu bisa berkenalan dengan Yu, Wahyuuu. ☺
- Uang saku harian. Selain pos transportasi dan akomodasi, siapkan juga dana untuk makan dan jajan sehari-hari. Ini saatnya kamu berburu kuliner khas setiap kota yang kamu lewati. Kalau beruntung, kamu bisa menyantap kuliner khas sembari menikmati pertunjukkan seperti yang dialami Sam & Happy di Cirebon. Makin penasaran kan? Hihihi. Makanya buruan #KulariKeBioskop buat nonton #KulariKePantai.
- Rekreasi. Dibandingkan dengan liburan menggunakan transportasi publik, saat road trip, kita jadi lebih flexible terhadap waktu. Kita bebas menentukan jadwal mau ke mana selama berapa lama. Ini saatnya eksplorasi tempat wisata yang enggak biasa! Di setiap kota ada saja hidden gem yang menunggu untuk kamu temukan. Kabari kami hidden gem temuanmu ya! Oiya, jangan lupa siapkan dana untuk biaya masuk ke obyek wisata.
- Shopping! Siapa yang tahan tidak berbelanja saat liburan? Melewati begitu banyak kota yang akan produk budaya dan kulinernya. Mari mampir untuk membeli oleh-oleh!
Ayo rencanakan road tripmu dengan 5 pos pengeluaran yang sudah disiapkan dengan rapi. Siapa tahu kamu menemukan teman perjalanan yang seru dan lucu seperti Dani (Suku Dani). Selamat menikmati perjalanan seru dengan keluargamu. ☺
Fransisca Emi
Rupiah Melemah, Investasi Ke Mana Ya?
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menembus Rp14.000 dalam beberapa hari kemarin. Beberapa orang mulai panik. Biar gak ketularan panik, kita kembali dulu ke definisi. Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran dan permintaan atas suatu mata uang. Pelemahan nilai tukar rupiah diakibatkan penawaran tinggi, sementara permintaan rendah. Penyebabnya antara lain keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia karena peningkatan yield US treasury bills mendekati level psikologis 3%. Tak hanya rupiah, pelemahan juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets seperti peso Filipina, rupee India dan baht Thailand.
Dengan melemahnya rupiah, apa kabar investasi nih? Jawabannya kembali ke #TujuanLoApa. Rupiah melemah gak perlu panik, sudah ada Bank Indonesia yang bertugas menjaga stabilitas moneter. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada akhir Juni 2018 sudah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% biar dana asing kembali tertarik masuk ke Indonesia.
Kita fokus pada tujuan keuangan masing-masing aja yuk! Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial, sudah pernah membahas imbas pelemahan rupiah terhadap dollar AS dalam artikel berikut:
baca juga: Apakah Saya Perlu Investasi Dollar?
Jadi, #TujuanLoApa? Kalau tujuan keuangannya adalah Dana Pendidikan S1 anak di dalam negeri 10 tahun mendatang sih anteng aja. Lanjut terus investasinya. Justru saat harga reksa dana terkoreksi, kita bisa beli dengan harga ‘diskon’ kan?
Bagaimana? Apakah paniknya sudah berkurang? Kalau sudah punya PLAN, hati jadi lebih tenang karena kita tahu ke mana uang kita diinvestasikan. Pastikan kamu mengetahui karakteristik produk investasi yang kamu pilih ya. Kalau butuh konsultasi dengan QM Planner, sila hubungi tim QM Project di WA 0811 1500 688.
QM Admin
Financial Planning for Millennials
Membahas tentang generasi milenial tentu tak akan ada habisnya. Generasi ini adalah mereka yang lahir di antara tahun 1990an sampai tahun 2000an. Sebagian besar dari mereka sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kaum yang dikenal sebagai generasi yang melek teknologi ini sangat mudah dan cepat belajar. Mereka memiliki gaya hidup yang dinamis karena dibesarkan di zaman yang sudah memiliki kecanggihan teknologi.
Sebagian generasi milenial mungkin sudah mendapatkan edukasi finansial tentang bagaimana mengelola uang untuk masa depan baik dari keluarga, lingkungan maupun dari sekolah, sehingga mereka mampu mengatur keuangannya sesuai prioritas. Namun di sisi lain, banyak juga milenial yang belum dibekali dengan kemampuan untuk mengatur keuangannya dengan baik. Entah itu karena faktor pergaulan atau karena gengsi. Mereka menggunakan uang yang dimiliki dengan sesuka hati untuk memenuhi kebutuhan lifestyle seperti traveling, shopping dan hangout. Semua dijalani sekedar untuk update status di media sosial dan mendapatkan banyak likes. Apakah kamu salah satu diantaranya? Jangan sampai kamu hanya gaya di tampilan tapi keuangannya ngos-ngosan ya! ☺
Awal Juni ini, QM Financial kembali diberi kesempatan untuk memberikan seminar financial literacy. Kali ini pesertanya adalah 100 orang Pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang usianya termasuk ke dalam generasi milenial. Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial berbagi strategi dalam mempersiapkan rencana keuangan yang tepat untuk generasi milennial agar dapat mengatur keuangan dengan bijak.
Periksa Kondisi Keuangan
Seperti check up kesehatan fisik, idealnya financial check up dilakukan setahun sekali untuk melihat arus kas dan memeriksa beberapa rasio keuangan dasar seperti perbandingan harta dan utang, rasio aset lancar dan rasio menabung. Dengan begitu, kamu bisa tahu kondisi kesehatan keuanganmu saat ini.
Buat Pos Pengeluaran
Setelah mendapatkan penghasilan, kamu bisa membagi pengeluaran bulanan menjadi 5 pos, yaitu:
- Cicilan utang – maksimal 30%
- Kebutuhan rutin – maksimal 60%
- Pengeluaran sosial – minimal 2,5%
- Menabung dan berinvestasi – minimal 10%
- Pengeluaran lifestyle – maksimal 20%
Dengan memiliki anggaran, kamu bisa mengendalikan pengeluaran sesuai dana yang kamu punya. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.
Menabung dan Berinvestasi
Generasi milenial juga harus menyadari pentingnya investasi untuk perencanaan keuangan di masa yang akan datang. Mulailah menabung dan berinvestasi sejak dini untuk memastikan bahwa kamu bisa aman secara finansial di masa pensiun nanti. Sisihkanlah minimum 10% dari penghasilanmu untuk menabung dan berinvestasi.
Gunakan Teknologi Perencanaan Keuangan
Sekarang ini sudah banyak aplikasi finansial yang bisa kamu unduh dari smartphone. Gunakan untuk perencanaan keuanganmu. Seperti kalkulator finansial, teknologi tersebut akan membantu dan memungkinkan siapa saja untuk merencanakan keuangan dan menentukan tujuan finansial dalam satu genggaman tangan.
Jangan Berutang Untuk Hal Konsumtif
Berutang boleh boleh aja, asalkan utang tersebut bisa menjadi aset. Misal utang untuk KPR atau utang untuk membeli kendaraan. Jangan kamu berutang hanya untuk memenuhi kebutuhan lifestyle atau mengikuti tren yang ada. Ingat! Utang itu harus tetap dibayarkan apapun yang terjadi dengan kondisi keuanganmu.
Yuk! Jadi milenial yang gak hanya gaya di tampilan tapi juga gaya di laporan keuangan!
Nita Kurniawati
Biasa Jadi Baik: Berbagi Kesempatan Meraih Pendidikan Tinggi Di Luar Negeri
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan Mei ini, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, QM mengajak teman-teman menceritakan kebiasaan baik untuk pendidikan. Mari berkenalan dengan Melati, founder Neng Koala, sebuah buku tentang ‘Kisah-kisah Mahasiswi Indonesia di Australia.’ Dalam buku ini, Melati dan teman-temannya berbagi ilmu dan kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi di luar negeri.
Apa kebiasaan baik untuk pendidikan versi Melati
Kebiasaan baik yang saya lakukan untuk pendidikan adalah mencoba untuk selalu berbagi ilmu kepada teman-teman, keluarga atau membantu mereka mengakses ilmu tersebut.
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Berawal dari keprihatinan saya akan seorang teman perempuan yang melepas dua kesempatan beasiswa S2 ke luar negeri, saya merasa perlu berbagi info tentang kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.
Saya banyak bertemu dengan perempuan-perempuan hebat lain yang berhasil menjalankan perannya sebagai istri, ibu sekaligus mahasiswi di luar negeri. Kami semua berbagi tips praktis tentang cara mendapatkan beasiswa, manajemen waktu dan emosi dalam mengatur urusan studi dan keluarga, beradaptasi dengan lingkungan baru hingga persiapan pulang kembali ke tanah air. Harapan lebih banyak perempuan Indonesia yang terinspirasi dan berani meraih pendidikan tingginya.
Kisah-kisah perempuan inilah yang dituangkan dalam buku Neng Koala: Kisah-kisah Mahasiswi Indonesia di Australia yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Sudah berapa lama kebiasan baik tersebut Melati terapkan?
Neng Koala awalnya merupakan blog yang dimulai sejak 2012, hingga diterbitkan menjadi buku di 2018. Jadi sudah 6 tahun kebiasaan baik ini berjalan. Dan tentunya akan terus berlangsung.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti kebiasan baik tersebut?
Banyak teman bahkan orang-orang tak dikenal yang mengabari mereka menjadi bersemangat mencari beasiswa kuliah. Banyak diantara mereka yang berhasil mendapatkan beasiswa berkat tips-tips dari blog www.nengkoala.id dan buku Neng Koala.
Apakah kebiasaan baik tersebut akan dibawa hingga masa pensiun?
Kebiasaan baik tersebut akan dibawa terus hingga akhir hayat, sepanjang saya masih mampu. Menyebarkan ilmu dan inspirasi merupakan sesuatu yang selalu bersifat positif dan menyenangkan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kalau boleh tahu, Melati sudah siap pensiun belum?
Terus terang belum siap pensiun. Masih harus mengumpulkan ilmunya. Banyak belajar dari Mba Ligwina Hananto dan dengerin siaran Power Talk Power Your Money. 😊
Apa saja yang sudah Melati siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Baru dalam tahap menyiapkan ilmu untuk pensiun. Saya pun membuat long term planning dengan mulai menabung sedikit demi sedikit dan mencoba berbagai instrumen investasi yang tersedia.
Jangan sampai mimpi untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri harus pupus karena tiadanya ilmu dan kesempatan. Beruntung Melati dan teman-temannya berbagi ilmu dan berbagai tips praktis agar lebih banyak perempuan Indonesia yang terinspirasi dan berani meraih pendidikan tinggi. Sila kunjungi blognya di www.nengkoala.id atau dapatkan buku Neng Koala di toko buku terdekat. Terima kasih telah berbagi inspirasi Melati!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Lawan Inflasi Dana Pendidikan Dengan Investasi
Sudah menjadi tanggung jawab setiap orang tua untuk menyiapkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Bahasan kebutuhan Dana Pendidikan memang selalu mendebarkan. Dari data Bank Indonesia, rata-rata inflasi biaya hidup 5 tahun terakhir sekitar 5.5%. Inflasi biaya pendidikan jauh lebih besar dibandingkan inflasi biaya hidup. Besaran inflasi bervariasi, tergantung pilihan sekolah. Untuk perhitungan Dana Pendidikan QM Financial menggunakan asumsi inflasi TK-SMA sebesar 16%, sedangkan S1 12%.
Dengan besarnya inflasi biaya pendidikan, mau enggak mau kita harus berinvestasi. Caranya gimana sih?
- Tentukan pilihan sekolah. Sebelum mulai menghitung kebutuhan Dana Pendidikan, tentukan dulu anaknya mau sekolah di mana. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sekolah. Diantaranya kurikulum yang digunakan (sesuai Diknas atau ada tambahan kurikulum internasional), kecocokan konsep mengajar, fasilitas, jarak rumah-sekolah dan tentu saja biaya. Jangan sampai karena mau keren-kerenan, kita memaksakan diri menyekolahkan anak di sekolah internasional padahal jaraknya jauh dari rumah atau kita gak sanggup bayar biaya.
- Survey biaya sekolah. Selanjutnya, survey dulu biaya pendidikan sekolah di tahun ini, mulai dari uang pangkal, SPP bulanan, iuran ekstrakurikuler, seragam dan berbagai rentetan biaya yang lain. Angka ini akan menjadi panduan dalam menghitung kebutuhan Dana Pendidikan.
- Hitung kebutuhan Dana Pendidikan. Setelah semua data siap, saatnya berhitung! Sebagai catatan, untuk jenjang TK-SMA biaya yang diperhitungkan adalah uang pangkal. Uang sekolah bulanannya diambil dari penghasilan bulanan. Sedangkan untuk jenjang pendidikan S1 sudah mencakup biaya dari masuk sampai lulus (3tahun).
Kita menggunakan contoh kasus Ibu Desy yang saat ini anaknya kelas 1 SD. Untuk jenjang pendidikan SMP-SMA direncanakan di Indonesia sedangkan S1 di Inggris. Angka biaya kuliah yang digunakan untuk perhitungan adalah biaya di University of Warwick 23.380 GBP/tahun dan biaya hidup 12.000 GBP/tahun.
Biaya pendidikan S1 yang saat ini Rp2Milyar, dengan adanya inflasi akan menjadi Rp4,8Milyar 12 tahun mendatang. Untuk mencapai Dana Pendidikan S1 Rp4,8Milyar ini, Ibu Desy bisa memilih 3 cara investasi: bulanan (Rp11juta/bulan), tahunan (Rp155juta/tahun) atau sekaligus saat ini (Rp809juta). Bandingkan dengan besaran menabung Rp33juta per bulan untuk mencapai target dana yang sama. Ingat ada risiko saat kita berinvestasi, hasilnya enggak dijamin loh. Namun, ada risiko yang lebih besar kalau kita tidak berinvestasi: risiko Dana Pendidikannya enggak tercapai.
4. Setia pada tujuan, bukan pada produk. Produk yang kita pilih harus membantu kita mencapai tujuan. Kalau perhitungan di atas kertas sudah jelas-jelas gak nyambung, ngapain dilanjutkan? Jadi kalau untuk mencapai Dana Pendidikan S1 kita butuh imbal hasil 16% per tahun, pilih produk yang bisa memberikan potensi imbal hasil tersebut, jangan ngotot dengan produk yang imbal hasilnya 5% per tahun. Hasilnya sudah pasti: pasti gak cukup ☺
5. Lengkapi PLAN dengan proteksi. Saat sedang sibuk menyiapkan Dana Pendidikan, ada satu hal yang sering ketinggalan nih. Kita harus menyiapkan proteksi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada pencari nafkah keluarga. Risiko ini bisa dialihkan ke perusahaan asuransi dengan membeli proteksi Asuransi Jiwa. Dalam kasus Ibu Desy, jumlah Uang Pertanggungannya harus cukup menutup besaran si Dana Pendidikan tadi.
Yuk mulai siapkan Dana Pendidikan anak sedini mungkin. Biar kita punya lebih banyak waktu untuk menyiapkan dananya. Di investasi kita menganut prinsip compound interest alias bunga berbunga. Semakin cepat kita mulai, kita punya keuntungan berupa waktu sehingga dana yang disetorkan bisa lebih kecil.
Gimana, sudah siap memulai perjuangan melawan inflasi Dana Pendidikan dengan investasi?
Kamu bisa ikuti cerita finansial seru lainnya di #FinClic, setiap Senin jam 07.00 pagi di Twitter & Instagram @mrshananto dan siaran PowerTalk PowerYourMoney di 89.2 PowerFM Jakarta.
Fransisca Emi/ financial trainer
Belajar Menjadi Pemimpin Yang Mendengar Dari Reza Aryabima
Bagi seorang perempuan, tak lengkap rasanya mengenakan make up tanpa menggunakan bulu mata palsu. Siapa sangka produk yang akrab dengan keseharian perempuan ini justru menjadi ladang usaha bagi Reza Aryabima, CEO dan Co-Founder Artisan Professionnel. Artisan Professionnel adalah salah satu merek bulu mata yang menjadi favorit make up artist (MUA) dan selebriti. Reza, begitu ia biasa disapa adalah salah seorang alumni Financial Clinic Bisnis Workshop yang diselenggarakan oleh QM Financial April lalu di Jakarta. Bagi Reza, tantangan terbesar dalam bisnis ini adalah menjadi pemimpin yang mendengar. Ikuti cerita lengkapnya ya!
baca juga: Financial Clinic Workshop Bisnis
Hai Reza, cerita dong bagaimana awal kisah Artisan Professionnel?
Artisan Professionnel berangkat dari partner saya, seorang fotografer yang banyak bekerja sama dengan Make-Up Artist (MUA) dalam karya-karyanya. Ia banyak mendengar keluhan mengenai sulitnya mendapatkan bulu mata palsu yang konsisten baik secara kualitas maupun ketersediaan barang. Padahal Indonesia adalah salah satu negara penghasil bulu mata dengan kualitas terbaik dengan tujuan ekspor ke negara-negara maju. Berangkat dari fakta ini, Artisan Professionnel lahir dengan semangat untuk menghasilkan produk berkualitas, yang bisa membawa hasil karya anak bangsa ke level yang lebih tinggi. Visi kami adalah Bringing Beauty to The Next Level.
Ada berapa orang partner dalam membangun bisnis ini? Bagaimana pembagian tugas & tanggung jawabnya?
Saat ini kami berempat, dengan saya sebagai CEO yang membawahi seluruh tim, memastikan perusahaan bergerak ke arah yang benar. Redavell Tjen sebagai Chief Creative Officer, membawahi Product Development dan Marketing Communication, dengan tugas memastikan visi kami terkomunikasikan dengan baik melalui produk yang kami hasilkan dan kegiatan marcomm. Gregorius Gerry sebagai Chief Operating Officer bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan seperti HRD, Legal, dan Business Development. Serta satu orang Komisaris yang juga adalah investor utama kami.
Bagaimana perkembangan Artisan Professionnel hingga kini?
Artisan Professionnel saat ini dalam fase growth & establishment stage dan bergerak sangat cepat. Fokus kami saat ini ada pada customer acquisition, melalui promosi yang intensif dan perluasan channel penjualan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Artisan Professionnel hingga menjadi produk favorit selebriti dan make up artist?
Kami banyak berkolaborasi dengan para pengguna dan Key Opinion Leader (KOL) serta influencer untuk mendapatkan honest review, yang kemudian di-post di Instagram @artisanpro sebagai platform utama kami dalam kegiatan marketing communication kami.
Ke depan, apa rencana Reza untuk Artisan Professionnel?
Kami fokus pada research and development (R&D) untuk menghasilkan produk yang betul-betul berkualitas untuk menjawab kebutuhan pasar. Selain itu dalam satu hingga dua tahun ke depan kami akan melakukan ekspansi distribusi ke pasar luar negeri.
Kisah suka dan duka apa yang Reza alami selama membangun bisnis?
Di awal membangun bisnis, salah satu pernyataan yang saya dengar dalam sebuah seminar, 80% keberhasilan bisnis ditentukan oleh people management. Dalam perjalanan kami, suka dan duka lebih banyak dialami dalam proses penyatuan visi, pemahaman, ritme kerja, dan budaya kerja. Buat saya ini hal yang paling challenging. Terutama saat belajar mengatasi perbedaan cara kerja, perbedaan pendapat, dan perbedaan karakter antar anggota. Saat menghadapi jalan buntu rasanya sangat melelahkan. Tapi di sisi lain saat kami berhasil mencapai suatu achievement, semua kelelahan itu hilang.
Adakah tantangan issue gender di bisnis ini: seorang laki-laki jadi CEO perusahaan produsen bulu mata?
Memang banyak yang bertanya soal ini. Saya sendiri pada awalnya merasa cukup sulit untuk masuk ke dalam industri yang didominasi oleh wanita, khususnya karena wanita adalah pengguna produk ini. Tapi bagi saya bukan itu tantangan utamanya. Tantangan utamanya adalah bagaimana menjadi pemimpin perusahaan yang lebih banyak mendengar dan menerima masukan, baik dari anggota tim, KOL, partner bisnis, sehingga produk dan strategi kami betul-betul menjawab kebutuhan pasar.
Apa saran bagi QM Readers yang ingin membangun bisnis?
Dalam membangun bisnis, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan
- Failed to plan, failed to launch. Perencanaan yang matang dibutuhkan sebelum memulai bisnis.
- Go big, or go home. Kalau mau sungguh jadi besar, kita tidak punya pilihan lain selain turun sendiri dan mendedikasikan semua yang kita punya untuk membesarkan bisnis kita.
- Beginner’s mind. Banyak belajar dan berguru dari mereka yang sudah berhasil dan dari mereka yang masih muda. Di era sekarang ini, perubahan bisa terjadi sangat cepat. Pastikan kita sudah mendeteksi perubahan sebelum perubahan itu datang. Salah satu caranya, dengan terus menerus belajar.
Bagi Reza, apa yang dirasakan saat mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis?
Seru, practical, dan entertaining karena ada cuplikan bit standup comedy dari Ligwina Hananto. Saya sangat merekomendasikan mereka yang baru memulai usaha untuk mengikuti workshop ini terutama untuk belajar mengenai laporan keuangan bisnis.
Terakhir nih, apakah Reza sudah merencanakan pensiun? Seperti apakah masa pensiun dalam bayangan Reza?
Saya membayangkan di suatu titik saya akan menjadi investor dari banyak perusahaan kecil dan berkembang. Saya juga berencana menjadi mentor dan pengajar bagi mereka-mereka yang baru akan atau sedang memulai bisnisnya. Masa pensiun saya harus diisi dengan kegiatan yang memberikan arahan dan panduan bagi mereka yang sedang ada di posisi saya waktu memulai bisnis.
Untuk mewujudkannya, saya sudah mempersiapkan aset aktif dari unit bisnis yang saya sedang dan akan investasikan. Aset aktif inilah yang akan memberikan passive income sehingga saya bisa menjalani masa pensiun impian.
Inpiratif sekali cerita dari Reza! Ternyata kalau mau jadi pemimpin itu harus banyak mendengar dari berbagai sisi ya. Dan jadi pemilik bisnis juga harus pensiun loh. Itulah pentingnya menyiapkan aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif.
Semoga bisnisnya makin maju Reza!
Fransisca Emi
Biasa Jadi Baik: Menjadi Perempuan Berdaya
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Ada Alanda Kariza, penulis buku Sophismata dan Beats Apart yang akan berbagi inspirasi.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Alanda?
Nasihat terbaik untuk perempuan yang pernah saya terima: jadi perempuan itu harus berdaya. Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Berdaya sebelum menikah, sebelum berkeluarga. Banyak kasus perempuan menikah, padahal mereka belum berdaya dari sisi finansial. Saat terjadi perceraian atau suami meninggal, istri pun menjadi terpuruk.
Perempuan harus mampu menghasilkan uang sendiri dan mengatur keuangan dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bisa investasi dan bisa punya properti sendiri. Jangan hanya menunggu kedatangan ‘Prince Charming’. Itu hanya ada di negeri dongeng ☺
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari Ibu saya. Setelah saya menikah, suami pun menyatakan hal yang sama. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, setiap perempuan harus berdaya. Di rumah pun bisa berkarya kok.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak kecil. Sejak masih SD kali ya.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya percaya setiap keluarga punya tantangan finansialnya masing-masing. Sebagai anak pertama dengan dua orang adik yang jarak usianya 11 & 13 tahun lebih muda, saya tak ingin menambah beban orang tua.
Berkat nasihat dari Ibu untuk menjadi perempuan yang berdaya, sejak kecil saya sudah belajar mengusahakan uang jajan sendiri. Saat masih SD saya sudah membuat gelang dan dijual ke teman-taman. Memasuki SMP saya mulai mengirimkan tulisan untuk dimuat di majalah. Fee menulis ini lumayan banget. Bisa dapat uang jajan sampai Rp300.000. Sebuah angka yang cukup besar untuk anak SMP. Selain itu saya juga rajin menawarkan jasa administrasi untuk tetangga saya yang mahasiswa berupa transkrip atau input data.
Jadi saya sudah mulai ‘colong start’ untuk berdaya sejak muda. Ini juga merupakan inspirasi dari idola saya di masa remaja – Britney Spears – yang bilang bahwa ‘Jika kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama.’
Dari sisi finansial, bagaimana Alanda mengelola keuangan untuk keluarga muda?
Setelah menikah, saya merasakan banyak penyesuaian. Saya dan suami memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu saya adalah seorang wanita karir. Sedangkan Adit, suami saya, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda di rumah ini menuntut kami untuk beradaptasi.
Awalnya saya merasa tidak perlu diberi uang oleh suami, lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Jadi kalau orang lain punya cita-cita punya suami kaya biar gak perlu kerja, nunggu dikasih uang sama suami aja, aku malah nggak. Namun di sisi lain suami punya kewajiban untuk memberi nafkah. Di situ kami membuka ruang untuk diskusi dan adaptasi. Bertahun-bertahun saya bergantung pada diri sendiri. Setelah menikah saya pun belajar bahwa punya teman untuk bergantung bersama itu oke kok.
Dari sisi pengelolaan keuangan, saya pribadi merasa sekarang gak sepelit dulu. Sebelumnya saya sangat membatasi budget beli baju atau sepatu dan budget jalan-jalan. Mending uangnya ditabung untuk beli rumah dan membiayai pernikahan. Sebagai penulis, penghasilan saya waktu itu tidak pasti, tergantung royalti yang masuk dari penerbit. Jadi kalau ada uang lebih, saya memilih untuk menyimpan dibanding membelanjakannya.
Setelah berkeluarga, saya dan suami sama-sama bekerja kantoran dengan penghasilan yang lebih pasti dari gaji bulanan. Sekarang, keuangannya bisa lebih dipetakan. Gaji bulanan kami kelola untuk pengeluaran bulanan, sementara bonus tahunan kami manfaatkan untuk dana liburan.
Apakah kebiasaan baik ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Iya. Mudah-mudahan ya ☺
Kalau boleh tahu, Alanda sudah siap pensiun belum?
Kalau sekarang belum sih. Mungkin kalau ditanya pas usianya udah 40 tahun jawabannya beda ya ☺
Apa saja yang sudah Alanda siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Saya sudah mulai berinvestasi di reksadana saham untuk Dana Pensiun sejak 5 tahun yang lalu. Rutinitas ini sempat terhenti saat saya menemani suami kuliah di Australia dan gantian suami menemani saya kuliah di Inggris. Biaya transfernya bisa lebih mahal dibanding dana yang dialokasikan untuk reksadana, kan sayang ya. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya mulai kembali rutin berinvestasi di reksadana.
Sejujurnya saya belum terlalu memikirkan pensiun. Sekarang masih fokus mencari uang, mumpung biaya hidup belum terlampau besar. Akan sangat berbeda setelah kehadiran anak kan. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu pelit. Boleh saja menyiapkan hari tua, tapi jangan sampai kita tidak menikmati masa muda. We’re doing good kok, punya pekerjaan dan sudah DP rumah. Masa muda juga harus dinikmati biar gak stress karena mikirin duit terus. Hidup harus seimbang kan?
Seru sekali mendengar cerita Alanda dan nasihatnya untuk menjadi perempuan yang berdaya. Dana untuk masa tua pun sudah mulai disiapkan sambil tetap menikmati masa muda. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Alanda!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Setelah seorang perempuan menikah dan mempunyai anak, biasanya akan timbul kegalauan. Apakah dia akan terus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dan mendedikasikan dirinya bagi keluarga. Kedua hal ini mestinya menjadi alternatif pilihan untuk perempuan, bukan paksaan. Namun, apa pun pilihannya setiap perempuan harus punya kemampuan mengelola keuangan.
Alasan Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Perempuan yang dapat mengelola keuangan bisa menjadi perempuan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Bahkan mampu memberdayakan orang lain. Tentunya kalau punya penghasilan sendiri, perempuan memang bisa ikut berkontribusi ke keuangan keluarga. Tapi sebagai ibu rumah tangga pun, seorang perempuan harus dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan. Seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk mengelola keuangan walaupun penghasilannya dari pasangan. Faktanya, dari pelatihan finansial yang dilakukan QM Financial, tidak sedikit perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Mengapa penting bagi perempuan untuk belajar mengelola keuangan?
Salah satunya agar bisa tetap survive kalau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suami sebagai pencari nafkah utama. Sebagai pencari nafkah utama keluarga, suami wajib memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. Jika pencari nafkah utama meninggal, sang istri akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk melanjutkan hidup dan merencanakan dana pendidikan untuk anaknya. Kebayang gak kalau perempuan tidak mampu mengelola uang? Tanpa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sejumlah besar uang yang diterima bisa langsung habis dalam sekejap.
Apa yang Harus Dilakukan Perempuan?
Jika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia bisa mulai mengelola penghasilan pasangan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyisihkan minimal 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Akan lebih keren lagi kalau sudah punya tujuan keuangan misalnya Dana Darurat, Dana pendidikan Anak, Dana DP Rumah.
Sisihkan sesuai pos
Jadi, hal pertama yang dilakukan saat terima “jatah” dari pasangan adalah menyisihkannya ya, bukan menunggu sisa. Biasanya kalau kita menunggu pemenuhan kebutuhan dulu baru sisanya ditabung, gak akan ada sisa ☺.
Setelah menyisihkan 10% di depan untuk ditabung, jaga juga cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan. Ini termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, sampai cicilan Kredit Tanpa Agunan. Kalau masih punya cicilan kartu kredit segera lunasi! Kartu kredit itu banyak gunanya dengan satu syarat bayar lunas setiap bulan. Kalau berani gesek kartu kredit, pastikan uangnya memang ada di rekening, jangan halu! Bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Boleh-boleh aja kok punya anggaran maksimal 20% untuk pengeluaran lifestyle dari jumlah penghasilan yang diberikan pasangan.
Setelah 10% penghasilan ditabung/diinvestasikan, 30% cicilan, 20% untuk pengeluaran gaya hidup, sisanya sekitar kurang lebih 40% digunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Lengkapi dengan proteksi
Jangan lupa perencanaan keuangan tak lengkap tanpa proteksi. Proteksi umumnya berupa asuransi. Ibaratkan kita punya rumah, asuransi ini atapnya. Kalau kita berhadapan dengan musim hujan, asuransi itu payungnya. Proteksi berupa asuransi kesehatan wajib dimiliki semua orang tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai orang dewasa. Semua perlu perlindungan kesehatan karena kalau sakit, bisa menimbulkan biaya yang besarnya tidak terduga dan menggerus uang kita. Kalau punya asuransi, kita jadi bisa punya perlindungan. Kalau sampai harus diopname, ada yang bayarin. Kalau kecelakaan, ada yang bayarin. Sedangkan untuk penghasil nafkah utama keluarga harus dilindungi dengan asuransi jiwa.
Yuk, pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
– QM Admin –
Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer
Mau Bikin PLAN Sendiri? Bisa!
Bisa gak sih kita belajar bikin PLAN buat diri sendiri? Bisa banget! Bulan Maret yang lalu QM Financial mengadakan pelatihan keuangan pribadi yang diberi nama Financial Clinic Workshop. Pelatihan ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 10-11 Maret 2018.
Sebelumnya QM Financial pernah membuat pelatihan perencana keuangan dalam satu hari, yaitu QMPC Xpress.
read more: QMPC Xpress Level 1
Apa yang membuat Financial Clinic Workshop berbeda? Di pelatihan ini peserta belajar studi kasus hasil pengalaman trainer. Sehingga peserta tidak hanya dapat membuat PLAN untuk diri sendiri tetapi dapat juga mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kepada orang lain.
Pelatihan yang dihadiri oleh 30 orang peserta dilaksanakan di hotel 101 Dharmawangsa Square. Meskipun workshop diadakan di Jakarta, peserta tak hanya terbatas dari area Jakarta dan sekitarnya lho. Ada juga yang berasal dari luar kota seperti Yogyakarta dan Pekanbaru. Peserta Financial Clinic Workshop terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Diskusi berjalan dua arah sehingga peserta tidak hanya belajar dari QM Trainer namun dari pengalaman peserta yang lain.
Dilengkapi dengan games dan ice breaking seru, Financial Clinic Workshop bersama QM Financial selalu terasa menyenangkan.
Modul 1 = Cashflow
Memulai workshop di hari pertama, Ligwina Hananto, CEO dan Founder QM Financial membahas mengenai Blue Print of your Finance Life. Perencana keuangan itu ibarat mendesain rumah yang sehat dan kuat. Ada fondasi dasarnya, ada tiangnya, ada atapnya, dan apabila ingin lebih bagus ada lantai duanya. Dalam merencanakan keuangan, fondasi dasarnya adalah financial check up. Financial Check Up sangat penting untuk dapat melihat kondisi keuangan kita dan mengetahui ke mana saja larinya uang kita.
read more: Financial Check Up
Sebelum berinvestasi, kita harus menentukan tujuan finansial alias #tujuanloapa. Berinvestasi tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan ibarat naik kendaraan tapi tidak tahu tujuannya mau kemana, nanti nyasar lho!
read more: Tujuan Lo Apa!
Peserta juga mempelajari rumus-rumus dalam membuat rencana keuangan, sehingga dapat menghitung dan membuat perencana keuangan sendiri. Mereka pun diberi studi kasus untuk dikerjakan secara berkelompok dan hasilnya dipresentasikan untuk dibahas bersama.
Modul 2 = Reksadana dan Asuransi
Modul 2 dalam Financial Clinic Workshop membahas Reksadana dan Asuransi.
Kedua produk ini sering digunakan dalam pembuatan rencana keuangan yang komprehensif. Apabila diibaratkan rumah di dalam Blue Print of your Finance Life, reksadana adalah lantai dasar dan asuransi sebagai atapnya. Kebayang dong pentingnya dua hal tersebut dalam merencanakan keuangan!
Di hari kedua inilah peserta belajar bagaimana memiilih reksadana dan membeli asuransi untuk proteksi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan reksa dana didasarkan pada tujuan keuangan yang ingin dicapai apakah jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.
read more: Investasi Asyik Buat Pemula
Sedangkan asuransi, penting untuk memiliki proteksi yang cukup selama kita dalam masa pencapaian berbagai tujuan finansial. Peserta dapat membawa polis asuransi untuk mengecek apakah asuransi yang sudah dibeli sesuai dengan kebutuhan.
read more: Asuransi VS Investasi, Mana Yang Lebih Penting?
Di akhir sesi, peserta diminta membuat ACTION PLAN sebagai hasil follow up atas ilmu finansial yang didapat selama dua hari workshop.
Dengan ilmu yang mudah untuk diaplikasikan dan kesempatan berkonsultasi dengan QM Planner, peserta antusias mengikuti workshop. Mereka sadar walaupun cashflow positif, perencanaan keuangan harus dilakukan secara komprehensif dan dimulai sedini mungkin.
Dan kini, dengan berbekal antusiasme pada Financial Clinic Workshop Modul 1 & 2, telah dibuka Modul 3&4 yang membahas tentang bisnis. Untuk pendaftaran, klik di sini!
Mia Damayanti | Financial Trainer