Dampak Inflasi dan Deflasi: Bagaimana Keduanya Memengaruhi Kehidupan Sehari-hari
Inflasi dan deflasi ini sebenarnya hal yang wajar terjadi di setiap negara. Malahan kalau enggak ada keduanya, berarti ekonominya enggak bertumbuh. Yang menjadi perhatian adalah keduanya memang harus terkendali.
Keduanya adalah fenomena ekonomi yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, karena bisa memengaruhi harga barang dan jasa, yang kemudian berimbas pada daya beli dan pola konsumsi.
Ketika inflasi terjadi, harga-harga naik, sementara deflasi menyebabkan harga turun. Meskipun tampak sederhana, dampaknya pada ekonomi rumah tangga bisa sangat kompleks.
Memahami efek inflasi dan deflasi penting untuk mengelola keuangan secara bijak. Kenaikan dan penurunan harga enggak cuma bisa memengaruhi biaya hidup, tetapi juga dapat berdampak pada strategi pengelolaan aset, investasi, dan tabungan. Keduanya menuntut langkah-langkah berbeda agar keuangan tetap stabil.
Table of Contents
Apa Itu Inflasi dan Deflasi?
Untuk memahami dampak inflasi dan deflasi pada keuangan pribadi, ada baiknya untuk tahu dulu definisi keduanya.
Dikutip dari Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu, yang menyebabkan penurunan daya beli uang. Ketika inflasi terjadi, setiap unit mata uang dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa dibandingkan sebelumnya. Inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga dari sekumpulan barang dan jasa yang mewakili konsumsi rumah tangga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Termasuk di dalamnya adalah kenaikan biaya produksi, peningkatan permintaan barang dan jasa, atau kebijakan moneter yang meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sementara itu, deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu, yang menyebabkan peningkatan daya beli uang. Ketika deflasi terjadi, harga barang dan jasa turun, sehingga konsumen dapat membeli lebih banyak dengan jumlah uang yang sama.
Ya, kedengerannya sih bagus ya bisa bikin harga barang turun. Namun, deflasi yang terus menerus bisa berdampak negatif pada perekonomian. Salah satunya karena konsumen dan bisnis bisa menunda pembelian, berharap harga akan terus turun, yang pada akhirnya malahan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Mengenal Time Value of Money
Inflasi dan Deflasi di Indonesia
Nah, ini nih yang kemarin sempat seru dibahas. Indonesia sempat mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, menjadikan inflasi tahunan sebesar 1,84%.
Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami deflasi sebesar 0,59% dan memberikan andil deflasi 0,17%. Komoditas seperti bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama deflasi. Hal ini menandakan situasi ekonomi Indonesia yang mengkhawatirkan.
Namun, dikutip dari Tempo, setelah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024, Indonesia mencatat inflasi sebesar 0,08 persen pada Oktober 2024. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan, dari 105,93 pada September 2024 menjadi 106,01 pada Oktober 2024, dengan inflasi tahunan mencapai 1,71 persen (year on year/yoy).
Apa Pengaruh Inflasi dan Deflasi terhadap Keuangan Pribadi Kita?
Nah, jadi kerasa kan, deflasi lima bulan saja, bisa bikin orang jadi makan tabungan. Kalau lebih lama, ya semakin fatal dampaknya.
Inflasi dan deflasi masing-masing memang memiliki dampak signifikan pada keuangan pribadi. Apa saja?
1. Inflasi
Kenaikan harga barang dan jasa akibat inflasi mengurangi daya beli. Nilai uang menurun, sehingga biaya kebutuhan pokok, transportasi, dan lainnya menjadi lebih mahal. Jika pendapatan juga enggak naik seiring inflasi, anggaran pribadi pasti akan tertekan.
Inflasi juga bisa memengaruhi tabungan dan investasi. Aset yang enggak menghasilkan bunga atau imbal hasil yang signifikan, seperti tabungan bank biasa, bakalan kehilangan nilai. Sebaliknya, investasi dalam saham atau properti bisa mengimbangi inflasi karena nilai aset cenderung naik.
2. Deflasi
Harga yang menurun akibat deflasi meningkatkan daya beli uang, tetapi berpotensi menunda konsumsi karena harapan harga akan terus turun. Penundaan ini bisa memperlambat perputaran ekonomi, yang dapat menyebabkan penurunan upah atau bahkan PHK di beberapa sektor, memengaruhi pendapatan pribadi.
Karena itu, kemarin banyak diberitakan, kalau masyarakat makan tabungan. Hal tersebut bisa terjadi akibat kenaikan upah pekerja terlalu kecil, efek suku bunga tinggi, serta lapangan kerja terbatas di sektor formal.
Deflasi juga memengaruhi utang. Nilai utang relatif meningkat karena pendapatan mungkin menurun atau tetap stagnan, sehingga pelunasan utang menjadi lebih berat.
Apa yang Harus Kita Lakukan saat Inflasi dan Deflasi?
Nah, sekali lagi, inflasi dan deflasi yang terjadi di negara kita itu sebenarnya wajar. Namun, melihat apa dampaknya, ya pastinya kita berharap agar semua tetap terkendali.
Tapi, serahkan tugas itu pada pemerintah. Sementara itu, kita juga kudu punya sikap bijak agar keuangan tetap stabil selama terjadi fluktuasi kondisi ekonomi. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil.
1. Saat Inflasi:
- Perketat Anggaran: Fokus pada kebutuhan pokok dan batasi pengeluaran yang tidak penting untuk menjaga daya beli.
- Diversifikasi Investasi: Pilih instrumen yang memiliki imbal hasil lebih tinggi dari inflasi, seperti saham atau properti, agar nilai aset tidak tergerus.
- Hindari Utang Konsumtif: Biaya utang akan terasa lebih berat jika bunga meningkat. Prioritaskan pembayaran utang atau hindari penambahan utang.
- Pertimbangkan Penghasilan Tambahan: Memiliki sumber penghasilan tambahan dapat membantu menutup kenaikan biaya hidup.
2. Saat Deflasi:
- Jaga Likuiditas: Pastikan memiliki cadangan kas yang cukup untuk menghadapi potensi ketidakpastian, seperti penurunan pendapatan.
- Manfaatkan Harga Turun untuk Investasi: Ketika harga properti atau barang investasi turun, ini bisa menjadi peluang untuk membeli dengan harga lebih rendah.
- Kurangi Penundaan Pembelian Penting: Jika pembelian dibutuhkan segera, lakukan tanpa menunda terlalu lama supaya enggak menghambat kebutuhan sehari-hari.
- Lunasi Utang Lebih Cepat: Mengurangi beban utang selama deflasi sangat penting, karena nilai pembayaran utang akan terasa lebih berat jika pendapatan menurun.
Baca juga: Perencanaan Keuangan Jangka Pendek untuk Menghadapi Kemungkinan Kenaikan Inflasi
Mengelola anggaran dan berinvestasi dengan bijak dalam kondisi ekonomi yang dinamis adalah kunci menjaga kestabilan finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!