Hobi yang Menghasilkan: Mengubah Kegemaran Menjadi Pendapatan
Apa hobimu? Setiap orang memang seyogyanya memiliki hobi. Selain bisa menjadi pelepas penat dari rutinitas, hobi juga bisa dikaryakan agar menghasilkan. Hobi yang menghasilkan apa? Uang, tentu saja.
Pastinya, kalau punya hobi yang menghasilkan seperti ini, manfaatnya akan luar biasa, bukan?
So, buat kamu yang saat ini pengin mendapatkan penghasilan tambahan atau sampingan dan kebetulan juga punya hobi, ada beberapa langkah nih yang mesti kamu lakukan sebelum akhirnya bisa membuat kegemaranmu menjadi pendapatan. Simak sampai selesai ya.
Table of Contents
Cara Membuat Hobi yang Menghasilkan
1. Identifikasi Hobi
Identifikasi hobi yang memiliki potensi pasar. Ini penting ya karena kalau mau laku, ya pasti harus ada pasarnya. Di sini, kamu mesti melakukan evaluasi dan analisis untuk memahami apakah kegemaranmu dapat diterima dan dicari oleh konsumen.
Lakukan riset pasar untuk mengerti seberapa besar permintaan terhadap produk atau jasa yang berkaitan dengan hobi kamu. Misalnya, jika hobi kamu adalah fotografi, cari tahu berapa banyak orang atau perusahaan yang membutuhkan jasa fotografi untuk acara tertentu, produk, atau sebagai bagian dari layanan konten digital.
Baca juga: Mengungkap Potensi Penghasilan Sebagai Content Creator di Indonesia
2. Meningkatkan Keterampilan
Karena kamu suka, maka kamu menjadi ahli. Di situlah kelebihan menekuni hobi. Namun, ketika kamu ingin memiliki hobi yang menghasilkan, maka kualitas karyamu juga harus diupgrade sesuai pasar.
So, adalah penting bagi kamu untuk mulai meningkatkan keahlian dalam hobi tersebut. Dengan demikian, kamu akan bisa bersaing di pasar dan memberikan nilai terbaik kepada pelanggan atau klien.
Kamu bisa ikut beragam workshop atau kelas, baca buku, dan yang pasti latihan terus. Mintalah feedback dari para profesional di bidangmu atau melalui komunitas online. Feedback ini bisa sangat berharga untuk menunjukkan area yang perlu kamu tingkatkan dan memvalidasi kemajuan kamu.
Jika relevan, pertimbangkan untuk mendapatkan sertifikasi profesional. Dengan begitu, tak hanya keahlian kamu yang meningkat, tetapi juga kredibilitas kamu di mata klien atau pelanggan.
3. Bikin Portofolio
Membuat portofolio yang kuat akan menjadi modal untuk mengembangkan hobi yang menghasilkan ini. Portofolio memungkinkan calon klien atau pembeli untuk melihat langsung kualitas dan gaya pekerjaanmu.
Saring dan pilih pekerjaan yang paling mencerminkan keahlian dan gaya unik kamu. Kualitas harus diutamakan daripada kuantitas; pilihlah pekerjaan yang membuat kamu bangga dan yang paling baik menurutmu.
Tampilkan berbagai aspek dari hobi kamu. Misalnya, jika kamu fotografer, sertakan berbagai jenis fotografi seperti potret, lanskap, dan acara untuk menunjukkan kemampuan adaptasi dan keberagaman gaya kamu.
Pastikan portofolio kamu disajikan dengan cara yang profesional. Gunakan platform yang tepat, seperti website pribadi, album digital, atau platform online seperti Behance atau LinkedIn. Desain harus rapi dan mudah untuk dilihat-lihat.
Portofolio juga harus selalu diperbarui dengan karya terbaru dan terbaik yang kamu punya. Dengan begitu, kamu menunjukkan diri kalau aktif dan terus berkembang dalam bidangmu.
4. Tentukan Model Bisnis
Tentukan cara-cara potensial untuk membuat hobi yang menghasilkan uang. Masih dalam contoh fotografi, selain menjual jasa, kamu juga bisa menjual foto-foto kamu sebagai stok foto di website-website penyedia foto. Kayak iStockphoto atau Shutterstock dan sejenisnya. Kamu juga bisa mengadakan kursus dan workshop fotografi berbayar.
Tentukan harga yang kompetitif tetapi juga mencerminkan nilai dari pekerjaan kamu. Jangan pakai harga teman ya. Pertimbangkan biaya produksi, waktu, dan persaingan dalam penetapan harga ini.
Rencanakan bagaimana kamu akan memasarkan produk atau jasa. Misalnya, kamu bisa menggunakan strategi promosi di media sosial, iklan online, atau kolaborasi dengan influencer dan merek lain.
5. Atur Keuangan
Nah, karena sekarang kamu sudah menekuni hobi yang menghasilkan, maka kamu perlu juga mengelola keuangannya supaya nantinya bisa berkembang dengan baik.
Ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan terkait pengaturan keuangan ini, di antaranya:
- Buat Catatan Keuangan: Catat semua transaksi keuangan, baik pemasukan dari penjualan produk atau jasa maupun pengeluaran seperti bahan baku, peralatan, atau biaya promosi.
- Gunakan Software Akuntansi: Pertimbangkan menggunakan software akuntansi atau aplikasi keuangan untuk memudahkan pencatatan dan monitoring keuangan. Hal ini akan dapat membantu kamu dalam mengelola anggaran dan memantau arus kas.
- Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis: Buat rekening bank terpisah untuk bisnis kamu. Ini memudahkan pelacakan penghasilan dan pengeluaran bisnis serta menjaga agar keuangan pribadi tidak tercampur dengan bisnis.
- Buat Anggaran: Tentukan anggaran bulanan untuk operasional dan biaya lainnya. Ini akan membantu kamu dalam membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
- Evaluasi Keuangan Secara Berkala: Lakukan evaluasi bulanan atau triwulanan untuk memahami kinerja keuangan bisnis kamu. Dengan begitu, kamu bisa tahu apa saja yang sudah oke, dan mana yang perlu ditingkatkan.
Baca juga: Jadi Orang Introver Bisa Bikin Kaya! Emang Iya?
Mengubah hobi menjadi sumber penghasilan adalah proses yang membutuhkan komitmen dan kerja keras. Dengan langkah yang sistematis mulai dari mengidentifikasi potensi pasar hingga mengelola keuangan dengan baik, hobi yang menghasilkan bisa menjadi kenyataan.
Setiap langkah yang diambil bertujuan untuk memperkuat keahlian dan menampilkan pekerjaan terbaik dalam portofolio yang menarik. Dengan strategi yang tepat, transisi dari kegiatan yang menyenangkan menjadi bisnis yang menguntungkan bukan hanya impian. Terlebih, hal ini menawarkan kesempatan untuk bekerja dengan passion dan membangun karier yang memuaskan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pandemi Melahirkan Hobi Baru: Siapkan Anggaranmu!
Pandemi memang akhirnya melahirkan banyak kebiasaan baru, baik yang berhubungan dengan hal-hal esensial yang mesti dilakukan sehari-hari sampai hobi baru.
Hayo, siapa nih yang sekarang mendadak jadi chef, jadi gardener, sampai yang tiba-tiba punya hobi baru bersepeda?
Hal ini enggak salah kok, bagus malah. Pressure yang muncul karena kekhawatiran akibat pandemi memang butuh “disalurkan”. Lagi pula, kalau hobi baru itu ternyata membawa manfaat untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita, ya apa salahnya kan?
Hanya saja, hobi memang kadang membutuhkan biaya yang enggak sedikit juga. Misalnya yang mendadak jadi chef, ternyata juga mendadak butuh food processor, air fryer, mixer, oven, sampai butuh freezer baru. Begitu juga yang punya hobi baru bersepeda, mendadak butuh sepeda yang bagus, juga bicycle pants-nya, helmnya, pelindung lutut, dan printilan lainnya.
Nah loh. Ya bagus juga sih, tetapi hmmm … kadang jadi menjurus mengkhawatirkan kalau sudah mulai “menggerogoti” anggaran rutin.
Betul?
Lalu, apa yang harus kita lakukan, agar hobi baru ini tetap jalan tapi tanpa mengganggu bujet harian dan tabungan enggak jebol? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai.
Beberapa Cara Atur Anggaran untuk Hobi Baru
1. Siapkan anggaran khusus untuk hobi baru kamu
Penghasilan kamu kan sudah dibagi menjadi beberapa pos pengeluaran, yakni untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang rutin, cicilan utang, investasi, dan sosial. Nah, sebisa mungkin jangan mengganggu uang yang sudah disiapkan untuk kebutuhan esensial tersebut untuk membiayai hobi baru kamu.
Buatlah pos pengeluaran tersendiri untuk hobi. Kamu bisa benar-benar memisahkannya dari yang lain, atau jika memang belum terlalu banyak, kamu bisa memasukkannya juga ke pos lifestyle, di mana semua “dosa” keuangan bersatu.
Hanya biayai hobi baru kamu dari pos pengeluaran baru ini. Jangan pernah ambil dari pos pengeluaran yang lain ya. Jika anggaran di pos pengeluaran hobi ini sudah habis, maka stop right there. Kamu bisa menunggu gajian berikutnya, ketika pos ini sudah kamu topup lagi.
2. Bergabung ke komunitas yang tepat
Selain bisa mendapatkan inspirasi dan tip-tip, bergabung bersama orang-orang yang memiliki hobi sama biasanya juga bisa untuk mendapatkan informasi di mana kamu bisa mendapatkan barang-barang penunjang hobi dengan harga yang lebih terjangkau. Kadang bahkan sesama anggota komunitas juga saling menjual barang-barang penunjang hobi ini.
Asyik kan, sambil ngobrol tentang hobi baru kamu, kamu bisa belajar banyak dari mereka plus ngelarisin jualan mereka. Jadi makin diterima deh di tengah komunitas mereka.
Punya teman-teman baru yang satu minat itu asyik banget!
3. No utang-utang club!
Sangat tidak disarankan untuk membiayai hobi dengan berutang. Apalagi ini hobi baru, yang mungkin saja kamu miliki karena terpengaruh oleh kondisi. Bisa jadi, nanti jika kondisinya berubah lagi, kamu mungkin tidak akan meneruskan hobi baru kamu ini.
Lagi pula, utang sebaiknya memang tidak dimanfaatkan untuk membiayai kesenangan. Sudah banyak kasus orang yang terlilit utang karena kurang bijak dalam menggunakannya lantaran dipakai untuk membiayai hal-hal yang enggak penting.
Utang boleh, tapi pastikan utangnya produktif, bukan utang konsumtif. So, kalau kamu mau berutang untuk hobi, tanyakan dulu pada diri sendiri; ini utang produktif atau konsumtif?
Hanya kamu sendiri yang bisa menjawabnya ya.
4. Keluarkan barang yang sudah tak terpakai
Prinsip hidup minimalis ini bisa kamu terapkan untuk mengendalikan biaya hobi baru.
Oke, kamu mungkin memang butuh beberapa barang baru untuk menunjang hobi ini, tetapi coba cek di sekitarmu. Adakah barang lain yang bisa “dikeluarkan”, sebelum kamu memasukkan barang baru ke dalam hidupmu? Mungkin ada barang-barang yang kamu beli untuk hobi lamamu dan sekarang sudah bosan atau nggak terpakai lagi?
Keluarkan barang yang sudah selama satu tahun tidak pernah tersentuh lagi. Kamu bisa menghibahkannya, atau mungkin bikin garage sale. Nah, yang terakhir ini lumayan juga kalau bisa laris. Jadi bisa menambah bujet untuk hobi baru kan?
5. Bisniskan hobimu
Meski masih terbilang sebagai hobi baru, tapi kalau didalami betul-betul enggak menutup kemungkinan untukmu bisa membisniskannya.
Misalnya saja, hobi baru berkebun tanaman organik. Selain kamu bisa panen sendiri, bisa juga hasilnya kamu jual ke tetangga kanan-kiri atau ke teman-temanmu.
Hasil bisnisnya bisa kamu pakai untuk membeli bibit tanaman baru, dan tentu saja, untuk membeli hal-hal lain yang bisa menunjang hobimu ini, sehingga hobimu pun bisa “membiayai dirinya sendiri”. Siapa tahu, malah jadi bisa menambah untuk anggaran kebutuhan hidup sehari-hari kan?
Nah, selamat menekuni hobi baru kamu ya! Semoga kamu enggak bosan dan membawa kebahagiaan untukmu dan orang-orang di sekitarmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Resep Sehat dan Bahagia untuk Para Workaholics
Hai, apa kabar, workaholics? Masih waras kan? Apa kabar asuransi jiwa dan asuransi kesehatannya? Premi lancar kan ya? Syukurlah. Bagaimana dengan jaminan kesehatan mental dan jiwa? Penting lo bagi kita untuk tetap sehat dan bahagia.
Jangan sampai karena tertekan sana-sini demi target kerja, kesempurnaan, dan tujuan finansial yang banyak, kita jadi mengorbankan kewarasan kita. Awas lo, ntar jadi kayak Joker! Hiy!
Sepertinya sih untuk kesehatan mental dan jiwa itu belum banyak yang bisa menjamin ya, kecuali diri kita sendiri. So, meski kita workaholic alias gila kerja–yang hobi banget bawa kerjaan pulang ke rumah, bahkan bawa juga ke lokasi liburan–tapi penting juga bagi kita untuk menjaga agar diri kita tetap sehat dan bahagia.
Ya, kalau bukan kita sendiri, terus siapa lagi sih? Bener nggak?
7 Resep Sehat dan Bahagia untuk si Gila Kerja Alias Workaholic
Bikin agenda liburan rutin berikut anggarannya
Obat stres apa yang paling manjur, yang bisa bikin para workaholic tetap sehat dan bahagia? Liburan! Yes!
Ayo, liburan rutin! Setiap 3 bulan sekali? 6 bulan sekali? Tapi, ingat. Seberapa pun rutinnya kita menjadwalkan liburan, teteup ya, jangan sampai bikin tujuan finansial lain terganggu.
So, buat anggaran dana liburan, alokasikan secara khusus. Kalau perlu, bikin deh rekening khusus liburan. Ini penting banget ya. Jangan sampai nih, liburan rutin eh … malah terlilit utang karena nggak punya anggaran tapi dipaksain berlibur.
Pulang berlibur, malah makin stres. Iya nggak sih?
Lagi pula, menambahkan dana liburan dalam tujuan finansial mungkin malah bisa bikin kita tambah semangat kerja lo.
Positive vibes only
Yes, bangun suasana positif di mana pun kita berada. Ada teman yang toxic? Well, kalau enggak bisa di-handle, ya mending dihindari saja sebisa mungkin.
Lingkungan kerja yang toxic? Yah, coba cari akal supaya bisa membuatnya jadi menyenangkan.
Jangan sampai semangat kerja menurun karena orang lain. Rugi banget, ntar nggak bisa dapat bonus, nggak bisa liburan dong.
Kerjakan hobi
Suka ngerjain apa? Menulis, crafting, main musik, karaokean, …
Kalau punya kegiatan yang disuka atau hobi, maka di sela-sela kesibukan, buatlah waktu untuk melakukan hobi sebagai penyeimbang agar tetap sehat dan bahagia.
Workaholic mah hobinya kerja!
Ada yang berpikiran begitu? Ya, bolehlah. Sekarang coba lakukan hal selain yang rutin, yang “memaksa” kita untuk menjadi lebih baik–bahkan syukur-syukur mendatangkan penghasilan tambahan. Ya, dengan membisniskan hobi. Why not kan?
Sebagai diversifikasi kegiatan rutin biar nggak bosan, obat stres, masih dapat duit lagi. Ada yang nggak mau?
Hangout, why not?
Sesekali hangout juga perlu lo. Jangan mentang-mentang QM Financial menyarankan untuk mengurangi pengeluaran lifestyle demi tujuan finansial yang tercapai lebih cepat, lantas kamu sama sekali nggak hangout lagi bareng teman-teman.
Boleh kok, hangout. Asal pos yang lain sudah aman. Malah penting, biar kita sosialisasi dan bergaul sama manusia-manusia “biasa”–mereka yang suka bersenang-senang, biar kita ikut ketularan bahagia. Iya nggak sih?
Dekorasi meja kerja
Meja kerja yang berantakan dan begitu-begitu saja kadang ikut andil menambah bosan dan jenuh. So, supaya semangat kerja naik, mood baik, coba deh tata ulang meja kerja kita di kantor.
Meja berantakan mungkin bisa jadi indikasi kalau kita sibuk dan banyak kerjaan, tapi bisa jadi bikin tambah rungsing. Jadi, yuk, rapiin!
Meditasi, yoga, atau olahraga yang digemari
Olahraga, konon, bisa melepaskan hormon dopamin yang melepaskan rasa bahagia. Hmmm, apakah kamu rajin berolahraga, workaholics? Ini salah satu resep sehat dan bahagia sekaligus lo.
Enggak perlu harus jadi membership gym kok, karena paling berapa lama sih kamu rajin mampir ke pusat kebugaran? Jangan-jangan cuma 2 bulan, dan habis itu bayar iuran anggota cuma jadi pengeluaran mubazir aja.
Mending kamu jalan kaki setiap pagi, bersepeda setiap akhir pekan, atau sekadar yoga dan meditasi, itu juga sudah bagus banget untuk menjaga agar dirimu tetap sehat dan bahagia.
Manjakan diri dengan mempelajari hal baru
Yang terakhir, karena kamu adalah seorang workaholics–yang biasanya excited kalau dikasih tantangan atau hal baru–nah, coba tantang dirimu sendiri untuk mempelajari hal baru. Hal ini juga bisa jadi salah satu resep sehat dan bahagia yang tokcer banget lo.
Nah, kapan terakhir kali kamu ikut workshop, memperdalam wawasan, menambah pengetahuan? Mungkin sudah lama banget? Well, ada baiknya kamu mulai cari-cari info lagi, ada kelas-kelas apa yang bisa membantumu menjadi lebih baik lagi.
Kelas finansial online, mungkin? Ambil kelas investasi, siapa tahu bisa menambah anggaran dana liburanmu, atau demi pensiun dini sejahtera? Kalau kamu sekarang gila kerja, siapa tahu juga kamu pantas untuk pensiun dini sejahtera di usia 45 tahun. Pergi keliling dunia, menikmati liburan setiap hari. What a pension dream!
See? Meski gila kerja, kamu sepatutnya enggak melupakan acara bersenang-senang, agar keseimbangan dan kesehatan mentalmu terjaga.
Jadi, ayo mulai rencanakan acara bersenang-senangmu sekarang.
5 Trik Hemat Belanja Buku di Big Bad Wolf
Big Bad Wolf, atau BBW, adalah bazar buku superbesar yang sudah beberapa tahun rutin diselenggarakan di sini. Sebelumnya, event ini hanya diadakan di Tangerang. Namun, mungkin karena banyak permintaan, event ini pun diadakan juga di Surabaya. Dan, tahun ini, Big Bad Wolf juga ada di Yogyakarta.
Luar biasa memang.
Setiap tahun pula, event ini sukses dipadati pengunjung. Banyak yang datang karena memang pengin beli buku-buku bagus yang didiskon gila-gilaan. Tapi, banyak pula yang datang demi kulakan. Dari baca berita-berita dan berbagai cerita sharing yang sudah pernah datang ke Big Bad Wolf, sepertinya rekor pembelian masih dipegang oleh seorang pembeli dan pengunjung Big Bad Wolf di Tangerang yang menghabiskan Rp50 juta untuk sekali belanja.
Luar biasa!
Mengingat sepertinya event Big Bad Wolf ini akan terus diadakan–mumpung animo masyarakat juga masih tinggi–dan mengingat adanya peluang jebol dompet dan tabungan buat kamu-kamu–terutama para kutu buku–yang datang ke lokasi demi buku murah, maka berikut ada beberapa trik hemat belanja buku di Big Bad Wolf.
Trik Hemat Belanja di Big Bad Wolf
1. Targetkan buku-buku yang akan dibeli
Aturan belanja di mana pun sama, mau belanja kebutuhan sehari-hari atau belanja buku di Big Bad Wolf; tentukan mau belanja apa.
Ya mungkin kita nggak tahu sih, buku-buku apa saja yang dijual di Big Bad Wolf, lagian banyak banget juga kan? Terus, gimana caranya menentukan mau belanja buku apa?
Well, kita bisa menentukan dari jenis atau genre bukunya, lalu sesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan kita. Mau beli buku-buku panduan belajar komputer, mungkin? Atau buku-buku self improvement, buku-buku bisnis, ataupun novel.
Jika sudah menargetkan buku, maka stick to it. Kalau memang terpaksa, bolehlah kasih allowance, misalnya, mau beli buku-buku bisnis, tapi kalau ada bukunya Haruki Murakami di bawah Rp100.000, bolehlah beli 2 buku.
Dengan begitu, kendali diri akan selalu siap nyemprit kalau mau beli yang di luar rencana.
2. Targetkan bujet maksimal
Selain menargetkan buku-bukunya, kita juga mesti kasih bujet maksimal untuk belanja di Big Bad Wolf. Ini pastinya disesuaikan dengan kondisi keuangan kita ya. Ingat, meskipun kita hobi banget baca buku (atau lebih tepatnya: menimbun buku), tapi masih ada keperluan lain yang harus dipikirkan.
Jangan sampai, pulang dari Big Bad Wolf malah jadi puasa. Sungguh menyedihkan, bukan? Apalagi sampai pakai utang kanan-kiri. Jangan salah, ada lo yang kayak begitu. Ckckck.
Jadi, tentukan bujetnya, mau berapa? Rp500.000, Rp1.000.000, atau Rp50.000.000? Boleh saja, asal ada, dan enggak mengganggu operasional.
3. Kenali bank yang jadi sponsor di Big Bad Wolf
Penyelenggara event Big Bad Wolf selama ini selalu menjalin kerja sama dengan bank untuk membantu masalah payment. Pihak bank tentu saja nggak menyia-nyiakan kesempatan. Setiap ada Big Bad Wolf, sponsor bank ini bisa berbeda-beda, jadi perhatikan siapa bank sponsor Big Bad Wolf yang akan kita datangi nanti.
Kalau kita adalah nasabah bank yang menjadi sponsor BBW, maka pastikan siapkan sejumlah dana–yang sesuai bujet yang sudah kita tentukan sebelumnya–ada di rekening bank tersebut. Lalu, pakailah nanti untuk belanja. Yes, akan lebih baik pakai kartu debit ya, hindari menggunakan kartu kredit. Teteup.
Kenapa begitu? Karena kadang ada penawaran menarik juga menyertai transaksi jika kita menggunakan kartu debit bank yang bersangkutan. Bisa tambah poin reward, atau diskon khusus. Coba cari informasi lebih jauh mengenai hal ini, sebelum berangkat ke venue ya.
4. Pilih waktu belanja
BBW pertama diadakan pukul 11.00 hingga pukul 23.00 di Tangeran, dan buka 24 jam nonstop di weekend. Nah, sekarang sih lebih gila lagi. Sepanjang event, Big Bad Wolf buka 24 jam.
So, manfaatkan hal ini. Jangan datang saat peak hours, sekitar jam 12.00 siang sampai sorean jam 18.00. Konon, kalau bisa tengah malam, setelah pukul 22.00 atau pagi buta sekalian, itu lebih nyaman dan enak.
Memang akan butuh ekstra usaha sih, buat begadang di area Big Bad Wolf. Tapi demi kenyamanan belanja dan keleluasaan waktu, bolehlah dicoba.
5. Persiapkan diri
Ini juga selalu jadi tip paling jitu: persiapan adalah kunci.
Dari beberapa cerita sharing teman-teman yang sudah mengunjungi Big Bad Wolf, ada yang sampai membawa koper karena pernah ngalamin kehabisan troli untuk belanja. Yang lain lagi cerita, sampai bawa minuman berenergi 3 botol, agar kuat mengelilingi venue dan memilih buku. Sementara ada juga yang bilang, sebelum berangkat pijat kaki dulu, biar kuat berdiri.
Entahlah mana yang lebay, tapi nggak bisa dimungkiri, persiapan itu penting. Silakan disesuaikan dengan kondisi masing-masing ya. Mungkin perlu juga latihan lari dulu bareng Mbak Ligwina? Sambil menyelam minum air, sambil lari supaya kuat menjelajah BBW juga bisa belajar finansial.
Tapi, seandainya enggak mau latihan lari dulu juga nggak apa sih. Bisa tetep belajar finansial kok, di kelas-kelas online QM Financial. Kalau enggak sama Mbak Ligwina Hananto, ya sama trainer lain yang tak kalah berpengalamannya. Coba cek jadwal kelas finansial onlinenya di sini ya. Siapa tahu nih, dengan ikut kelas finansial, bisa datang lagi di Big Bad Wolf tahun depan dan memborong buku sampai Rp50 juta kan?
So, selamat kalap di Big Bad Wolf, fellas!
HOBI JUGA PERLU DANA
Sekitar tiga minggu yang lalu, gue ketemu calon klien yang bilang kalau dia baru saja membeli sekardus buku. Sekardus? Ya, begitu yang gue dengar. Tepatnya buku dengan judul berbeda-beda yang kalau digabungin jadi satu, bisa memenuhi satu kardus. Gak gue tanya lagi sebesar apa kardusnya. Pertanyaan gue lebih ke alasan kenapa belinya sekaligus kalau nantinya hanya bisa dibaca satu per satu. Dia menjawab kalau buku adalah salah satu hobinya yang harus terpenuhi. Tidak jadi masalah kapan bacanya, yang penting buku sudah di tangan.Nah, jika lo punya hobi yang sama seperti klien ini, will you do the same?
Banyak orang yang akan melakukan apa saja demi hobi. Sebut saja mereka yang suka dengan gadget. Setiap ada produk baru, biasanya langsung beli. Kalaupun tidak, produk itu sudah masuk dalam daftar incaran. Begitu juga yang hobinya traveling. Besar kemungkinan daftar lokasi atau negara idaman sudah tersusun rapi di jadwal liburannya. Calon klien yang tadi gue ceritakan rela merogoh kocek lebih besar untuk membeli buku sekardus. Kebetulan gue punya hobi yang sama seperti si klien ini. Bedanya gue belum pernah beli buku sampai satu kardus J.
Hobi memang dapat menjadi salah satu cara untuk menenangkan pikiran dan perasaan.Tentu ada kepuasan tersendiri jika dapat melakukan hal yang kita senangi, apalagi kalau itu hobi. Tapi, ternyata banyak juga yang melakukan hobi tanpa menyiapkan dananya. Gue sendiri baru sadar akan hal ini setelah ketemu seorang perencana keuangan. Jangankan untuk hobi, untuk kepentingan yang jauh lebih penting seperti dana darurat saja gak pernah gue pikirkan.Mungkin karena saat itu gue masih single, jadi mengeluarkan 10-15% dari penghasilan untuk suatu hobi bukanlah hal yang berat. Di sebuah rencana keuangan, hobi ada di pengeluaran pribadi. Dalam pos ini ada juga pengeluaran untuk belanja baju, sepatu, salon, olah raga, gadget, TV cable dan masih banyak lagi. Idealnya sih, total pengeluaran pos ini cukup 20% dari penghasilan. Nah, setengahnya saja sudah gue pake buat hobi, jadi untuk yang lainnya perlu dibatasi.Mau gak mau harus memilih. Kalau terlalu besar ke buku, gue gak bisa lagi sering-sering ke salon atau belanja. Yang ini memang bukan hobi gue, tapi sebagai perempuan kayaknya gak asyik banget kalau gak bisa nyalon dan belanja ;)
Gue baru memutuskan untuk mengurangi pengeluaran buku setelah menikah. Kalau tidak, pos ini akan cenderung membengkak karena kebetulan suami juga punya hobi yang sama. Untuk menyiasatinya, gue dan suami sepakat untuk secara regular menyisihkan beberapa rupiah di pos terpisah. Pos ini khusus untuk beli buku. Selama dana di pos ini ada, kita bebas beli buku. Kalau posnya kosong, gak beli buku dulu. Terus terang kesepakatan yang gue buat sama suami ini juga baru berjalan beberapa bulan lalu. Sebelumnya, yang lebih sering gue diskusikan hanya biaya-biaya rumah tangga saja. Ternyata, pengeluaran untuk hobi juga sangat penting untuk disiapkan dan didiskusikan.
Tak bisa dipungkiri bahwa hobi memang bisa saja membuat pengeluaran membengkak. Supaya ini tidak terjadi, mari kita siapkan saja dananya. Cara yang gue dan suami lakukan sangat sederhana tapi cukup efektif.Tentu saja tetap perlu disesuaikan dengan isi kantong kita. Jangan sampai dana rumah rumah tangga atau dana pendidikan anak yang jauh lebih penting tersedot ke sini.
So guys, fund your hobby coz it’s fun!
Yani Sudoyo/ Sales Department/@mwyantje